Anda di halaman 1dari 22

DISTRIBUSI FREKUENSI

Dr. Edy Santoso, SE., MSc.


PENGANTAR

Data yang telah kita kumpulkan perlu disusun secara sistematis supaya dapat dianalisis. Susunan
dari suatu data disebut distribusi data. Ada beberapa cara menyusun data, yaitu :
1. Distribusi frekuensi,
2. Runtun waktu (time series), yaitu penyusunan data menurut waktu terjadinya.
3. Distribusi spasial, yaitu penyusunan data menurut tempat geografisnya.

Distribusi frekuensi adalah metode penyusunan data dalam bentuk table, yaitu suatu penyusunan
data ke dalam kelas-kelas dimana individu hanya termasuk ke dalam kelas tertentu (dalam satu
kelas saja).

1. Distribusi Frekuensi Data Kualitatif (kategori), yaitu penyusunan data menurut kualitasnya
(kategorinya).
2. Distribusi Frekuensi Data Kuantitatif yaitu penyusunan data menurut besamya (kuantitasnya).
1. Distribusi Frekuensi Data Kualitatif

Jika data tidak berbentuk angka (data kuatitatif), maka tetap dapat dibuat tabel distribusi frekuensi. Contoh:
hasil wawancara terhadap 50 orang pembeli komputer dari lima jenis perusahaan komputer.

Tabel 4.1 Data Hipotetis 50 Orang Pembeli Komputer Dari Beberapa Jenis Perusahaan Komputer.

Sumber: Data Primer, 2020


Dari data tersebut, kita kesulitan untuk mengetahui dengan cepat, jenis komputer mana yang paling banyak
diminati pembeli. Untuk itu data perlu disajikan dalam distribusi frekuensi.

Tabel 4.2 Distribusi Hipotetis Frekuensi Pembelian Komputer

Sumber: diolah, Data Primer, 2020


Distribusi frekuensi relatif dan persentase data kualitatif

Tabel 4.3 Distribusi Hipotetis Frekuensi Relatif dan Persentase Pembelian Komputer

Sumber: diolah, Data Primer, 2020


2. Distribusi Frekuensi Data Kuantitatif

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kelas pada distribusi frekuensi data kuantitatif:
1. Jumlah kelas adalah banyaknya kelas, yaitu antara 7 – 15 atau paling banyak 20. HA. Sturges (1926 “the
choice of a class interval”) dengan rumus k = 1 + 3,322 log n. Misal n = 100, maka k = 7.
2. Interval kelas adalah lebar dari sebuah kelas dan dihitung dari perbedaan antara kedua tepi kelasnya.
Interval kelas disarankan sama untuk setiap kelas. Antara jumlah kelas dan interval kelas saling
berhubungan, semakin banyak jml kelas maka semakin kecil interval kelas, dan sebaliknya. c = (Xn – Xl)/ k.
Dimana Xn = nilai observasi terbesar dan Xl = nilai observasi terkecil.
3. Batas kelas (class limit) adalah nilai batas tiap kelas dalam sebuah distribusi frekuensi dan dipergunakan
sebagai pedoman guna memasukkan angka-angka hasil observasi ke dalam kelas-kelas yang sesuai.
▪ Batas Kelas Bawah (lower class limit) menunjukkan nilai data terkecil pada suatu kelas.
▪ Batas Kelas Atas (upper class limit) menunjukkan kemungkinan nilai data terbesar dalam suatu kelas.
Beberapa hal dalam yg perlu diperhatikan dalam menentukan interval kelas:
1. Interval kelas tidak perlu sama, tergantung pada tujuannya, misal:
Kepemilikan Modal Frekuensi
(1) (2)
< 50 5
50 - 59 11
60 - 69 20
≥70 14

2. Pada data diskrit, pembuatan interval kelas sbb.


Upah Mingguan (Rp) Jml Karyawan (f)
< 1.000 2.918
1.000 - 1.999 5.328
2.000 - 2.999 6.272
3.000 - 3.999 7.275
4.000 - 4.999 7.117
5.000 - 5.999 6.363
6.000 - 7.499 6.945
7.500 - 9.999 5.186
10.000 - 14.999 3.017
≥15.000 1.231
Penggambaran Distribusi Frekuensi

Untuk Iebih mempermudah dalam memahami dan menganalisa data, di samping disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, cara yang lain adalah dengan menggambarkan distribusi tersebut dalam bentuk grafik.
Beberapa grafik yang dibahas di sini adalah histogram, poligon dan ogive.

a. Histogram
Untuk menggambar grafik ini interval kelas diletakkan pada sumbu X dan frekuensinya pada sumbu Y.
interval kelas diletakkan pada sumbu X dan frekuensi relatif diletakkan pada sumbu Y
b. Poligon
Cara menggambar Poligon : (1) Absis : titik tengah interval kelas, (2) Ordinat frekuensi interval kelas, dan
(3) Hubungkan titik-titik tersebut dengan garis lurus.
c. Ogive
Grafik ini merupakan penghalusan poligon. Cara menggambar distribusi kumulatif: (1) absis : batas
interval kelas (2) ordinat : frekuensi interval kelas, dan (c) Hubungkan antar titik-titik tersebut.
Contoh 4.1
Data tentang modal yang dimiliki 100 perusahaan (dalam juta Rupiah)

75 86 66 86 50 78 66 79 68 60
80 83 87 79 80 77 81 92 57 52
58 82 73 95 66 60 84 80 79 63
80 88 58 84 96 87 72 65 79 80
86 68 76 41 80 40 63 90 83 94
76 66 74 76 68 85 59 75 35 34
65 63 85 87 79 77 76 74 76 78
75 60 96 74 73 87 52 98 88 64
76 69 60 74 72 76 57 64 67 58
77 80 72 86 73 82 78 45 75 56
Data tentang modal yang dimiliki 100 perusahaan, data pada contoh 4.1. Langkah penyusunan distribusi
frekuensi:
1. Menentukan jumlah kelas, dengan rumus k = 1 + 3,322 log n. Dimana n = 100, k = 1 + 3,322 log(100) atau
7,644 jumlah klas (k) = 7.
2. Menentukan interval kelas dengan rumus c = (Xn – Xl)/ k. Data terbesar 98 dan terkecil 34, maka
interval klas adalah (98-34)/7 = 9,14 atau 10, yang dimulai dari angka 30
3. Menghitung frekuensi masing-masing kelas
4. Nilai Tengah/Mean adalah nilai tengah dari sebuah klas, dengan rumus batas kelas bawah ditambah
batas kelas atas dibagi 2 atau mean klas 1 adalah (39 + 30)/2 = 34,5

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Modal Perusahaan


No Modal f Mean Batas Kelas Tepi Klas
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 30 - 39 2 34,5 30 - 39 29.5 – 39.5
2 40 - 49 3 44,5 40 - 49 39.5 – 49.5
3 50 - 59 11 54,5 50 - 59 49.5 – 59.5
4 60 - 69 20 64,5 60 - 69 59.5 – 69.5
5 70 - 79 32 74,5 70 - 79 69.5 – 79.5
6 80 - 89 25 84,5 80 - 89 79.5 – 89.5
7 90 - 99 7 94,5 90 - 99 89.5 – 99.5
Jumlah 100
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), 2017
Modal f Mean
30 - 39 2 34,5
40 - 49 3 44,5
50 - 59 11 54,5
60 - 69 20 64,5
70 - 79 32 74,5
80 - 89 25 84,5
90 - 99 7 94,5

35
32
30
25
25
20
20

15
11
10
7
5
2 3

0
34,5 44,5 55,5 65,5 75,5 85,5 95,5

Gambar 4.4 Histogram Jumlah Perusahaan Menurut Besarnya Modal


Modal f Tepi Klas
30 - 39 2 29.5 – 39.5
40 - 49 3 39.5 – 49.5
50 - 59 11 49.5 – 59.5
60 - 69 20 59.5 – 69.5
70 - 79 32 69.5 – 79.5
80 - 89 25 79.5 – 89.5
90 - 99 7 89.5 – 99.5

35

30

25

20

15

10

0
29.5 34,5 39.5 44,5 49.5 55,5 59.5 65,5 69.5 75,5 79.5 85,5 89.5 95,5 99.5

Gambar 4.5 Histogram Jumlah Perusahaan Menurut Besarnya Modal


35

30

25

20

15

10

0
34,5 44,5 55,5 65,5 75,5 85,5 95,5

Gambar 4.6 Poligon Jumlah Perusahaan Menurut Besarnya Modal


Frekuensi Relatif dan Kumulatif

Tabel 4.4 Modal Perusahaan (Juta Rupiah)

Modal X f fr fk (Kurang Dari) fk (Lebih Dari)


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
30 - 39 34,5 2 0,02 2% 2 2% 100 100%
40 - 49 44,5 3 0,03 3% 5 5% 98 98%
50 - 59 55,5 11 0,11 11% 16 16% 95 95%
60 - 69 65,5 20 0,20 20% 36 36% 84 84%
70 - 79 75,5 32 0,32 32% 68 68% 64 64%
80 - 89 85,5 25 0,25 25% 93 93% 32 32%
90 - 99 95,5 7 0,07 7% 100 100% 7 7%
Jumlah 100 1 100%
Histogram dan Poligon
Frekuensi

Histogram
32

16
Poligon

0 Kelas Modal
29,5 39,5 49,5 59,5 69,5 79,5 89,5 99,5 (Jutaan)

Grafik 4.1 Modal Perusahaan (Juta Rupiah)


Modal fr
30 - 39 2%
40 - 49 3%
50 - 59 11%
60 - 69 20%
70 - 79 32%
80 - 89 25%
90 - 99 7%

7% 2% 3%
11%

25%

20%

32%

30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 - 89 90 - 99

Grafik 4.2 Modal Perusahaan (Juta Rupiah)


Lebih dari
100

50
Kurang dari

29,5 39,5 49,5 59,5 69,5 79,5 89,5 99,5

Grafik 4.2 Kurva Frekuensi Kumulatif


Kurva Lorenz

Dalam analisis ekonomi, khususnya masalah pemertaan pendapatan dikenal dengan Kurva Lorenz. Kurva
tersebut dijadikan patokan dalam menentukan merata atau tidaknya distribusi pendapatan. Unsur dalam kurva
lorenz : Sumbu horizontal (sumbu X) mendefenisikan persentase kumulatif penduduk. Sementara sumbu
vertikal (sumbu Y) mewakili persentase pendapatan yang diterima penduduk. Dari titik koordinat yang di dapat
bisa ditarik sebuah garis dalam kurva tersebut disebut garis kemerataan.
Dari hasil perhitungan koefisien Gini tersebut maka disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut:
1. GR < 0.3 artinya distribusi merata bagus
2. 0.3 ≤ GR ≤ 0.5 artinya distribusi pendapatan sedang
3. GR > 0.5 distribusi pendapatan buruk
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai