Anda di halaman 1dari 23

KODE ETIK PROFESI YANG MEMANDU PRAKTEK

PROFESINAL KEBIDANAN

Dosen Pengampu : Putu Monna Frisca Widiastini ,S.Tr.Keb.,M.Keb

Di Susun Oleh :

Isfiyantasi Syafii (23089151007)

Laeli Ilma Ihzati (23089151004)

Kadek Kristin dwiyanti (23089151010)

Ni Nyoman ayu suliantini (23089151008)

Ni komang karina diah p ( 23089151009)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
2023 – 2024
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii
BAB I LATAR BELAKANG……………………………………………………………………1
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………...1
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………...1
1.3 TUJUAN………………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3
2.1 PENGERTIAN PROFESI BIDAN…………………………………………………....3
2.2 CIRI-CIRI BIDAN SEBAGAI
PROFESI……………………………………………..3
2.3 KARAKTERISTIK PROFESI BIDAN……………………………………………….4
2.4 TUJUAN KODE ETIK PELAYANAN
KEBIDANAN…………………………........4
2.5 DIMENSI KODE ETIK BIDAN………………………………………………………
5
2.6 PRINSIP KODE ETIK
BIDAN………………………………………………………..6
2.7 KODE ETIK BIDAN DAN PENERAPAN PRAKTIK KEBIDANAN………….……
6
2.8 PENYIMPANGAN KODE ETIK PROFESI
BIDAN………………………………..13
2.9 SANKSI PENYIMPANGAN KODE ETIK KEBIDANAN…………………………
17
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..18
4.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………18
4.2 SARAN………………………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...19

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi mata
kuliah etika dan hukum kesehatan dengan judul “Kode Etik Profesi Yang Memandu Praktek
Profesional Kebidanan”. Penulisan ini dapat dimaksudkan untuk melengkapi tugas – tugas yng
sudah di berikan kepada kami.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan banyak trimaksih kepada semua pihak
yng mendorong terbentuknya makalah ini. ucapan terimakasih kepada Ibu Dosen Pengampu :
Putu Monna Frisca Widiastini ,S.Tr.Keb.,M.Keb Sebagai dosen dalam mata kuliah etika dan
hukum kesehatan ini.
Dengan menyelesaikan tugas ini,tidak jarang penulis menemui kesulitan. Namun sudah
berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, yang dimana sifatnya yang
membangun untuk jadikan bahan masukan guna penulisan yng akan datang sehingga menjadi
lebih baik lagi. Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca umumnya.

Bungkulan ,7 November 2023

Penyusun

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika diperlukan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan


hidup tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan
tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang
tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-
hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat.

Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu ketentuan tentang apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat,
yang dalam hal ini kode etik profesi kebidanan.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu profesi bidan ?

2. Apa saja ciri-ciri bidan sebagai profesi ?

3. Bagaimana karakteristik profesi ?

4. Apa tujuan kode etik dalam pelayanan kebidanan ?

5. Apa saja dimensi kode etik ?

6. Bagaimana prinsip kode etik ?

7. Apa saja kode etik kebidanan dan bagaimana penerapannya dalam praktik kebidanan?

8. Bagaimana penyimpangan kode etik profesi kebidanan ?

1
9. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelanggaran kode etik bidan ?

10. Bagaimana sanksi penyimpangan kode etik bidan ?

1.4 Tujuan

1 Untuk mengetahui definisi profesi bidan.

2 Untuk mengetahui ciri-ciri bidan sebagai profesi.

3 Untuk mengetahui karakteristik profesi.

4 Untuk mengetahui tujuan kode etik dalam pelayanan kebidanan.

5 Untuk mengetahui dimensi kode etik.

6 Untuk mengetahui prinsip kode etik.

7 Untuk mengetahui kode etik kebidanan dan penerapannya dalam praktik kebidanan.

8 Untuk mengetahui penyimpangan kode etik kebidanan.

9 Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelanggaran kode etik bidan.

10 Untuk mengetahui sanksi penyimpangan kode etik bidan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Profesi Bidan


Profesi berasal dari kata profesio (latin) yang berarti pengakuan. Selanjutnya profesi
adalah suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu yang diakui dalam
melayani masyarakat. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik,
serta profesi sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi
adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, mililter, dan teknik.
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan
yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat (registrasi),
dan diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik Bidan adalah salah satu profesi
tertua. Bidan terlahir sebagai wanita terpercaya dalam mendamping dan menolong ibu dalam
melahrkan bayinya sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan bekerja berdasarkan
pada pandangan filosofi yang dianut keilmuan, metode kerja, standar praktik, pelayanan dank
kode etik profesi yang dimiliki.
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus yaitu, sebagai pelayan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu :
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses
pendidikan dan jenjang tertentu.
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat.
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh
kode etik profesi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan profesi bidan adalah suatu jabatan
profesi yang disandang oleh anggota profesi bidan yang mempunyai ciri-ciri yang mampu
menunjukkan sebagai jabatan yang professional yang memiliki pengetahuan khusus,
melaksanakan peranan bermutu, melaksanakan cara yang disepakati, merupakan ideologi, terikat
pada kesetiaan yang diyakini, dan melalui pendidikan perguruan tinggi.

2.2 Ciri-Ciri Bidan Sebagai Profesi


1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan yang ditujukan
untuk maksud profesi yang bersangkutan

3
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang
berlaku
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa/pelayanan yang diberikan
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.

2.3 Karakteristik Profesi Bidan

Secara umum profesi mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Memiliki pengetahuam yang melandasi ketrampilan dan pelayanan


2. Mampu memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain
3. Mempunyai pendidikan yang mempunyai standar
4. Pengendalian terhadap standar praktik
5. Bertanggung jawab dan mempertanggung-jawabkan pelayanan yang diberikannya
6. Karir seumur hidup yang mandiri.

2.4 Tujuan Kode Etik Dalam Pelayanan Kebidanan

Kode etik profesi merupakan “suatu penyataan komprehensif dari profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya
baik yang berhubungan dengan klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan
diri sendirinya”. Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melakasanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat.

Norma-norma tersebut berisi tentang petunjuk-petunjuk bagi anggota tentang bagaimana


mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu ketentuan-ketentuan tentang
apa yang boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan
tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan

4
sehari-hari di dalam masyarakat. Pada dasarnya tujuan menciptakan atau memutuskan kode etik
suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan Organisasi.

Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.


Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat untuk mencegah
orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik
suatu progfesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik
juga disebut kode kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental.
Dalam kesejahteraan material anggota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-
larangan bagi anggota untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode
etik juga menciptakanperaturan-peraturan yang di tujukan kepada pembahasan tingkah
laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinyadengan
sesama anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu
dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode
etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
profesi

2.5 Dimensi Kode Etik

1) Anggota profesi dan klien atau pasien.


2) Anggota profesi dan sistem kesehatan.
3) Anggota profesi dan profesi kesehatan.

5
4) Anggota profesi dan sesama anggota profesi.

2.6 Prinsip Kode Etik

1) Menghargai otonomi.
2) Melakukan tindakan yang benar.
3) Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4) Berlakukan manusia dengan adil.

2.7 Kode Etik Kebidanan dan Penerapannya dalam Praktik Kebidanan

Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam
kongres nasional IBI X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam rapat
kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disahkan pada
kongres nasional IBI XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan
indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya bertuang dalam mukadimah, tujuan
dan bab.

Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab yaitu:

Bab I. Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat (6 Butir)

1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah


jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
Penerapannya :
a. Bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi bidan yang telah
ditetapkan sesuai dengan prosedur ilmu dan kebijakan yang berlaku dengan
penuh kesungguhan dan tanggung jawab.
b. Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan yang optimal kepada
siapa saja dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan, golongan, bangsa dan
negara.
c. Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak akan menceritakan kepada orang lain
dan merahasiakan segala yang berhubungan dengan tugasnya

6
d. Bidan hanya boleh membuka rahasia klien apabila diminta untuk keperluan
kesaksian pengadilan
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
Penerapannya :
a. Pada hakikatnya manusia termasuk klien membutuhkan penghargaan dan
pengakuan yanng hakiki baik dari golongan masyarakat intelektual, menengah
atau masyarakat kurang mampu.
b. Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan harus memberi
pelayanan profesional yang memadai kepada setiap klien.

Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki dan manusiawi secara
penuh tanpa mementingakan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan klien serta
menghargai klien sebagaimana bidan menghargai dirinya sendiri.

Dalam memberikan pelayanan, harus menjaga citra bidan sebagai profesi yang memiliki
nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial.Pengabdian dan pelayanan bidan adalah dorongan
hati nurani yang tidak mendahulukan balas jasa.

3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
Penerapannya :
a. Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesuai dengan tugas dan kewajiban
yang telah digariskan dalam permenkes No 900/Permenkes/IX/2002.
b. Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan dalam pertumbuhan
perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia,
melaksanakan perawatan bayi dan memberi petunjuk kepada ibu tentang makanan
bayi, termasuk cara menyusui yang baik dan benar serta makanan tambahan
sesuai dengan usia anak.
c. Memberi obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi klien.
d. Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam kasus-kasus yang
tidak dapat diatasi sendiri.

7
e. Bidan melaksanakan perannya di tengah kehidupan Masyarakat
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Penerapannya :
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang masih percaya pada
kebudayaannya, tidak murni menghilangkan, tetapi memadukan dengan ilmu kebidanan
yang dimilikinya.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
Penerapannya :
Ketika ada klien datang, sedangkan bidan mau ada kepentingan keluarga, bidan
harus mendahulukan untuk melayani klien yang datang tersebut daripada kepentingan
pribadinya.
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
Penerapannya :
a. Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk memberi
penyuluhan serta motivasi agar masyarakat mau membentuk posyandu atau
PKMD atau kepada ibu yang mempunyai balita/ibu hamil untuk memeriksakan
diri di posyandu.
b. Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas atau rumah, ditempat praktik
BPM, maupun ditengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus selalu
memberi motivasi untuk selalu hidup sehat.

Bab II Kewajiban Bidan terhadap Tugasnya (3 Butir)

1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
Penerapannya :

8
a. Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan antenatal,
memberi imunisasi, KIE, sesuai dengan kebutuhan.
b. Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang bidan.
c. Memberi pelayanan bersifat promotif/peningkatan kesehatan.
d. Memberi pelayanan bersifat rehabilitatif.
2. Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan
atau rujukan
Penerapannya :
a. Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, dan di Rumah Sakit.
b. Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesuai dengan
wewenangnya.
c. Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas
lebih lengkap.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien.
Penerapannya :
Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala sesuatu yang
diketahuinya kepada siapapun termasuk keluarganya.

Bab III. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya (2 Butir)

1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
Penerapannya :
a. Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non pemerintah, jika ada
sejawat yang berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan, sehingga tugas
pelayanan tetap berjalan.
b. Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan arisan,
piknik bersama, mengunjungi teman yang sakit, memenuhi undangan perkawinan
keluarga, khitanan.

9
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
Penerapannya :
a. Dalam menetapkan lokasi BPM, perlu diperhatikan jarak dengan lokasi yang
sudah ada.
b. Jika mengalami kesulitan, bidan dapat saling membantu dengan
mengkonsultasikan kesulitan kepada sejawat.
c. Dalam kerja sama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongnan mendadak
hendaknya melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakatan Bersama

Bab IV. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya (3 Butir)

1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
Penerapannya :
a. Menjadi panutan dalam hidupnya.
b. Berpenampilan yang baik.
c. Tidak membeda-bedakan pangkat, jabatan dan golongan.
d. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
e. Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya hanya dalam waktu dinas.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapannya :
a. Mengembangkan kemampuan di lahan praktik.
b. Mengikuti pendidikan formal.
c. Mengikuti pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar, lokakarya,
simposium, membaca majalah, buku dan lain-lain secara pribadi.
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
a. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok.
b. Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok.

10
c. Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok.
d. Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok.
e. Membantu perencanaan penelitian mandiri.
f. Melaksanakan penelitian mandiri.
g. Mengolah hasil penelitian.
h. Membuat laporan penelitian.

Bab V. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (3 Butir)

1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
Penerapannya :
a. Memperhatikan kesehatan perorangan.
b. Memperhatikan kesehatan lingkungan.
c. Memeriksakan diri secara berkala setiap setahun sekali.
d. Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera memeriksakan
diri ke dokter.
2. Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapannya :
a. Membaca buku-buku tentang kesehatan, kebidanan, keperawatan pada
umumnya bahkan pengetahuan umum
b. Menyempatkan membaca Koran.
c. Berlangganan majalah profesi, majalah kesehatan.
d. Mengikuti penataran, seminar, simposium, lokakarya tentang kesehatan
umumnya, kebidanan khususnya.
e. Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk tindakan
yang jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat kecamatan,
cabang, daerah atau pusat.
f. Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan
pertemuan rutin, misalnya bulanan.

11
g. Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit-rumah sakit yang
lebih maju ke daerah-daerah terpencil.
h. Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam
kesempatan pertemuan rutin.
3. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

Bab VI. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah Air (2 Butir)

1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan


pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga serta masyarakat.
Penerapannya :
1) Bidan harus mempelajari perundang-undangan kesehatan di Indonesia dengan
cara :
a. Menyebarluaskan informasi atau perundang-undangan yang dipelajari
kepada anggota.
b. Mengundang ahli atau penceramah yang dibutuhkan.
2) Mempelajari program pemerintah, khususnya mengenai pelayanan kesehatan
di Indonesia.
3) Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga kesehatan
umumnya, keperawatan dan kebidanan khususnya.
2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan, terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
Penerapannya :
a. Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang berbagai hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidan di daerah, termasuk faktor
penunjang maupun penghambat pelaksanaan tugas itu.
b. Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat
yang berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya penelitian
mengenai :
1) Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah

12
2) Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas
KIA/KB yang telah disediakan oleh masyarakat.

Bab VII. Penutup

Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan


mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.

2.8 Penyimpangan Kode Etik Profesi Kebidanan

Kode etik adalah norma-norma yang harus di indahkan oleh setiap anggota profesi yang
bersangkutan di dalam melaksanakantugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.norma-
norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya dan larangan-larangan yang di atur di dalamnya, yaitu berupa ketentuan-
ketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh di perbuat atau di laksanakan oleh
anggota profesi, melainkan juga dalam menjalankan tugas profesinya, serta menyangkut tingkah
laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.

Kode etik profesi penting di terapkan,karena semakin meningkatnya tuntutan terhadap


pelayanan kesehatan dan pengetahuan serta kesadaran hukum masyarakat tentang prinsip dan
nilai moral yang terkandung dalam pelayanan profesional. Kode etik profesi mengandung
karakteristik khusus suatu profesi. Hal ini berarti bahwa standart profesi harus dipertahankan dan
mencerminkan tanggung jawab yang diterima oleh profesi dalam hubungan profesional antara
tenaga kesehatan dan masyarakat.

Sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung jawab dalam melaksanakan


tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya terhadap tindakan
yang dilakukannya salah satu tanggung jawab bidan yaitu “tanggung jawab terhadap
masyarakat”. Bidan turut bertanggung jawab dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat.
Baik secara mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lainnya, bidan berkewajiban
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat


dunia, maka juga akan mempengaruhi munculnya masalah / penyimpangan etik sebagai akibat

13
kemajuan teknologi / ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai titik arus
kesejagatan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan
demikian penyimpangan etik mungkin saja terjadi juga dalam praktik kebidanan misalnya dalam
praktik mandiri. Bidan praktik mandiri mempunyai tanggung jawab yang besar karena harus
mempertanggung jawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidan praktik mandiri
menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

Penegakan Hukum terhadap Pelanggaran Kode Etik Bidan

Negara hukum (rechtstaat),mengandung sekurang-kurangnya 2 (dua) makna:

1. Yang pertama adalah pengaturan mengenai batasan-batasan peranan negara atau


pemerintahan dalam menmcampuri kehidupan dan pergaulan masyarakat, sedangkan
2. Yang kedua adalah jaminan-jaminan hukum akan hak-hak, baik sipil atau hak-hak pribadi
(individual rights) , hak-hak politik (politikal rights), maupun hak-hak sebagai sebuah
kelompok atau hak-hak sosial sebagai hak asasi yang melekat secara alamiah pada setiap
insan, baik secara pribadi atau kelompok.

Secara konvensional, pembangunan sumber daya manusia diartikan sebagai investasi


human capital yang harus dilakukan sejalan dengan investasi human capital yang harus
dilakukan sejalan dengan physical capital. Cakupan pembangunan sumber daya manusia ini
meliputi pendidikan dan pelatihan, kesehatan, gizi, penurunan fertilitas dan pengembangan
enterpreneurial, yang kesemuanya bermuara pada peningkatan produktivitas manusia.
Karenanya, indikator kinerja pembangunan sumber daya manusia mencakup indikator-indikator
pendidikan, kesehatan, gizi dan sebagainya.

Pemerintah dalam mengatur jalannya pemerintahan tidak terlepas dengan instansi-


instansi yang dapat membantu untuk melancarkan pembangunan,salah satunya dengan
membentuk depatermen kesehatan (Depkes) dalam bidang kesehatan. Selain membentuk
Depkes, pemerintah juga membuat kelompok-kelompok profesional hal ini di lakukan
mengontrol terhadap pembangunan di bidang kesehatan, sehingga bisa mempetegas peranan
pemerintah dalam mengusahakan perkembangan kesehatan yang lebih baik pemerintah juga
mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kesehatan, yang

14
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tindakan,kewenangan,sanksi maupun tanggung jawaban
terhadap kesalahan atau pelanggaran yang di lakukan oleh tenaga kesehatan sebagai subyek
peraturan tersebut.

Menurut pasal 1 ayat (3) UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang di maksud
dengan Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Tenaga kesehatan berdasarkan pasal 50 UU kesehatan adalah bertugas


menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau
kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Sedangkan mengenai ketentuan mengenai
kategori,jenis dan kualifikasi tenaga kesehatan di tetapkan dengan peraturan pemerintah republik
indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.

Berdasarkan pasal 2 ayat (1), Tenaga kesehatan terdiri dari :

1. Tenaga kesehatan medis.


2. Tenaga keperawatan dan bidan.
3. Tenaga kefarmasian.
4. Tenaga kesehatan masyarakat.
5. Tenaga gizi.
6. Tenaga keterapian fisik dan
7. Tenaga keteknisan medis.

Dalam rangka penempatan terhadap jenis tenaga kesehatan tertentu ditetapkan


kebijaksanaan melalui pelaksanaan masa bakti terutama bagi tenaga kesehatan yang sangat
potensial di dalam kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan. Disamping itu tenaga kesehatan
tertentu ynag bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang
sesuai dengan kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan
kewajibannya. Kompetensi dan kewenangan tersebut menunjukan kemampuan profesional yang
baku dan merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan tersebut.

Dari sejumlah tenaga medis tersebut, bidan merupakan salah satu unsur tenaga medis
yang berperan dalam mengurangi angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan, baik dalam

15
proses persalinan maupun dalam memberikan penyuluhan atau panduan bagi ibu hamil. Melihat
besarnya peranan bidan tersebut maka haruslah ada pembatasan yang jelas melalui hak dan
kewajiban dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan bidan tersebut. Maka, dibuatlah kode etik
bidan, di mana kode etik tersebut merupakan suatu pernyataan komperhensif dan profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggota untuk melaksanakan praktik profesinya, baik yang
berhubungan dengan klien sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun terhadap teman
sejawat, profesi, dan diri sendiri sebagai kontrol kualitas dalam praktik kebidanan.

Untuk melengkapi peraturan yang ada, maka dibuatlah sebuah kode etik yang dibuat oleh
kelompok-kelompok profesi yang ada di bidang kesehatan, dengan ketentuan pokok bahwa
peraturan yang dibuat tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang ada di atasnya.

Proses implementasi kebijakan dapat dirumuskan sebagai tindakan-tindakan baik dari


institusi pemerintah maupun swasta atau kelompok masyarakat yang diarahkan oleh keinginan
untuk mencapai tujuan sebagaimana dirumuskan di dalam kebijakan. Sedangkan
implementasinya adalah memahami apa yang senyatanya terjadinya sesudah program dinyatakan
berlaku atau dirumuskan. Fokus perhatian implementasi kebijakan mencakup kejadian-kejadian
dan kegiatan – kegiatan yang timbul sesudah diberlakukannya kebijakan negara, baik usaha
untuk mengadministrasikannya maupun akibat atau dampak nyata pada masyarakat. Kebijakan
ditransformasikan secara terus menerus melalui tindakan – tindakan implementasi sehingga
secara simultan mengubah sumber – sumber dan tujuan – tujuan yang pada akhirnya fase
implementasi akan berpengaruh pada hasil akhir kebijakan.

Besarnya dampak kesehatan dalam perkembangan nasional menuntut adanya perhatian


untuk kesehatan di nusantara. Gangguan kesehatan akan menimbulkan kerugian ekonomi negara.
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan
Negara. Upaya peningkatan kesehatan tersebut harus berdasarkan pengetahuan yang luas tentang
kesehatan demi peningkatan kesejahteraan (kesehatan) masyarakat. Mengingat Undang –
Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (UU No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan)
yang sudah tidak mampu menghadapi perkembangan sistematik dan dinamika kesehatan saat ini.
Mendorong lahirnya UU No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Pembentukan UU kesehatan
terbaru tersebut juga demi pembentukan sebuah peraturan perundang – undangan dan

16
perwujudnyataan implementasi pasal 20, pasal 28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3) UUD NRI
1945.

2.9 Sanksi Penyimpangan Kode Etik Bidan

Sanksi penyimpangan kode etik bidan dalam berbagai aspek sebagai berikut:

1. Aspek Hukum
Dalam melakukan praktek kebidanan, seorang bidan berpedoman pada KEPMENKES
Nomor 900/MENKES/S/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Tugas dan
wewenang bidan terutama dalam bab V pasal 14 sampai dengan pasal 20, yang garis
besarnya berisi tentang bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan
keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai pedoman dan tata cara
dalam pelaksanaan profesi, sesuai dengan wewenang peraturan kebijaksanaan yang ada,
maka bidan harus senantiasa berpegang pada kode etik bidan yang berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945.
2. Aspek Etika
Kode etik dibuat oleh kelompok – kelompok profesi yang ada di bidang kesehatan,
dengan ketentuan pokok bahwa peraturan yang dibuat tersebut tidak bertentangan dengan
peraturan yang ada di atasnya. Contoh kode etik profesi adalah kelompok dokter yang
memunyai kode etik kedokteran, dan untuk kelompok bidan memunyai kode etik
kebidanan. Dalam kode etik tersebut terdapat pengenaan sanksi apabila ada pelanggaraan
yang berupa sanksi administratif, seperti penurunan pangkat, pencabutan izin atau
penundaan gaji.
3. Aspek Agama
Semua agama melarang tindakan yang bias mengancam nyawa manusia bahkan
membunuh, karena pada dasarnya semua makhluk hidup (manusia) ciptaan Tuhan
memiliki hak untuk hidup, meskipun masih berada dalam kandungan.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan
membutuhkan suatu sistem untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan
fungsinya.Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk
mengadaptasi suatu teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.

3.2 Saran

1. Bagi Mahasiswi Calon Bidan


Sebagai mahasiswi calon bidan, sebaiknya harus mendalami etik dan kode etik profesi
terlebih dahulu, agar dapat menerapkannya saat praktik, sehingga dapat menghasilkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimal sesuai dengan wewenang profesinya.
2. Bagi Para Bidan
Sebagai seorang bidan hendaknya selalu menerapkan dan menjadikan etik dan kode etik
profesi sebagai dasar dalam memberikan setiap pelayanan. Sehingga klien akan merasa
nyaman dengan pelayanan bidan dan akan segan dengan profesi bidan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Puji Wahyuningsih, Heni. 2008. ETIKA PROFESI KEBIDANAN. Yogyakarta: Fitramaya.

Mufdlilah. Asri Hidayat. Ima Kharimaturrahmah. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika

Susanti, Santi. 2015. ETIKOLEGAL Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

19

Anda mungkin juga menyukai