Anda di halaman 1dari 4

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL TERHADAP ANAK

YANG LAMBAN DALAM BELAJAR

Bela Yohana (21058003)


Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang
Bellayohana10@gmail.com

Abstrak
Setiap anak lamban belajar memiliki kesempatan sama untuk mendapatkan layanan
pendidikan yang maksimal. Lamban belajar adalah kondisi anak yang memiliki prestasi
belajar rendah, membutuhkan waktu yang lama untuk dapat memahami materi pelajaran dan
memiliki keterbatasan pada kemampuan akademik maupun nonakademik. Salah satu layanan
khusus yang diperlukan anak lamban dalam belajar adalah dengan menerapkan model
pembelajaran personal. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan
model pembelajaran personal terhadap anak yang lamban dalam belajar. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran personal terhadap anak yang
lamban dalam belajar. Metode yang digunakan adalah metode literatur review. Berdasarkan
hasil review, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran personal terhadap anak yang
lamban dalam belajar diterapkan pada tiga situasi; 1) pembelajaran di luar kelas; 2)
pembelajaran di kelas reguler dan 3) pembelajaran di kelas intensif. Penerapan model
pembelajaran personal pada tiga situasi tersebut, dapat disederhanakan bahwa; tujuan
pembelajaran menyesuaikan dengan kebutuhan setiap anak yang lamban dalam belajar, guru
berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, penyampaian materi dilakukan secara
bertahap dan diulang-ulang kecuali pembelajaran di kelas reguler, guru memotivasi anak
lamban belajar dengan cara mengajak bercerita, memberikan pujian dan dorongan belajar serta
memanfaatkan media pembelajaran, pembelajaran di kelas intensif lebih menekankan pada
aspek nonakademik, dan evaluasi pembelajaran dilakukan dengan cara pengamatan, tes lisan
dan tes tertulis yang menyesuaikan dengan kemampuan setiap anak yang lamban dalam
belajar.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Personal, Belajar Lamban

Abstract
Every slow learner has the same opportunity to get maximum educational services. Slow
learning is the condition of children who have low learning achievement, need a long time to
be able to understand the subject matter and have limitations in academic and non-academic
abilities. One of the special services needed by slow learners is to apply a personal learning
model. The problem formulation of this research is how to apply the personal learning model
to children who are slow in learning. This study aims to describe the application of personal
learning models to children who are slow in learning. The method used is the literature review
method. Based on the results of the review, it can be concluded that the personal learning
model for children who are slow in learning is applied to three situations; 1) learning outside
the classroom; 2) learning in regular classes and 3) learning in intensive classes. Applying the
personal learning model to these three situations, it can be simplified that; learning objectives
adapt to the needs of each slow learner, the teacher acts as a facilitator in the learning process,
the delivery of material is carried out in stages and is repeated except for learning in regular
classes, the teacher motivates slow learners by inviting them to tell stories, giving praise and
encouragement to learn as well as utilizing learning media, learning in intensive classes places
more emphasis on non-academic aspects, and learning evaluation is carried out by means of
observation, oral tests and written tests that adapt to the abilities of each child who is slow in
learning.

Keywords: Personalized Learning Models, Slow Learner

1
2

Pendahuluan
Pada dasarnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Melalui
pendidikan, seluruh potensi anak bisa digali dan dikembangkan secara optimal. Baik anak reguler maupun
anak yang lamban dalam belajar. Hal inilah yang mendasari konsep pendidikan untuk semua atau
education for all.
Sebagaimana tertulis dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan ayat 2 tentang hak dan kewajiban setiap
warga negara untuk mendapatkan pendidikan dan UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 1 tentang hak
setiap warga negara memperoleh pendidikan yang bermutu. Dengan demikian anak yang lamban dalam
belajar memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu.
Layanan pendidikan untuk anak lamban belajar bisa dimaksimalkan melalui layanan pendidikan
inklusi. Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan anak-anak yang memiliki kebutuhan
khusus (ABK atau penyandang cacat) untuk belajar bersama-sama dengan anak sebayanya di sekolah
umum. Sehingga, semua anak dapat belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan
yang ada pada mereka.
Ada beberapa jenis anak yang mendapat layanan pendidikan khusus di sekolah inklusi. Berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Pasal 3 No. 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusi Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan atau
Bakat Istimewa, peserta didik yang termasuk anak berkebutuhan khusus meliputi: 1) anak tunanetra; 2)
anak tunarungu; 3) anak tunawicara; 4) anak tunagrahita; 5) anak tunadaksa; 6) anak tunalaras; 7) anak
berkesulitan belajar; 8) anak lamban belajar atau slow learner; 9) anak autis; 10) anak yang memiliki
gangguan motorik; 11) anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif
lainnya; 12) anak yang memiliki kelainan lainnya; dan 13) anak tunaganda.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di
Indonesia mencapai angka 1,6 juta anak. Dari jumlah tersebut sebagian besar teridentifikasi lamban
belajar, autis dan tunagrahita. Akann tetapi, beberapa sumber menjelaskan data ini diperkirakan naik
setiap tahunnya.
Dari data itu menyadarkan kita bahwa setiap anak memiliki kemampuan berbeda, baik kemampuan
pada bidang akademik maupun nonakademik. Maka dari itu, proses pembelajaran di sekolah inklusi tidak
selamanya berjalan dengan lancar. Seperti yang dialami anak lamban belajar, ada beberapa hambatan yang
paling umum dihadapi mereka, diantaranya seperti: 1) kesulitan memahami konsep abstrak; 2) mempunyai
kosa kata yang terbatas; 3) mempunyai motivasi belajar yang rendah; 4) membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk memahami suatu materi dibandingkan anak normal seusianya; 5) lemah dalam memori jangka
panjang dan 6) membutuhkan pengulangan dalam penjelasan materi. Tentu hal ini akan menuntut guru
untuk mengatur strategi, metode, model, dan media pembelajaran sedemikian rupa supaya tujuan
pembelajaran baik untuk anak normal maupun anak berkebutuhan khusus dapat tercapai secara maksimal.
Salah satu faktor keberhasilan pembelajaran adalah penerapan model pembelajaran. Penerapan model
pembelajaran yang tepat dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Model
pembelajaran adalah pola yang dipergunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas
yang biasanya menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh guru untuk menciptakan
aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Ada beberapa macam model pembelajaran, salah
satunya adalah model pembelajaran personal. Model pembelajaran personal ini lebih menitik beratkan
pada pengembangan individu untuk menjadi pribadi yang utuh, percaya diri, dan kompeten. Model ini
berusaha membantu siswa untuk memahami dirinya sendiri dan tujuan-tujuannya. Perhatian utamanya
pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya.
Model pembelajaran personal sangat berkaitan erat dengan teori belajar humanistik. Menurut teori ini,
guru harus berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam
belajar dan mengembangkan potensi minat bakatnya, baik potensi emosional maupun intelektual. Model
pembelajaran personal dianggap lebih fleksibel, memudahkan guru untuk mengenali tipe belajar setiap
anak lamban belajar, mampu memotivasi semangat belajar dan menjadi salah satu cara untuk
mengarahkan anak lamban belajar akan pentingnya nilai kemandirian, kesadaran dan tanggungjawabnya
sebagai peserta didik. Namun, dalam pelaksanaannya guru mengakui masih terkendala menghadapi anak
lamban belajar yang cenderung mudah bosan belajar dan kendala dalam pemanfaatan waktu
pembelajaran.

(Title)
Author name 1, Author name2 3

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode literatur review yaitu mencari berbagai
sumber literatur review terkait penerapan model pembelajaran personal terhadap anak yang lamban dalam
belajar, sehingga dengan metode literatur review penulis dapat menganalisis, mencari dan mendapatkan
berbagai permasalahan ataupun kesimpulan dari sumber yang didapatkan tersebut.

Hasil dan Pembahasan


A. Pengertian Model Pembelajaran Personal

Dari beberapa uraian tentang model pembelajaran personal penyusun mendefinisikan model
pembelajaran personal merupakan model pembelajaran yang bertitik tolak dari teori belajar humanistik.
Model pembelajaran ini berorientasi terhadap pengembangan individu. Perhatian uatamnya pada
emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya.

Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu
memproses informasi secara efektif. Menurut teori humanistik, guru harus berupaya menciptakan
lingkungan belajar dan mengembangkan potensi dan minatbakatnya, baik potensi emosional maupun
intelektual.

Menurut Syahrudin (2012;1) model pembelajaran personal memiliki beberapa tujuan yaitu:

 Menuntun siswa untuk memiliki kekuatan mental yang lebih baik dan kesehatan emosi yang memadai
dengan cara mengembangkan kepercayaan diri dan perasaan realistis serta menumbuhkan empati pada
orang lain
 Meningkatkan porporsi pendidikan yang berasal daro kebutuhan dan aspirasi siswa sendiri, melibatkan
siswa dalam proses menentukan apa yang akan dikerjakannya atau bagaimana cara ia mempelajarinya
 Mengembangkan jenis-jenis pemikiran kualitatif tertentu, seperti kreativitas dan ekspresi pribadi.

B. Pengertian Anak Lamban Belajar

Definisi slow learner atau anak lamban belajar adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah (di
bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu atau seluruh area akademik, namun bukan
tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQnya menunjukkan skor antara 70 - 90. Anak lamban belajar
memiliki kemampuan belajar yang lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya. Siswa yang
lambat dalam proses belajar ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain
yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas
tapi juga pada kemampuan-kemampuan lain, diantaranya kemampuan koordinasi (kesulitan
menggunakan alat tulis, olahraga, atau mengenakan pakaian). Dari sisi perilaku, anak slow learner ini
cenderung pendiam dan pemalu, dan sulit untuk berteman. Anak-anak lambat belajar ini juga cenderung
kurang percaya diri

Jadi, dapat disederhanakan bahwa anak lamban belajar adalah anak yang memiliki kemampuan
berfikir rendah (dengan indikator skor IQ berkisar 70-90), prestasi belajar di bawah rata-rata anak normal
dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat memahami materi pelajaran.

Dalam artikel ini anak lamban belajar yang dimaksud adalah anak lamban belajar dengan kriteria
berkebutuhan khusus tersebut di atas, di mana tanpa kelainan fisik seperti; tunaganda, tunawicara,
tunanetra, dan tunarungu. Selain itu, anak lamban belajar di sini juga bukan termasuk anak berkelainan
mental kategori berat seperti autisme, down syndrom, dan tunagrahita.

C. Penerapan Model Pembelajaran Personal Pada Anak Lamban Belajar

Anak lamban belajar menghadapi masalah belajar yang berbeda dari anak normal. Oleh sebab itu,
seorang guru perlu memilih, merancang dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk anak
lamban belajar. Model pembelajaran yang tepat akan membantu anak lamban belajar dalam mengatasi

NARADIDIK
4

masalah belajarnya dan mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, efektif dan efisien. Salah satu
model pembelajaran yang cocok untuk anak lamban belajar yaitu model pembelajaran personal karena
model pembelajaran personal ini lebih menitik beratkan pada pengembangan individu untuk menjadi
pribadi yang utuh, percaya diri, dan kompeten. Model ini berusaha membantu siswa untuk memahami
dirinya sendiri.

Penerapan model pembelajaran personal terhadap anak yang lamban dalam belajar dapat diterapkan
pada tiga situasi yaitu sebagai berikut:

1. pembelajaran di luar kelas, bertujuan untuk membantu mewujudkan potensi setiap individu agar
memiliki jiwa, raga dan spirit yang berkembang secara optimal. Selain itu bisa juga memberikan
kesempatan bagi anak-anak untuk merasakan secara langsung kejadian dari materi yang telah
disampaikan oleh gurunya
2. pembelajaran di kelas reguler, bertujuan agar semua siswa diberikan perlakuan yang sama tanpa melihat
perbedaan kemampuan mereka
3. pembelajaran di kelas intensif, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak lamban belajar serta
meningkatkan prestasi dari siswa tersebut dengan cara melakukan tes atau uji coba

Dari ketiga situasi diatas dapat dipahami bahwa penerapan model pembelajaran disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing siswa. Dalam menangani anak lamban belajar guru yang berperan sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran dalam penyampaian materi dapat dilakukan secara bertahap dan
diulang-ulang kecuali pembelajaran di kelas reguler. Selain itu guru dapat memberikan motivasi kepada
anak lamban belajar dengan cara mengajak bercerita, memberikan pujian dan dorongan belajar serta
memanfaatkan media pembelajaran. Pada kelas inklusif mungkin lebih menekankan pada aspek
nonakademik dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan dengan cara pengamatan, tes lisan dan tes tertulis
serta di sesuaikan dengan kemampuan setiap anak yang lamban dalam belajar.

Simpulan
Model pembelajaran personal terhadap anak yang lamban dalam belajar diterapkan pada tiga situasi; 1)
pembelajaran di luar kelas; 2) pembelajaran di kelas reguler dan 3) pembelajaran di kelas intensif.
Penerapan model pembelajaran personal pada tiga situasi tersebut, dapat disederhanakan bahwa; tujuan
pembelajaran menyesuaikan dengan kebutuhan setiap anak yang lamban dalam belajar, guru berperan
sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, penyampaian materi dilakukan secara bertahap dan diulang-
ulang kecuali pembelajaran di kelas reguler, guru memotivasi anak lamban belajar dengan cara mengajak
bercerita, memberikan pujian dan dorongan belajar serta memanfaatkan media pembelajaran,
pembelajaran di kelas intensif lebih menekankan pada aspek nonakademik, dan evaluasi pembelajaran
dilakukan dengan cara pengamatan, tes lisan dan tes tertulis yang menyesuaikan dengan kemampuan
setiap anak yang lamban dalam belajar.

Rujukan
Khoerunnisa, P., & Aqwal, S. M. (2020). ANALISIS Model-model pembelajaran. Fondatia, 4(1), 1-27.
Mirdad, J. (2020). Model-model pembelajaran (empat rumpun model pembelajaran). Jurnal sakinah, 2(1),
14-23.
Nasional, K. P., & Pendidikan, D. A. N. T. K. (2010). Model-model pembelajaran. Disajikan pada TOT
Guru pemandu MGMP SMP Serv, 1.
Danasasmita, W. (2013). Model pembelajaran dan pendekatannya. Bandung: Direktori Universitas Pendidikan
Indonesia.
Abdullah, A. (2017). Pendekatan dan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa. EDURELIGIA: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(1), 45-62.
Amelia, W. (2016). Karakteristik dan jenis kesulitan belajar anak slow learner. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu
Kesehatan, 1(2), Hal-53.
Mansyur, A. R. (2022). Telaah Problematika Anak Slow Learner dalam Pembelajaran. Education and
Learning Journal, 3(1), 28-35.
Rofiah, N. H., & Rofiana, I. (2017). Penerapan metode pembelajaran peserta didik slow
learner. NATURALISTIC: Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 2(1), 94-107.

(Title)

Anda mungkin juga menyukai