Anda di halaman 1dari 21

UJIAN TENGAH SEMESTER

RANCANGAN DESAIN PEMBELAJARAN


KEWIRAUSAHAAN

Mata Kuliah
Pengembangan Materi dan Disain Pembelajaran IPS

Dosen Pembina
Prof. Dr. Azwar Ananda M.A
Dr. Maria Montessori M.Ed.,M.Si

Oleh :

ELVI RAHMI
NIM : 18169006

PROGRAM STUDI S3 ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019

1
FONDASI DESAIN PEMBELAJARAN:

1. PERSPEKTIF FILOSOFIS

KONSTRUKTIVISME

Konstruktivisme sebagai "teori pengetahuan dengan akar dalam

filosofi, psikologi, dan cybernetics" menekankan; (1) pembelajar aktif

dalam mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri; (2) interaksi sosial itu

penting bagi pengkonstruksian pengetahuan. Konstruktivisme

memandang belajar lebih dari sekedar menerima dan memproses

informasi yang disampaikan oleh guru maupun teks.

Di dalam pembelajaran konstruktivisme, konstruktor pengetahuan

aktif memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Belajar selalu merupakan sebuah proses aktif. Pembelajar secara aktif

mengkonstruksikan belajarnya dari berbagai macam input yang

diterimanya. Hal ini mengisyaratkan bahwa pembelajar perlu bersikap

aktif agar dapat belajar secara efektif. Belajar adalah tentang membantu

untuk mengkonstruksikan makna mereka sendiri, bukan tentang

"mendapatkan jawaban yang benar" karena dengan cara seperti ini siswa

dilatih untuk mendapatkan jawaban yang benar tanpa benar-benar

memahami konsepnya (Muijs, & Reynolds, 2009)..

b. Anak-anak belajar dengan paling baik dengan menyelesaikan berbagai

konflik kognitif (konflik dengan berbagai ide dan konsepsi lain) melalui

pengalaman, refleksi, dan metakognisi (Beyer, 1985).

c. Bagi konstruktivis, belajar adalah pencarian makna, Pembelajar secara

aktif berusaha mengkonstruksikan makna. Dengan demikian guru

2
mestinya berusaha mengkonstruksikan berbagai kegiatan belajar seputar

ide- ide besar dan eksplorasi yang memungkinkan pembelajar untuk

mengkonstruksikan makna.

d. Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata-

mata. Belajar juga dikonstruksikan secara sosial, melalui interaksi dengan

teman sebaya, guru, orang tua dan sebagainya.

e. Elemen lain yang berakar pada fakta bahwa pembelajar secara individual

dan kolektif mengkonstruksilan pengetahuan adalah bahwa agar efektif

guru harus memiliki pengetahuan yang baik tentang perkembangan anak

dan teori belajar, sehingga mereka dapat menilai secara lebih akurat

belajar seperti apa yang dapat terjadi.

f. Di samping itu belajar selalu dikonseptualisasikan. Kita tidak

mempelajari fakta-fakta secara murni abstrak, tetapi selalu dalam

hubungannya dengan apa yang telah kita ketahui. Kita juga belajar

dalam kaitannya dengan prakonsepsi kita. Ini berarti bahwa kita dapat

belajar dengan paling baik bila pembelajaran baru itu berhubungan secara

eksplisit dengan apa yang telah kita ketahui.

g. Belajar secara betul-betul mendalam berarti mengkonstruksikan

pengetahuan secara menyeluruh, dengan mengeksplorasi dan menengok

kembali mated yang kita pelajari dan bukan dengan cepat pindah dari satu

topik seperti pada pendekatan pengajaran langsung. Murid hanya dapat

mengkonstruksikan makna bila mereka dapat melihat keseluruhannya.

h. Mengajar adalah sebagai pemberdayaan pembelajar, dan memungkinkan

pembelajar untuk menemukan dan melakukan refleksi terhadap

3
pengalaman-pengalaman realistis. Ini akan menghasilkan pembelajaran

otentik dan pemahaman yang lebih dalam bila dibandingkan dengan

memorisasi permukaan yang sering menjadi ciri pendekatan-pendekatan

mengajar lainnya (Von Glassersfeld, 1989).

Implikasi

Implikasi fondasi ini, MK kewirausahaan adalah MK yang

mengharapkan mahasiswa tidak hanya samapai pada tahap learn to know

namun sampai level to do, maka pembelajaran yang dirancang nantinya

harus mampu mengaktifkan siswa untuk merekonstruksi pengetahuan

secara menyeluruh, dengan mengeksplorasi kondisi real lapangan,

mengkonstruksikan berbagai kegiatan belajar seperti bagaimana

pengalaman suskses seorang wirausaha, motivasi apa yang dimiliki

pengusaha sukses, dan bagaimana menemukan ide usaha sehingga

dengan adanya eksplorasi ini akan memungkinkan pembelajar untuk

mengkonstruksikan makna kewirausahaan yang sebenarnya.

EMPIRISME

Empirisme menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung

pada lingkungan, sedangkan pembawaan yang dibawanya sejak lahir

tidak penting. Pengalaman yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari

yang didapat dari dunia sekitar. Pengalaman tersebut berupa stimulan-

stimulan dari alam bebas maupun yang diciptakan oleh manusia dalam

bentuk program pendidikan. Untuk itu, pendidik memegang peranan

penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan yang ideal, sedangkan

anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman

4
tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, dan watak anak sesuai

dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Apabila dapat disimpulkan, ajaran-ajaran pokok empiris dalam

pendidikan, sebagai berikut:

a. Pandangan bahwa suatu ide atau gagasan merupakan abstraksi yang

dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.

b. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan

akal maupun rasio.

c. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bersumber dari data inderawi.

d. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak

langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran defisional logika

dan matematika).

e. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan.

Implikasinya

MK Kewirausahaan harus dirancang, tidak hanya berdasarkan teoritis

namun juga bisa berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dilalui oleh

wirausaha sukses maupun wirausaha yang gagal,. Disamping itu

mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk merasakan pengalaman

melewati tahapan-tahapan dan praktek wirausaha secara mandiri.

5
PRAGMATISME

Pragmatisme merupakan inti filsafat pragmatik dan menemukan nilai

pengetahuan berdasarkan kegunaan praktisnya. Dalam pelaksanaannya,

pendidikan pragmatisme mengarahkan agar subjek didik saat belajar di

sekolah tak berbeda ketika ia berada di luar sekolah.. Di sini pengalaman

belajar di sekolah tidak berbeda dengan pengalaman saat ia belajar di luar

sekolah. Model pembelajaran pragmatisme adalah anak belajar di dalam kelas

dengan cara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan merasa bersama-

sama terlibat dalam masalah dan pemecahanya. Anak akan terlatih

bertanggung jawab terhadap beban dan kewajiban masing-masing.

Sementara, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Model

pembelajaran ini berupaya membangkitkan hasrat anak untuk terus belajar,

serta anak dilatih berpikir secara logis. Sebagaimana yang diungkap oleh

Power (Sadulloh, 2003:133) bahwa, implikasi dari filsafat pendidikan

pragmatisme terhadap pelaksanaan pendidikan mencakup tiga hal pokok.

Ketiga hal pokok tersebut, yaitu:

a. Tujuan Pendidikan, tujuan pendidikan pragmatisme adalah memberikan

pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup sosial dan

pribadi.

b. Kedudukan Siswa, kedudukan siswa dalam pendidikan pragmatisme

merupakan suatu organisasi yang memiliki kemampuan yang luar biasa

dan kompleks untuk tumbuh.

6
c. Kurikulum, kurikulum pendidikan pragmatis berisi pengalaman yang

teruji yang dapat diubah. Demikian pula minat dan kebutuhan siswa yang

dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Guru menyesuaikan

bahan ajar sesuai dengan minat dan kebutuhan anak tersebut.

d. Metode, metode yang digunakan dalam pendidikan pragmatisme adalah

metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja), serta metode

pemecahan masalah (problem solving method), serta metode penyelidikan

dan penemuan (inquiri and discovery method).

e. Peran Guru. Peran guru dalam pendidikan pragmatisme adalah

mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa

mengganggu minat dan kebutuhannya.

Implikasi

Topik-topik yang dikaji dalam kewirausahaan adalah topik-topik yang

akan berguna bagi mahasiswa sebagai bekal menjadi seorang wirausaha,

seperti bagaiamana memilihi ide usaha, bagaimana membuat bisnis plan,

bagaimana melakukan analisis pasar, analisis keuangan analisis resiko dan

mengevaluasi apakah suatu ide usaha yang dipilih layak/tidak untuk

dijalankan, dan dalam metode yang direkomendasikan sperti project

based learning dan problem based learning

7
2. PERSPEKTIF TEORITIS

Teori Komunikasi
Komunikasi dalam pembelajaran diperankan oleh dosen dan

mahasiswa. Maka perlu dikaji bagaimana kemampuan dosen dalam

berkomunikasi dan mahasiswa dalam berkomunikasi. Manfaat

komunikasi akan terlihat jika prosesnya terlihat dengan adanya

rangsangan dan respon. Disitu sudah terjadi komunikasi antar pendidik

dan peserta didik, komunikasi ini akan menghasilkan manfaat yakni

memudahkan untuk saling berkomunikasi, sehingga mengerti akan apa

yang belum dan sudah di pelajari. Jadi pada intinya komunikasi ini

sangat penting dalam proses pembelajaran karena sangat memudahkan

serta dapat melancarkan proses pembelajaran

Implikasinya

Pendidik dalam memaparkan teori terkait kewirausahaan harus memiliki

wawasan yang luas terkait kewirausahaan dan juga mampu menarik

perhatian mahasiswa terkait topik yang dibahas sehingga bisa timbul

keinginan/ minat untuk berwirausaha, dan metode lain juga bisa

digunakan mengundang para wirausaha sukses untuk berbagi

pengalaman dengan mahasiswa

Teori Sistem

Teori sistem merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai

hubungan diantara variabel dependen dan independen yang diasumsikan

berinteraksi satu sama lain. Teori sistem menekankan perlunya

memeriksa seluruh bagian sistem. Sering sekali seorang analis terlalu

8
memusatkan perhatian hanya pada satu komponen sistem, yang berarti

dia telah mengambil tindakan yang mungkin tidak efektif, karena

beberapa komponen yang penting diabaikan.

Impikasi

Desain MK kewirausahaan harus memperhatikan unsur-unsur

yang terkait dengan pembelajaran, seperti bagaimana karakteristik

mahasiswa dan dosen yang diharapkan dalam MK ini, rancangan materi

yang mau dipilih, metode apa yang akan digunakan, sarana dan prsarana

apa yang dibutuhkan, media apa yang dibutuhkan, evaluasi seperti apa

yang cocok dlsb.

Teori Belajar

Terdapat berbagai teori belajar, mulai dari teori behavioristic, kognitif,

konstruktivis dan humanistik. Menurut teori konstruktivisme,

pengetahuan merupakan bentukan (hasil konstruksi) individu yang

sedang belajar. Dalam konteks pembelajaran di sekolah pengetahuan yang

diperoleh siswa adalah hasil konstruksinya sendiri, sehingga pengalaman

bersentuhan langsung dengan berbagai objek belajar menjadi sangat

penting. Sebab dengan demikian siswa dapat menjalani proses konstruksi

pengetahuan baik yang berupa konsep, ide, maupun pengertian tentang

sesuatu menjadi nyata dan utuh.Untuk membentuk pengetahuan sendiri,

dibutuhkan adanya dorongan untuk mencari dan menemukan

pengalaman baru. Pembelajaran di sekolah harus dapat menumbuhkan

dorongan itu pada setiap siswa sehingga proses konstruksi pengetahuan

9
oleh siswa dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Desain

pembelajaran tidak terbatas dikembangkan dalam upaya mentransfer

sejumlah pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi lebih pada

bagaimana merancang suatu program pembelajaran yang dapat

mendorong siswa untuk mencari dan menemukan berbagai pengalaman

baru, mengarahkan pada proses pembentukan pengetahuan dan

perkembangan pemikiran yang baik pada siswa.

Implikasinya.

Dalam MK kewirausahaan digunakan sebagian dari teori

behavioristik dengan cara berbagai stimulus juga penting diberikan dosen

agar mahasiswa mau berwirasuaha, namun untuk materi diguanakn toeri

kogntif dan konstruktivis,s ehingga mahasiswa mampu menemukan

berbagai pengalaman baru terkait dengan kewirausahaan.

Teori Pemrosesan Informasi

Menurut teori ini, belajar merupakan proses mengelola informasi,

namun teori ini menganggap sisitem informasi yang diproses yang

nantinya akan dipelajari siswa adalah yang lebih penting. Karena

informasi inilah yang akan menentukan proses dan bagaimana proses

belajar akan berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang

dipelajari.

Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses

penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan

keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi

10
adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi

eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu

yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang

terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan

dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses

pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi

delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4)

penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8)

umpan balik

Implikasi

Dalam desain MK kewirausahaan banyak faktor yang harus

diperhatikan dalam mendesain MK ini seperti, analisis kondisi

mahasiswa, dosen, tujuan yang ingin dicapai, prasarana dan sarana yang

tersedia, sumber dan media yang akan digunakan, sarana dan parsarana

yang dibutuhkan serta evaluasi yang dilakukan.

Teori Instruksional

Teori instruksional merupakan suatu kumpulan prinsip-prinsip

yang terintegrasi dan yang memberikan preskripsi untuk mengatur situasi

atau lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat membantu si

belajar memperoleh informasi dan keterampilan baru dengan

memperhatikan informasi dan keterampilan yang telah dipel;ajari

sebelumnya.

11
Teori instruksional dapat bersifat perspektif dan deskriptif. Teori

instruksional perspektif berguna untuk mengoptimalkan hasil pengajaran

yang diinginkan dibawah kondisi tertentu, sedangkan teori instruksional

deskriptif berisi gambaran mengenai hasil pengajaran yang muncul

sebagai akibat dan digunakannya metode tertentu dibawah kondisi

tertentu pula. Menurut Bruner, suatu teori instruksional hendaknya

meliputi: (a) Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau

dan dapat belajar ( ); (b) Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman

optimal ( ); (c) Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran ( );

dan (d) Bentuk dan pemberian reinforsemen ( ) (Snelbecker, 1974: 420).

Menurut teori ini, metode dan hasil pembelajaran tidak sepenuhnya

seiring. Tujuan pembelajaran tidak hanya untuk memperoleh

pengetahuan tetapi juga untuk melatih kemampuan intelektual siswa dan

merangsang serta memotivasi keingintahuan dan kemampuannya.

Implikasi

Desain MK kewirausahaan yang dikembangkan hendaknya

memperhatikan pilihan-pilihan metiode instruksional yang digunakan,

yang diharapkan mampu memberikan pengalaman yang bermakna bagi

mahasiswa sehingga nantinya tujuan dari MK ini bisa tercapai.

12
Model Desain Pembelajaran Yang Dikembangkan: Adalah model

ELVIE yang terdi atas E (Exploration), L, (Learning Outcome) dari hasil

explorasi menentukan tujuan yang akan dicapai dalam MK ini dan tujuan

pembelajaran setiap pertemuan . V (Value), menentukan nilai-nilai apa yang

diharapkan dimiliki oleh peserta didik I (Implementation) dan E (Evaluation)

Explorasi

Kegiatan explorasi ini bertujuan agar pendidik/ dosen kewirausahaan

dapat menemui kebutuhan belajar mahasiswa yang urgen sehingga mereka

mampu mendapatkan pengalaman dalam MK ini secara maksimal. Explorasi

pembelajar meliputi tiga faktor kunci dari diri pembelajar yang meliputi : a)

a.General Characteristics (Karakteristik Umum). Karakteristik umum

mahasiswa dapat ditemukan melalui variable yang konstan, seperti, jenis

kelamin, umur, jurusan. b). Specific Entry Competencies (Mendiagnosis

kemampuan awal pembelajar). Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa

pengetahuan awal siswa merupakan sebuah subyek patokan yang

berpengaruh dalam bagaimana dan apa yang dapat mereka pelajari lebih

banyak sesuai dengan perkembangan psikologi siswa. Terkait dengan

kewirausahaan perlu dikaji sampai tahap mana mahasiswa mengenal

mengenal kewirausahaan, pengalaman apa yang telah mereka miliki. Hal ini

akan memudahkan dalam merancang suatu pembelajaran agar materi

pelajaran dapat diserap dengan optimal oleh didik sesuai dengan kemampuan

yang dimilikinya. c. Learning Style (Gaya Belajar). Gaya belajar yang dimiliki

13
setiap pembelajar berbeda-beda dan mengantarkan peserta didik dalam

pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya interaksi dengan dan

merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran. Oleh karena itu

perlu dieksplorasi bagaimana gaya belajar mahasiswa yang ada dan

disesuaikan dengan materi dan rancangan pembelajaran

Learning Outcome

Langkah selanjutnya dari model desain sistem pembelajaran ini adalah

merumuskan Learning Outcome apa yang ingin dicapai dalam MK

kewirausahaan Ini. Dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat

memperoleh suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran..

Selain menggambarkan kompetensi yang perlu dikuasai oleh mahasiswa,

rumusan learning outcome juga mendeskripsikan kondisi yang diperlukan

oleh siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang telah dicapai dan tingkat

penguasaan siswa atau degree terhadap pengetahuan dan keterampilan yang

dipelajari.

V (value)

Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai-nilai apa yang diharapkan

dapat dimiliki oleh mahasiswa terkait terkait pembelajaran kewirausahaan

ini. MK Ini harus dirancang untuk untuk menawarkan beragam aktifitas

tentang pengalaman terhadap nilai-nilai motal yang ada, karena untuk MK

kewirausahaan character merupakan hal yang sangat poko karena tanpa Value

yang baik ( seperti disiplin, berpikir Kritis, bertanggung Jawab, berjiwa

14
Wirausaha, mampu Berkomunikasi,jujur, terbuka dan percaya diri, disiplin

pencapaian tujuan tidak banyak berarti

Implemetation

Langkah selanjutnya dari model desain sistem pembelajaran ini adalah

mengimplementasikan yang terdiri atas melaksanakan pembelajaran dengan

cara memilih materi, strategi pembelajaran yang digunakan, media yang akan

digunakan. Menentukan materi/bahan ajar yang sesuai dengan tujuan

instruksional khusus (indikator) yang telah dirumuskan. Masalah yang sering

dihadapi dosen adalah begitu banyaknya materi pelajaran yang harus

diajarkan dengan waktu yang terbatas. Demikian juga, timbul kesulitan dalam

mengorganisasikan materi/bahan ajar yang akan disajikan kepada para

mahasiswa. Dalam hal ini diperlukan ketepatan guru dalam memilih dan

memilah sumber belajar, materi, media, dan prosedur pembelajaran yang akan

digunakan.

Evaluation

Setelah impelementasi dilakukan maka langkah terakhir yang perlu dilakukan

adalah evaluasi. Tahap evaluasi dalam model ini dilakukan untuk menilai

efektivitas pembelajaran dan juga hasil belajar mahasiswa. Proses evaluasi

terhadap semua komponen pembelajaran perlu dilakukan agar dapat

memperoleh gambaran yang lengkap tentang kualitas sebuah program

pembelajaran.

Contoh pertanyaan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menilai efektifitas

proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

15
a. Apakah mahasiswa dapat mencapai learning outcome dan value yang

telah ditetapkan?

b. Apakah materi, metode, media, dan strategi pembelajaran yang

digunakan dapat membantu berlangsungnya prose belajar mahasiswa

dalam MK Kewirausahaan ?

c. Apakah mahasiswa terlibat aktif dengan materi kewirausahaan yang

dipelajari? Revisi perlu dilakukan apabila hasil evaluasi terhadap

program pembelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

16
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
PERTEMUAN KE-3

Bahan Kajian : Kewirausahaan


SKS : 3
Kode : UNP1.60.005

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran) terkait KKNI

Mahasiswa mampu menganalisis langkah-langkah memulai usaha

: Berpikir Kritis, Bertanggung Jawab, Berjiwa Wirausaha, Mampu Berkomunikasi,


Jujur, Terbuka dan Percaya Diri

Materi :

Langkah-Langkah Memulai Usaha

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan III

Tahap Kegiatan Teknik Media


Kegiatan Penilaian
Pendahuluan 1. Menjelaskan cakupan materi dalam Lisan Slide
pertemuan ke 3 Sikap Power
2. Menjelaskan manfaat mempelajari materi Point
pertemuan ke 3 bagi mahasiswa

Penyajian 1. Mahassiwa dan dosen menonton video Lisan Modul,


terkait tahapan-tahapan yang dilalui Kelengkapan Slide
pengusaha yang telah sukses dan Power
Point

17
2. Dosen mengorientasikan sekilas materi kebenaran
terkait langkah-langkah memulai usaha penjelasan
Tingkat
komunikatif
3. Mahasiswa melaporkan hasil observasi presentasi
lapangan terkait langkah-langkah memulai Ketepatan
usaha yang dilakukan oleh wirausaha sekitar penyelesaian
masalah
4. Mahasiswa menganalisis langkah-langkah
memulai usaha yang dilakukan oleh
wirausaha sekitar

5. Dosen mengevaluasi hasil laporan dana


analisi mahasiswa terkait langkah memulai
usaha

Penutup 1. Mengundang komentar/pertanyaan dari Tulisan


mahasiswa Kinerja
2. Menyimpulkan materi pelajaran
3. Menyampaikan cakupan materi yang akan
datang

Evaluasi

Lisan

Skor
No Pertanyaan
1 2 3 4
1. Dari hasil observasi jelaskan langkah-langkah
penting yang harus dilakukand alam memulai
usaha
2. Jelaskan faktor yang bisa menghambat usaha!

Tulisan

18
2.
1.

No
No
Praktikum

Didik
Nama
Peserta
Sikap / Karakter

Indikator
1.Ingin Tahun

2. Percaya Diri

3. Tanggung Jawab
Pertanyaan

4. Disiplin

Rata-Rata
5. Teliti

6. Kerja sama
Indikator Sikap

7. Mendengarkan
1

Penjelasan
8. Bertanya
2

9. Menjawab
Skor

10. Menanggapi
3

19
Nilai
Total
4
Kinerja Observasi Lapangan

No Fase Deskripsi Skor


1 2 3 4 5
1 Persiapan Ketepatan Laporan
Media Presentasi (powerpoint, Chart, dll)
2. Presentasi Rancangan Media Presentasi
Ketepatan Materi
Etika Presentasi
3. Diskusi Kebenaran jawaban
Etika berdiskusi

20
DAFTAR BACAAN

1. Arief, Syamsul. 2018. Pengantar Desain Pembelajaran. Pustaka Maarif. Jambi

2. Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. (2009). Developmental Research :


Studies of Instructional Design and Development.

3. Soenarto, 2008. Penelitian Pengembangan Research & Development (R&D)


Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Makalah disajikan dalam
Sarahsehan Metodologi Penelitian, di Program PascaSarjana UNY,

4. Zimmerer, Thomas W, Norman M. Scarborough dengan Doug Wilson, 2008,


Kewirausahaan dan Manajemen Ushaa Kecil, Edisi 5 Buku 1, Jakarta :
Penerbit Salemba Empat

5. Schunk, D. H. (2012). Learning Theories. (Terjemahann Eva Hamdiah dan


Rahmat Fajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

21

Anda mungkin juga menyukai