Anda di halaman 1dari 38

UPAYA GURU DALAM PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP

MINAT BELAJAR SISWA SLOW LEARNER DI KELAS V


SD NEGEI 53 KOTA BANDA ACEH

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan suatu pondasi dalam hidup yang harus dibangun dengan sebaik

mungkin. Secara umum pendidikan merupakan proses pembelajaran pengetahuan,

keterampilan serta kebiasaan yang dilakukan suatu individu dari satu generasi ke

generasi lainnya. Proses pembelajaran ini melalui pengajaran, pelatihan dan penelitian.

Di dunia pendidikan muncul terminologi pendidikan inklusif. Sekolah yang

Inklusif berperan untuk mewadahi dan memenuhi kebutuhan anak berkebutuhan

khusus untuk bersosialisasi dengan anak umum lainnya. Menurut Nofrianto (dalam

Olivia 2017:11) pendidikan inklusif merupakan sistem pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus yang diintegrasikan masuk ke dalam kelas reguler untuk belajar

bersama anak- anak normal lainnya di sekolah umum.

Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas dibandingkan

dengan pengertian anak luar biasa. Menurut Murtie (2016:8) anak berkebutuhan

khusus diartikan sebagai anak- anak yang memiliki karakteristik berbeda-beda, baik

secara fisik, emosi ataupun mental dengan anak- anak lain seusianya. Karakteristik

berbeda ini tidak selalu mengacu pada ketidakmampuan fisik, emosi, ataupun mental

mereka, tetapi terlebih pada perbedaannya. Karena anak yang kecerdasannya diatas

rata- rata pun termasuk kedalam ABK sebab membutuhkan stimulasi tepat agar terarah

pada hal yang baik dan maksimal. ABK tersendiri memiliki 12 klasifikasi sesuai
dengan kondisi yang dimilikinya. Salah satunya kategori anak lamban belajar (slow

learner).

Menurut Mais (2016: 164) slow learner atau lamban belajar adalah siswa yang

lambat dalam proses belajarnya, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama

dibandingkan dengan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual

yang sama. Anak-anak dengan lamban belajar atau slow learner tidak hanya terbatas

pada kemampuan akademik melainkan juga kemampuan-kemampuan yang lain

seperti pada aspek bahasa atau komunikasi, emosi, sosial atau moral.

Sekolah harus mampu menyediakan program pendidikan yang layak,

menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan berdasarkan kebutuhan tiap siswa slow

learner di sekolah umum tentu tidak semua sama, oleh karena itu kebebasan bagi guru

untuk mengembangkan ide-ide dan kreatifan yang sangat dibutuhkan sehingga anak

mampu belajar dengan baik berdasarkan minat yang dimiliki.

Minat merupakan faktor yang penting dalam belajar, dengan adanya minat

belajar pada siswa dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.

Menurut Khairani (2013: 142) minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai

hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Oleh karena itu minat belajar adalah

kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan,

kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman. Minat juga dapat menjadi

suatu pendorong motivasi seseorang sehingga orang tersebut dapat memusatkan

perhatiannya pada kegiatan belajar.

Minat sangat berpengaruh sekali pada siswa slow learner. Anak yang memiliki

hambatan dalam memahami pembelajaran harus beradaptasi dan belajar dengan anak
normal lainnya di sekolah regular maka hal tersebut membuat anak berkesulitan dalam

memahami pembelajaran seperti anak normal lainnya. Dan dapat membuat siswa

dengan hambatan slow learner merasa tidak bersemangat, tertinggal, tidak adanya

atau kurangnya minat dalam belajar itu sendiri.

Menurut Susanto (2013:5) mengatakan bahwa belajar akan membawa

perubahan bila orang yang belajar bebas menentukan bahan pelajaran dan cara yang

dipakai untuk mempelajarinya. Pembelajaran harus memberikan kebebasan pada

peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan

minat dan kemampuannya.

Di dalam proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah tentu banyak sekali

hambatan dan kendala yang dihadapi oleh guru tersendiri baik dalam penyampaian

materi pembelajaran dan ketertarikan siswa terhadap suatu pembelajaran. Dalam hal

ini guru seharusnya dapat mengunakan alat bantu ajar seperti media pembelajaran atau

alat peraga yang menarik bagi siswa slow learner guna dapat memudahkan siswa slow

learner dalam memahami pembelajaran. Karena pada usia sekolah dasar adalah usia

dimana pemikiran siswa harus bersifat nyata, konkrit dan operasional.

Dengan adanya media memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran,

penggunaan media yang menarik juga sangat berpengaruh pada siswa slow learner.

Salah satunya dengan memanfaatkan penggunaan media gambar pada siswa dalam

proses penyampaian materi pembelajaran. Menurut Meilani dan Rachmat (2013:140)

media merupakan sarana atau saluran yang dapat mempermudah penyampaian pesan

kepada siswa. Alat peraga dapat menunjukkan konsep menjadi lebih nyata.
Berdasarkan hasil observasi awal di SD Negeri 53 Banda Aceh penulis melihat

bahwa kurangnya semangat dan minat belajar siswa slow learner di sekolah dan tidak

aktif dalam mendapat respon guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pada

proses pembelajaran guru hanya memfokuskan pada siswa yang normal, sehingga

siswa slow learner kurang dalam wawasan pengetahuan dan tertinggal jauh dari

pemahaman materi pembelajaran. Guru hendaknya dapat mengakomodasi semua

kebutuhan siswa di kelasnya, termasuk membantu mereka memperoleh pemahaman

yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing agar dapat menunjang

keaktifan dan rasa minat belajar siswa biasa terlebih untuk siswa slow learner.

Menurut Susanto (2013: 6) sebagai pendidik, guru tidak hanya memikul tugas

dan tanggung jawab mengajar sebagai upaya mencerdaskan peserta didik, namun juga

memikul tugas dan tanggung jawab moral sebagai pendidik untuk dapat membentuk

kepribadian, sikap, dan mental peserta didik.

Permasalahan pada siswa slow learner penulis amati tersebut terjadi di kelas V

dengan jumlah siswa 4 orang. Dari uraian diatas maka penulis ingin melaksanakan

suatu penelitian dengan judul “Usaha Guru Dalam Penggunaan Media Gambar

Terhadap Minat Belajar Siswa Slow Learner Di Kelas V SD Negeri 53 Banda

Aceh”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah usaha guru dalam Usaha

Guru Dalam Penggunaan Media Gambar Terhadap Minat Belajar Siswa Slow Learner

Di Kelas V SD Negeri 53 Banda Aceh.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Usaha Guru dalam

Penggunaan Media Gambar Terhadap Minat Belajar Siswa Slow Learner Di Kelas V

SD Negeri 53 Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajiam untuk penelitian lebih lanjut membahas mengenai usaha

guru dalam penggunaan media gambar terhadap minat belajar Siswa Slow

Learner di kelas V SD Negeri 53 Banda Aceh.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti, menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan dibidang

pendidikan, utamanya mengenai pelaksanaan pembelajaran di sekolah

normal pada siswa slow learner.

b. Bagi Sekolah, sebagai upaya untuk mengevaluasi pembelajaran dan

meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu sekolah serta sebagai bahan

referensi sekolah.

c. Bagi Guru, untuk mengembangkan wawasan dan keterampilan dalam

melakukan pembelajaran kepada anak yang memiliki latar belakang

beragam, dan mampu mengatasi berbagai tantangan dalam penerapan

pendidikan pada siswa slow learner.

d. Bagi siswa, membantu siswa dalam menerima adanya perbedaan, mampu

beradaptasi dalam mengatasi perbedaan tersebut, serta mampu merespon

setiap pembelajaran di kelas dengan baik berdasarkan minat belajar.

E. Kerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono (2016:91) mengatakan bahwa kerangka pemikiran adalah

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah didefenisikan sebagai masalah yang penting.

SD Negeri 53 Banda
Aceh
Minat belajar siswa Slow Learner

Upaya Guru

Usaha guru dalam penggunaan media Permasalahan :


gambar terhadap minat belajar siswa
slow learner: - Kurangnya semangat belajar
peserta didik slow learner
1. Upaya guru dalam mengatasi
- Proses pembelajaran yang
hambatan pada proses
pembelajaran. tidak aktif dan efektif pada
2. Pelaksanaan pembelajaran di kelas peserta didik yang slow
pada anak yang slow learner learner.
3. Meningkatkan motorik dan - Kesulitan memahami
kognitif siswa slow learner pembelajaran pada siswa
4. Strategi dan metode pembelajaran slow learner
yang efektif pada anak slow - Rendahnya minat belajar
learner dengan menggunakan Siswa slow learner serta
media gambar kurangnya antusias belajar
dan perhatian lebih dari guru

F. Definisi Istilah
Untuk memudahkan cara memahami tentang isi penelitian ini, perlu diketahui

istilah – istilah yang menjadi materi utama dalam penelitian ini, guna menghindari

perbedaan penafsiran perlu adanya penjelasan definisi istilah. Beberapa istilah yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar.

2. Minat belajar

Minat belajar merupakan kecenderungan atau kemauan dari siswa terhadap

suatu hal dalam suatu pembelajaran.

3. Siswa Slow Learner/Lamban Belajar

Lamban belajar adalah kesulitan belajar yang disebabkan anak sangat

lamban dalam proses belajarnya, dan memiliki potensi intelektual sedikit

di bawah anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya

memiliki IQ sekitar 80-85).

4. Media
Menurut Ramli (2012:1) media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa agar proses

belajar berjalan optimal.

G. Landasan Teori
1. Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengertian Anak berkebutuhan khusus

Menurut Garnida (2015: 1) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak

pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam

belajar dan perkembangan. Sedangkan menurut Desiningrum (2016: 1) anak

berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan di salah satu atau

beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik seperti tunanetra dan tunarungu,

maupun bersifat psikologis seperti autism dan ADHD.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat diartikan sebagai seorang anak

yang memerlukan pendidikan yang disesuiakan dengan hambatan belajar dan

kebutuhan masing-masing anak secara individual. Terdapat 2 cakupan konsep

anak berkebutuhan khusus. Menurut Garnida (2015: 1) secara umum anak

berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu: anak yang memiliki

kebutuhan khusus yang bersifat permanen, yaitu akibat dari kelainan tertentu,

dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer, yaitu mereka yang

mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan

situasi lingkungan.

b. Klasifikasi anak berkebutuhan khusus

Menurut IDEA atau Individuals with Disabilities Education Act

Amandements (dalam Desiningrum 2012: 7) secara umum, klasifikasi dari

anak berkebutuhan khusus adalah :

a. Anak dengan Gangguan Fisik:


1) Tunanetra, yaitu anak yang indera penglihatannya tidak berfungsi

(blind/low vision) sebagai saluran penerima informasi dalam

kegiatan sehari-hari seperti orang awas.

2) Tunarungu, yaitu anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya

pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi

secara verbal.

3) Tunadaksa, yaitu anak yang mengalami kelainan atau cacat yang

menetap pada alat gerak (tulang, sendi dan otot).

b. Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku:

1) Tunalaras, yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian

diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang

berlaku.

2) Anak dengan gangguan komunikasi bisa disebut tunawicara, yaitu

anak yang mengalami kelainan suara, artikulasi (pengucapan), atau

kelancaran bicara yang mengakibatkan terjadi penyimpanga bentuk

bahasa, isi bahasa, atau fungsi bahasa.

3) Hiperaktif, secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah

laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan

gejala utama tidak mampu mengendalikan gerakan dan

memusatkan perhatian.

c. Anak dengan Gangguan Intelektual:


1) Tunagrahita, yaitu anak yang secara nyata mengalami hambatan

dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh

dibawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-

tugas akademik, komunikasi maupun sosial.

2) Anak Lamban belajar (slow learner), yaitu anak yang memiliki

potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk

tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 70-90).

3) Anak berkesulitan belajar khusus, yaitu anak yang secara nyata

mengalami kesulitan dalam tugastugas akademik khusus, terutama

dalam hal kemampuan membaca,menulis dan berhitung atau

matematika.

4) Anak berbakat, adalah anak yang memiliki bakat atau

kemampuan dan kecerdasan luar biasa yaitu anak yang memiliki

potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab

terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak seusianya

(anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi

prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

5) Autisme, yaitu gangguan perkembangan anak yang disebabkan

oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang

mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan

perilaku.

6) Indigo adalah manusia yang sejak lahir mempunyai kelebihan

khusus yang tidak dimiliki manusia pada umumnya.


Dalam hal ini penulis hanya mengkaji salah satu klasifikasi Anak

berkebutuhan khusus yaitu anak slow learner atau lamban belajar

karena berdasarkan sesuai permasalahan yang penulis amati terjadi di

lapangan.

2. Anak Lamban Belajar (Slow learner)

a. Pengertian Slow Learner

Anak lamban belajar atau slow learner merupakan salah satu dari

klasifikasi anak berkebutuhan khusus dengan gangguan intelektual yang

memiliki potensi intelektual sedikit di bawah anak normal, tetapi tidak

termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80-85).

Anak dengan lamban belajar atau slow learner hampir dapat ditemukan

di setiap sekolah, baik disekolah. Anak slow learner ini mengalami

hambatan atau keterlambatan berpikir dalam beberapa hal, merespon

rangsangan dan beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan tuna

grahita, lebih lamban dari normal. Slow learner didalam kelas

membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya.

Kecerdasan mereka memang dibawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak

yang mampu, sehingga mereka butuh perjuangan yang keras untuk

menguasai apa yang diminta dikelas reguler.

b. Ciri-ciri anak slow learner


Anak dengan hambatan slow learner memiliki ciri fisik normal. Tetapi

saat di sekolah mereka sulit dalam menangkap materi, responnya lambat,

dan kosa kata juga kurang, sehingga saat diajak berbicara atau

berkomunikasi kurang jelas maksudnya sehingga sulit dipahami dan sulit

nyambung.

Menurut Garnida (2015:17) Ciri-ciri yang dapat diamati pada anak

klaifikasi lamban belajar, yaitu:

1) Rata-rata prestasi belajarnya rendah (kurang dari 6),

2) Menyelesaikan tugas akademik sering terlambat dibandingkan

teman seusianya,

3) Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,

4) Pernah tidak naik kelas,

Anak lamban belajar membutuhkan pembelajaran khusus, antara lain:

1) Waktu yang lebih lama disbanding anak pada umumnya,

2) Ketelatenan dan kesabaran guru untuk tidak terlalu cepat dalam

memberikan penjelasan,

3) Memperbanyak latihan dari pada hafalan dan pemahaman,

4) Menuntut digunakannya media pembelajaran yang variatif oleh

guru,

5) Diperlukan adanya pengajaran remedial

Sedangkan menurut menurut Desiningrum (2016:14) Anak yang

mengalami kelambanan belajar (Slow Learner) mempunyai karakteristik,

seperti tidak matang dalam hubungan interpersonal. Selain itu anak-anak


ini juga menunjukkan kesulitan dalam mengikuti petunjuk-petunjuk yang

memiliki banyak langkah, hanya memiliki sedikit strategi internal, seperti

kemampuan organisasional, kesulitan dalam belajar dan

menggeneralisasikan informasi. Anak-anak dengan slow learner ini

memiliki nilai-nilai yang biasanya buruk dalam tes prestasi belajar. Namun

begitu, sebagian dari mereka dapat bekerja dengan baik dalam hand-on

materials, yaitu materi-materi yang telah dipersingkat dan diberikan pada

anak, seperti kegiatan di laboratorium dan kegiatan manipulatif. Ciri

lainnya adalah, rata-rata prestasi belajarnya yang selalu rendah (kurang

dari 6), sering terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik

dibandingkan teman-teman seusianya, dan memiliki daya tangkap

terhadap pelajaran lambat.

3. Pendidikan Inklusif

Menurut Garnida (2015:23) Pendidikan inklusif merupakan sistem

penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan

tertentu dan anak-anak lainnya yang disatukan dengan tanpa

mempertimbangkan keterbatasan masing-masing.

Pendidikan inklusif bukan hanya sekedar menempatkan siswa berkelainan

secara fisik dalam kelas/sekolah regular dan bukan juga hanya sekedar

memasukkan anak berkebutuhan khusus sebanyak mungkin dalam lingkungan

belajar siswa normal. Lebih dari itu pendidikan inklusi menyatukan semua

siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat

untuk bersama-sama belajar di sekolah reguler. Melalui pendidikan inklusi,


siswa berkebutuhan khusus dididik bersama-sama dengan peserta didik normal

atau reguler lainnya dan mereka dapat mengoptimalkan potensi yang

dimilikinya.

4. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Menurut Sudirman (dalam Susanto 2013:55) minat adalah suatu kondisi

yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang

dihubungkan dengan keinginan –keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri.

Oleh karena itu apa saja yang dilihat seseorang baik merupakan barang tertentu

atau hal lain tentu akan membangkitkan minatnya dari apa yang dilihat guna

mempunyai hubungan dari kepentingannya sendiri. Sedangkan menurut

Parnawi (2019:73) “minat adalah sebuah kecenderungan yang dalam

pelaksanaannya dilakukan secara menetap dengan tujuan untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas”.

Minat yang ada pada diri seorang bukanlah bawaan sejak lahir melainkan

minat itu dapat diperoleh sejak seseorang beradaptasi dengan lingkungannya.

Dalam praktiknya, minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa

dan bagaimana siswa dapat mengaktulisasikan dirinya melalui belajar. Dari

beberapa definisi minat di atas, dapat ditegaskan bahwa minat merupakan suatu

perasaan suka dan dorongan didalam diri seseorang atau faktor yang dapat

menimbulkan ketertarikan dan perhatian terhadap suatu aktivitas yang dapat

menyebabkan dipilihnya suatu kegiatan atau objek yang menguntungkan,


menyenangkan sehingga lama-kelamaan dapat mendatangkan kepuasan dalam

diri seseorang tanpa adanya paksaan.

Dalam kegiatan belajar, pada proses pembelajaran maka minat yang

diharapkan adalah minat yang timbul dengan sendirinya dari dalam diri

seorang siswa itu sendiri tanpa adanya paksaan dari luar, agar siswa dapat

belajar lebih baik dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Akan tetapi

dalam kenyataannya tidak jarang siswa mengikuti pembelajaran dikarenakan

adanya suatu keharusan atau keterpaksaan. Maka dari itu untuk melaksanakan

hal tersebut, bagi seorang pendidik dituntut agar dapat memperlakukan

siswanya secara baik, menghargai, menyayangi, serta selalu memberinya

harapan, semangat, berlaku lemah lembut, dan sebagainya sehingga dengan

demikian maka terjalin rasa simpati siswa terhadap guru yang pada akhirnya

akan membuat siswa merasa senang dalam mengikuti dan meminati pelajaran

yang disajikan oleh gurunya.

Sedangkan belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan

pengalaman dalam rangka menjadi manusia yang lebih baik. Menurut Hustarda

(2013:2) “Belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai

adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya”. Selanjutnya, menurut

Muhammedi, dkk (2017:13) belajar adalah aktivitas mental atau (psikhis) yang

menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam aspek

kognitif, psikomotorik, dan afektif. Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu

yang sama sekali baru atau penyempurnaan/peningkatan dari hasil belajar yang

telah diperoleh sebelumnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa


belajar merupakan suatu perilaku yang mencerminkan suatu tindakan pada

aktivitas siswa dari segi pengaruh positif atau negatif yang diperoleh peserta

didik tersebut.

Proses belajar terdiri dari beberapa tahap yang harus yang harus dilalui,

apabila dalam arti sesungguhnya seseorang ingin belajar. Tahapan proses

belajar tersebut, yaitu (1) adanya motivasi dari pembelajar, (2) perhatian pada

materi pelajaran, (3) menerima dan mengingat, (4) reproduksi, (5) generalisasi,

(6) melaksanakan latihan dan umpan balik dari belajar yang diperoleh. Jadi

belajar dan minat keduanya merupakan sangat erat kaitannya. Tanpa adanya

minat siswa dapat terhambat pada proses pembelajaran. Maka dari itu minat

belajar merupakan sifat yang penting untuk dimiliki oleh siswa.

b. Faktor yang mempengaruhi minat belajar

Menurut Singers (dalam Darmadi, 2017:317) faktor-faktor yang

mempengaruhi timbulnya minat belajar adalah 1) pelajaran akan menarik siswa

jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dan kehidupan nyata, 2) bantuan

yang diberikan guru terhadap anak didiknya dalam mencapai tujuan tertentu,

3) adanya kesempatan yang diberikan guru terhadap siswa untuk berperan aktif

dalam proses belajar mengajar, 4) sikap yang diperlihatkan guru dalam usaha

meningkatkan minat siswa, sikap seorang guru yang tidak disukai oleh anak

didik tertentu akan mengurangi minat dan perhatian siswa terhadap mata

pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan.

c. Pengaruh Minat terhadap kegiatan belajar siswa


Minat menjadi faktor yang sangat penting terhadap kegiatan belajar siswa.

Dalam proses pendidikan dan pengajaran, minat merupakan faktor yang

dominan untuk dianalisa, karena berperan sebagai motivator dalam belajar.

Motivasi untuk selalu belajar memang sangat baik jika dipupuk dan dilatih

sejak usia dini. Menurut Susanto (2013:68) “motivasi merupakan suatu daya

pendorong atau penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan

suatu aktivitas dalam rangka mecapai tujuan tertentu”.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwasanya pentingnya minat

serta motivasi dalam proses belajar mengajar karena keduanya sangat erat

kaitannya dan saling berhubungan. Menurut (Muhammedi 2017:54)

pentingnya minat dalam proses belajar mengajar adalah:

a. Apabila seseorang siswa dalam mengikuti pelajaran tidak berminat maka

siswa itu menemui kegagalan, sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan

tidak akan tercapai.

b. Adanya minat dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan suatu

kebutuhan terhadap pelajar dan jelas kelihatan dari hasil proses belajar yang

diperolehnya akan lebih baik, jika dibandingkan dengan dorongan orang tua

dan lingkungannya.

Dan dalam konteks minat belajar maka minat akan berperan dalam hal-

hal sebagai berikut, diantaranya adalah:

a. Memberikan dorongan dan menggerakkan

b. mewujudkan kedinamisan dalam proses belajar

c. memberikan suatu keputusan yang tidak dapat diukur.


5. Peran Guru dalam proses pembelajaran

a. Guru dan pembelajaran

Menurut Khanifatul (2013:26) menyatakan bahwa pembelajaran

merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar yang terjadi pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan proses yang sisematis dan melibatkan banyak

komponen. Proses Pembelajaran akan terjadi apabila terdapat interaksi

atau hubungan timbal balik antara siswa dengan lingkungannya dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah pada siswa slow

learner, guru menyiapkan suatu program pembelajaran sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan individu siswa. Guru hendaknya dapat

mengakomodasi semua kebutuhan siswa di kelasnya, termasuk membantu

mereka memperoleh pemahaman yang sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan masing-masing. Proses pembelajaran seharusnya dapat

diciptakan suasana kelas yang kooperatif, saling bekerja sama, dan

demokratis.

Guru adalah salah satu faktor yang penting dalam lingkungan

belajar. Peran seorang guru lebih besar dari sekedar pemberi ilmu

pengetahuan. Siswa memerlukan peran seorang guru untuk membantunya

dalam proses perkembangan diri dan pengoptimalan bakat serta

kemampuan yang dimiliki siswa. Tanpa adanya seorang guru, mustahil

seorang siswa dapat mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Hal ini
berdasar pada pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang selalu

memerlukan bantuan orang lain untuk mencukupi semua kebutuhannya.

Menurut Pidarta (dalam Suprihatiningrum 2016:26) Adapun peranan

guru yaitu: 1) Sebagai manajer pendidikan atau pengorganisasian

kurikulum, 2) sebagai fasilitator pendidikan, 3) pelaksana pendidikan, 4)

pembimbing dan supervisor, 5) Penegak disiplin, 6) menjadi model

perilaku yang akan ditiru siswa, 7) sebagai konselor, 8) menjadi penilai, 9)

petugas tata usaha tentang adminstrasi kelas yang diajarnya, 10) menjadi

komunikator dengan orangtua siswa dengan masyarakat, 11) sebagai

pengajar untuk meningkatkan profesi secara berkelanjutan, 12) menjadi

anggota organisasi profesi pendidikan.

b. Usaha guru dalam menunjang minat belajar siswa Slow Learner

selama proses pembelajaran di sekolah

Usaha guru yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan usaha

yang dimiliki guru untuk menunjang minat belajar siswa Slow learner

dalam penggunaan media belajar. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas

dapat menstimulasi semangat belajar dan aktif, untuk menciptakan proses

pembelajaran yang aktif dan efektif bagi siswa slow learner guru dapat

menerapkan berbagai metode dan merancang strategi yang cocok untuk

pembelajaran.

Guru harus berusaha dengan baik agar siswa lamban belajar memiliki

minat dalam belajar. Karena di dalam proses pembelajaran, tentunya minat

yang diharapkan adalah minat yang timbul dengan sendirinya dari siswa itu
sendiri tanpa adanya paksaan dari luar agar siswa dapat belajar dengan aktif

dan lebih baik. Akan tetapi dalam kenyataanya tidak jarang siswa

mengikuti pelajaran dikarenakan terpaksa atau tidak mempunyai minat

terhadap pembelajaran tersebut. Seharusnya anak harus mengetahui

minatnya karena tanpa tahu apa yang diminatinya, maka tujuan belajar

yang diinginkan tidak akan dapat tercapai dengan baik.

Menurut Nurkacana (dalam Susanto 2013:64) menyatakan Seorang

guru harus mampu memelihara minat anak didiknya dengan cara berikut:

1) Meningkatkan minat anak-anak

2) Memelihara minat yang timbul

3) Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik

4) Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak

tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang sesuai baginya.

Garnida (2015:123) menyatakan bahwa proses pelaksanaan

pembelajaran pada kelas inklusif antara lain:

a) Merencanakan kegiatan pembelajaran

b) Menetapkan tujuan

c) Merencanakan pengelolaan kelas

d) Merencanakan pengorganasian bahan

e) Merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran

f) Merencanakan penggunaan sumber belajar

g) Merencanakan penilaian

h) Melaksanakan kegiatan pembelajaran


i) Berkomunikasi dengan siswa

j) Mengimplementassikan metode, sumber belajar, dan bahan latihan

yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

k) Mendorong siswa untuk terlibat secara aktif

l) Mendemonstrasikan penguasaan materi dan relevansinya dalam

kehidupan

m) Mengelola waktu, ruang, bahan, dan perlengkapan pengajaran

n) Mengelola pembelajaran kelompok yang kooperatif

o) Melakukan evaluasi.

Di dalam proses pembelajaran harus disertai dengan pembinaan

hubungan antarpribadi agar siswa sekaligus terpupuk rasa kebersamaan,

toleransi, dan pengembangan diri lebih lanjut. Karena hubungan

antarpribadi yang baik yang dilakukan oleh guru akan melancarkan proses

pendidikan dan pemecahan masalah. Hubungan antarpribadi dapat

diwujudkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

1) Bersikap terbuka, toleran, dan simpati terhadap siswa seperti,

menunjukkan sikap toleran (mau mengerti) terhadap siswa.

2) Menampilkan kegairahan dan kesungguhan dalam mengajar seperti

memberikan kesan di hadapan siswa bahwa guru sungguh-sungguh

akan memberikan bantuan kepada siswa. Dan merangsang minat

siswa untuk belajar.


3) Mengelola interaksi antarpribadi seperti memberikan penghargaan

(reward) terhadap siswa yang berhasil dan dapat memberikan

bimbingan khusus terhadap siswa yang belum berhasil.

6. Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran

a. Pengertian Media

Menurut Gagne (dalam Ramli 2012: 1) media adalah berbagai jenis

komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk

belajar. Sedangkan menurut Suharti dkk (2020:43) media pembelajaran

adalah segala alat bantu yang dilaksanakan atau digunakan guru

bersama siswa dalam proses belajar mengajar guna memperlancar

keberhasilan belajar. Jadi dapat disimpulkan media adalah salah satu

alat pendukung dalam proses pembelajaran untuk mencapai

keberhasilan, yang mana dalam penggunaannya akan dapat

menghubungkan antara pemberi (guru) dan juga penerima informasi

(siswa).

b. Jenis media pembelajaran

Menurut Suharti dkk (2020:45-46) adapun jenis-jenis media

pembelajaran atas dasar yang sering digunakan beserta

karakteristiknya:

1) Media grafis

a. Media gambar foto, media ini konkrit lebih realistis disbanding

dengan media verbal


b. Sketsa, gambar yang sederhana atau draf kasar yang melukiskan

bagian pokok saja tanpa detail

c. Diagram, gambar yang berupa garis dan symbol yang

konvensional

d. Chart, gambar dan garis untuk mendaftar sejumlah informasi

e. Grafik, suatu gambar yang menggunakan titik-titik garis gambar

untuk menyampaikan informasi statistic yang saling berhubungan

f. Kartun, suatu gambar interpretative yang menggunakan simbolis

g. Poster

h. Peta dan globe

2) Media audio

Terdapat a) radio, b) alat perekam, pita dan kaset, c) laboratorium

bahasa

3) Media proyeksi diam

a. Media slide, menampilkan gambar/visual serta narasi yang dapat

dikombinasi dengan media audio

b. Media OHP (Overhead Projector), alat yang dirancang

sedemikian rupa sehingga bahan-bahan yang berbentuk sheet

yang transparansi diletakkan pada sumber cahaya yang

gambarnya diproyeksikan lewat atas kepala ke layar yang

terletak di belakang operatornya

c. Film strip

4) Media proyeksi gerak


Diantaranya, a) film, b) televivi, c) TVST atau televise siaran

terbatas, dan d) alat perekam video

Menurut Mustika (dalam Hasan dkk 2021:16) menyebutkan

adapun peranan media dalam proses pembelajaran dapat ditempatkan

sebagai berikut:

a) Alat untuk memperjelas bahan pembelajaran pada saat guru

menyampaikan pembelajaran. Dalam hal ini media yang

digunakan guru sebagai varial penjelasan verbal mengenai bahan

pembelajaran.

b) Alat untuk mengangkat atau meninmbulkan persoalan untuk dikaji

lebih lanjut oleh para siswa dalam proses belajarnya. Guna dapat

menempakan media sebagai sumber pertanyaan atau simulasi

belajar siswa.

c) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan

bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik secara

indivisual maupun kelompok. Dengan demikian akan membantu

tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.

c. Penggunaan Media gambar dalam pembelajaran

Diantara media pembelajaran, media gambar adalah media

yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai

gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan

sesuai derngan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah

semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Media


digunakan untuk membawa pesan dengan suatu tujuan. Kelebihan alat

peraga visual khususnya sebagai salah satu dari media pembelajaran

yang efektif dan mudah dijangkau.

Gambar sebagai media pembelajaran tentunya harus

disesuaikan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Menurut Arief. S.

Sadiman dkk (dalam Hasan dkk 2021:73) mengatakan ada enam

syarat yang harus dipenuhi gambar sebagai media pembelajaran yaitu,

1. Otentik, gambar harus secara jujur menggambarkan keadaan

seolah-olah orang melihat yang sebenarnya.

2. Sederhana, komposisi gambar harus cukup jelas untuk

menunjukkan poin-poin utama dalam gambar.

3. Ukuran relative, gambar dapat memperbesar atau

memperkecil benda yang sebenarnya.

4. Gambar harus mengandung gerak atau tindakan. Citra yang

baik tidak menunjukkan suatu benda dalam keadaan diam

tetapi menunjukkan suatu kegiatan tertentu.

5. Gambaran yang baik belum tentu baik untuk pencapaian

tujuan pembelajaran.

6. Tidak setiap gambar yang baik adalah adalah media yang

baik. Sebagai media yang baik, gambar harus baik dari segi

artistik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai.
Di dalam pembelajaran di sekolah dasar media gambar sangat

baik di gunakan dan di terapkan dalam proses belajar mengajar

sebagai media pembelajaran karena media gambar ini cenderung

sangat menarik hati siswa sehingga akan muncul motivasi untuk

lebih ingin menegtahui tentang gamabar yang dijelaskan dan guru

juga dapat menyampaikan materi dengan optimal melalui media

gambar tersebut.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode

penelitian ini dipilih karena mampu memberikan gambaran tentang perilaku

peserta didik selama kegiatan belajar mengajar Sugiyono (2018: 15)

mengemukakan ”Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berdasarkan filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen dimana peneliti

adalah sebagai instrument kunci”. Pendekatan kualitatif yang digunakan untuk

penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang mendalam, sehingga

pendekatan ini dapat mengandung makna. Oleh karena itu dalam penelitian

kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada

makna.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Deskriptif adalah memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data
sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Penelitian Kualitatif juga merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang dan

perilaku yang dapat diamati secara langsung oleh si peneliti. Peneliti

menggunakan jenis penelitian ini karena peneliti ingin mendeskripsikan suatu

fenomena dengan keadaan yang sebenarnya dialami oleh subjek penelitian

dan menyajikan data tersebut dalam bentuk kata-kata.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 53 Banda Aceh yang

beralamat di JL. Teuku Imum Lueng Bata, Lueng Bata, Kec. Lueng Bata, Kota

Banda Aceh. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dikarenakan di SD

tersebut belum pernah melakukan penelitian tentang usaha guru dalam

penggunaan media gambar minat belajar siswa slow learner. Penelitian ini

akan dilaksanakan di akhir semester genap tahun ajaran 2022.

3. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas 5

yang ada di SD Negeri 53 Banda Aceh dengan jumlah siswa slow learner 4

orang.

4. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2018:308) ”Teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian ini adalah mendapatkan dua data”. Bila dilihat dari sumber datanya,

maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber

skunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data, dan sumber skunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau dokumen.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a) Observasi

Menurut Nasution (dalam Sugiyono 2016: 310) mengemukakan bahwa,

observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya

dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan

yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan

bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang

sangat kecil (protan dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang

angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Melalui metode observasi maka peneliti akan lebih mudah mendalami

kejadian atau tempat yang diteliti, peneliti tahu siapa yang harus di

wawancarai terlebih dahulu.

b) Wawancara
Wawancara merupakan sebagai alat pembuktian terhadap informasi

atau menjadi suatu keterangan dan memperkuat bukti pada suatu argument

baik terhadap keterangan informasi yang di dapat saat penelitian atau

keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu usaha guru dalam

penggunaan media belajar terhadap siswa slow learner di SD Negeri 53

Kota Banda Aceh. Melalui wawancara ini peneliti menggali data,

informasi, dan kerangka keterangan dari subyek penelitian. Teknik

wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya

pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan

dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan

kondisi lapangan.

c) Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013: 82) Dokumentasi berasal dari kata dokumen

yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi Dalam penelitian

ini, peneliti mengambil data, catatan, penilaian siswa slow learner, hasil

belajar siswa terakhir, dan hasil asesmen siswa berkebutuhan khusus, serta

dokumen lain yang mendukung informasi penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif,

yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau

fakta yang sesuai dengan kondisi dalam situasi. Jadi, peneliti mencoba untuk
menentukan sifat situasi pada keadaan tertentu sebagaimana adanya pada saat

penelitian dilakukan.

Menurut Sugiyono (2010: 338-341) analisis data dilakukan dengan cara

menyusun data, menghubungkan data, mereduksi data, penyajian data, dan

menarik kesimpulan.

a. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang

muncul dari dokumen pribadi. Kegiatan reduksi data berlangsung terus-

menerus, terutama selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung

atau selama pengumpulan data. Reduksi data berarti merangkum atau

meringkas, mempertajam, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada

hal-hal penting saja dalam penelitian.

b. Penyajian data

Menurut Sugiyono (2013: 95) Penyajian data sebagai kumpulan informasi

tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Jadi peneliti

akan menganalisis kembali data yang didapatkan melalui lembar observasi,

lembar wawancara dan dokumen dalam bentuk uraian.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam kegiatan ini yaitu membuat kesimpulan dari

data-data yang telah diuraikan, dan membandingkan dengan teori-teori


yang cocok tentang Upaya guru dalam penggunaan media gambar terhadap

minat belajar siswa slow learner.

I. Jadwal Penelitian

Rencana penelitian ini dilakukan dengan cara sistematis. Adapun kegiatan-

kegiatannya dapat dilihat pada table berikut :

No. Waktu Pelaksanaan

Rencana Kegiatan Jan Feb Mar April Mei

2022 2022 2022 2022 2022


1. Penulisan Proposal

2. Seminar Proposal

3. Persiapan Penelitian

4. Pelaksanaan Penelitian

5. Menyusun Laporan

Penelitian
6. Sidang Skripsi

7. Perbaikan Skripsi

Catatan : Jadwal penelitian sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan


kondisi dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika

Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish.

Desiningrum, Dinie Ratri. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:

Psikosain.

Garnida, Dadang. 2015. Pengantar Pendidikan Inklusif. Bandung: PT Refika

Aditama.

Hasan, Muhammad dkk. 2021. Pengembangan Media Pembelajaran. Jawa Tengah:

Tahta Media Group.

Hustarda dan Yudha M. Saputra. 2013. Belajar dan Mengajar Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan. Bandung: CV Alfabeta.

Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif strategi mengelola kelas secara efektif dan
menyenangkan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Khairani, Makmum. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Presindo.

Mais, Asrorul. 2016. Media pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Jakarta: CV.
Pustaka Abadi.

Meilani, Leni dan Asep Rachmat. 2013. Implementasi Pendekatan PAKEM. Bandung:
CV. Mughni Sejahtera.

Muhammedi, dkk. 2017. Psikologi Belajar. Medan Sumatera Utara: Larispa


Indonesia.
Murtie, Afin. 2016. Ensiklopedi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Redaksi
Maxima.
Olivia, Stella 2017. Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus Diintegrasikan
Belajar di Sekolah Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Parnawi. 2019. Psikologi Belajar. Sleman: Deepublish.

Ramli, Muhammad. 2012. Media dan Teknologi Pembelajaran. Banjarmasin,


Kalimantan Selatan: IAIN Antasari Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Suharti dkk. 2020. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV. Jakad Media Publishing.

Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan


Kompetensi Guru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi
Kedua. Jakarta: Prenadamedia Group.
KISI-KISI WAWANCARA UNTUK GURU

Nama:

Nip :

Pertanyaan:

1. Sudah berapa lama ibu menjadi guru kelas?

2. Kelas-kelas apa saja yang sudah pernah ibu menjadi wali kelas?

3. Apakah dalam pembelajaran ibu mengetahui siswa yang hambatan slow

learner?

4. Apa yang ibu ketahui tentang anak lamban belajar?

5. Bagaimanakah ibu menghadapi siswa yang lamban belajar dalam

pembelajaran?

6. Bagaimanakah respon siswa yang lamban belajar terhadap pembelajaran

berlangsung?

7. Apakah siswa lamban belajar memiliki rasa minat belajar?

8. Apakah ibu memanfaatkan media atau alat peraga dalam proses

pembelajaran terhadap siswa slow learner?

9. Apa saja usaha ibu selaku wali kelas dalam meningkatkan minat belajar

siswa slow learner?

10. Bagaimana proses interaksi ibu dengan siswa slow learner, dan juga siswa

normal lainnya?

11. Bagaimana strategi dan metode yang ibu lakuka untuk meningkatkan minat

belajar anak slow learner?


12. Seberapa sering ibu melaksanakan strategi dan metode tersebut di kelas

terhadap anak slow learner?

13. Bagaimana respon dan dampak yang terjadi setelah ibu melakukan strategi

dan metode untuk meningkatkan minat belajar siswa slow learner?

14. Apakah ibu menggunakan media gambar dalam pembelajaran terhadap

siswa slow learner di kelas?

15. Bagaimana respond serta perkembangan dari siswa slow learner setelah

adanya proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar?

16. Apakah ada timbulnya minat belajar pada siswa slow learner setelah

dilakukannya penggunaan media gambar dalam pembelajaran?

17. Apa kendala atau hambatan yang ibu dapat saat menghadapi siswa slow

learner dalam proses pembelajaran?

18. Apa saja manfaat dengan adanya rasa minat belajar terhadap siswa slow

learner yang ibu rasakan?

19. Bagaimana pendapat ibu mengenai pemanfaatan media gambit dan alat

peraga dalam proses pembelajaran, apakah hal tersebut dapat membantu ibu

dalam penyampaian materi pembelajaran?

20. Bagaimana interaksi siswa slow learner di lingkungan sekolah dasar 53

Banda Aceh?
LEMBAR OBSERVASI

Sekolah :

Hari/Tanggal :

Kegiatan :

No Aspek yang diamati Unsur Penilaian

Ada Tidak

1 Adanya perencanaan kegiatan pembelajaran oleh


guru kelas khusus siswa slow learner.
2 Mengimplementasikan metode, sumber belajar,
dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
3 Berkomunikasi dengan siswa slow learner dan
menanggapi respon atau pertanyaan siswa lamban
belajar.
4 Memberikan latihan-latihan khusus (remidi) bagi
siswa yang dianggap memerlukan.
5 Mengelola waktu, ruang, dan perlengkapan
pengajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan
tujuan pembelajaran.
6 Menggunakan strategi atau metode yang dapat
meningkatkan minat belajar siswa lamban belajar
oleh guru kelas.
7 Menggunakan alat peraga atau media untuk anak
agar memudahkan siswa dalam materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru sesuai
tujuan intruksional yang telah ditetapkan
8 Media yang ada pada materi pembelajaran, mudah
untuk diperoleh
9 Adanya penggunaan media gambar terhadap siswa
slow learner di kelas V

10 Ketertarikan siswa slow learner terhadap media


gambar dalam pembelajaran

11 Media gambar yang diberikan sesuai dengan


pembelajaran atau kemampuan siswa slow learner

12 Memberikan kebebasan siswa slow learner dalam


berkreasi dalam membuat karya dan menentukan
minat siswa.
13 Guru membentuk suasana belajar yang
menyenangkan pada siswa dengan membangun
empati, menjalin kebersamaan, membangun rasa
memiliki, mendorong kebebasan berekspresi, dan
mengembangkan komunikasi yang efektif
14 Guru membuat evaluasi pada setiap akhir
pembelajaran kepada siswa guna meninjau minat
siswa slow learner
15 Guru memberikan appresiasi dan penghargaan
terhadap siswa yang berhasil
16 Guru mampu memberikan bimbingan khusus
terhadap siswa lamban belajar atau jam tambahan
Analisis Kebutuhan Media Pembelajaran

Mata Pelajaran :
Satuan Pendidikan :
Kelas :

Kompetensi/sub Materi Metode Media Pembelajaran yang


dibutuhkan Ket
Kompetensi

Nama Bentuk Ukuran Bahan

1 2 3 4 5 6 7 8

Sumber: Mais, Asrorul. 2016. Media pembelajaran anak berkebutuhan khusus. CV.
Pustaka Abadi:Jakarta. Hal 66.

Anda mungkin juga menyukai