Anda di halaman 1dari 5

Project Based Learning (Kelas Inklusif)

Strategi Pembelajaran Sosiologi

Disusun Oleh :

Bela Yohana (21058003)

Dosen Pengampu :

Junaidi, S.Pd, M.Si

Ika Sandra, S.Pd., M.A

Pendidikan Sosiologi dan Antropologi

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Padang

2022
A. Pengertian Kelas Inklusif
Kelas inklusif adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan yang terbuka bagi siapa
saja, dengan latar belakang berbeda, serta kondisi yang berbeda. Jadi pendidikan inklusif ini
juga bisa diperuntukan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus atau anak-anak yang
istimmewa. Pendidikan khusus ini akan menempatkan siswa yang berkebutuhan khsusus
bersama dengan peserta didik reguler lainnya di dalam satu kelas. Namun anak berkebutuhan
khusus tetap didampingi oleh guru pendamping selama kegiatan belajar mengajar. Sehingga
diharapkan dengan adanya pendidikan inklusif ini dapat mengembangkan potensi atau bakat
anak-anak yang berkebutuhan khusus.
B. Dampak Dari Penyelenggaraan Kelas Inklusif
Di kelas inklusif, anak berkebutuhan khsusus akan dididik bersama anak lainnya yang
tidka memiliki keterbatasan serupa. Selain itu di kelas inklusif guru juga dapat melatih para
peserta didik untuk saling menghargai, menghormati dan menerima satu sama lain dengan
penuh rasa empati. Kelas inklusif mungkin bisa menjadi pilihan yang baik bagi anak-anak
dengan kebutuhan khusus agar bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar, tumbuh dan
berkembang dengan baik, terlepas dari keterbatasan yang mereka miliki maka mereka juga
memiliki kesempatan yang sama seperti anak reguler lainnya.
1. Dampak Positif Kelas Inklusif
 Di kelas inklusif Anak berkebutuhan khusus akan mendampatkan hak dan kewajiban
yang sama dengan peserta didik reguler lainnya.
 Mendapatkan berbagai macam fasilitas untuk belajar dan mengembangkan diri, terlepas
dari keterbatasannya.
 Mendapatkan dorongan untuk lebih percaya diri
 Anak berkebutuhan khusus mendampatkan kesempatan untuk belajar dan menjalin
persahabatan bersama teman seabaya.
2. Dampak Negatif Kelas Inklusif
 Minimnya jumlah tenaga pengajar atau staf guru pendamping khusus
 Tidak semua guru dan staf disekolah memahami cara mengajar dan membimbing anak-
anak berkebutuhan khusus
 Kemungkinan adanya penolakan dari orang tua atau siswa reguler untuk belajar
bersama dengan anak-anak berkebutuhan khusus
 Fasilitas yang belum memadai, misalnya terbatasnya buku atau keperluan pembelajaran
lain yang menggunakan huruf Braille untuk siswa tunanetra
 Risiko bullying atau perundungan dari siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan
khusus
C. Penyelenggaraan Kelas Inklusif yang Ideal Dari Perspektif Guru
 Fasilitas
Seorang guru atau tenaga pendidik memerlukan beberapa fasilitas di dalam kelas sebagai
alat penunjang untuk membantu dalam proses pembelajaran bagi anak berkebutuhan
khusus, agar proses pembelajaran dikelas inklusif berjalan dengan kondusif. Contoh
fasilitas yang diperlukan di dalam kelas inklusif seperti:
1. Anak tunanetra, fasilitas yang digunakan untuk membantu anak tunanetra dalam prose
pembelajaran khususnya penguasaan kemampuan dalam membaca, menulis dan
berhitung yaitu alat-alat seperti peta timbul, abacus, penggaris braille, blokies, papan
baca, kompas braille, kompas bicara dan lain-lain.
2. Anak tunarungu, fasilitas yang digunakan untuk membantu anak tunarungu dalam
proses pembalajaran yaitu dapat menggunakan alat pendengar (hearing aid) seperti
model saku, model belakang dan model dalam telinga.
 Kurikulum
Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan kelas inklusif pada dasarnya
menggunakan kurikulum reguler yang berlaku di sekolah umum. Akan tetapi karena kelas
inklusif merupakan gabungan dari peserta didik berkebutuhan khusus dan peserta didik
reguler maka kurikulum yang digunakan adalah kurikulum standar nasional pendidikan.
Apalagi di dalam kelas inklusif seorang guru akan berhadapan dengan beragam macam
siswa dengan sifat dan kebutuhan yang berbeda maka seorang harus memahami siswa itu
terlebih dahulu baru guru atau pihak sekolah bisa memodifikasi kurikulum seperti apa yang
cocok digunakan dalam kelas inklusif tersebut. Adapaun kurikulum yang bisa digunakan
yaitu:
1. Duplikasi Kurikulum, dimana anak berkebutuhan khusus menggunakan kurikulum yang
tingkat kesulitannya sama dengan siswa reguler. Model kurikulum ini cocok untuk
siswa tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunadaksa dan tunalaras. Dimana dalam proses
pembelajaran seperti pada saat guru menjelaskan materi maka siswa tunanetra dibantu
menggunakan huruf Braille, tunarungu dan tunawicara dibantu menggunakan bahasa
isyarat.
2. Modifikasi Kurikulum, merupakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan serta potensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus dengan siswa
reguler.
3. Omisi Kurikulum, yaitu ada beberapa kurikulum umum yang menghapus beberapa mata
pelajaran yang tidak memungkinkan bagi anak berkebutuhan khusus untuk dapat
berfikir setara dengan siswa reguler.
 Kebijakan
Bagi para pengambil kebijakan di bidang pendidikan perlu melakukan identifikasi
terhadap praktik pendidikan inklusif yang mengalami berbagai kendala, baik dari segi
fasilitas maupun dari segi tenaga pendidik. Para pengambil kebijakan apabila ingin
menerpakan sekolah inklusif maka harus benar-benar mempersiapkan fasilitas untuk anak-
anak berkebutuhan khusus baik di dalam kelas maupun fasilitas di luar kelas. Selain itu
para pengambil kebijakan juga harus menyeleksi guru seperti apa yang pantas mengajar di
sekolah inklusif yaitu guru yang memang memiliki keahlian dalam memahami anak
berkebutuhan khusus bukan hanya siswa yang reguler saja sehingga tidak terjadi cemburu
sosial di saat proses belajar dan mengajar.
D. Strategi Pembelajaran Kelas Inklusif
Strategi pembelajaran yang bisa digunakan dalam kelas inklusif ialah: Model Inkuiri,
adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dalam
mencari dan menemukan sebdiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Maka
strategi pembalajaran dengan model inkuiri bisa diterapkan pada kelas inklusif dimana pada
prose pembelajaran seorang guru akan menjelaskan terlebih dahulu materi atau masalah yang
ingin dibahas, pada saat menjelaskan guru bisa saja menampilkan video terkait dengan materi
setelah itu bisa dilanjutkan dengan metode ceramah agar anak-anak yang lain juga bisa
menerima materi dengan baik. Pada saat guru menjelaskan atau menyajikan materi maka
anak-anak berkebutuhan khusus juga bisa ikut berpartisipasi misalnya anak tunarungu maka
mereka bisa menggunakan alat pendengar, atau bahasa isyarat, selain itu anak tunawicara juga
bisa menggunakan bahasa isyarat dan anak tunanetra bisa menggunakan pendengarannya
untuk mendengarkan guru nya pada saat menjelaskan materi.
Apabila startegi pembelajaran tersebut belum optimal maka guru berkewajiban untuk
memodifikasi model pembelajaran dengan cara mengenal terlebih dahulu kelas inklusif itu
ssiwa nya seperti apa, apa saja yang mereka butuhkan kemudian baru bisa menentukan
stratgei pembelajaran apa yang cocok.

Referensi

Sunanto, J., & Hidayat, H. (2017). Desain Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Kelas
Inklusif. Jassi Anakku, 16(1), 47-55.

Asiyah, D. (2018). Dampak pola pembelajaran sekolah inklusi terhadap anak berkebutuhan
khusus. Prophetic: Professional, Empathy, Islamic Counseling Journal, 1(01).

Anda mungkin juga menyukai