Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fadilah Nur Kamilah

NIM : 1222010052
Kelas : MPI 3B

Resume Materi Psikologi Pendidikan Pasca UTS

1. Pertemuan Ke-9: Peranan Guru dalam Proses Mengajar-Belajar


• Sebelum era globalisasi informasi, profesi guru sangat dihormati baik dari ekonominya
maupun harga dirinya.
• Seiring perkembangan zaman terutama dalam hal informasi maka terjadi adanya
pergeseran nilai masyarakat yang mengakibatkan guru-guru di zaman sekarang lebih
sering disepelekan. Hal ini dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu; kemampuan guru
dalam membranding dirinya dan akses informasi yang cepat serta dapat berasal dari
mana saja.
• Muhibbin Syah berpendapat setidaknya ada 3 karakteristik yang harus dimiliki guru:
1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan (kognitif)
2. Melatih keterampilan jasmani (psikomotorik)
3. Menanamkan nilai dan keyakinan (afektif)
• Ketiga hal itu pun menjadi kompetensi profesionalisme guru dan kemampuan dasar
guru. Kompetensi guru berarti kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajibannya secara tanggung jawab dan layak. Secara tidak langsung, dapat dikatakan
bahwa seorang guru wajib memiliki ketiga kemampuan tersebut.
• Proses Belajar Mengajar ialah sebuah kegiatan yang integral antara siswa sebagai
pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Maka
ini menjadi hubungannya guru dengan proses belajar mengajar. Sehingga nantinya
guru akan berfungsi menjadi perancang kegiatan belajar-mengajar, pengelola setiap
tahapan belajar-mengajar, dan penilai dari hasil belajar siswa.

2. Pertemuan Ke-10: Strategi Proses Belajar-Mengajar dalam Psikologi Pendidikan


• Strategi mengajar yaitu langkah yang disusun untuk mencapai tujuan pengajaran
tertentu.
• Salah satu tujuan dari adanya strategi mengajar yaitu untuk mewujudkan kegiatan
belajar-mengajar yang efektif dan efisien.
• Jenis-jenis strategi mengajar:
1. Strategy Program for Effective Learning/Teaching (strategi modern)
2. Strategi Ekspositori (guru mendominasi)
3. Strategi Inkuiri (menuntut kemandirian siswa dalam mencari inti materi pelajaran)
4. Strategi pembelajaran kooperatif (membentuk kelompok-kelompok)
5. Strategi Afektif (pembentukan sikap positif dengan menghadapkan situasi/masalah
kepada siswa)
• Tahapan dalam mengajar
1. Persiapan; memeriksa siswa, kondisi kelas dan kondisi peralatan
2. Pelaksanaan; penyajian materi dengan model dan metode yang sesuai
3. Evaluasi & tindak lanjut; mengukur hasil belajar siswa misalkan dengan post-test

3. Pertemuan Ke-11: Model dan Metode Psikologi Pendidikan


• Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
• Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, model
mengajar dipandang mampu mengatasi kesulitan pendidik melaksanakan tugas
mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik.
• Macam-macam model pokok mengajar:
1. Model information processing (tahapan pengolahan informasi)
2. Model personal (pengembangan pribadi)
3. Model sosial (hubungan bermasyarakat)
4. Model behaviorial (pengembangan perilaku)
• Metode mengajar adalah proses yang teratur dan sistematis yang dilakukan guru kepada
siswanya dalam menyampaikan materi pelajaran. Metode mengajar digunakan oleh
guru agar siswa menguasai dan memahami apa yang diajarkan.
• Secara umum tujuan dari penggunaan metode mengajar adalah mengembangkan
kemampuan dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi.
• Metode pembelajaran yang sering digunakan:
1. Ceramah
2. Diskusi Kelompok
3. Demonstrasi
4. Tanya-Jawab
5. Pembelajaran Berbasis Proyek
6. Pembelajaran Kooperatif

4. Pertemuan Ke-12: Implementasi, Tahapan, dan Evaluasi Psikologi Pendidikan di


Sekolah
• Dalam teori kognitif yaitu bagaimana seorang guru menyampaikan materi dengan
bahasa yang mudah dipahami atau sederhana bagi murid
• Semakin tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin teratur dan lebih abstrak cara
berpikirnya. Maka, guru harus memahami tahap perkembangan kognitif anak
didiknya dan memberikan materi, teknik, dan media pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat tahapannya.
• Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi
fasilitator yaitu memberikan motivasi serta kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan peserta didik.
• Teori behavioristik yaitu pengamatan guru mengenai respon dari murid.
• Teori konstruktivisme menganggap bahwa guru dan murid sebagai subjek dan
tidak hanya menerima informasi saja.
• Implementasi psikologi Pendidikan ke dalam sekolah bisa dalam berbagai bentuk,
seperti penyusunan kurikulum, perumusan tujuan, strategy iklim pembelajaran,
bimbingan konseling, analisa perilaku dll.
• Evaluasi dalam psikologi pendidikan adalah proses sistematis untuk
mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis data, dan membuat
penilaian terhadap berbagai aspek psikologis yang terkait dengan konteks
pendidikan.
• Ada 2 bentuk evaluasi yang bisa diterapkan di sekolah antara lain; evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif.
5. Pertemuan Ke-13: Kasus dan Temuan Psikologi Pendidikan di Sekolah
• Kasus pertama dihadapkan dengan anak yang memiliki perilaku menyimpang,
hyperaktif dan kurang perhatian dari keluarga. Maka dari itu, solusinya
menggunakan pendekatan humanististik agar anak tersebut memahami dirinya
sendiri serta lingkungannya.
• Kasus kedua yaitu anak yang kurang motivasi belajar dan kurang perhatian dari
keluarganya. Solusinya yaitu menerapkan teori kognitif dengan metode interaktif
dan penjelasan materi yang dapat dipahami oleh peserta didik sehingga harapannya
anak tersebut jadi lebih termotivasi untuk mau belajar.
• Kasus ketiga yaitu anak yang introvert dan tidak bisa menolak. Maka pendekatan
yang dipakai gabungan dari teori humanistik dan teori kognitivisme.
• Kesimpulannya adalah setiap perilaku bermasalah yang terjadi pada siswa
dibutuhkan penanganan yang tepat sehingga hal itu bis amenjadi solusi bagi siswa
yang bermasalah tersebut.

6. Pertemuan Ke-14: Review Jurnal Psikologi Pendidikan


• Hasil penelitian dalam jurnal pertama yaitu tidak terdapat hubungan antara
kecerdasan emosional dengan perilaku agresi elektronik pada remaja pengguna
media sosial. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik interaksi
manusia antara di dunia nyata dengan di dunia maya. Akan tetapi penelitian
mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku agresi elektronik
khususnya pada remaja tetap perlu dikembangkan.
• Jurnal kedua menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat empati
dan perilaku cyberbullying pada remaja. Analisis data mengungkapkan hubungan
negatif, menandakan bahwa semakin tinggi tingkat empati remaja, semakin rendah
perilaku cyberbullying yang mereka tunjukkan. Sebaliknya, remaja dengan tingkat
empati yang lebih rendah cenderung menunjukkan perilaku cyberbullying yang
lebih tinggi.
7. Pertemuan Ke-15: Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui Pembelajaran
Terdiferensi dalam Program Inklusi SMP Plus Ar-Rahmat
• Seorang guru seperti seorang pengukir kayu, harus memahami cara mengukir, jenis
kayu, dan keindahannya. Maka dari itu, tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi
juga mendidik dan memahami peserta didik secara mendalam.
• Pendidikan inklusi memberikan peluang yang sama bagi semua anak, baik yang
reguler maupun memiliki kebutuhan khusus, untuk belajar bersama dalam ruang
kelas yang sama.
• Pendidikan inklusi dapat mengembangkan simpati dan empati di kalangan anak-
anak karena mereka secara langsung berinteraksi dengan perbedaan, mengurangi
risiko perundungan.
• Tujuannya adalah memberikan peluang seluas-luasnya kepada semua peserta didik
dengan keberagaman fisik, emosional, mental, dan sosial, serta potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa agar mendapatkan pendidikan yang setara.
• Kurikulum merdeka bersifat adaptif dan dapat digabungkan dengan kurikulum
lain. Dalam Pendidikan inklusi, ada lima bentuk adaptasi: Akselerasi, duplikasi,
simplikasi, substitusi, dan omisi.
• Jenis peserta didik berkebutuhan khusus terbagi menjadi dua, yaitu temporer
(dipengaruhi lingkungan), contohnya autism dan permanen. Di sekolah inklusi,
umumnya jenis yang bersifat temporer lebih dominan.
• SMP Plus Ar-Rahmat menerapkan pembelajaran terdiferensiasi untuk murid
reguler dan ABK. Pembelajaran ini melibatkan keputusan guru yang berorientasi
pada kebutuhan murid terkait dengan kurikulum, respons terhadap kebutuhan
belajar, menciptakan lingkungan belajar yang mengundang, manajemen kelas yang
efektif, dan penilaian berkelanjutan
• Oleh karena itu, dibutuhkan penaganan yang tepat dan kerjasama yang baik antar
pendidik dan tenaga pendidikan, seperti misalnya melalui pelaporan, evaluasi dan
tindak lanjut secara terus-menerus.

Anda mungkin juga menyukai