PROFESINAL KEBIDANAN
Di Susun Oleh :
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii
BAB I LATAR BELAKANG……………………………………………………………………1
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………...1
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………...1
1.3 TUJUAN………………………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3
2.1 PENGERTIAN PROFESI BIDAN…………………………………………………....3
2.2 CIRI-CIRI BIDAN SEBAGAI
PROFESI……………………………………………..3
2.3 KARAKTERISTIK PROFESI BIDAN……………………………………………….4
2.4 TUJUAN KODE ETIK PELAYANAN
KEBIDANAN…………………………........4
2.5 DIMENSI KODE ETIK BIDAN………………………………………………………
5
2.6 PRINSIP KODE ETIK
BIDAN………………………………………………………..6
2.7 KODE ETIK BIDAN DAN PENERAPAN PRAKTIK KEBIDANAN………….……
6
2.8 PENYIMPANGAN KODE ETIK PROFESI
BIDAN………………………………..13
2.9 SANKSI PENYIMPANGAN KODE ETIK KEBIDANAN…………………………
17
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..18
4.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………18
4.2 SARAN………………………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...19
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi mata
kuliah etika dan hukum kesehatan dengan judul “Kode Etik Profesi Yang Memandu Praktek
Profesional Kebidanan”. Penulisan ini dapat dimaksudkan untuk melengkapi tugas – tugas yng
sudah di berikan kepada kami.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan banyak trimaksih kepada semua pihak
yng mendorong terbentuknya makalah ini. ucapan terimakasih kepada Ibu Dosen Pengampu :
Putu Monna Frisca Widiastini ,S.Tr.Keb.,M.Keb Sebagai dosen dalam mata kuliah etika dan
hukum kesehatan ini.
Dengan menyelesaikan tugas ini,tidak jarang penulis menemui kesulitan. Namun sudah
berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, yang dimana sifatnya yang
membangun untuk jadikan bahan masukan guna penulisan yng akan datang sehingga menjadi
lebih baik lagi. Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca umumnya.
Penyusun
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu ketentuan tentang apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat,
yang dalam hal ini kode etik profesi kebidanan.
7. Apa saja kode etik kebidanan dan bagaimana penerapannya dalam praktik kebidanan?
1
9. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelanggaran kode etik bidan ?
1.4 Tujuan
7 Untuk mengetahui kode etik kebidanan dan penerapannya dalam praktik kebidanan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang
berlaku
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa/pelayanan yang diberikan
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
Kode etik profesi merupakan “suatu penyataan komprehensif dari profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya
baik yang berhubungan dengan klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan
diri sendirinya”. Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melakasanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat.
4
sehari-hari di dalam masyarakat. Pada dasarnya tujuan menciptakan atau memutuskan kode etik
suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan Organisasi.
5
4) Anggota profesi dan sesama anggota profesi.
1) Menghargai otonomi.
2) Melakukan tindakan yang benar.
3) Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4) Berlakukan manusia dengan adil.
Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam
kongres nasional IBI X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam rapat
kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disahkan pada
kongres nasional IBI XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan
indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya bertuang dalam mukadimah, tujuan
dan bab.
6
d. Bidan hanya boleh membuka rahasia klien apabila diminta untuk keperluan
kesaksian pengadilan
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
Penerapannya :
a. Pada hakikatnya manusia termasuk klien membutuhkan penghargaan dan
pengakuan yanng hakiki baik dari golongan masyarakat intelektual, menengah
atau masyarakat kurang mampu.
b. Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan harus memberi
pelayanan profesional yang memadai kepada setiap klien.
Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki dan manusiawi secara
penuh tanpa mementingakan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan klien serta
menghargai klien sebagaimana bidan menghargai dirinya sendiri.
Dalam memberikan pelayanan, harus menjaga citra bidan sebagai profesi yang memiliki
nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial.Pengabdian dan pelayanan bidan adalah dorongan
hati nurani yang tidak mendahulukan balas jasa.
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
Penerapannya :
a. Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesuai dengan tugas dan kewajiban
yang telah digariskan dalam permenkes No 900/Permenkes/IX/2002.
b. Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan dalam pertumbuhan
perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia,
melaksanakan perawatan bayi dan memberi petunjuk kepada ibu tentang makanan
bayi, termasuk cara menyusui yang baik dan benar serta makanan tambahan
sesuai dengan usia anak.
c. Memberi obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi klien.
d. Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam kasus-kasus yang
tidak dapat diatasi sendiri.
7
e. Bidan melaksanakan perannya di tengah kehidupan Masyarakat
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Penerapannya :
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang masih percaya pada
kebudayaannya, tidak murni menghilangkan, tetapi memadukan dengan ilmu kebidanan
yang dimilikinya.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
Penerapannya :
Ketika ada klien datang, sedangkan bidan mau ada kepentingan keluarga, bidan
harus mendahulukan untuk melayani klien yang datang tersebut daripada kepentingan
pribadinya.
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
Penerapannya :
a. Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk memberi
penyuluhan serta motivasi agar masyarakat mau membentuk posyandu atau
PKMD atau kepada ibu yang mempunyai balita/ibu hamil untuk memeriksakan
diri di posyandu.
b. Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas atau rumah, ditempat praktik
BPM, maupun ditengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus selalu
memberi motivasi untuk selalu hidup sehat.
1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
Penerapannya :
8
a. Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan antenatal,
memberi imunisasi, KIE, sesuai dengan kebutuhan.
b. Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang bidan.
c. Memberi pelayanan bersifat promotif/peningkatan kesehatan.
d. Memberi pelayanan bersifat rehabilitatif.
2. Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan
atau rujukan
Penerapannya :
a. Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, dan di Rumah Sakit.
b. Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesuai dengan
wewenangnya.
c. Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas
lebih lengkap.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien.
Penerapannya :
Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala sesuatu yang
diketahuinya kepada siapapun termasuk keluarganya.
Bab III. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya (2 Butir)
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
Penerapannya :
a. Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non pemerintah, jika ada
sejawat yang berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan, sehingga tugas
pelayanan tetap berjalan.
b. Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan arisan,
piknik bersama, mengunjungi teman yang sakit, memenuhi undangan perkawinan
keluarga, khitanan.
9
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
Penerapannya :
a. Dalam menetapkan lokasi BPM, perlu diperhatikan jarak dengan lokasi yang
sudah ada.
b. Jika mengalami kesulitan, bidan dapat saling membantu dengan
mengkonsultasikan kesulitan kepada sejawat.
c. Dalam kerja sama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongnan mendadak
hendaknya melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakatan Bersama
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
Penerapannya :
a. Menjadi panutan dalam hidupnya.
b. Berpenampilan yang baik.
c. Tidak membeda-bedakan pangkat, jabatan dan golongan.
d. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
e. Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya hanya dalam waktu dinas.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapannya :
a. Mengembangkan kemampuan di lahan praktik.
b. Mengikuti pendidikan formal.
c. Mengikuti pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar, lokakarya,
simposium, membaca majalah, buku dan lain-lain secara pribadi.
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
a. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok.
b. Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok.
10
c. Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok.
d. Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok.
e. Membantu perencanaan penelitian mandiri.
f. Melaksanakan penelitian mandiri.
g. Mengolah hasil penelitian.
h. Membuat laporan penelitian.
1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
Penerapannya :
a. Memperhatikan kesehatan perorangan.
b. Memperhatikan kesehatan lingkungan.
c. Memeriksakan diri secara berkala setiap setahun sekali.
d. Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera memeriksakan
diri ke dokter.
2. Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapannya :
a. Membaca buku-buku tentang kesehatan, kebidanan, keperawatan pada
umumnya bahkan pengetahuan umum
b. Menyempatkan membaca Koran.
c. Berlangganan majalah profesi, majalah kesehatan.
d. Mengikuti penataran, seminar, simposium, lokakarya tentang kesehatan
umumnya, kebidanan khususnya.
e. Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk tindakan
yang jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat kecamatan,
cabang, daerah atau pusat.
f. Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan
pertemuan rutin, misalnya bulanan.
11
g. Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit-rumah sakit yang
lebih maju ke daerah-daerah terpencil.
h. Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam
kesempatan pertemuan rutin.
3. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
Bab VI. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah Air (2 Butir)
12
2) Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas
KIA/KB yang telah disediakan oleh masyarakat.
Kode etik adalah norma-norma yang harus di indahkan oleh setiap anggota profesi yang
bersangkutan di dalam melaksanakantugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.norma-
norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya dan larangan-larangan yang di atur di dalamnya, yaitu berupa ketentuan-
ketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh di perbuat atau di laksanakan oleh
anggota profesi, melainkan juga dalam menjalankan tugas profesinya, serta menyangkut tingkah
laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
13
kemajuan teknologi / ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai titik arus
kesejagatan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan
demikian penyimpangan etik mungkin saja terjadi juga dalam praktik kebidanan misalnya dalam
praktik mandiri. Bidan praktik mandiri mempunyai tanggung jawab yang besar karena harus
mempertanggung jawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidan praktik mandiri
menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
14
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tindakan,kewenangan,sanksi maupun tanggung jawaban
terhadap kesalahan atau pelanggaran yang di lakukan oleh tenaga kesehatan sebagai subyek
peraturan tersebut.
Menurut pasal 1 ayat (3) UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang di maksud
dengan Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Dari sejumlah tenaga medis tersebut, bidan merupakan salah satu unsur tenaga medis
yang berperan dalam mengurangi angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan, baik dalam
15
proses persalinan maupun dalam memberikan penyuluhan atau panduan bagi ibu hamil. Melihat
besarnya peranan bidan tersebut maka haruslah ada pembatasan yang jelas melalui hak dan
kewajiban dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan bidan tersebut. Maka, dibuatlah kode etik
bidan, di mana kode etik tersebut merupakan suatu pernyataan komperhensif dan profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggota untuk melaksanakan praktik profesinya, baik yang
berhubungan dengan klien sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun terhadap teman
sejawat, profesi, dan diri sendiri sebagai kontrol kualitas dalam praktik kebidanan.
Untuk melengkapi peraturan yang ada, maka dibuatlah sebuah kode etik yang dibuat oleh
kelompok-kelompok profesi yang ada di bidang kesehatan, dengan ketentuan pokok bahwa
peraturan yang dibuat tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang ada di atasnya.
16
perwujudnyataan implementasi pasal 20, pasal 28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3) UUD NRI
1945.
Sanksi penyimpangan kode etik bidan dalam berbagai aspek sebagai berikut:
1. Aspek Hukum
Dalam melakukan praktek kebidanan, seorang bidan berpedoman pada KEPMENKES
Nomor 900/MENKES/S/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Tugas dan
wewenang bidan terutama dalam bab V pasal 14 sampai dengan pasal 20, yang garis
besarnya berisi tentang bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan
keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai pedoman dan tata cara
dalam pelaksanaan profesi, sesuai dengan wewenang peraturan kebijaksanaan yang ada,
maka bidan harus senantiasa berpegang pada kode etik bidan yang berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945.
2. Aspek Etika
Kode etik dibuat oleh kelompok – kelompok profesi yang ada di bidang kesehatan,
dengan ketentuan pokok bahwa peraturan yang dibuat tersebut tidak bertentangan dengan
peraturan yang ada di atasnya. Contoh kode etik profesi adalah kelompok dokter yang
memunyai kode etik kedokteran, dan untuk kelompok bidan memunyai kode etik
kebidanan. Dalam kode etik tersebut terdapat pengenaan sanksi apabila ada pelanggaraan
yang berupa sanksi administratif, seperti penurunan pangkat, pencabutan izin atau
penundaan gaji.
3. Aspek Agama
Semua agama melarang tindakan yang bias mengancam nyawa manusia bahkan
membunuh, karena pada dasarnya semua makhluk hidup (manusia) ciptaan Tuhan
memiliki hak untuk hidup, meskipun masih berada dalam kandungan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan
membutuhkan suatu sistem untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan
fungsinya.Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk
mengadaptasi suatu teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Mufdlilah. Asri Hidayat. Ima Kharimaturrahmah. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Susanti, Santi. 2015. ETIKOLEGAL Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media
19