Anda di halaman 1dari 32

Eksplorasi Konsep Modul 2.

1 Pembelajaran
Berdiferensiasi
July 7, 2021
 
| No Comments
Setelah menyelesaikan modul 2.1 ini, peserta diharapkan dapat menjadi Guru Penggerak
yang mampu:
1. mendemonstrasikan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran
berdiferensiasi dan alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi diperlukan;
2. melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid yang berbeda;
3. menganalisis penerapan 3 strategi diferensiasi (yaitu: diferensiasi konten, proses,
dan produk);
4. mengimplementasikan Rencana Pembelajaran berdiferensiasi dalam konteks
pembelajaran di sekolah atau kelas mereka sendiri;
5. menunjukkan sikap kreatif, percaya diri, mau mencoba, dan berani mengambil risiko
dalam menerapkan berbagai ide strategi pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran Berdiferensiasi

Dalam modul 2.1 kali ini mempelajari tentang pembelajaran berdiferensiasi sebagai salah
satu pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk memahami isi modul dengan lebih
baik maka guru akan merefleksikan pemahaman mereka tentang pembelajaran
berdiferensiasi melalui suatu studi kasus yang terjadi di sekolah.
CONTOH KASUS 1.
Ibu Nur adalah guru kelas 3 SD dengan jumlah murid sebanyak 32 murid. Di antara 32 murid
di kelasnya tersebut, Bu Nur memperhatikan bahwa 3 murid selalu selesai lebih dahulu saat
diberikan tugas menyelesaikan soal-soal perkalian. Karena dia tidak ingin ketiga anak ini
tidak ada pekerjaan dan malah mengganggu murid lainnya, akhirnya ia berinisiatif untuk
menyiapkan lembar kerja tambahan untuk 3 anak tersebut. Jadi jika anak-anak lain
mengerjakan 15 soal perkalian, maka untuk 3 anak tersebut, Bu Nur menyiapkan 25 soal
perkalian.
Menurut Anda, apakah strategi yang dilakukan oleh Ibu Nur tepat? Jika ya, mengapa? Jika
tidak, mengapa?
Dalam kasus di atas, strategi yang dilakukan Ibu Nur memberikan soal tambahan belum
sesuai dengan strategi diferensiasi, karena tidak berdasarkan strategi diferensiasi yaitu
berdasarkan profil belajar, kesiapan belajar dan minat. Apalagi, berdasarkan kasus diatas
Bu nur, menyiapkan strategi tambahan bagi siswa yang cepat, karena dia tidak ingin ketiga
anak ini tidak ada pekerjaan dan malah mengganggu murid lainnya, akhirnya ia berinisiatif
untuk menyiapkan lembar kerja tambahan untuk 3 anak tersebut.
Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid
dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, Ibu Nur perlu
melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon
dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya, termasuk ketiga murid
tersebut.

Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi atau differenciated instruction merupakan sebuah strategi
atau usaha guru dalam memenuhi kebutuhan siswa yang beragam atau merespon
perbedaan pada siswa dalam kelas untuk menciptakan pengalaman belajar yang terbaik
bagi siswa.
Pembelajaran berdiferensiasi atau differenciated instruction lebih mengedepankan pada
keputusan masuk akal guru dalam merespon kebutuhan indvidu murid, sehingga paradigma
differensiasi menjadi sebuah pembelajaran berpihak pada murid.
Ada lima inti utama keputusan masuk akal tersebut atau strategi guru dalam kelas yaitu:
1. Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung murid untuk belajar dan bekerja keras
untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi serta memastikan setiap murid mengetahui
selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
2.Tujuan pembelajarn yang didefinisikan secara jelas bagi guru dan murid
3.Penilaian yang berkelanjutan, Bagaimana guru menggunakan informasi dari proses
penilaian formatif sebagai panduan menentukan mana siswa yang masih tertinggal dan
yang sudah untuk mencapai target.
4. Bagaimana merespon kebutuhan belajar berkaitan dengan penyesuaian rencana
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Misalnya, apakah perlu
menggunakan sumber atau resources, atau penugasan atau penialian yang berbeda.
5. Manajemen kelas yang efektif.
Memetakan Kebutuhan Murid
Dalam melaksanakan strategi diferensiasi di dalam kelas yang heterogen atau yang
memiliki kemampuan yang beragam (mixed ability classroom), maka yang paling utama
dilakukan adalah pemetaaan belajar murid, dimana dalam hal ini, Tomlinson (2001) dalam
bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability
Classroommenyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid,
paling tidak berdasarkan 3 aspek. 
Ketiga aspek tersebut adalah:
1. Kesiapan belajar (readiness)
2. Minat murid,
3. Profil belajar murid

KESIAPAN BELAJAR (READINESS)


Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru, atau
berkaitan dengan kemampuan atau pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan
dipelajari.

Contoh kasus. Dalam pelajaran bahasa Indonesia, Bu Nur ingin mengajarkan muridnya
membuat karangan berbentuk narasi. Ia kemudian melakukan penilaian diagnostik. Ia
menemukan bahwa ada tiga kelompok murid di kelasnya. 

Kelompok A adalah murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang
benar dan memiliki kosakata yang cukup kaya. Mereka juga cukup mandiri dan percaya diri
dalam bekerja.
Kelompok B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang benar,
namun kosakatanya masih terbatas.
Kelompok C adalah murid yang belum memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang
benar dan kosakatanya pun terbatas
Apa yang dilakukan oleh Bu Nur di atas adalah memetakan kebutuhan belajar berdasarkan
kesiapan belajar.
Dalam memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar atau Readiness,
maka guru bisa melakukan tes atau penilaian diagnostik, sehingga dengan informasi dari
penilaian diagnostik tersebut, guru bisa mengetahui level atau kesiapan belajar muridnya
sehingga guru bisa memberikan strategi diferensiasi yang tepat. Tujuan membedakan
siswa berdasarkan kesiapan belajar adalah untuk memvariasikan tingkat kesulitan pada
bahan pembelajaran, sehingga guru dapat memastikan bahwa semua murid diberikan
tantangan yang tepat dalam pengalaman belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette &
Ramsook, 2013).
Tomlinson (2001) menyatakan bahwa dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi,
mirip dengan menggunakan tombol equalizer atau pemutar CD, dengan menggeser tombol
equalizer maka kita akan bisa menghasilkan kombinasi suara yang terbaik. Begitu pula
dalam praktek diferensiasi di kelas, maka guru bisa mengatur tombol untuk berbagai
kebutuhan murid.
Readiness atau kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ).
Kesiapan belajar lebih menekankan pada informasi tentang apakah pengetahuan atau
keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan
baru yang akan diajarkan. Dengan informasi kesiapan belajar ini maka guru bisa mengatur
tombol equalizer kebutuhan murid untuk menyesuaikan ritme pembelajaran dengan ritme
murid sehingga tercipta harmonisasi dalam pembelajaran, dan potensi siswa bisa
berkembang secara optimal.

Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif kontinum yang


dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan
mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan
mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson,
2001).
1. Bersifat mendasar – Bersifat transformatif
Strategi diferensiasi bisa diterapkan dengan menganalisis siswa mana yang akan
mendapat bahan yang bersifat fundamental atau mendasar dan siswa mana yang
akan mendapat bahan ajar yang bersifat transformational.

2. Konkret – Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan
melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah
siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.

3. Sederhana – Kompleks 
Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu
abstraksi pada satu waktu; yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai
abstraksi.

4. Terstruktur – Open Ended


Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik
untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat.
Namun, di waktu lain, murid siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.

5. Tergantung (dependent) – Mandiri (Independent)


Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar,
berpikir dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun beberapa murid
mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.

6. Lambat – Cepat
Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran
mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit
menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan
lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari sebuah topik.

MINAT BELAJAR
Minat berkaitan dengan perhatian, keingintahuan, atau hasrat dalam diri murid dan
keterlibatan siswa dalam belajar. . Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk
“menghubungkan” murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga
minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Ketika guru
membedakan siswa berdasarkan minat, maka siswa akan termotivasi untuk
menghubungkan apa yang akan dipelajari dengan sesuatu yang sudah mereka ketahui
(Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013). Dengan memetakan minat siswa
dalam setiap pembelajaran maka akan meningkatkan motivasi siswa untuk ikut terlibat
aktif dalam kegiatan belajar.
Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang
pembelajaran memiliki tujuan diantaranya: 
1. Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan
mereka sendiri untuk belajar;
2. Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;
3. Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan
untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi
mereka, dan;
4. Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Ide Minat Belajar
Beberapa ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat
diantaranya misalnya:

 Meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan


pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari.
 Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.
 Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.
 Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Murid diminta mempelajari bagaimana
sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh
memilih profesi yang sesuai minat mereka.
 Membuat model.
 Menggunakan Interest group
 Webquest, dll.

PROFIL BELAJAR MURID


Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid merupakan cara yang disukai
murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain, gaya berpikir,
kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll. Profil belajar siswa meliputi gaya
belajar siswa (audio, visual, dan kinestetik), preferensi belajar (sendiri, berpasangan, atau
berkelompok), suasana belajar atau lingkungan (tenang atau diiringi dengan musik,
pencahayaan). Profil belajar siswa ini dapat diketahui dengan menyebarkan angket
sederhana
Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran
seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan:

 Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.


 Pengaruh Budaya: santai – terstruktur, pendiam – ekspresif, personal – impersonal.
 Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik
organisator).
 Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan
musik).
 Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh,
kegiatan hands on, dsb).

Strategi Diferensiasi
Ada 3 strategi diferensiasi
1. Kontent, mencakup materi yang harus dipelajari siswa atau bagaimana siswa akan
mengakses kontent tersebut.
Contoh:  (1)menggunakan berbagai media dalam menjelaskan materi seperti , dalam tape
(suara) dilakukan untuk mengakomodasi profil belajar murid auditory, dalam bentuk
gambar( untuk murid visual), ataupun kombinasi dalam bentuk video (suara, gambar dan
gerakan); (2) mempresentasikan materi melalui kedua  alat auditory maupun visual
2. Proses, mencakup  aktivitas  dalam pembelajaran dimana siswa terlibat  dalam
pembelajaran untuk menguasai konten pembelajaran
Contoh:

 memvariasikan waktu yang dibutuhkan siswa dalam mengerjakan tugas,


 menggunakan pengelompokan yang fleksibel,
 Kegiatan yang berjenjang dengan berpedoman pada seberapa banyak bantuan
/scafolding yang akan diberikan
 Membuat daftar tugas siswa, baik itu tugas umum, maupun tugas individual

3. Produk-, mencakup tugas atau hasil unjuk kerja siswa yang tentunya bersifat tangible
atau ada wujudnya 
Contoh diferensiasi Produk. :
1) memberikan siswa pilihan dalam hal bentuk tugasnya  , (misalnya dalam bent uk artikel ,
atau video.
2) menggunakan rubrik yang didesain sesuai dengan kebutuhan  atau kemampuan siswa
yang bervariasi.
(3) memberikan keleluasaan dalam mengerjakan tugas secara individu atau kelompok.
PENTINGNYA KOMUNITAS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Learning community atau komunitas belajar merupakan komunitas yang semua
anggotanya adalah pembelajar, dimana guru akan mengembangkan sikap-sikap, praktik-
praktik yang mendukung pembelajaran.
Tomlinson (2001), menyatakan ada beberapa karakteristik dari komunitas belajar yang
mendukung pembelajaran berdiferensiasi yaitu:
1. Iklim kelas yang mendukung, dimana semua orang dalam kelas disambut dengan
baik
2. Setiap orang dalam kelas saling menghargai
3. Murid akan merasa aman, baik secara fisik maupun psikis
4. Ada harapan bagi pertumbuhan siswa sehingga potensi anak bisa berkembang
optimal
5. Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan
6. Ada keadilan dalam bentuk nyata, dengan memastikan setiap kebutuhan belajar
siswa terpenuhi
7. Guru dan siswa berkolaborasi atau bekerjasama untuk kesuksesan bersama

DIAGRAM FRAYER
Diagram Frayer adalah pengatur grafis untuk membantu membangun pemahaman atas
kosakata atau terminologi tertentu. Teknik ini menuntut seseorang untuk mendefinisikan
kosakata atau terminologi yang menjadi target dan menerapkan pemahamannya dengan
mengidentifikasi apa yang merupakan contoh dan bukan contoh, memberi ciri, dan / atau
mendeskripsikan arti kata tersebut. Informasi ini ditempatkan pada bagan yang dibagi
menjadi empat bagian untuk memberikan representasi visual.
Referensi
Joseph, Stephen & Thomas, Marlene & Simonette, Gerard & Ramsook, Leela. (2013). The
Impact of Differentiated Instruction in a Teacher Education Setting: Successes and
Challenges. International Journal of Higher Education. 10.5430/ijhe.v2n3p28.
Kemendikbud. Diklat Calon guru Penggerak
Tomlinson. 2000. What is Differentiated Instruction? Alexandria: Association for
Supervision and Curriculum Development.
Belajar Diferensiasi, Solusi Menajamkan
Potensi Siswa
24 MEI 2021
MIKIR

 
manajemen sekolah

 
kelompok kerja guru

 
inovatif

 
LPTK

 
Musyawarah Guru Mata Pelajaran

 
Aktif

 
Program PINTAR

 
Tanoto Foundation

 
Kepemimpinan Kepala Sekolah

 
PINTAR

 
Pembelajaran aktif

 
Manajemen Berbasis Sekolah
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah mendorong guru lebih kreatif ketika menyajikan materi
pembelajaran. Kreativitas ini terkadang muncul karena masalah yang ditemui ketika memberikan
materi pembelajaran. Salah satunya adalah masalah siswa yang kurang menunjukkan minat pada
mata pelajaran yang sedang diajarkan.

Metode pembelajaran berdiferensiasi dapat jadi solusi alternatif ketika guru terhambat masalah
tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada
siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil
belajar siswa tersebut.

Fokus pada tiga hal utama

Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus
pada proses dan konten/materi. Metode ini dapat diterapkan hampir pada semua mata pelajaran.
Sebagai contoh, saya pernah memberikan materi pelajaran IPS dengan pendekatan pembelajaran
berdiferensiasi.

Saya menugaskan siswa untuk belajar pemanfaatan sumber daya alam di lingkungan sekitar agar
dapat jadi sumber makanan. Tugas ini secara tidak langsung dapat mengarahkan siswa yang
berpotensi dan belajar sesuai dengan minatnya.
Diferensiasi konten/materi

Jika fokus pada konten, maka siswa punya kebebasan untuk menentukan sumber daya alam di
sekitarnya untuk diolah jadi sumber makanan. Guru akan memberikan lembar kerja (LK) berisi
tabel panduan dan contoh langkah-langkah yang harus dilakukan siswa ketika ingin membuat
makanan berdasarkan bahan-bahan yang mereka pilih.

Diferensiasi proses

Guru dapat memberikan siswa kebebasan untuk mengolah sumber daya alam yang telah
dipilihnya. Siswa dapat menggoreng, mengukus, merebus atau proses lain untuk mengubahnya
menjadi makanan. Setelah itu siswa harus menulis bagaimana ia menyusun rencana, jadwal
pengolahan, dan mengawasi produk yang akan dihasilkan di dalam LK.

Diferensiasi produk

Diferensiasi produk akan tampak dari produk yang dihasilkan siswa. Produk ini beragam
jenisnya karena bahan dan proses yang digunakan juga beragam. Guru dapat meminta orangtua
atau saudara untuk menilai produk yang dibuat siswa. Penilaian dapat meliputi rasa, inovasi, dan
bentuk.

Penjelasan produk juga tidak harus selalu dalam bentuk laporan tertulis. Siswa dapat
menjelaskan produk dalam bentuk visual seperti video presentasi/foto dokumentasi ataupun
dalam bentuk audio seperti voice note tergantung minat siswa.

Meskipun konten, proses, dan produk yang dihasilkan beragam, namun guru punya acuan
penilaian yang seragam. Acuan penilaian dalam pembelajaran ini meliputi penilaian sikap yang
dilihat dari sikap tanggung jawab, disiplin, dan kerja keras siswa.

Penilaian pengetahuan tergambar dari cara siswa menjelaskan proses menghasilkan suatu produk
sedangkan penilaian keterampilan tergambar dari proses dalam menghasilkan produk makanan
yang bahannya berasal dari lingkungan sekitar siswa.

Mencari tahu karakteristik siswa

Cara pertama untuk mencari tahu karakteristik masing-masing siswa adalah dengan mengamati
gaya belajar mereka. Misalnya ada siswa yang lebih tertarik pada hal yang sifatnya visual, maka
cara pemberian materi dan produk hasil belajar pun diharapkan akan dalam bentuk visual.

Cara lainnya bisa dengan melihat dan mengamati tugas-tugas yang sudah dikerjakan siswa. Guru
dapat berdiskusi dengan guru mata pelajaran lain tentang kemampuan siswa tersebut ketika
menerima materi pelajaran.

Selain itu, guru juga dapat membuat pertanyaan pemantik untuk mengetahui minat dan
karakteristik siswa. Misalnya pertanyaan tentang kebiasaan belajar siswa, ada siswa yang lebih
senang belajar sambil mendengarkan musik, ada yang lebih senang dalam kondisi sepi, atau
mungkin dan ada yang bisa belajar sambil menonton televisi, dan masih banyak lagi.

Tantangan pembelajaran berdiferensisasi

Namun menerapkan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang mudah. Guru harus dapat
menyiapkan beberapa materi dan instrumen penilaian sekaligus.

Misalnya saya menggunakan diferensiasi konten/materi, berarti saya harus menyiapkan materi
lebih dari satu. Sama halnya dengan diferensiasi proses dan produk, berarti harus ada lebih dari
satu media pembelajaran dan alat penilaian.

Tapi sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi dapat menguntungkan anak untuk memaksimalkan


potensi mereka, terlebih lagi untuk anak berkebutuhan khusus yang pembelajarannya berbeda
dengan siswa lain.

Saya sendiri memiliki siswa tunarungu dan mereka lebih cepat menyerap materi dengan
pendekatan pembelajaran diferensiasi.

Memancing siswa lebih aktif

Melalui pembelajaran berdiferensiasi, sikap toleransi dapat muncul dengan pemberian


keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan potensi. Guru tidak membatasi bahan dasar,
proses, dan produk yang dihasilkan siswa. Namun, guru juga tidak membebaskan semuanya
sehingga pembelajaran terkesan ambyar. Guru tetap mengontrol pembelajaran dengan
memberikan isian LK yang sama bagi semua siswa.

Selain itu, siswa juga jadi lebih aktif ketika belajar. Siswa mengalami langsung apa yang sedang
mereka pelajari. Mereka juga jadi lebih sering berinteraksi dengan orangtua untuk membantu dan
mengevaluasi apa yang sudah mereka pelajari bersama gurunya.
Apa dan Bagaimana Model Pembelajaran Diferensiasi
20-05-2021 21:09 |  | Dibaca: 213 kali

Diferensiasi berarti menyesuaikan instruksi untuk memenuhi kebutuhan individu. Apakah guru membedakan konten,
proses, produk, atau lingkungan belajar, penggunaan penilaian yang berkelanjutan dan pengelompokan yang
fleksibel menjadikan ini pendekatan pengajaran yang berhasil.
Tujuan Pembelajaran pada materi ini
Bagaimana memvariasikan tingkat konten yang Anda sajikan
Bagaimana menyediakan berbagai lingkungan belajar
Berbagai cara siswa dapat menunjukkan apa yang telah mereka pelajari
 
Pada tingkat paling dasar, diferensiasi terdiri dari upaya guru untuk menanggapi perbedaan di antara peserta didik
di kelas. Setiap kali seorang guru menjangkau individu atau kelompok kecil untuk memvariasikan pengajarannya
untuk menciptakan pengalaman belajar terbaik, guru itu membedakan instruksi.
Guru dapat membedakan setidaknya empat elemen kelas berdasarkan kesiapan, minat, atau profil pembelajaran
siswa:
 Konten- apa yang perlu dipelajari siswa atau bagaimana siswa akan mendapatkan akses ke informasi;
 Proses- kegiatan di mana siswa terlibat untuk memahami atau menguasai konten;
 Produk- proyek puncak yang meminta siswa untuk berlatih, menerapkan, dan memperluas apa yang telah
dia pelajari dalam sebuah unit; dan
 Lingkungan belajar- cara kerja dan perasaan ruang kelas.
Kandungan
Contoh membedakan konten di tingkat dasar meliputi yang berikut:
1. Menggunakan bahan bacaan pada berbagai tingkat keterbacaan;
2. Menempatkan bahan teks pada kaset;
3. Menggunakan daftar ejaan atau kosakata pada tingkat kesiapan siswa;
4. Menyajikan ide melalui sarana pendengaran dan visual;
5. Menggunakan teman membaca; dan
6. Bertemu dengan kelompok kecil untuk mengajarkan kembali ide atau keterampilan untuk pelajar yang
berjuang, atau untuk memperluas pemikiran atau keterampilan pelajar tingkat lanjut.
Proses
Contoh pembedaan proses atau kegiatan di tingkat dasar meliputi:
1. Menggunakan kegiatan berjenjang di mana semua peserta didik bekerja dengan pemahaman dan
keterampilan penting yang sama, tetapi melanjutkan dengan tingkat dukungan, tantangan, atau kompleksitas
yang berbeda;
2. Menyediakan pusat minat yang mendorong siswa untuk mengeksplorasi subset dari topik kelas yang
menarik bagi mereka;
3. Mengembangkan agenda pribadi (daftar tugas yang ditulis oleh guru dan berisi pekerjaan yang sama untuk
seluruh kelas dan pekerjaan yang memenuhi kebutuhan individu peserta didik) yang harus diselesaikan baik
selama waktu agenda tertentu atau saat siswa menyelesaikan pekerjaan lain lebih awal;
4. Menawarkan manipulatif atau dukungan langsung lainnya bagi siswa yang membutuhkannya; dan
5. Memvariasikan lama waktu siswa dapat menyelesaikan tugas untuk memberikan dukungan tambahan bagi
pelajar yang berjuang atau untuk mendorong pelajar yang maju untuk mengejar topik secara lebih mendalam.
Produk
Contoh-contoh produk yang membedakan pada tingkat dasar meliputi yang berikut:
1. Memberi siswa pilihan tentang bagaimana mengekspresikan pembelajaran yang diperlukan (misalnya,
membuat pertunjukan boneka, menulis surat, atau mengembangkan mural dengan label);
2. Menggunakan rubrik yang mencocokkan dan memperluas tingkat keterampilan siswa yang bervariasi;
3. Mengizinkan siswa untuk bekerja sendiri atau dalam kelompok kecil pada produk mereka; dan
4. Mendorong siswa untuk membuat tugas produk mereka sendiri selama tugas tersebut mengandung elemen
yang diwajibkan.
Lingkungan belajar
Contoh pembedaan lingkungan belajar di tingkat dasar meliputi:
1. Memastikan ada tempat di dalam ruangan untuk bekerja dengan tenang dan tanpa gangguan, serta tempat
yang mengundang kolaborasi siswa;
2. Menyediakan bahan yang mencerminkan berbagai budaya dan pengaturan rumah;
3. Menetapkan pedoman yang jelas untuk pekerjaan independen yang sesuai dengan kebutuhan individu;
4. Mengembangkan rutinitas yang memungkinkan siswa mendapatkan bantuan ketika guru sibuk dengan
siswa lain dan tidak dapat segera membantu mereka; dan
5. Membantu siswa memahami bahwa beberapa peserta didik perlu bergerak untuk belajar, sementara yang
lain lebih baik duduk dengan tenang (Tomlinson, 1995, 1999; Winebrenner, 1992, 1996).
Contoh RPP Berdiferensiasi
by  Erry trisna  April 23, 2021   No Comments

Pengantar
Sebagai guru, tentu kita menyadari bahwa keberadaan siswa kita di kelas sangatlah beragam. Beragam
tidak hanya dari segi fisik, melainkan kemapuan intelektual yang sudah dibawanya sejak lahir. Kita
menyadari bahwa anak-anak di kelas memiliki keunikan tersendiri. Setiap siswa kita memiliki karakteristik
yang membedakan dirinya dengan siswa lainnya. Karakteristik ini dapat menujukkan keunggulan (potensi)
dan kelemahan yang dimiliki dalam pembelajaran di kelas.

Tidak dimungkiri bahwa potensi maupun kelemahan anak ini perlu diidentifikasi secara tepat oleh guru
untuk dilakukan pembelajaran yang tepat pula. Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan oleh
keberagaman yang banyak sekali bentuknya. Mereka secara terus menerus menghadapi tantangan yang
beragam dan kerap kali harus melakukan dan memutuskan banyak hal dalam satu waktu. Keterampilan ini
banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu naturalnya hal ini terjadi di kelas dan betapa
terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Berbagai usaha mereka lakukan yang tentu saja tujuannya
adalah  untuk memastikan setiap murid di kelas mereka sukses dalam proses  pembelajarannya.

Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi


Dilihat dari kata penyusun, pembelajaran berdiferensiasi terdiri dari dua kata yaitu pembelajaran dan
diferensiasi. Berdasarankan KBBI versi daring, pembelajaran memiliki arti proses, cara, perbuatan
menjadikan belajar. Sedangkan, berdiferensiasi memiliki arti proses, cara, perbuatan membedakan;
pembedaan. Lantas, apa itu pembelajaran berdiferensiasi?

Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk  menyesuaikan proses
pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Namun, apakah jika siswa
berjumlah 28 orang, maka guru harus menyiapkan 28 model pembelajaran? Bukan pula   berarti bahwa guru
harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat  bekerja dibandingkan yang lain.
Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti  guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang
pintar dan yang kurang  dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap  
anak.

Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang  semrawut (chaotic),  yang


gurunya kemudian harus membuat beberapa  perencanaan pembelajaran sekaligus, dimana guru harus
berlari ke sana kemari  untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru 
tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari  untuk berada di tempat
yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan  semua permasalahan. Lalu seperti apa sebenarnya
pembelajaran berdiferensiasi? 
Ciri Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common  sense) yang dibuat oleh
guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.  Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang
terkait dengan: 
1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’  murid untuk
belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang  tinggi. Kemudian juga memastikan
setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan  selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang
prosesnya. 
2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara  jelas. Jadi bukan
hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran,  namun juga muridnya. 
3. Penilaian berkelanjutan. Ini memiliki makna terkait upaya guru menggunakan proses penilaian
formatif yang telah  dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan,  atau
sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar  yang ditetapkan. 
4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar  muridnya. Bagaimana ia akan
menyesuaikan rencana pembelajaran untuk  memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya,
apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan   serta
penilaian yang berbeda.
5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur,  rutinitas, metode yang
memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga  struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin
melakukan kegiatan yang  berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Jenis-jenis Diferensiasi dalam Pembelajaran
Diferensiasi dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Pertama, Diferensiasi Konten. Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian
dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu
dipelajari murid berdasarkan kurikulum.
Kedua,  Diferensiasi Produk. Merujuk pada strategi memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan,
penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari.
Ketiga, Diferensiasi Proses. Merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh murid
yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content) materi.
STATEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
  Disukai 170
  Dilihat 22322
BACAAN

sumber ilustrasi : Pembelajaran Brediferensiasi


Diterbitkan : 9 Februari 2021 15:44
Sumber : Atik Siti Maryam
Penulis : ATIK SITI MARYAM
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari
semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan
yang dibutuhkan oleh setiap individu. Keberagaman dari setiap individu murid harus
selalu diperhatikan, karena setiap peserta didik tumbuh di lingkungan dan budaya yang
berbeda sesuai dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka. Pembelajaran
dilakukan dengan beragam cara untuk memahami informasi baru bagi semua murid
dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk:
mendapatkan konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan
mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran evaluasi sehingga semua murid di
dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa
belajar dengan efektif. Selain itu juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa
akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya. Strategi
Pembelajaran berdiferensiasi ada 3 yaitu: diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan
diferensiasi produk.

Diferensiasi Konten
Berhubungan dengan apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan
pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat
murid dan aspek profil belajar murid atau kombinasi dari ketiganya.

 Kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih
kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki
murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan
diajarkan.
 Minat merupakan salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat
aktif’ dalam proses pembelajaran. Murid yang berbeda akan menunjukkan minat
pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk
“menghubungkan” murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan
menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid
dalam hal ini salah satu contohnya setiap murid memiliki gaya belajar yang
berbeda.
 Pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk
memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien
dengan demikian guru perlu memvariasikan metode dan pendekatan mengajar
mereka.

Diferensiasi Proses

Dalam kegiatan ini guru perlu memahami apakah murid akan belajar secara
berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada
murid-murid. Siapa sajakah murid yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah
murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara
mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang
akan dirancang. Cara diferensiasi proses di antaranya:

 Kegiatan berjenjang, di mana semua murid bekerja membangun pemahaman


yang sama tetapi dilakukan dengan dukungan, tantangan dan kompleksitas yang
berbeda.
 Menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan melalui sudut-sudut minat,
dengan demikian akan mendorong murid mengeksplorasi berbagai materi yang
dipelajari.
 Membuat agenda individual untuk murid, misalnya guru membuat daftar tugas
berisi pekerjaan umum untuk semua kelas serta daftar pekerjaan yang terkait
dengan kebutuhan individual murid. Jika murid telah selesai mengerjakan
pekerjaan umum maka mereka dapat selesai melihat agenda individual dan
pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka
 Memfasilitasi lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas.
Dalam hal ini untuk memberikan dukungan bagi murid yang mengalami kesulitan
atau sebaliknya mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih
mendalam.
 Mengembangkan kegiatan yang bervariasi yang mengakomodasi gaya belajar
visual, auditori dan kinestetik.
 Menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan,
kemampuan dan minat murid.

Diferensiasi Produk

Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru.
Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes,
pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling
penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan
tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Cara mendiferensiasi produk dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan


mempertimbangkan kebutuhan belajar murid terlebih dahulu sebelum memberikan
penugasan produk. Penugasan produk harus membantu murid secara individual atau
kelompok, menentukan kembali atau memperluas apa yang mereka pelajari selama
periode waktu tertentu (satu semester atau satu tahun). Produk sangat penting karena
mewakili pemahaman dan aplikasi dalam bentuk yang luas, produk juga merupakan
elemen kurikulum yang langsung dapat dimiliki oleh murid.

Diferensiasi produk meliputi dua hal yaitu memberikan tantangan atau keragaman dan
memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran
yang diinginkan. Sangat penting bagi guru untuk menentukan ekspetasi pada murid, di
antaranya menentukan: 1) kualitas pekerjaan apa yang diinginkan; 2) konten apa yang
harus ada pada produk; 3) Bagaimana cara mengerjakannya; 4) Sifat dari produk akhir
apa yang diharapkan

Walaupun murid memberikan informasi tambahan membantu guru memodifikasi


prasyarat produk yang harus dihasilkan agar sesuai dengan kesiapan, minat dan
kebutuhan belajar individu namun gurulah yang tetap harus mengetahui dan
mengkomunikasikan indikator kualitas dari produk tersebut.

Lingkungan yang Mendukung Pembelajaran yang Berdiferensiasi

Apa yang kita lakukan sebagai guru untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi harus dibangun dengan
“learning community” atau komunitas belajar yaitu komunitas yang semua anggotanya
adalah pembelajar. Guru akan mengembangkan murid-muridnya untuk
mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang selalu mendukung lingkungan
belajar. Komunitas belajar yang efektif mendukung pembelajaran berdiferensiasi
adalah:

1. Setiap orang dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan
baik. Iklim ini bukan hanya dilihat dari sikap dan tindakan guru yang ramah dan
menyabut murid tetapi juga sikap yang ditunjukkan antarmurid. Ruang kelas akan
dipenuhi dengan hasil belajar murid atau berbagai hal di mama murid berperan di
dalamnya.
2. Setiap orang dalam kelas akan saling menghargai. Baik guru murid orang tua
maupun kepala sekolah akan berbagi kebutuhan, perasaan diterima, dihormati,
aman sukses dan sebagainya. Apapun perbedaan yang dimiliki mereka semua
tentu memiliki perasaan dan emosi manusia yang sama oleh karena itu dalam
kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi guru akan
membelajarkan murid muridnya untuk membedakan perasaan yang mereka miliki
terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang dan nilai dari orang tersebut. Guru
membantu murid memecahkan secara konsruktif dan tidak akan pernah membuat
perasaan siapapun menjadi kecil.
3. Murid akan merasa aman. Aman tidak hanya secara fisik tetapi juga secara
psikis. Murid-murid yang berada dalam kelas tahu persis mereka boleh bertanya
jika membutuhkan bertanya, mengatakan tidak tahu jika tidak tahu. Mereka tahu
bahwa dalam belajar mereka dapat mengambil risiko untuk mencoba berbagai ide-
ide kreatif.
4. Ada harapan bagi pertumbuhan. Tujuan pembelajaran berdiferensiasi untuk
membantu setiap murid tumbuh semaksimal mungkin sesuai kemampuannya.
Dengan demikian guru akan berusaha mengetahui perkembangan setiap muridnya
dan perkembangan kelasnya secara keseluruhan. Murid juga akan belajar
memaknai pertumbuhan mereka sendiri. Mereka akan berbicara tujuan
pembelajaran dan cara pencapaiannya. Semua pertumbuhan yang ditunjukkan
murid seberapa kecilnya akan layak dicatat dan diperhatikan oleh guru.
Pertumbuhan setiap murid akan berbeda-beda bentuknya. Pertumbuhan tersebut
adalah sebuah perayaan dan pertumbuhan tersebut tidak akan lebih daripada
apapun.
5. Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan. Guru mencari tahu di mana
posisi murid dikaitkan dengan tujuan pembelajaran utama yang ingin dicapai dan
kemudian memberikan pengalaman belajar yang akan mendorong murid sedikit
lebih jauh dan lebih cepat daripada kemampuan mereka saat ini atau zona nyaman
mereka. Guru akan merancang pembelajaran yang sedikit melampaui apa yang
murid kuasai saat itu, pada saat itu murid akan keluar dari zona nyaman mereka
dan merasakan sedikit tantangan. Saat murid mengalami tantangan tersebut guru
akan memastikan bahwa dukungan akan diberikan pada murid tersebut, sehingga
tantangan tersebut dapat dilampaui sehingga murid tidak akan menjadi frustasi.
Bantuan atau dukungan inilah yang disebut “scaffolding”. Jadi pembelajaran yang
dirancang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit sehingga setiap murid dapat
merasakan kesuksesan.
6. Ada keadilan dalam bentuk nyata. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi, adil berarti berusaha memastikan semua murid
mendapatkan apa yang dia butuhkan untuk tumbuh dan sukses. Murid dan guru
adalah sebuah tim untuk berusaha untuk berusaha memastikan bahwa kelas
berjalan dengan baik untuk semua orang di kelas tersebut.
7. Guru dan berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan
bersama. Setiap orang harus mengambil tanggung jawab baik untuk
kesejahteraan diri mereka sendiri maupun kesejahteraan orang lain. Untuk itu guru
dan murid bekerja sama untuk kesuksesan bersama. Walaupun guru pemimpin
kelas, namun murid juga secara sadar mengambil tanggung jawab untuk
kesuksesan kelasnya. Mereka akan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan
mereka, memecahkan semua permasalahan dengan cara yang konstruktif dan
akan membantu mengembangkan rutinitas yang efektif.
Diferensiasi, seperti apa?
12 JULI 2017  PENDIDIKKREATIF MENINGGALKAN KOMENTAR

DIFERENSIASI

Pernah mendengar istilah di atas?

Diferensiasi adalah praktik dimana guru menyampaikan pembelajaran dengan penyesuaian pada
kesiapan, minat, dan gaya belajar siswa.

Guru dapat memodifikasi strategi mengajarnya pada konten, proses, dan produk.

Tapi sebelumnya, guru perlu melakukan asesmen agar punya informasi mengenai tingkat
kesiapan siswa dan apa minat serta gaya belajar yang mereka miliki.

 
sumber: https://sites.google.com/site/touromluppy/differentiatedinstruction

Pahami contoh praktik diferensiasi di bawah ini:

Hari ini bu Ani akan mengajak siswa membuat esai berbahasa inggris. Sebelumnya Bu Ani telah
melakukan asesmen mengenai tingkat penguasaan bahasa inggris siswa. Ternyata siswa memiliki
kemampuan yang beragam. Sehingga Bu Ani membagi siswa menjadi tiga kelompok:

Kelompok 1: siswa yang belum menguasai grammar dasar dan memiliki vocab yang sedikit.
Kelompok 2: siswa yang telah menguasai grammar dasar namun vocab masih kurang.

Kelompok 3: siswa yang menguasai grammar dasar dan vocab yang memadai.

Setelah membagi siswa dalam kelompok, Bu Ani lalu menerapkan strategi diferensiasi kepada
masing-masing kelompok. Di sini, Bu Ani berperan sebagai FASILITATOR bagi siswa.

Kelompok 1: Bu Ani membuat learning center dimana siswa dalam kelompok ini mendapat
bimbingan khusus dari Bu Ani (enrichment) mengenai grammar dasar sebelum mereka menulis
esai. Di sini, Bu Ani sedang mendiferensiasi PROSES.

Kelompok 2: Bu Ani menyediakan media belajar bagi siswa seperti poster, majalah, video,
kamus, dll agar siswa dapat terbantu dalam memperkaya vocabnya selama menulis esai. Dengan
adanya resources yang memadai ini, siswa dapat belajar mandiri tanpa harus terus-terusan
bertanya kepada guru. Pada kelompok 2, Bu Ani mendiferensiasi KONTEN.

Kelompok 3: Karena kelompok tiga dapat lebih mudah menulis esai, mereka didorong untuk
meningkatkan kualitas esai dengan menambahkan lebih banyak data atau riset demi semakin
mempertajam analisisnya (Guru dapat menggunakan strategi lain untuk mengoptimalkan
kemampuan kelompok ini).

Lalu bagaimana cara mendiferensiasi PRODUK?


untuk diferensiasi produk (output pembelajaran), Bu Ani menyesuaikan dengan level
kemampuan dan minat siswa. Siswa boleh menulis esai dengan tema yang mereka sukai, asal
telah sesuai dengan kriteria penilaian yang telah mereka sepakati sebelum tugas dikerjakan.
sumber: https://www.slideshare.net/Byron807/differentiation-in-the-classroom-9662657

Sekolah adalah tempat menuntut ilmu bagi semua siswa dengan beragam kemampuan. Karena
itu ada kampanye “No Child left behind”.

Jangan biarkan ada satu siswapun tertinggal dalam pembelajaran.

Diferensiasi adalah salah satu cara untuk mengakomodir beragamnya kesiapan siswa di dalam
kelas.

Sehingga, ketika merancang pembelajaran, kita selalu mempertimbangkan kesiapan siswa, alih-
alih kemampuan mereka.
Jadi tidak ada siswa yang tidak mampu. Mereka hanya belum ‘siap’, dan guru mempunyai tugas
untuk membantu siswa membangun kesiapan tersebut.

Video ini dapat membantu anda dalam memahami praktik diferensiasi (English)
https://youtu.be/EOPe_cJ67No
Pembelajaran Diferensiasi

15 Februari 2021   15:25 Diperbarui: 15 Februari 2021   15:45 6343 2 0

Lihat foto

Pembelajaran Diferensiasi | dokpri

Pada hakikatnya setiap anak adalah unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tuhan
menciptakan setiap individu sesuai dengan kehendakNya. 

Sebahagian anak terlihat cerdas dan menonjol dalam behitung, Sebagian anak suka dan sangat
bersemangat dalam berolah raga, sebahagian anak sangat suka berbicara dan berdebat. Pada kondisi
lain ada anak yang sangat sulit sekali untuk mampu berbicara dan sulit untuk menyampaikan ide dan
gagasannya secara lisan, di sisi lain mampu berkreasi lewat animasi dan video.

Kondisi ini sudah tidak asing lagi kita temukan pada proses pembelajaran di kelas, di sekolah bahkan
mungkin dalam satu keluarga yang kakak beradik saja bisa muncul perbedaan-perbedaan ini. Jika kita
memahami lebih dalam, sesungguhnya anak yang hebat berhitung tidak lebih sempurna dengan anak
yang sulit membaca atau sebaliknya. 
Sebagai seorang guru, terkadang ini menjadi perenungan apakah sebuah keadilan jika kita merancang
dan melaksanakan pembelajaran dengan hanya satu model yang mungkin cocok dan sesuai dengan anak
yang suka berhitung, sedangkan anak yang tidak suka atau yang lemah dalam berhitung kita abaikan
atau harus menyesuaikan dengan anak yang suka berhitung?

Tentu hal ini bisa saja berjalan dengan baik, akan tetapi bagi anak yang berkemampuan khusus hal itu
bisa saja jadi tantangan atau kendala besar. 

Sebagai seorang guru, menurut saya, pembelajaran diferensiasi menjadi salah satu alternatif untuk
menegakkan keadilan tersebut, kita berusaha untuk bersikap adil atas semua anak yang memiliki
keunikan dan kelebihan tersendiri dalam kegiatan proses belajar mengajar. Pembelajaran diferensiasi
perlu digalakkan lebih dalam dan lebih luas lagi dalam proses pendidikan baik dari usia dini hingga
perguruan tinggi.

Pembelajaran diferensiasi adalah praktik menyesuaikan kurikulum, strategi mengajar, strategi penilaian,
dan lingkungan kelas dengan kebutuhan semua siswa. Kelas yang berdiferensiasi memberikan jalur yang
berbeda bagi siswa untuk mendapatkan isi, untuk memproses informasi dan ide-ide, serta untuk
mengembangkan produk/ hasil belajar yang menunjukkan sejauh mana pemahaman yang diperoleh
siswa.

Menurut Mukti dan Sayekti (2003:37), pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik
umum, yaitu:

a. Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran. Menurut Syaodih dan Ibrahim
(1996:102), dalam proses penetapan materi pelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut: Pertama, materi pelajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang tercapainya tujuan
instruksional; Kedua, materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan/perkembangan
siswa; Ketiga, materi pelajaran hendaknya terorganisir secara sistematis dan berkesinambungan;
Keempat, materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.

Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi
pelajaran sehingga semua siswa dapat mengeksplorasi konsepkonsep pokok bahan ajar. Siswa yang agak
lambat (struggling learners) bisa memahami dan menggunakan ide-ide dari konsepkonsep yang
diajarkan. Sedangkan bagi para siswa berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok
tersebut.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pembelajaran Diferensiasi", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/jawanricitrasitumorang0113/602a30108ede4877a1286963/pembelajara
n-diferensiasi

Kreator: Jawanri Citra Situmorang

Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai