Anda di halaman 1dari 5

Forum diskusi KB2 modul 4

Untuk mengukur prestasi belajar peserta didik, tidaklah cukup untuk menilai
pengetahuan dan keterampilan di akhir pembelajaran atau kompetensi dasar
(KD). Kita juga perlu mencari tahu apa “KEMAMPUAN AWAL PESERTA
DIDIK” sehingga kita dapat mengidentifikasi secara lebih spesifik pengetahuan dan
keterampilan yang telah mereka peroleh sebelumnya. Ada berbagai metode untuk
menilai pengetahuan dan keterampilan awal peserta didikm misalnya, portofolio, pra-
tes, audisi/wawancara dsb.
Diskusi kita adalah, 1) bagaimana konsep, indetifikasi dan kegunaan kemampuan
awal peserta didik; dan 2) metode apa yang bapak/ibu lakukan selama ini dalam
mendeteksi kemampuan peserta didik dan adakah pengalaman-pengalaman yang
urgen untuk diskusi dalam menemukan solusinya

1. Kemampuan awal adalah pemahaman, pengalaman, pengetahuan prasyarat, dan segala sesuatu
yang dimiliki oleh peserta didik sebagai pegetahuan awal (prior knowledge) dan disusun secara
hirarkis sebagai basis data pengalaman (experiential data base) di dalam diri peserta didik
Kegunaan identifikasi awal peserta didik adalah,
a. Memberikan dosis pelajaran yang tepat. Materi dapat diorganisasi dengan baik, guru tidak
memberikan materi yang terlalu mudah yang telah dikuasai oleh peserta didik, atau tidak
memberikan materi yang terlalu sulit sehingga tidak bias dijangkau oleh peserta didik
b. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan, seperti misalnya apakah peserta didik
memerlukan remedial sebelum mereka siap menerima materi baru. Melalui identifikasi
kemampuan awal peserta didik maka guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang
tepat termasuk pemilihan strategi, media, dan penilaian pembelajaran dengan lebih baik. c.
c. Mengukur apakah peserta didik memiliki prasyarat yang dibutuhkan. Prasyarat disini adalah
kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik sebelum mengikuti pelajaran tertentu.
Analisis kemampuan peserta didik berfungsi juga untuk menggambarkan statistik
kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dalam hal ini, jika kemampuan prasyarat untuk
mengikuti pembelajaran telah dimiliki peserta didik, maka pembelajaran dapat dilanjutkan
ke topik/materi berikutnya. Sebaliknya, jika tidak maka guru dapat meminta peserta didik
mengambil tambahan pelajaran khusus/tertentu atau bahkan melakukan review/kajian
terhadap materi terkait sebelum masuk pada materi pembelajaran yang sebenarnya.
d. Memilih pola-pola pembelajaran yang lebih baik. Dengan mengidentifikasi kemampuan awal
peserta didik, maka guru dapat mendesain skenario pembelajaran dengan lebih baik, serta
menentukan materi dengan lebih terorganisir, memilih strategi apa yang akan digunakan,
serta menentukan media pembelajaran apa yang tepat dan dapat digunakan untuk
membantu kegiatan pembelajaran.
2. Metode yang pernah saya lakukan sehubungan dengan pengalaman saya mengajar yaitu
1. Metode portofolio, saya melihat kemampuan awal peserta didik melalui nilai rapor, nilai
ujian nasional serta nilai tes awal masuk sekolah (digunakan untuk penilaian kemampuan
awal peserta didik kelas 7 yang baru masuk sekolah)
2. Metode wawancara atau dengan memberikan pertanyaan secara informal mengenai sejauh
mana pemahaman peserta didik tentang materi yang akan saya berikan
3. Sejauh ini metode pra-tes belum pernah saya lakukan di kelas mengajar, namun pernah saya
laksanakan saat kegiatan penelitian.

Forum diskusi modul 4 KB 3

Silahkan simak video M4 KB 3 tentang gaya belajar, ada pertanyaan menarik disana
yaitu "Menurutmu Pentingkah Mengetahui Gaya Belajar yang paling Efektif Buat
Kamu?. Sekiranya jawabannya "Penting", maka gaya belajar mana dan apa alasannya jika
dikaitkan dengan kecerdasan majemuk dan strategi pengembangannya (Gardner)?

Gaya belajar ada tiga, yakni visual, auditory, dan kinestetis. Dalam kenyatannya, kita semua memiliki
ketiga gaya belajar itu; hanya saja biasanya ada satu gaya belajar yang mendominasi. Tidak ada gaya
belajar yang terbaik, melainkan gaya belajar yang diterapkan pada orang yang tepat (sesuai) maka akan
memaksimalkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Sehubungan dengan kecerdasarn majemuk, tentunya gaya belajar yang diterapkan harus disesuaikan
dengan karakteristik kecerdasan yang dimiliki, misalnya

a. Kecerdasan Logis Matematis, untuk orang dengan kecerdasan logis matematika, maka gaya
belajar yang sesuai adalah gaya belajar kinestetis
b. Kecerdasarn bahasa, maka gaya belajar yang sesuai adalah

Untuk memaksimalkan proses pembelajaran saat di kelas diperlukan strategi pembelajaran yang
disesuaikan dengan tingkat kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh masing-masing anak. Strategi
pembelajaran yang tepat akan sangat menolong anak menangkap pelajaran dengan baik. Sebaliknya
anak akan kesulitan memahami pembelajaran apabila gaya belajar yang disajikan tidak sesuai dengan
kecerdasan yang dimilikinya.

Saat mengajar anak dengan kecerdasan linguistik, metode yang digunakan adalah dengan bercerita,
curah gagasan (brainstorming) dan merekam dengan tape recorder atau menulis jurnal serta publikasi.
Sedangkan anak yang memiliki kecerdasan logis- matematis yang digunakan adalah dengan kalkulasi dan
kuantifikasi, klasifikasi dan kategori atau penalaran ilmiah.

Sedangkan anak dengan kecerdasan visual dan spasial strategi pembelajaran dengan visualisasi,
penggunaan warna, gambar dan sketsa gagasan serta simbol grafis. Anak dengan kecerdasan kinestetis
dapat diajarkan dengan respons tubuh, teater kelas, dan peta tubuh.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru harus cerdas dalam merencanakan kegiatan pembelajaran
dengan mempertimbangkan gaya belajar yang sesuai dengan kecerdasan masing-masing peserta didik,
Contoh kegiatan yang dapat mencakup ketiga gaya belajar tersebut, penggunaan media power point
yang dintegrasikan dengan menampilkan gambar dan animasi kemudian dilanjut dengan melakukan
praktek dikelas. Memperbanyak alat peraga, atau bahkan alat peraganya bias dibuat sendiri oleh siswa.

Selain itu guru juga dapat menginstruksikan peserta didik untuk membuat lagu dari konsep atau materi
yang dibahas, agar peserta didik gampang untuk mengingat. Hal ini saya sudah dapatkan saat di SMA
dan juga sudah saya praktekkan dikelas, dan tentunya menambah antusiasme peserta didik dalam
belajar khususnya bagi peserta didik dengan gaya belajar auditory..

wanita umumnya lebih mampu mengolah kata-kata dengan menggunakan bahasa daripada pria, asalkan
semua faktor lain konstan. Wanita memberikan perhatian khusus terhadap kata-kata dan bisa membaca
bahasa tubuh dan ekspresi wajah orang lain dengan cara yang jauh lebih baik dibandingkan dengan laki-
laki.

Pria umumnya lebih mandiri daripada wanita,bahkan lebih memilih memecahkan masalah mereka
sendiri tanpa perlu berbicara dengan siapapun. Wanita di sisi lain justru akan menjadi tertekan jika tidak
berbagi masalah yang sedang mereka hadapi dengan teman-teman mereka, walaupun jika teman-teman
mereka jika tidak mampu memberikan solusi.

Pria pada umumnya bisa mengambil keputusan tanpa terpengaruh emosi, sementara itu kebanyakan
wanita pada umumnya lebih mempertimbangkan faktor-faktor lain yang terkaot dengan emosi yang
umumnya diabaikan oleh pria. Pada intinya wanita lebih mengedepankan perasaan, sedangkan pria
lebih mengedepankan logika dalam berpikir mereka.
Dalam merancang pembelajaran di kelas sebagai seorang guru kita harus memahami karakteristik umum
peserta didik yang sangat heterogen mulai dari gender, etnik, cultural, minat usia, dan status social

1. Gender
Pria pada umumnya bisa mengambil keputusan tanpa terpengaruh emosi, sementara itu
kebanyakan wanita pada umumnya lebih mempertimbangkan faktor-faktor lain yang terkaot
dengan emosi yang umumnya diabaikan oleh pria. Pada intinya wanita lebih mengedepankan
perasaan, sedangkan pria lebih mengedepankan logika dalam berpikir mereka. Atas dasar
perbedaan itulah, maka ketika seorang guru yang akan membagi kelompok peserta didik, maka
sudah sepatutnya membagi peserta didik secara heterogen dengan mempertimbangan gender
peserta didik.
2. Etnik
Seorang pendidik tentunya dalam melakukan proses pembelajaran perlu memperhatikan
kondisi etnik dalam kelasnya. Penggunaan bahasa yang digunakan oleh guru harus mudah
dipahami oleh peserta didik, misalnya dalam kelas yang heterogen terdapat peserta didik yang
berasal dari jawa, Sulawesi dan batak. Hal ini tentu berpengaruh pada dialeg dan bahasa yang
digunakan oleh peserta didik, olehnya itu guru sebisa mungkin harus memahami hal tersebut
agar tidak menimbul masalah bagi siswa dalam belajar
3. Usia
Usia yang dimiliki peserta didik akan berkonsekuensi terhadap pendekatan pembelajaran,
motode, media, dan jenis evaluasi yang digunakan pendidik. Ketika pendidki menghadapi
peserta didik Taman Kanak-kanak pada umumnya berusia 5-6 tahun, sudah tentu akan berbeda
pendekatan, metode, dan media yang digunakan ketika menghadapi peserta didik Sekolah Dasar
yang umumnya berusia 7-11 tahun, begitupun seterusnya pada jenjang SMP, SMA hingga tingat
universitas.
4. Kultural
Budaya yang ada di masyarakat kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma,
kebiasaan, dan adat istiadat. Hal ini sangat dimungkinkan karena Indonesia merupakan Negara
kepulauan yang masing-masing memiliki budaya, bahasa, dan etnis masing-masing. Peserta didik
yang kita hadapi mungkin berasal dari berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang
berbeda-beda sehingga kelas yang kita hadapi kelas yang multicultural.
5. Status sosial
Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk saling berinteraksi
dan saling melakukan proses pembelajaran. Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi
penghambat dalam melakukan proses pembelajaran. Namun tidak dipungkiri kadang dijumpai
status sosial ekonomi ini menjadi penghambat dalam belajar secara kelompok. Oleh karena itu
pendidik dituntut untuk mampu mengakomodasi hal-hal seperti ini. Guru sebaiknya tidak
membeda-bedakan sikap kepadaa peserta didik berdasarkan status sosialnya.
6. Minat
sebenarnya minat seseorang khususnya minat belajar peserta didik memegang peran yang
sangat penting. Oleh karena itu hendaknya terus ditumbuh kembangkan agar selalu tinggi.
Namun sebagaimana kita ketahui bahwa minat belajar peserta didik tidaklah sama, ada peserta
didik yang memiliki minat belajarnya tinggi, ada yang sedang, dan bahkan rendah. Berdasarkan
hal tersebut tentunya guru seharusnya mempersiapkan perencanaan pembelajaran berdasarkan
minat yang dimiliki oleh siswa, jangan sampai terjadi kesenjangan dalam kegiatan pembelajaran.

1. Waspada terhadap isi rasis dalam materi pelajaran dan interaksi dikelas.
2. Mempelajari lebih banyak tentang kelompok etnis yang berbeda-beda.
3. Peka terhadap sikap etnis murid dan jangan menerima keyakinan bahwa “anak tidak
melihat perbedaan warna kulit”. Respon pandangan kultural anak secara sensitif.
4. Menggunakan buku, film, video, dan rekaman untuk menggambarkan perspektif etnis.
5. Bersikaplah peka terhadap perkembangan kebutuhan murid anda ketika anda memilih
materi kultural.
6. Pandang murid secara positif terlepas dari etnis mereka.
7. Mengakui bahwa kebayakan orang tua, terlepas dari etnisitasnya, memerhatikan
pendidikan anaknya dan ingin agar anaknya sukses di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai