1. Pertemuan Ke-9: Peranan Guru dalam Proses Mengajar-Belajar
• Sebelum era globalisasi informasi, profesi guru sangat dihormati baik dari ekonominya maupun harga dirinya. • Seiring perkembangan zaman terutama dalam hal informasi maka terjadi adanya pergeseran nilai masyarakat yang mengakibatkan guru-guru di zaman sekarang lebih sering disepelekan. Hal ini dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu; kemampuan guru dalam membranding dirinya dan akses informasi yang cepat serta dapat berasal dari mana saja. • Muhibbin Syah berpendapat setidaknya ada 3 karakteristik yang harus dimiliki guru: 1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan (kognitif) 2. Melatih keterampilan jasmani (psikomotorik) 3. Menanamkan nilai dan keyakinan (afektif) • Ketiga hal itu pun menjadi kompetensi profesionalisme guru dan kemampuan dasar guru. Kompetensi guru berarti kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara tanggung jawab dan layak. Secara tidak langsung, dapat dikatakan bahwa seorang guru wajib memiliki ketiga kemampuan tersebut. • Proses Belajar Mengajar ialah sebuah kegiatan yang integral antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Maka ini menjadi hubungannya guru dengan proses belajar mengajar. Sehingga nantinya guru akan berfungsi menjadi perancang kegiatan belajar-mengajar, pengelola setiap tahapan belajar-mengajar, dan penilai dari hasil belajar siswa.
2. Pertemuan Ke-10: Strategi Proses Belajar-Mengajar dalam Psikologi Pendidikan
• Strategi mengajar yaitu langkah yang disusun untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. • Salah satu tujuan dari adanya strategi mengajar yaitu untuk mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. • Jenis-jenis strategi mengajar: 1. Strategy Program for Effective Learning/Teaching (strategi modern) 2. Strategi Ekspositori (guru mendominasi) 3. Strategi Inkuiri (menuntut kemandirian siswa dalam mencari inti materi pelajaran) 4. Strategi pembelajaran kooperatif (membentuk kelompok-kelompok) 5. Strategi Afektif (pembentukan sikap positif dengan menghadapkan situasi/masalah kepada siswa) • Tahapan dalam mengajar 1. Persiapan; memeriksa siswa, kondisi kelas dan kondisi peralatan 2. Pelaksanaan; penyajian materi dengan model dan metode yang sesuai 3. Evaluasi & tindak lanjut; mengukur hasil belajar siswa misalkan dengan post-test
3. Pertemuan Ke-11: Model dan Metode Psikologi Pendidikan
• Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. • Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, model mengajar dipandang mampu mengatasi kesulitan pendidik melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. • Macam-macam model pokok mengajar: 1. Model information processing (tahapan pengolahan informasi) 2. Model personal (pengembangan pribadi) 3. Model sosial (hubungan bermasyarakat) 4. Model behaviorial (pengembangan perilaku) • Metode mengajar adalah proses yang teratur dan sistematis yang dilakukan guru kepada siswanya dalam menyampaikan materi pelajaran. Metode mengajar digunakan oleh guru agar siswa menguasai dan memahami apa yang diajarkan. • Secara umum tujuan dari penggunaan metode mengajar adalah mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. • Metode pembelajaran yang sering digunakan: 1. Ceramah 2. Diskusi Kelompok 3. Demonstrasi 4. Tanya-Jawab 5. Pembelajaran Berbasis Proyek 6. Pembelajaran Kooperatif
4. Pertemuan Ke-12: Implementasi, Tahapan, dan Evaluasi Psikologi Pendidikan di
Sekolah • Dalam teori kognitif yaitu bagaimana seorang guru menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dipahami atau sederhana bagi murid • Semakin tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin teratur dan lebih abstrak cara berpikirnya. Maka, guru harus memahami tahap perkembangan kognitif anak didiknya dan memberikan materi, teknik, dan media pembelajaran yang sesuai dengan tingkat tahapannya. • Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator yaitu memberikan motivasi serta kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. • Teori behavioristik yaitu pengamatan guru mengenai respon dari murid. • Teori konstruktivisme menganggap bahwa guru dan murid sebagai subjek dan tidak hanya menerima informasi saja. • Implementasi psikologi Pendidikan ke dalam sekolah bisa dalam berbagai bentuk, seperti penyusunan kurikulum, perumusan tujuan, strategy iklim pembelajaran, bimbingan konseling, analisa perilaku dll. • Evaluasi dalam psikologi pendidikan adalah proses sistematis untuk mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis data, dan membuat penilaian terhadap berbagai aspek psikologis yang terkait dengan konteks pendidikan. • Ada 2 bentuk evaluasi yang bisa diterapkan di sekolah antara lain; evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. 5. Pertemuan Ke-13: Kasus dan Temuan Psikologi Pendidikan di Sekolah • Kasus pertama dihadapkan dengan anak yang memiliki perilaku menyimpang, hyperaktif dan kurang perhatian dari keluarga. Maka dari itu, solusinya menggunakan pendekatan humanististik agar anak tersebut memahami dirinya sendiri serta lingkungannya. • Kasus kedua yaitu anak yang kurang motivasi belajar dan kurang perhatian dari keluarganya. Solusinya yaitu menerapkan teori kognitif dengan metode interaktif dan penjelasan materi yang dapat dipahami oleh peserta didik sehingga harapannya anak tersebut jadi lebih termotivasi untuk mau belajar. • Kasus ketiga yaitu anak yang introvert dan tidak bisa menolak. Maka pendekatan yang dipakai gabungan dari teori humanistik dan teori kognitivisme. • Kesimpulannya adalah setiap perilaku bermasalah yang terjadi pada siswa dibutuhkan penanganan yang tepat sehingga hal itu bis amenjadi solusi bagi siswa yang bermasalah tersebut.
6. Pertemuan Ke-14: Review Jurnal Psikologi Pendidikan
• Hasil penelitian dalam jurnal pertama yaitu tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku agresi elektronik pada remaja pengguna media sosial. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik interaksi manusia antara di dunia nyata dengan di dunia maya. Akan tetapi penelitian mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku agresi elektronik khususnya pada remaja tetap perlu dikembangkan. • Jurnal kedua menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat empati dan perilaku cyberbullying pada remaja. Analisis data mengungkapkan hubungan negatif, menandakan bahwa semakin tinggi tingkat empati remaja, semakin rendah perilaku cyberbullying yang mereka tunjukkan. Sebaliknya, remaja dengan tingkat empati yang lebih rendah cenderung menunjukkan perilaku cyberbullying yang lebih tinggi. 7. Pertemuan Ke-15: Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui Pembelajaran Terdiferensi dalam Program Inklusi SMP Plus Ar-Rahmat • Seorang guru seperti seorang pengukir kayu, harus memahami cara mengukir, jenis kayu, dan keindahannya. Maka dari itu, tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik dan memahami peserta didik secara mendalam. • Pendidikan inklusi memberikan peluang yang sama bagi semua anak, baik yang reguler maupun memiliki kebutuhan khusus, untuk belajar bersama dalam ruang kelas yang sama. • Pendidikan inklusi dapat mengembangkan simpati dan empati di kalangan anak- anak karena mereka secara langsung berinteraksi dengan perbedaan, mengurangi risiko perundungan. • Tujuannya adalah memberikan peluang seluas-luasnya kepada semua peserta didik dengan keberagaman fisik, emosional, mental, dan sosial, serta potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa agar mendapatkan pendidikan yang setara. • Kurikulum merdeka bersifat adaptif dan dapat digabungkan dengan kurikulum lain. Dalam Pendidikan inklusi, ada lima bentuk adaptasi: Akselerasi, duplikasi, simplikasi, substitusi, dan omisi. • Jenis peserta didik berkebutuhan khusus terbagi menjadi dua, yaitu temporer (dipengaruhi lingkungan), contohnya autism dan permanen. Di sekolah inklusi, umumnya jenis yang bersifat temporer lebih dominan. • SMP Plus Ar-Rahmat menerapkan pembelajaran terdiferensiasi untuk murid reguler dan ABK. Pembelajaran ini melibatkan keputusan guru yang berorientasi pada kebutuhan murid terkait dengan kurikulum, respons terhadap kebutuhan belajar, menciptakan lingkungan belajar yang mengundang, manajemen kelas yang efektif, dan penilaian berkelanjutan • Oleh karena itu, dibutuhkan penaganan yang tepat dan kerjasama yang baik antar pendidik dan tenaga pendidikan, seperti misalnya melalui pelaporan, evaluasi dan tindak lanjut secara terus-menerus.