Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIMBANGAN DAN KONSELING

“KODE ETIK GURU DAN BK”

DOSEN PENGAMPU:
Lisa Putriani,M.Pd.,Kons

Oleh: Kelompok 12

Anggita Embun Dini (21076084)


Soraya Mahda Khaira (21029185)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Maha penyayang,
kami ucapkan puji dan syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Kode Etik Guru dan BK
Makalah Kode Etik Guru dan Bk ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan materi di berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih
banyak atas materi-materi yang kami dapatkan.
Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan baik
dari susunan kalimat, tata bahasa, maupun isi yang sangat singkat ini. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan yang akan diberikan
kepada kami.

Padang, 10 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................5
C. TUJUAN .......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Definisi Kode Etik............................................................................................ 6
B. Ruang Lingkup Kode Etik Guru....................................................................... 8
C. Ruang Lingkup Kode Etik BK .........................................................................9
D. Sanksi Terhadap Pelanggaran Kode Etik ...................................................... 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 11
A. KESIMPULAN ..............................................................................................11
B. SARAN .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kode etik guru dan BK berkaitan erat dengan kebutuhan akan profesi
pendidikan yang terhormat, terpercaya, dan bermartabat. Sebagai pekerjaan
yang sangat penting dalam membangun masa depan generasi muda, guru dan
konselor harus memenuhi standar etika dan moral yang tinggi dalam
melaksanakan tugas mereka. Salah satu faktor yang mendorong pentingnya
kode etik guru dan BK adalah peningkatan kesadaran akan pentingnya hak-
hak siswa, termasuk hak untuk diperlakukan dengan adil dan tidak
diskriminatif, hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, dan hak
untuk privasi dan keamanan pribadi. Oleh karena itu, para guru dan konselor
harus memastikan bahwa mereka tidak melakukan tindakan yang merugikan
atau mengeksploitasi siswa dalam bentuk apa pun.

Selain itu, tuntutan terhadap pendidikan yang lebih baik dan berkualitas
memperkuat perlunya kode etik guru dan BK. Dalam era globalisasi dan
perkembangan teknologi informasi yang pesat, para guru dan konselor harus
mampu memenuhi tuntutan dan tantangan baru dalam bidang pendidikan.
Dalam hal ini, kode etik guru dan BK dapat menjadi pedoman untuk
memastikan bahwa guru dan konselor memenuhi tuntutan profesionalisme,
kompetensi, dan integritas yang dibutuhkan.

Pentingnya kode etik guru dan BK juga terkait dengan kepercayaan


masyarakat terhadap pendidikan. Guru dan konselor yang mematuhi kode etik
dapat membangun citra positif profesi mereka dan memperkuat kepercayaan
masyarakat terhadap pendidikan. Sebaliknya, pelanggaran kode etik dapat
merusak reputasi dan kepercayaan masyarakat terhadap profesi pendidikan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pengembangan dan penerapan kode etik
guru dan BK merupakan hal yang sangat penting dalam memperkuat profesi
pendidikan. Melalui penerapan kode etik, para guru dan konselor dapat
memastikan bahwa mereka bertindak secara etis dan profesional, sehingga
dapat memberikan layanan pendidikan dan bimbingan yang berkualitas dan
memberikan dampak positif bagi siswa dan masyarakat secara keseluruhan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu definisi kode etik?
2. Bagaimana ruang lingkup kode etik guru?
3. Bagaimana ruang lingkup kode etik BK?
4. Apa saja sanksi terhadap pelanggaran kode etik?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi kode etik
2. Untuk mengetahui ruang lingkup kode etik guru
3. Untuk mengetahuiruang lingkup kode etik BK
4. Untuk mengetahui sanksi terhadap pelanggaran kode etik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kode Etik


Kode etik dalam bimbingan dan konseling (BK) adalah seperangkat prinsip dan
aturan moral yang dirancang untuk memandu perilaku dan praktik etis konselor dalam
melaksanakan tugasnya. Kode etik BK bertujuan untuk melindungi hak dan
kesejahteraan klien, memperkuat profesionalisme konselor, dan menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap profesi BK. Kode etik BK biasanya berisi prinsip-prinsip moral
dasar yang meliputi konsep-konsep seperti integritas, kejujuran, kerahasiaan,
tanggung jawab, dan kewajiban profesional. Kode etik BK juga dapat merinci standar
praktik dan perilaku yang diharapkan dari konselor, seperti penggunaan teknik terapi
yang aman, memastikan kerahasiaan informasi pribadi klien, dan menjamin
kesetaraan dan ketidakdiskriminan dalam memberikan layanan BK.

Sehingga dapat dipahami bahwa penyuluhan tidak dapat dilakukan dengan


sembarangan, tetapi konselor harus memiliki keahlian khusus. Keterampilan tersebut
tidak hanya terbatas pada kompetensi profesional, yaitu bagaimana konselor mampu
memahami dan mengaplikasikan teori layanan konseling, tetapi secara lebih luas
konselor harus memenuhi dirinya dengan kompetensi personal, sosial, dan pedagogik.
Berdasarkan ciri-ciri yang telah diuraikan di atas, maka setiap konselor karier harus
dibarengi dengan pelaksanaan tugasnya dengan etika khusus. Etika dalam proses
konseling telah diatur dalam bentuk kode etik profesi sehingga konselor dapat dengan
mudah memahami, menghayati, dan melaksanakannya.

Menurut Abkin (2006: 94) kode etik merupakan suatu aturan yang melindungi profesi
dari campur tangan pemerintah, mencegah ketidaksepakatan internal dalam suatu
profesi, dan melindungi atau mencegah para praktisi dari perilaku-perilaku
malapraktik. Selanjutnya Abkin juga mengemukakan bahwa kekuatan dan eksistensi
suatu profesi muncul dari kepercayaan publik. Etika konseling harus melibatkan
kesadaran dan komitmen untuk memelihara pentingnya tanggung jawab melindungi
kepercayaan klien. Abkin mengemukakan bahwa penegasan identitas profesi
bimbingan dan konseling harus diwujudkan dalam implementasi kode etik dan
supervisinya. Sunaryo Kartadinata (1998) menjelaskan bahwa penegakan dan
penerapan kode etik bertujuan untuk (1) menjunjung tinggi martabat profesi; (2)
melindungi masyarakat dari perbuatan malapraktik; (3) meningkatkan mutu profesi;
(5) menjaga standar mutu dan status profesi, dan (6) penegakan ikatan antara tenaga
profesi dan profesi yang disandangnya.

Kode etik bimbingan dan konseling yang ada di Indonesia sebagaimana disusun oleh
ABKIN (2006: 69), memuat hal-hal berikut:

1) Kualifikasi; konselor wajib memiliki (a) nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan


dan wawasan dalam bidang bimbingan dan konseling, serta dapat (b)
memperoleh pengakuan atas kemampuan dan kewenangannya sebagai konselor.

2) Informasi, testing, dan riset; konselor wajib melakukan yaitu (a) penyimpanan
dan penggunaan informasi, (b) testing (diberikan kepada konselor yang
berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya), dan (c) riset (menjaga
prinsip-prinsip sasaran riset serta kerahasiaan).

3) Proses pada pelayanan; (a) hubungan dalam pemberian pada pelayanan, dan (b)
hubungan dengan klien.

4) Konsultasi dan hubungan dengan rekan sejawat atau ahli lain; (a) pentingnya
berkonsultasi dengan sesama rekan sejawat; dan (b) alih tangan kasus apabila
tidak dapat memberikan bantuan kepada klien tersebut.

5) Hubungan kelembagaan; memuat mengenai aturan pelaksanaan layanan


konseling yang berhubungan dengan kelembagaan.

6) Praktik mandiri dan laporan kepada pihak lain; (a) konselor praktik mandiri,
menyangkut aturan dalam melaksanakan konseling secara privat, dan (b) laporan
kepada pihak lain.

7) Ketaatan kepada profesi, (a) pelaksanaan hak dan kewajiban, serta (b)
pelanggaran terhadap kode etik.
B. Ruang Lingkup Kode Etik Guru

Ruang lingkup kode etik guru adalah seperangkat prinsip-prinsip moral dan
profesional yang mengatur perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya di lingkungan
pendidikan. Kode etik guru bertujuan untuk memastikan bahwa guru menjalankan
tugasnya dengan integritas, kejujuran, dan tanggung jawab, serta memperkuat
profesionalisme guru dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi
pendidikan.

Kode etik guru biasanya mencakup prinsip-prinsip dasar seperti kejujuran, integritas,
kerahasiaan, tanggung jawab, dan kewajiban profesional. Selain itu, kode etik guru
juga dapat mencakup standar perilaku yang diharapkan dari guru, seperti
menghormati hak dan martabat siswa, menghindari diskriminasi, menghargai
keragaman budaya, menghindari kekerasan dan pelecehan, serta melaksanakan tugas
dengan penuh tanggung jawab.

Adapun ruang lingkup kode etik sebagai guru bimbingan dan konseling meliputi hal-
hal yang berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki, kewenangan, dan kewajiban
profesi bimbingan dan konseling, serta cara-cara pelaksanaan layanan yang dilakukan
dalam kegiatan profesi. Berdasarkan ruang lingkup tersebut, hal-hal pokok yang harus
diperhatikan oleh seorang konselor antara lain:

1) Pemahaman terhadap substansi dan spektrum permasalahan kode etik profesi


bimbingan dan konseling beserta analisis pengembangan solusinya.

2) Martabat profesi bimbingan dan konseling yang dilihat dari teoretis, strategis,
maupun praktiknya, melingkupi pelayanan yang bermanfaat, pelaksanaan yang
bermandat, dan pengakuan yang sehat yang terinci dalam kompetensi konselor,
fasilitas praktik, manajemen praktik beserta kelembagaannya.

Kode etik ini menjadi panduan dan landasan kerja setiap guru bimbingan dan
konseling dalam memberikan pelayanan kepada setiap peserta didik. Sehingga, setiap
perilaku dan kegiatan layanan yang diberikan guru bimbingan dan konseling
bersumber pada kode etik profesi bimbingan dan konseling (Rahardjo, 2018).
C. Ruang Lingkup Kode Etik BK

Ruang lingkup kode etik BK (Bimbingan dan Konseling) bertujuan untuk melindungi
hak dan kesejahteraan klien, memperkuat profesionalisme konselor, dan menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap profesi BK. Ruang lingkup kode etik BK mencakup
beberapa aspek, antara lain:

1) Integritas: Konselor harus menjunjung tinggi integritas dan kredibilitas profesi


BK, serta melakukan tindakan yang sesuai dengan etika dan moral yang berlaku
dalam masyarakat.

2) Kerahasiaan: Konselor harus memelihara kerahasiaan informasi yang diberikan


oleh klien, kecuali jika ada ancaman langsung terhadap keselamatan klien atau
orang lain.

3) Kewajiban profesional: Konselor harus mematuhi standar praktik dan etika


profesional yang ditetapkan dalam bidang BK, serta memberikan layanan BK
dengan penuh tanggung jawab.

4) Kesetaraan dan Ketidakdiskriminan: Konselor harus memberikan layanan BK


secara adil dan tidak diskriminatif, tanpa memandang latar belakang, agama, jenis
kelamin, atau orientasi seksual klien.

5) Kompetensi: Konselor harus mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya


dalam melaksanakan tugas BK, melalui pelatihan, pendidikan, dan
pengembangan diri.

6) Tanggung jawab: Konselor harus mengambil tanggung jawab atas hasil dari
layanan BK yang diberikan, serta menjamin bahwa klien tidak dirugikan akibat
kelalaian atau ketidaksengajaan dalam praktik BK.

Penerapan kode etik BK sangat penting dalam memastikan bahwa konselor dapat
memberikan layanan BK yang etis, profesional, dan efektif. Kode etik BK membantu
konselor untuk mempertimbangkan dan mengatasi berbagai masalah etis yang
mungkin muncul dalam praktik bimbingan dan konseling, sehingga dapat
meminimalkan risiko dan merugikan klien. Dengan demikian, kode etik BK menjadi
landasan moral dan profesional yang penting bagi konselor dalam melaksanakan tugas
dan memberikan pelayanan terbaik bagi klien.
D. Sanksi Terhadap Pelanggaran Kode Etik

Kode etik dalam bimbingan dan konseling (BK) merupakan aturan dan prinsip yang
mengatur tindakan dan perilaku yang diharapkan dari seorang konselor atau guru BK
dalam memberikan layanan BK kepada siswa. Kode etik bimbingan dan konseling di
Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku profesional yang
dijunjung tinggi, diamalkan, dan diamankan oleh setiap anggota Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia.[ Ibid., 8]

Dalam Anggaran ABKIN Bab III diatur tentang keanggotaan. Ada tiga keanggotaan
ABKIN, yaitu anggota biasa (bab III Pasal 4); anggota luar biasa (Bab III pasal 5);
dan anggota kehormatan (Bab III pasal 5). Penjelasan ketiga keanggotaan ABKIN
tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap individu yang mempunyai ijazah di bidang
bimbingan dan konseling dan atau sedang mengikuti pendidikan bidang bimbingan
dan konseling, serta menjalankan tugas atau jabatan yang berhubungan dengan
bimbingan dan konseling, baik dalam latar pendidikan maupun latar masyarakat wajib
mematuhi kode etik profesi bimbingan dan konseling.

Dalam kode etik BK dinyatakan bahwa “Pelanggaran terhadap kode etik akan
mendapatkan sanksi berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia”. Secara umum sanksi pelanggar kode etik diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu sanksi moral dan sanksi dikeluarkan dari organisasi. Sanksi moral
misalnya merasa bersalah, krisis atau hilang rasa percaya diri, dsb. Sedangkan sanksi
organisasi yang lebih efektif dan mudah dikontrol. Sekurang-kurangnya ada lima
bentuk sanksi bagi pelanggar kode etik profesi konselor, yaitu:

1) Memberikan teguran secara lisan.

2) Memberikan surat peringatan (SP 1, 2, dan 3) secara tertulis.

3) Pencabutan kerja atau pencabutan lisensi dengan tidak hormat.

4) Pencabutan lisensi bagi yang berpraktik mandiri atau dikeluarkan dari lembaga
terkait.

5) Apabila terkait dengan permasalahan hukum atau kriminal maka akan diserahkan
kepada pihak yang berwenang.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kode etik guru dan bimbingan konseling merupakan seperangkat aturan dan prinsip
moral yang mengatur perilaku dan tindakan guru dan konselor dalam melaksanakan
tugasnya. Kedua kode etik ini penting untuk melindungi hak dan kesejahteraan siswa
atau klien, memperkuat profesionalisme guru dan konselor, serta menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap profesi pendidikan dan bimbingan konseling.
Ruang lingkup kode etik guru mencakup moralitas, integritas, kredibilitas,
profesionalisme, dan tanggung jawab, sementara ruang lingkup kode etik bimbingan
konseling mencakup integritas, kerahasiaan, kewajiban profesional, kesetaraan dan
ketidakdiskriminan, kompetensi, dan tanggung jawab. Dalam melaksanakan tugasnya,
guru dan konselor harus mematuhi kode etik yang berlaku dan mengambil tanggung
jawab atas hasil dari layanan pendidikan dan bimbingan konseling yang diberikan.

B. SARAN

Peningkatan kesadaran dan pemahaman mengenai kode etik. Guru dan konselor perlu
diberikan pelatihan dan informasi yang memadai mengenai kode etik yang berlaku
dalam profesi mereka, sehingga mereka dapat memahami dan mengimplementasikan
prinsip-prinsip tersebut dalam melaksanakan tugasnya. Dan Pengembangan sanksi
yang jelas dan tegas. Penting untuk mengembangkan sanksi yang jelas dan tegas bagi
guru dan konselor yang melanggar kode etik, agar dapat meningkatkan akuntabilitas
dan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap profesi pendidikan dan bimbingan
konseling.

Serta adanya Monitoring dan evaluasi terhadap penerapan kode etik. Penting untuk
melakukan monitoring dan evaluasi secara teratur terhadap penerapan kode etik oleh
guru dan konselor, sehingga dapat diidentifikasi permasalahan dan solusi yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan penerapan kode etik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2006). Panduan Pengembangan Diri. Jakarta.

Rahardjo, S., & Kusmanto, A. S. (2018). PELAKSANAAN KODE ETIK PROFESI


GURU BIMBINGAN DAN KONSELING. JURNAL KONSELING GUSJIGANG,
3(2).

Sunaryo Kartadinata, dkk. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: Depdikbud.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani


Production.

Anda mungkin juga menyukai