Anda di halaman 1dari 11

HASIL OBSERVASI DAN ASSISTENSI MENGAJAR

DI SMP NEGERI 1 SUMBANG

Nadiyah Noer Rachmadhani

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Danirahma670@gmail.com

PENDAHULUAN

SMP Negeri 1 Sumbang merupakan salah satu satuan pendidikan dengan jenjang SMP di
Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dalam menjalankan kegiatannya SMP Negeri 1
Sumbang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. SMP Negeri 1
Sumbang menyediakan akses internet yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih mudah. Pembelajaran di SMP Negeri 1 Sumbang dilakukan pada sehari
penuh. Dalam seminggu, pembelajaran dilakukan selama 5 hari. Peserta didik di SMP Negeri 1
Sumbang memiliki karakteristik yang beraneka ragam. Dengan adanya hal tersebut, guru sangat
berperan penting yang harus adil dan memfasilitasi berdasarkan karakteristik peserta didik. Guru
dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas.
Pembelajaran berdiferensiasi dilatar belakangi akan kebutuhan belajar peserta didik yang
berbeda-beda, sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
yaitu “menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Oleh sebab itu, guru itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya)
hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. Pembelajaran berdiferensiasi menuntut guru untuk
membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan kesiapan belajar siswa (differentiated by
readiness), minat siswa (differentiated by interest) dan profil siswa (differentiated by learning 5
profil). Selanjutnya guru dapat mendeferensiasikan pembelajaran dari segi konten, proses dan
produk. Dengan demikian kebutuhan siswa dapat diakomodasi. Untuk mempermudah akomodasi
kebutuhan ini, pembuatan pemetaan profil, minat dan kesiapan belajar dalam bentuk survei
merupakan kunci utama sebagai langkah awal merencanakan pembelajaran. Pemetaan ini
memungkinkan kita untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan keberagaman karakteristik
peserta didik (Tomlinson, 2001).

Sebagai aktor utama dalam menjalankan roda pendidikan nasional seorang guru
hendaknya memahami bahwa setiap anak itu unik, mereka memiliki mimpi, intelegensi, bakat
dan kemampuan yang berbeda. Ungkapan tersebut sejalan dengan teori seorang psikolog
bernama Urie Bronfenbrenner (2019) yang menuturkan bahwa setiap anak mempunyai minat,
bakat, kemampuan kognitif yang berbeda tergantung pada latar belakang budaya dimana mereka
dibesarkan. Oleh karenanya, memiliki kompetensi pedagogik yang baik adalah keutamaan
menjadi seorang guru. Guru perlu mempertimbangkan tindakan yang masuk akal untuk diambil
kemudian, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti memperlakukan atau bertindak
secara berbeda untuk setiap peserta didik untuk belajar, juga tidak berarti bahwa peserta didik
yang cerdas dibandingkan dengan peserta didik yang kurang cerdas dalam pembelajaran
berdiferensiasi.

PEMBAHASAN

LANDASAN TEORI

Pada Topik 1 menurut Tomlinson (2001), ada tiga cara untuk memetakan kebutuhan belajar
peserta didik, yaitu:

1. Kesiapan Belajar Peserta Didik;

Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001) mengatakan
bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi sama halnya dengan menggunakan tombol
equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya
Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Ketika mengajar,
menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan peserta didik akan menyamakan
peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar
yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif
kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan peserta didik. Pada modul
ini, kita hanya akan mencoba membahas enam dari beberapa contoh perspektif kontinum
tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer.

1) Bersifat mendasar - Bersifat transformatif


Saat sebagian peserta didik dihadapkan pada sebuah ide yang baru, atau jika ide itu bukan
di salah satu bidang yang dikuasai oleh peserta didik, mereka sering membutuhkan
informasi pendukung yang lebih jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk memahami
ide tersebut. Mereka akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide secara langsung.
Jika peserta didik berada dalam tingkatan ini, maka bahan-bahan materi yang mereka
gunakan dan tugas-tugas yang mereka lakukan harus bersifat mendasar dan disajikan
dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Di
lain waktu, ketika peserta didik dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka pahami atau
berada di area yang menjadi kekuatan mereka, maka dibutuhkan informasi yang lebih
rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan
ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan
dan tugas yang lebih bersifat transformatif.
2) Konkret - Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar peserta didik dengan
melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap
bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.
3) Sederhana - Kompleks
Beberapa peserta didik mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu
abstraksi pada satu waktu; yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai
abstraksi.
4) Terstruktur - Open Ended
Kadang-kadang peserta didik perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik
untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat.
Namun, di waktu lain, peserta didik siap menjelajah dan menggunakan kreativitas
mereka.
5) Tergantung (Dependent) - Mandiri (Independent)
Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua peserta didik kita dapat
belajar, berpikir dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi
badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain.
Dengan kata lain, beberapa peserta didik mungkin akan siap untuk kemandirian yang
lebih awal daripada yang lain.
6) Lambat - Cepat
Beberapa peserta didik dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran
mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang.
Tetapi di lain waktu, peserta didik yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak
waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain.

2. Minat Peserta Didik


Peserta didik juga memiliki minat sendiri. Ada peserta didik yang minatnya sangat besar
dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator
penting bagi peserta didik untuk dapat „terlibat aktif‟ dalam proses pembelajaran. Seorang guru
dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan mempertimbangkan minat peserta didik
diantaranya:
a. Membantu peserta didik menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan
mereka sendiri untuk belajar;
b. Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;
c. Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi peserta didik sebagai jembatan
untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka,
dan;
d. Meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar.

Sepanjang tahun, peserta didik yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang
berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" peserta
didik pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Seorang guru menjaga minat murid tetap
tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja peserta didik.

Beberapa contoh ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat
diantaranya misalnya:
a. Meminta peserta didik untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan
pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari atau bentuk lain
sesuai minat mereka.
b. Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.
c. Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.
d. Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Peserta didik diminta mempelajari
bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka
boleh memilih profesi yang sesuai minat mereka.

3. Profil Belajar Peserta Didik


Profil belajar peserta didik terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya,
kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan
gaya belajar seseorang. Profil belajar peserta didik ini merupakan pendekatan yang disukai
peserta didik untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar
belakang, jenis kelamin, dll. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar
peserta didik berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang
kita secara tidak sengaja cenderung memilih modalitas belajar yang sesuai dengan modalitas
belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki
kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan
mengajar mereka.

Topik 2 menurut Tomlinson (2001) pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus


pada produk pembelajaran (hasil tugas, ujian, dsb), tapi juga fokus pada aspek diferensiasi
yang lain, yaitu konten/isi, proses, produk, dan lingkungan belajar. Penerapan aspek-aspek
pembelajaran diferensiasi ini dapat diterapkan hampir pada semua mata pelajaran.

1. Konten
Konten merupakan materi yang diajarkan atau disampaikan pada peserta didik tentunya
dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar peserta didik baik itu dalam aspek
kesiapan belajar, aspek minat peserta didik dan aspek profil belajar peserta didik atau
kombinasi dari ketiganya. Strategi diferensiasi konten, perlu di pahami konten itu segala
sesuatu yang diajarkan kepada peserta didik, termasuk di dalamnya tiga aspek yaitu, kesiapan
belajar, minat, dan profil belajar.

2. Proses
Diferensiasi pada proses, peserta didik akan mendapatkan informasi tentang
pembelajaran yang baru dan mendapatkan cara belajar sesuai dengan kemampuan peserta
didik. Pada bagian ini peran guru harus menganalisis apakah pembelajaran dilakukan secara
mandiri atau berkelompok. Guru juga perlu melihat siapa saja siswa yang memerlukan bantuan
dan pertanyaan pemandu dalam pembelajaran sebelum siswa melakukan pembelajarannya secara
mandiri. Tentunya guru perlu mempertimbangkan berdasarkan pada rancangan pembelajaran
yang telah disusun. Adapun dalam diferensiasi proses meliputi; 1) kegiatan berjenjang, pada
bagian ini siswa harus membangun pemahaman yang sama, namun tetap perlu memperhatikan
dukungan, tantangan dan tantangan yang berbeda; 2) menyediakan pertanyaan pemandu yang
mampu mendorong siswa dalam mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari; 3) membuat
agenda individual, seperti membuat catatan daftar tugas yang mencakup pekerjaan siswa terkait
kebutuhan individual siswa; 4) memfasilitasi durasi waktu bagi siswa dalam menyelesaikan
tugasnya. Dalam hal ini peran guru harus memberi dukungan kepada siswa yang mengalami
kesulitan atau sebaliknya untuk mendorong siswa agar menganalisis materi lebih mendalam; 5)
mengembangkan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik; 6) mengklasifikasi kelompok yang
sesuai dengan kemampuan dan minat murid.

3. Diferensiasi Produk
Diferensiasi pada produk berupa variasi hasil dari tugas pembelajaran, atau variasi
untuk penilaian hasil belajar peserta didik. Tugas dan penilaian untuk masing-masing peserta
didik dibuat beragam namun masih tetap mengacu pada tujuan pembelajaran yang
sama. Produk ini merupakan pekerjaan yang harus ditunjukan kepada guru. Wujud dari produk
tersebut bisa berbentuk karangan, tulisan hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman,
diagram, dan sebagainya. Hal ini bertujuan agar pemahaman siswa berkaitan dengan apa yang
menjadi tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pembuatan produk bertujuan agar
pemahaman siswa bisa lebih luas lagi terkait apa yang telah mereka pelajari baik secara
individual atau berkelompok. Dalam diferensiasi produk terdapat dua yang menjadi fokus yaitu
tantangan dan kreativitas hasil dari ekspresi pembelajaran yang diinginkan siswa. Pada bagian ini
peran guru sangat penting untuk menentukan ekspektasi siswa diantaranya; 1) menentukan
indikator pekerjaan yang ingin dicapai; 2) dalam produk tersebut konten harus muncul; 3)
merencanakan proses pengerjaannya; 4) merancang output yang diharapkan dari produk tersebut.
Meskipun siswa dapat membuat produk yang sesuai minat dan kebutuhan belajar, namun guru
juga perlu memberikan indikator yang harus dicapai terkait kualitas produk yang telah dibuat.

4. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan
berkaitan dengan keberlangsungan suatu proses pembelajaran dalam kelas. Berkaitan dengan
hal ini, apa yang dimaksud dengan lingkungan belajar adalah suatu kondisi, pengaruh, serta
rangsangan yang berasal dari luar, yang memberi pengaruh pada peserta didik, dimana hal-hal
tersebut juga meliputi beberapa hal seperti pengaruh fisik, sosial dan intelektual (Suprayogi,
2022). Lingkungan belajar dapat mengoptimalkan kondisi kelas secara fisik maupun
psikologis. Kondisi kelas yang mendukung pembelajaran akan membantu peserta didik untuk
belajar sendiri maupun secara berkelompok, lalu guru juga bisa mengendalikan kelas agar
kondusif selama pembelajaran, contohnya seperti memberikan tugas kelompok diskusi suatu
topik, membuat peserta didik untuk beropini sesuai dengan sumbernya masing-masing, dan
menciptakan ruang kelas tenang.

Topik 3 strategi pengajaran adalah teknik, metode, atau perencanaan edukasional


mengenai kegiatan atau interaksi kelas agar pembelajaran dapat efektif dan dapat mencapai
target pembelajaran yang disiapkan pengajar sebelum mengajar (Suprayogi, 2022). Strategi
pengajaran merupakan upaya atau strategi yang dilakukan oleh pengajar untuk mendorong
peserta didik untuk belajar secara aktif dan memiliki motivasi yang tinggi. Rancangan strategi
pengajaran harus dapat mendorong peserta didik untuk mengobservasi, menganalisa,
menciptakan hipotesis, menyuarakan pendapat, menggali pengetahuan sendiri, dan mencari
solusi. Strategi pengajaran merupakan perencanaan untuk mencapai target pembelajaran yang
disiapkan oleh pengajar sebelum mengajar.

Strategi pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu:


1. strategi pengajaran langsung (direct instruction),
2. strategi pengajaran tak langsung (indirect instruction),
3. strategi pengajaran interaktif (interactive learning),
4. strategi pengajaran mandiri (self-learning), dan
5. strategi pengajaran melalui pengalaman (experimental).

HASIL ANALISIS

Hasil observasi dan assistensi mengajar selama mengikuti PPL di SMP Negeri 1
Sumbang pada kelas 9A dan 9E, diperoleh temuan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan
guru pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Teks Diskusi belum sepenuhnya
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Jika dikaitkan dengan Topik 1 dalam hal penugasan,
guru memberikan tugas pada peserta didik secara individu dan berkelompok. Pembagian
kelompok belum melakukan pemetaan kebutuhan belajar peserta didik seperti berdasarkan
kesiapan belajar peserta didik (readiness), minat peserta didik, dan profil belajar peserta didik.
Guru membagi kelompok secara acak tanpa memperhatikan pemetaan kebutuhan belajar
peserta didik. Permasalahannya tidak semua peserta didik dapat aktif dalam berdiskusi. Hanya
beberapa peserta didik yang aktif mengerjakan tugas tersebut lalu mempresentasikan di depan
kelas. Penyebab lain dari masalah pembelajaran ini yaitu banyak dijumpai peserta didik yang
tidak memiliki minat belajar dengan alasan tidak menyukai mata pelajaran Bahasa Indonesia
karena dianggap susah. Saat peserta didik tidak memiliki minat belajar yang baik, maka hasil
belajar yang diperoleh pun akan buruk.

Guru seharusnya memahami bahwa dalam pembelajaran hasil tidak selalu menjadi fokus
utama, tetapi prosesnya sampai suatu tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dalam
proses pembelajaran, setiap peserta didik memiliki keunikan yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Ada peserta didik yang cepat menangkap pelajaran dan dapat
menyelesaikan tugas dan kegiatan pembelajaran lebih cepat dari yang diperkirakan. Sebaliknya,
ada juga peserta didik yang lambat dalam menerima pembelajaran sehingga sering tertinggal
dalam pembelajaran dan butuh waktu yang lebih lama dibanding peserta didik yang lain. Dalam
hal ini, guru harus memahami bagaimana kebutuhan belajar peserta didik. Kemampuan yang
dimiliki setiap peserta didik beragam, sehingga guru tidak boleh beranggapan bahwa semua
peserta didik memiliki potensi yang sama. Setiap peserta didik memiliki kemampuan yang
berbeda-beda sehingga guru perlu mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan
memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik yaitu kesiapan belajar, minat dan profil belajar
peserta didik. Dengan demikian, minat dan semangat belajar peserta didik akan meningkat yang
berpengaruh pada peningkatan hasil belajar peserta didik.

Jika dikaitkan dengan topik 2, guru sudah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi


dalam mata pelajaran teks diskusi. Dalam menerapkan diferensiasi konten, guru sudah
memetakan minat belajar peserta didik, menyediakan ruang bagi peserta didik untuk memilih
tema diskusi yang mereka sukai. Memberikan media pembelajaran tentang teks diskusi
menggunakan modalitas belajar. Pada diferensiasi proses, guru sudah mengakomodasi gaya
belajar peserta didik dan mendampingi peserta didik yang memerlukan bantuan dalam menyusun
teks diskusi. Diferensiasi produk, guru memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam
penyelesaian tugas sesuai dengan kreativitas peserta didik. Lingkungan belajar, guru mendesain
kegiatan belajar senyaman mungkin untuk peserta didik melakukan ekspolarasi dalam pencarian
dan pengolahan informasi tema diskusi yang disukai, serta memanfaatkan sumber informasi yang
mereka miliki seperti internet.

Terkait dengan topik 3, guru sudah menerapkan penggunaan strategi pembelajaran


berdiferensiasi pada materi Teks Diskusi yaitu menggunakan Problem Based Learning (PBL)
sebagai berikut :

a. Stimulation

Peserta didik mengamati video, gambar, dan teks diskusi (Diferensiasi Konten)

b. Problem Statement

Guru memberikan LKPD yang bervariasi (Diferensiasi Konten)

c. Data Collage

Peserta didik bekerja kelompok dan mencari informasi dari berbagai sumber
(Diferensiasi Proses) dan (Diferensiasi Produk)
d. Data Processing

Peserta didik menganalisis kalimat pro & kontra danunsur kebahasaan teks
diskusidengan benar, kritis, dan kreatif dengan bimbingan guru / tutor teman
sebaya.(Diferensiasi Lingkungan Sebaya)

e. Verification

Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi dalam bentuk presentasi langsung/


power point. (Diferensiasi Produk)

f. Generalitation

Peserta didik memberikan kesimpulan terkait materi yang telah dipelajari.

PENUTUP

Paradigma pembelajaran berdiferensiasi memandang semua peserta didik memiliki


keunikan masing-masing. Pembelajaran berdiferensiasi memberikan kebutuhan-kebutuhan yang
dibutuhkan oleh peserta didik. Perbedaan yang ada pada individu peserta didik harus menjadi
perhatian karena input yang berbeda. Hal demikian karena peserta didik tumbuh dibesarkan pada
lingkungan dan budaya yang berbeda. Guru dalam menerapkan strategi pembelajaran
berdiferensiasi dilaksanakan secara fleksibel tidak berpacu pada kelas dan menganut fase untuk
mencapai capaian pembelajaran. Pembelajaran di kelas disesuaikan dengan keadaan sekolah dan
peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Pradina, Q., Faiz, A., & Yuningsih, D. (2021). Peran Guru dalam Membentuk Karakter Disiplin (
Studi Pada Siswa di Mi Nihayatul Amal Gunungsari Cirebon ). Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6),
4118–4125.

Tomlinson, C. A. (2001). How to differentiate instruction in mixed-ability classrooms. ASCD.


Tomlinson. (Modul 2.1 PGP, 2020)

Anda mungkin juga menyukai