Anda di halaman 1dari 6

Mata kuliah: Strategi dan perencanaan pembelajaran

"Desain pesan dan karakter siswa selama pembelajaran"


Dosen Pengampu:
Umri S.Pd., Gr

Oleh

Nama : Putri Indriani


Nim : H0522537
Kelas : PGSD A

KELAS A

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN 2022 – 2023

1
A. Pengertian Desain Pesan Pembelajaran

Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau peracangan (desain)


sebagai upaya untuk membelajarkan siswa (Hamzah dkk, 2010:4). Istilah
desain atau merancang adalah menunjukkan suatu proses analisis yang
sengaja dilakukan dan terpisah dari proses pelaksanaan desain itu sendiri.
Dengan ungkapan lain, desain pesan pembelajaran berbeda dari peristiwa
pembelajaran yang sesungguhnya. Kata desain menunjukkan adanya suatu
pross dan suatu hasil (Asri Budiningsih, 2003:7).
Dalam konteks pembelajaran, desain adalah proses untuk menentukan
kondisi belajar agar tercipta strategi dan produk pada tingkat makro seperti
program dan kurikulum dan pada tingkat mikro seperti pembelajaran dan
modul (Seels and Richey, 1994:32). Menurut Fleming & Levie (1993)
desain pesan untuk pembelajaran berkaitan dengan strategi yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Asri
budiningsih (2003:15) desain pesan pembelajaran adalah perencanaan
untuk merekayaasa bentuk fisik dari pesan atau informasi pembelajaran,
yang kajiannya mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya
serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan atau informasi
agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, atau antara
pendidik dan peserta didik.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa desain pesan
pembelajaran adalah langkah-langkah atau proses dalam merekayasa pesan
atau informasi pembelajaran agar terjadi komunikasi yang baik antara
pendidik dan peserta didik sehingga tercipta kondisi belajar yang
diinginkan.
B. Prinsip-Prinsip Desain Pesan Pembelajaran

Menurut Gagne (1974:18) beberapa prinsip sudah diuji coba seperti


kontak langsung dengan siswa, perulangan dan penguatan menunjukan
kemajuan pada kondisi siswa. Berdasarkan teori-teori belajar kognitif,
teori pemrosesan informasi, dan teori komunikasi, Asri Budiningsih
(2003:119) menjelaskan beberapa prinsip yang dijadikan pedoman dalam
mendesain pesan pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut meliputi prinsip

2
kesiapan dan motivasi, prinsip penggunaan alat pemusat perhatian,, prinsip
keaktifan siswa, prinsip umpan balik, dan prinsip perulangan
1. Prinsip Kesiapan dan Motivasi: kesiapan dan motivasi peserta didik
merupakan dasar atau bekal seorang peserta didik untuk siap
mempelajari sebuah ilmu atau materi baru.Media pembelajaran yang
baik tentunya harus memperhatikan sisi kesiapan peserta didik serta
mampu memotivasi seorang peserta didik untuk lebih senang dalam
melakukan kegiatan belajar.
2. Pinsip Penggunaan Alat pemusat Perhatian:Jika dalam proses belajar
menggunakan sebuah media yang dapat menarik perhatian peserta
didik maka pesan yang akan disampaikan melalui media tersebut akan
dapat terserap oleh peserta didikdengan optimal, sebaliknya jika media
yng digunakan tidak memiliki daya tarik maka peserta didik tidak akan
terpusat pada media tersebut yang pada akhirnya menyebabkan
penyampaian materi atau pesan melalui media tersebut tidak optimal.
3. Prinsip Partisipasi Aktif Siswa: media pembelajaran yang baik
seharusnya menerapkan prinsip keaktifan siswa, sehingga siswa tidak
hnya menerima informasi tetapi juga aktif berfikir serta aktif secara
emosional maupun mental
4. Prinsip Umpan Balik: Umpan balik berfungsi sebagai koreksi terhadap
proses belajar dan hasil belajar siswa agar siswa mengetahui
sejauhmana kemjuan yang telah dialami sehingga dapat melakukan
tindakan selanjutnya dalam belajar. Selain itu umpan balik juga dapat
member motivasi kepada peserta didik dalam belajar
5. Prinsip Perulangan: Informasi yang disampaikan berulang-ulang
melalui media dapat membuat peserta didik lebih mengingat apa yang
telah disampaikan.Pengulangan berfungsi agar informasi atau
pengetahuan mampu bertahan lama di dalam memori. Menurut Asri
budiningsih (2003:127) tanpa adanya perulangan, informasi akan sulit
ditangkap dan mudah dilupakan.Dengan adanya pengulangan maka
siswa akan mengerti informasi mana yang lebih penting dan harus
mendapatkan perhatian yang lebih.

3
C. Karakter Siswa Selama pembelajaran

Adapun setidaknya pada tahap perkembangan intelektual usia 2-11


tahun atau berada pada fase pra operasional dan operasional konkret anak-
anak umumnya memiliki karakteristik diantaranya:
1. Senang Bermain

Karakter ini merupakan hal yang umum dimiliki oleh setiap siswa.
Pada usia 2-11 tahun adalah masa emas anak untuk mengenal hal-hal
baru membuat mereka cenderung aktif. Sehingga wajar jika anak
cenderung menyukai sesuatu yang menyenangkan seperti permainan.
Sehingga pendidik perlu memahami ini sebagai sesuatu yang lazim.
2. Senang Bergerak dan Aktif

Senang bergerak adalah ciri-ciri yang paling umum dimiliki oleh


anak-anak dimasa pertumbuhan. Sebagai Guru harus bisa
mengoptimalkan karakteristik anak yang aktif tersebut untuk
dimaksimalkan dalam proses pembelajaran. Cobalah ajak anak-anak
untuk melakukan eksperimen di laboratorium atau menyiapkan
pembelajaran role playing di dalam kelas.
3. Suka Bekerja dengan Kelompok (kolaborasi)

Pada usia pertumbuhan siswa cenderung tertarik bersosialisasi


dan mengenal hal baru termasuk mencari teman yang bisa diajak
bermain. Kondisi ini harus dipahami Guru dengan menyiapkan
pembelajaran yang banyak melibatkan aktivitas berkelompok dan
kolaboratif. Banyak metode pembelajaran yang bisa menerapkan
pembelajaran berkelompok seperti pembelajaran berbasis games,
cerdas cermat, eksperimen,atau proyek berkelompok yang membuat
siswa diharuskan bekerjasama dan memecahkan masalah bersama.
Dengan sering menjalankan aktivitas berkelompok akan
menumbuhkan sikap kesetiakawanan, saling percaya, tanggungjawab,
kerjasama, komunikasi, dan lainnya.
4. Senang Berimajinasi & Berkarya

Anak-anak senang dengan segala sesuatu yang menarik, sehingga


tidak heran jika anak di usia pertumbuhan senang menonton kartun
4
animasi yang penuh dengan dunia fantasi dan imajinasi. Anak di masa
ini juga senang membuat karya kreatif dengan berbagai bahan, seperti
menggunakan flour clay, lego, Puzzle dan sebagainya.
Sehingga guru harus memastikan dalam aktivitas pembelajaran
bisa memfasilitasi anak untuk bisa berkarya sekaligus mampu
mengembangkan kreativitas dan imajinasi siswa. Banyak cara yang
bisa dilakukan seperti memadukan pembelajaran dengan tugas praktis
membuat pra karya dengan memanfaatkan bahan dan alat yang ada.
Guru juga diharapkan bisa memberikan contoh yang lebih sederhana
dan sesuai dengan tingkat berpikir siswa dari materi yang disampaikan,
sehingga diharapkan dapat menstimulus siswa untuk berpikir dan
berimajinasi.
5. Senang Melakukan Sesuatu Secara Langsung

Siswa pada usiang perkembangan berada pada tahapan kognitif


pra operasional dan operasional konkret. Ciri utama siswa pada
tahapan ini adalah ketika memahami suatu hal atau konsep
membutuhkan stimulus langsung atau praktik, Guru bisa melakukan
demonstrasi atau memberikan contoh kasus yang ada di sekitar siswa.
Bisa juga dengan memberikan video interaktif yang menunjukkan
prosedur dan contoh nyata dari konsep yang dijelaskan.
6. Suka Menganggu dan Ingin Diperhatikan

Siswa ketika di dalam kelas umumnya senang untuk mencari


perhatian, apalagi siswa putra. Bentuknya juga bermacam-macam,
Seperti membuat keributan, memanggil nama teman, sampai datang
menganggu siswa lainnya.
Kondisi ini memang hal yang wajar, karena diusia perkembangan
siswa cenderung ingin menonjol dan menjadi pusat perhatian. Tetapi
sebagai guru harus memastikan apa yang dilakukan siswa tersebut
dalam batas wajar. Tentu jika sudah menganggu kenyamanan dan
ketertiban kelas, sebaiknya guru mengambil tindakan seperti menegur
atau memberikan tugas tambahan.
7. Suka Mencoba Hal Baru

5
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, siswa diusia sekolah
selalu senang mencoba hal baru. Siswa selalu punya cara sendiri untuk
mengetahui berbagai hal yang baru. Sehingga tidak heran jika banyak
anak yang suka bertanya.
Anak juga cenderung akan bereksperimen dengan segala yang ada
di sekitarnya. Sehingga Guru perlu menkondisikan pembelajaran agar
siswa bisa melakuan eskperimen dan menyalurkan kreativitasnya tanpa
batas. Metode seperti project based learning, eksperimen dan studi
kasus merupakan cara yang tepat agar siswa bisa bebas dalam
melakukan percobaan, praktik dan menciptakan solusi baru.

Anda mungkin juga menyukai