Dosen Pengampu:
Ibu Khobibah, S.SiT., M.Kes
Oleh:
Kelompok 3
Desmita Nur Anggraeni P P1337424122205
Alifatul Aisyah Humti P1337424122206
Suprihatini Frida P1337424122207
Nuharoh Sinta P1337424122221
Cahaya Qur’aniyyah P P1337424122224
KELAS A
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMARANG KAMPUS KENDAL
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
“Kode Etik Profesi Kebidanan” yang kami tulis selesai pada waktunya tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Khobibah, S.SiT., M.Kes
sebagai dosen pengampu mata kuliah Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Hlm
COVER ……………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………...
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………………………..
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
individu yang menjalankan profesi yang sama tergabung dalam suatu
organisasi profesi. Jika setiap orang yang menjalankan suatu profesi
secara otomatis tergabung dalam suatu organisasi atau ikatan profesi,
barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara
murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan
pelanggaran terhadap kode etik dan dikenai sanksi. Penetapan kode etik
IBI harus dilakukan dalam kongres IBI.
Kode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang
bersumber dari nilai- nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan
merupakan pernyataan komprehensif profesi bidan yang memberikan
tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. Kode
etik profesi bidan juga merupakan suatu pedoman dalam tata cara dan
keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan profesional bidan. Kode etik
bidan Indonesia pertama kali disusun tahun 1986 dan disyahkan dalam
Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia (IBI) X tahun 1988, dan
petunjuk pelaksanaannya disyahkan dalam Rapat Kerja Nasional
(Rakernas) IBI tahun 1991.
2.1.3 Penjelasan Kode Etik Kebidanan
Secara Umum Kode Etik Tersebut Berisi 7 Bab Yaitu :
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir).
1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan
memelihara citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
3
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien dan menghormati
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat
dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi
dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir).
1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna
terhadap klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan profesi yang dimilikinya berdasar- kan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya
termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang
dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta
oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan kepentingan
klien.
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2
butir).
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman
sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga
kesehatan lainnya.
4
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir).
1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi
citra profesinya dengan menampilkan ke- pribadian yang
tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan
penelitian dan kegiatan sejenis yang dapat meningkatkan mutu
dan citra profesinya.
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir).
1) Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
2) Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2
butir).
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang
kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/ KB, kesehatan
keluarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk
meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
7. Penutup (1 butir).
5
1) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari
senantiasa menghayati dan mengamalkan Kode Etik Bidan
Indonesia.
6
5. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
6. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien.
7. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan
yang akan dilakukan serta risiko yang mungkin dapat timbul.
8. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas
tindakan yang akan dilakukan.
9. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
j. Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek pendidikan formal
atau nonformal.
10. Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.
2.2.3 Tanggung Jawab Bidan
7
a. Asuhan kebidanan pada ibu hamil
b. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
c. Asuhan kebidanan ibu nifas dan masa antara
d. Asuhan pada bayi
e. Asuhan pada anak balita sehat
f. Asuhan pada masa reproduksi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 938/Menkes/SK/VIII/2007, maka ditetapkan standar asuhan
kebidanan, adapun standar tersebut adalah sebagai berikut :
1. Standar I : Pengkajian
2. Standar ll : Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan
3. Standar lll : Perencanaan
4. Standar IV : Implementasi
5. Standar V : Evalusi
6. Standar Vl : Pencatatan asuhan kebidanan
2.3.2 Standar Profesi Bidan
Dasar hukum penerapan Standar Profesi Kebidanan (SPK)
Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992 Menurut Undang-
Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992, kewajiban tenaga kesehatan
adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan, menghormati hak
pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan pasien, memberikan
informasi dan meminta persetujuan (informed consent), dan membuat serta
memelihara rekam medik.
Ruang lingkup SPK meliputi 24 standar meliputi 24 standar, yaitu :
1. Standar pelayanan (2 standar)
2. Standar pelayanan antenatal (6 standar)
3. Standar pertolongan persalinan (4 standar)
4. Standar pelayanan nifas (3 standar)
5. standar penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal (9 standar).
Keterangan :
1. Standar Pelayanan Umum
8
a. Standar l : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat
b. Standar ll : Pencatatan Dan Pelaporan
2. Standar Pelayanan Antenatal
a. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
b. Standar 4 : Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal
c. Standar 5 : Palpasi Abdomen
d. Standar 6 : Pengeloaan Anemia pada Kehamilan
e. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
f. Standar 8 : Persiapan persalinan
3. Standar Pelayanan kebidanan
a. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
b. Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman
c. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala II
d. Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin Melalui
Episiotomi
4. Standar Pelayanan Nifas
a. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
b. Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah
Persalinan
c. Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi paa Masa Nifas
5. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatal
a. Standar 16 : Penanganan Pendarahan pada Trimester III
b. Standar 17 : Penanganan Kegawatan pada Eklamsia
c. Standar 18 : Penanganan Kegawatan Pada Partus
Lama/Macet
d. Standar 19 : Persalinan dengan penggunaan Vakum
Ekstraktor
e. Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta
f. Standar 21 : Penanganan Pendarahan Postpartum Primer
g. Standar 22 : Penanganan Pendarahan Postpartum Sekunder
h. Standar 23 : Penanganan Sepsis Peurperalis
9
i. Standar 24 : Penanganan Asiexsia Neonatrum
10
Semua agama melarang tindakan yang bisa mengancam nyawa manusia
bahkan membunuh, karena pada dasarnya semua makhluk hidup
(manusia) ciptaan Tuhan memiliki hak untuk hidup, meskipun masih
berada dalam kandungan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap profesi pasti memiliki kode etik salah satunya profesi bidan. Kode etik
profesi bidan juga merupakan suatu pedoman dalam tata cara dan keselarasan
dalam pelaksanaan pelayanan profesional bidan. Karena bidan memiliki hak
kewajiban dan tanggung jawab kepada masyarakat,, rekan sejawat dan dirinya
sendiri. Bidan juga memiliki standar asuhan kebidanan dan standar profesi bidan.
Apabila bidan tidak melaksanakan apa yang telah ditentukan maka bidan
termasuk ke dalam penyimpangan terhadap kode etik sebagai bidan.
Pada penyimpangan ini bidan akan mendapatkan sanksi dalam berbagai aspek
yang ada salah satunya aspek hukum yang berpedoman pada KEPMENKES
Nomor 900/MENKES/ S/VII/ 2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Tugas
dan wewenang bidan terurai dalam Bab V Pasal 14 sampai dengan Pasal 20, yang
garis besarnya berisi tentang bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang
untuk mem- berikan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kebidanan,
pelayanan keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Disisi lain
bidan juga mempunyai kode etik dalam peran organisasi professional. Kode etik
suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin
di kalangan profesi jika semua orang yang menjalankan profesi yang sama
tergabung dalam suatu organisasi profesi
12
3.2 Saran
a. Bagi Masyarakat
Sebagai seorang bidan harus selalu menerapkan dan menjadikan etika dan
kode etik profesi sebagai dasar dalam memberikan setiap pelayanan.
Sehingga pasien akan merasa nyaman dengan pelayanan bidan dan akan
segan dengan profesi bidan. Seorang bidan harus memegang penuh
tanggungjawab pada masyarakat dan berperan aktif dalam melaksanakan
asuhan kebidanan sesuai dengan kewenangan dan standar keprofesian. Bidan
juga harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan
mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar, serta
pertemuan ilmiah lainnya.
Bagi Mahasiswi Calon Bidan
Sebagai mahasiswi calon bidan, sebaiknya harus mendalami etika dan kode
etik profesi terlebih dahulu, agar dapat menerapkan saat praktik, sehingga
dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimal sesuai
dengan wewenang profesinya.
b. Bagi Mahasiswa
Bagi Mahasiswi Calon Bidan
Sebagai mahasiswi calon bidan, sebaiknya harus mendalami etika dan kode
etik profesi terlebih dahulu, agar dapat menerapkan saat praktik, sehingga
dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimal sesuai
dengan wewenang profesinya.
13