Kelas: 2A
Kelompok: 2
Nama Kelompok:
1. Kadek Linda Septiana Dewi (2006091002)
2. Luh savitri (2006091004)
3. Luh Reza Yani (2006091005)
4. Ni Nyoman Ayuni Denykantari (2006091006)
5. Kadek Lakshmi Gayatri Suci Rahayu (2006091008)
6. Ni Made Ayu Dharma Wedasari (2006091009)
7. Ni Made Sri Ayu Pitaloka (2006091010)
8. Ni Komang Devna Trisya Pramiditha (2006091011)
9. Kadek Dila Mas Priliyani (2006091012)
10. Putu Eka Aprilya Purwanti (2006091013)
11. Ida Ayu Komang Pitriyani (2006091021)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat Anugrah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih
kepada Ibu Ketut Espana Giri S.ST., M.Kes yang mengajarkan saya tentang
materi Kode Etik Profesi Bidan.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan khususnya mengenai konsep kebidanan yang ada di
Indonesia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kata sempurna.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 18
II
BAB I PENDAHULUAN
Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan
disahkan dalam kongres nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk
pelaksanaanya disahkan dalam rapat kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991,
kemudian disempurnakan dan disyahkan pada kongres nasional IBI XII tahun
1998. Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu
ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi,
tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut
1
tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat, yang dalam hal ini kode
etik profesi kebidanan.
2
BAB II PEMBAHASAN
3
d. Prinsip Integritas Moral.
Seorang profesional juga dituntut untuk memiliki komitmen pribadi untuk
menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan masyarakat.
Otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos ( self atau diri sendiri )
dan nomos yang artinya aturan ( rule). Dengan demikian otonomi mengandung
arti mengatur diri sendiri yaitu bebas dari kontrol pihak lain dan dari perbatasan
pribadi. Bidan harus menghormati otonomi pasien oleh karena itu kita mengenal
yang namanya informed consent. Persetujuan penting dari sudut pandang bidan,
karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua
prosedur yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan pilihan (choice) lebih penting dari
sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak
hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin
bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini
sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993,
bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan
mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.
4
untuk tindakan selanjutnya semua sumber perdarahan harus diklem ,diikat, dan
luka ditutup dengan penjahitan sampai perdarahan berhenti. Teknik penjahitan
memerlukan rekan ,anastesi lokal , dan penerangan yang cukup. Namun klien
tidak ingin jika rekan bidan tersebut ikut membantu. Pertimbangan bidan yaitu
perdarahan akan lebih parah jika tetap dibiarkan. Teman sejawat ataupun asisten
perawat tentu dibutuhkan karena akan sulit jika melakukannya sendiri.
Justice atau keadilan merupakan prinsip yang sangat penting. Penting bagi
bidan untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia. Bidan memberikan pelayanan
dengan kualitas yang baik pada semua klien tanpa membedakannya.
5
Pemanggilan pasien dengan nomor urut yg keliru.
Tujuan dari kode etik yakni agar profesional dalam memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pada pemakai. Sehingga dengan adanya kode etik akan
melindungi perbuatan dari tindakan tidak profesional. Ketaatan dari suatu tenaga
profesional terhadap kode etik merupakan sebuah ketaatan naluriah, tentu bersatu
dengan pikiran, jiwa, dan perilaku dari tenaga profesional. Secara umum tujuan
adanya kode etik antara lain:
Dalam hal ini yang dijaga adalah ”image” dari pihak luar atau masyarakat,
mencegah orang luar memandang rendah atau ”remeh” suatu profesi. Oleh karena
itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk
6
atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di
dunia luar.Dari segi ini kode etik juga disebut ”kode kehormatan”. Hal ini
bertujuan untuk menjaga penampilan dari pihak luar atau masyarakat. Jangan
sampai publik tahu dan memandang rendah suatu profesi. Oleh sebab itu, setiap
kode etik suatu profesi melarang berbagai bentuk tindakan yang dapat mencemari
nama baik profesi terhadap dunia luar.
Arti dari kesejahteraan di sini berupa materil dan spiritual. Dalam hal
kesejahteraan materil, kode etik umumnya terdapat larangan-larangan kepada
anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan setiap
anggotanya. Untuk hal spiritual, kode etik umumnya memberi petunjuk untuk
para anggotanya dalam melaksanakan tugas profesi. Tidak hanya itu saja, kode
etik juga melarang anggotanya agar tidak melakukan perbuatan yang dianggap
tercela.
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu,
sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam
menjalankan tugasnya.
7
Kode etik dapat menjadi pengabdian generasi tertentu, sehingga para
anggota profesi dapat mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab
pengabdiannya untuk melaksanakan tugas profesinya.
Definisi Bidan
8
untuk praktek bidan. Bidan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak
adanya peradaban umat manusia.
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yang
terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk praktek kebidanan. Yang diakui sebagai seorang
profesional yang bertanggungjawab, bermitra dengan perempuan dalam
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan,
persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri serta
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak.
Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan
disahkan dalam kongres nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk
pelaksanaanya disyahkan dalam rapat kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun
1991, kemudian disempurnakan dan disyahkan pada kongres nasional IBI XII
tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan Indonesia
mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah,
tujuan dan bab. Secara umum kode etik tersebut berisi 7 BAB, yaitu Kewajiban
bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir), kewajiban bidan terhadap tugasnya
(3 butir), kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir),
kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir), kewajiban bidan terhadap diri
sendiri (2 butir), kewajiban bidan terhadap pemerintah (2 butir), dan penutup (1
butir).
9
Berikut merupakan Kode Etik Bidan Indonesia
MUKADIMAH
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan di dorong oleh keinginan yang Iuhur
demi tercapainya:
Secara umum kode etik tersebut berisi 7 BAB , yaitu sebagai berikut:
10
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara
optimal.
B. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
1. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap
klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
2. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya
termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat
dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh
pengadilan atau dipedukan sehubungan kepentingan klien.
C. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2
butir)
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan
lainnya.
D. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan did dan
meningkatkan kemampuan profesinya seuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian
dan kegiatan sejenis yang dapat meningkatkan mute dan citra
profesinya.
11
E. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
2. Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
F. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)
1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan ketentuan- ketentuan pemerintah dalam bidang
kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk-
meningkatkan mutu jangakauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
G. Penutup (1 butir)
1. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa
menghayati dan mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.
12
berlaku dalam masyarakat, sudah sewajarnya kode etik bidan ini berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan ideal dan Garis-garis Besar Haluan
Negara sebagai sebagai landasan operasional.
13
membantu dengan yang lain dan secara aktif menjaga diri dan
martabat mereka sendiri.
2. Praktik Kebidanan :
a. Bidan memberi asuhan kepada ibu dan keluarga yang mengasuh
anak, disertai sikap menghormati keberagaman budaya dan berupaya
untuk menghilangkan praktik yang berbahaya
b. Bidan memberi harapan nyata suatu persalinan terhadap ibu di
masyarakat, dengan maksud, minimal tidak ada ibu yang menderita
akibat konsepsi atau persalinan.
c. Bidan harus menerapkan pengetahuan profesi untuk menjamin
persalinan yang aman.
d. Bidan merespon kebutuhan psikologis, fisik, emosi, dan spritual ibu
yang mencari pelayanan kesehatan, apapun kondisinya.
e. Bidan bertindak sebagai role model (panutan) dalam profesi
kesehatan untuk ibu sepanjang siklus hidupnya, keluarga, dan profesi
kesehatan lain.
f. Bidan secara aktif meningkatkan kemampuan intelektual dan profesi
sepanjang karir kebidanan dan memadukan peningkatan tesebut ke
dalam praktik mereka.
14
3. Kewajiban Profesi Bidan
15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan dari kode etik yakni agar profesional dalam memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pada pemakai. Sehingga dengan adanya kode etik akan
melindungi perbuatan dari tindakan tidak profesional. Ketaatan dari suatu tenaga
profesional terhadap kode etik merupakan sebuah ketaatan naluriah, tentu bersatu
dengan pikiran, jiwa, dan perilaku dari tenaga profesional. Kode etik memiliki
beberapa fungsi, yaitu : Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang
masalah etik, Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan
dipertimbangkan dalam memberi pelayanan, Menjadi landasan untuk memberi
umpan balik bagi rekan sejawat, Menginformasikan kepada calon perawat dan
bidan tentang nilai dan standar profesi.
Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan
disahkan dalam kongres nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk
pelaksanaanya disyahkan dalam rapat kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun
1991, kemudian disempurnakan dan disyahkan pada kongres nasional IBI XII
tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan Indonesia
mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah,
tujuan dan bab. Secara umum kode etik tersebut berisi 7 BAB, yaitu Kewajiban
bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir), kewajiban bidan terhadap tugasnya
(3 butir), kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir),
kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir), kewajiban bidan terhadap diri
16
sendiri (2 butir), kewajiban bidan terhadap pemerintah (2 butir), dan penutup (1
butir).
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini yaitu untuk pihak
yang membaca makalah ini terutama semua pihak yang ingin menjadi seorang
bidan yang baik serta dapat melakukan asuhan kebidanan dan mengetahui kode
etik profesi bidan dengan baik dan benar agar mampu memahami semua materi
dalam makalah ini yang meliputi pengertian dan prinsip kode etik, tujuan dan
fungsi kode etik profesi dan kode etik bidan di Indonesia. Dengan memahami
materi-materi tersebut, maka itu nantinya dapat dijadikan bekal oleh seorang
bidan dalam menjalankan tugas praktik asuhan kebidanan sesuai dengan kode etik
profesi bidan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Endah Widhi Astuti, K.H. 2016. "Konsep Kebidanan dan Etikolegal Dalam
Praktik Kebidanan". http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Konsep-Kebidanan-dan-Etikolegal-dalam-Praktik-
Kebidanan-Komprehensif.pdf (diakses tanggal 8 September 2021 pukul 10. 38
Wita).
18