Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KODE ETIK PROFESI KEBIDANAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan

Dosen Pengampu:
Ibu Khobibah, S.SiT., M.Kes

Oleh:
Kelompok 3
Desmita Nur Anggraeni P P1337424122205
Alifatul Aisyah Humti P1337424122206
Suprihatini Frida P1337424122207
Nuharoh Sinta P1337424122221
Cahaya Qur’aniyyah P P1337424122224

KELAS A
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMARANG KAMPUS KENDAL
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
“Kode Etik Profesi Kebidanan” yang kami tulis selesai pada waktunya tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Khobibah, S.SiT., M.Kes
sebagai dosen pengampu mata kuliah Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kendal, 07 Februari 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

Hlm
COVER ……………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………...
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………………………..

BAB II: PEMBAHASAN


2.1 Definisi Kode Etik Kebidanan …………………………………
2.2 Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab Bidan …………………
2.2.1 Hak-Hak Bidan …………………………………………..
2.2.2 Kewajiban Bidan ………………………………………...
2.2.3 Tanggung Jawab Bidan ………………………………….
2.3 Standar Asuhan Kebidanan dan Standar Profesi Bidan ………..
2.3.1 Standar Asuhan Kebidanan ……………………………...
2.3.2 Standar Profesi Bidan ……………………………………
2.4 Penyimpangan Kode Etik Profesi Kebidanan ………………….
2.5 Peran Organisasi Profesi ……………………………………….
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………….
3.2 Saran …………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja kode etik dalam kebidanan?
b. Apa saja hak, kewajiban, dan tanggung jawab bidan?
c. Apa saja standar asuhan kebidanan dan standar profesi bidan?
d. Apa saja bentuk penyimpangan kode etik profesi kebidanan?
e. Apa saja peran organisasi profesi?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kode etik dalam kebidanan
b. Untuk mengetahui hak, kewajiban, dan tanggung jawab bidan
c. Untuk mengetahui standar asuhan kebidanan dan standar profesi bidan
d. Untuk mengetahui penyimpangan kode etik profesi kebidanan
e. Untuk memahami peran organisasi profesi

1.4 Manfaat Penulisan


a. Bagi pembaca
Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan dan
dapat dijadikan sebagai anjuran agar tidak melakukan tindakan korupsi terutama
yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan.
b. Bagi institusi pendidikan
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah
selanjutnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kode Etik Kebidanan


2.1.1 Pengertian Kode Etik
Pengertian kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Kode etik juga diartikan sebagai suatu ciri
profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu
disiplin ilmu dan merupakan pengetahuan komprehensif suatu profesi
yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan
pengabdian profesi. Umumnya kode etik ditetapkan oleh profesi sendiri
dalam suatu kongres. Kode etik harus menjadi self regulation dari
profesi. Agar kode etik berhasil dengan baik, maka pelaksanaannya
sebaiknya diawasi dan dikontrol.
Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk
kepentingan anggota dan organisasi, meliputi:
 Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
 Untuk meningkatkan mutu profesi
2.1.2 Dasar Pembentukan Kode Etik
Kode etik bidan pertam kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan
dalam Kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk pelaksanaan kode
etik bidan disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IBI
tahun 1991. Kode etik bidan sebagai pedoman dalam berperilaku,
disusun berdasarkan pada penekanan keselamatan klien.
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para
anggotanya. Kode etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh
yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi, jika semua

2
individu yang menjalankan profesi yang sama tergabung dalam suatu
organisasi profesi. Jika setiap orang yang menjalankan suatu profesi
secara otomatis tergabung dalam suatu organisasi atau ikatan profesi,
barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara
murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan
pelanggaran terhadap kode etik dan dikenai sanksi. Penetapan kode etik
IBI harus dilakukan dalam kongres IBI.
Kode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang
bersumber dari nilai- nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan
merupakan pernyataan komprehensif profesi bidan yang memberikan
tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. Kode
etik profesi bidan juga merupakan suatu pedoman dalam tata cara dan
keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan profesional bidan. Kode etik
bidan Indonesia pertama kali disusun tahun 1986 dan disyahkan dalam
Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia (IBI) X tahun 1988, dan
petunjuk pelaksanaannya disyahkan dalam Rapat Kerja Nasional
(Rakernas) IBI tahun 1991.
2.1.3 Penjelasan Kode Etik Kebidanan
Secara Umum Kode Etik Tersebut Berisi 7 Bab Yaitu :
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir).
1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan
memelihara citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

3
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien dan menghormati
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat
dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi
dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir).
1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna
terhadap klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan profesi yang dimilikinya berdasar- kan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya
termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang
dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta
oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan kepentingan
klien.
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2
butir).
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman
sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga
kesehatan lainnya.

4
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir).
1) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi
citra profesinya dengan menampilkan ke- pribadian yang
tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
2) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan
penelitian dan kegiatan sejenis yang dapat meningkatkan mutu
dan citra profesinya.
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir).
1) Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
2) Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2
butir).
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang
kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/ KB, kesehatan
keluarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk
meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
7. Penutup (1 butir).

5
1) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari
senantiasa menghayati dan mengamalkan Kode Etik Bidan
Indonesia.

2.2 Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab Bidan


2.2.1 Hak-Hak Bidan
1. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
2. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada
setiap tingkat jenjang pelayanan kesehatan.
3. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi.
4. Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila dicemarkan baik
oleh pasien, keluarga maupun profesi lain. nama baiknya.
5. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan.
6. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang
karir dan jabatan yang sesuai.
7. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
2.2.2 Kewajiban Bidan
1. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan
hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin
dan sarana pelayanan di mana ia bekerja.
2. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan
standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.
3. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang
mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan
pasien.
4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi
suami atau keluarga.

6
5. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
6. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien.
7. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan
yang akan dilakukan serta risiko yang mungkin dapat timbul.
8. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas
tindakan yang akan dilakukan.
9. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
j. Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek pendidikan formal
atau nonformal.
10. Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.
2.2.3 Tanggung Jawab Bidan

2.3 Standar Asuhan Kebidanan dan Standar Profesi Bidan


2.3.1 Standar Asuhan Kebidanan
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai kewenangan
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, atau masalah kebidanan,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan
atau dokumentasi.
Tujuan dibuatnya standar asuhan adalah sebagai berikut:
1. Adanya standar sebagai acuan dan landasan dalam melaksanakan
tindakan/kegiatan dalam lingkup tanggungjawab bidan.
2. Mendukung terlaksananya asuhan kebidanan berkualitas.
3. Parameter tingkat kualitas dan keberhasilan asuhan yang diberikan
bidan.
4. Perlindungan hukun bagi bidan dan klien / pasien.
5. Ruang lingkup standar asuhan kebidanan adalah:

7
a. Asuhan kebidanan pada ibu hamil
b. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
c. Asuhan kebidanan ibu nifas dan masa antara
d. Asuhan pada bayi
e. Asuhan pada anak balita sehat
f. Asuhan pada masa reproduksi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 938/Menkes/SK/VIII/2007, maka ditetapkan standar asuhan
kebidanan, adapun standar tersebut adalah sebagai berikut :
1. Standar I : Pengkajian
2. Standar ll : Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan
3. Standar lll : Perencanaan
4. Standar IV : Implementasi
5. Standar V : Evalusi
6. Standar Vl : Pencatatan asuhan kebidanan
2.3.2 Standar Profesi Bidan
Dasar hukum penerapan Standar Profesi Kebidanan (SPK)
Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992 Menurut Undang-
Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992, kewajiban tenaga kesehatan
adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan, menghormati hak
pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan pasien, memberikan
informasi dan meminta persetujuan (informed consent), dan membuat serta
memelihara rekam medik.
Ruang lingkup SPK meliputi 24 standar meliputi 24 standar, yaitu :
1. Standar pelayanan (2 standar)
2. Standar pelayanan antenatal (6 standar)
3. Standar pertolongan persalinan (4 standar)
4. Standar pelayanan nifas (3 standar)
5. standar penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal (9 standar).
Keterangan :
1. Standar Pelayanan Umum

8
a. Standar l : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat
b. Standar ll : Pencatatan Dan Pelaporan
2. Standar Pelayanan Antenatal
a. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
b. Standar 4 : Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal
c. Standar 5 : Palpasi Abdomen
d. Standar 6 : Pengeloaan Anemia pada Kehamilan
e. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
f. Standar 8 : Persiapan persalinan
3. Standar Pelayanan kebidanan
a. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
b. Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman
c. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala II
d. Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin Melalui
Episiotomi
4. Standar Pelayanan Nifas
a. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
b. Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah
Persalinan
c. Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi paa Masa Nifas
5. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatal
a. Standar 16 : Penanganan Pendarahan pada Trimester III
b. Standar 17 : Penanganan Kegawatan pada Eklamsia
c. Standar 18 : Penanganan Kegawatan Pada Partus
Lama/Macet
d. Standar 19 : Persalinan dengan penggunaan Vakum
Ekstraktor
e. Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta
f. Standar 21 : Penanganan Pendarahan Postpartum Primer
g. Standar 22 : Penanganan Pendarahan Postpartum Sekunder
h. Standar 23 : Penanganan Sepsis Peurperalis

9
i. Standar 24 : Penanganan Asiexsia Neonatrum

2.4 Penyimpangan Kode Etik Profesi Kebidanan


Sanksi penyimpangan kode etik bidan dalam berbagai aspek, sebagai berikut:
1) Aspek Hukum
Dalam melakukan praktek kebidanan, seorang bidan berpedoman pada
KEPMENKES Nomor 900/MENKES/ S/VII/ 2002 tentang Registrasi
dan Praktik Bidan. Tugas dan wewenang bidan terurai dalam Bab V
Pasal 14 sampai dengan Pasal 20, yang garis besarnya berisi tentang
bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk mem- berikan
pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan
keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai
pedoman dan tata cara dalam pelaksanaan profesi, sesuai dengan
wewenang peraturan kebijaksanaan yang ada, maka bidan harus
senantiasa berpegang pada kode etik bidan yang berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945.
2) Aspek Etika
Kode etik dibuat oleh kelompok-kelompok profesi yang ada di bidang
kesehatan, dengan ketentuan pokok bahwa peraturan yang dibuat tersebut
tidak bertentangan dengan peraturan yang ada di atasnya. Contoh kode
etik profesi adalah kelompok dokter yang mempunyai kode etik
kedokteran, dan untuk kelompok bidan mempunyai kode etik kebidanan.
Dalam kode etik tersebut terdapat pengenaan sanksi apabila ada
pelanggaran yang berupa sanksi ad- ministratif, seperti penurunan
pangkat, pencabutan izin atau penundaan gaji.
3) Aspek Agama

10
Semua agama melarang tindakan yang bisa mengancam nyawa manusia
bahkan membunuh, karena pada dasarnya semua makhluk hidup
(manusia) ciptaan Tuhan memiliki hak untuk hidup, meskipun masih
berada dalam kandungan.

2.5 Peran Organisasi Profesi


Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya.
Contohnya penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI. Kode
etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam
menegakkan disiplin di kalangan profesi jika semua orang yang menjalankan
profesi yang sama tergabung dalam suatu organisasi profesi. Apabila setiap
orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu
organisasi atau ikatan profesi maka barulah ada jaminan bahwa profesi
tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi
yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.
Apabila ada anggota yang tidak terbukti salah maka organisasi profesi akan
membela dan memberi dukungan secara penuh, akan tetapi bila terbukti
bersalah maka organisasi akan memberikan sanksi sesuai dengan pelanggaran
yang dilakukan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setiap profesi pasti memiliki kode etik salah satunya profesi bidan. Kode etik
profesi bidan juga merupakan suatu pedoman dalam tata cara dan keselarasan
dalam pelaksanaan pelayanan profesional bidan. Karena bidan memiliki hak
kewajiban dan tanggung jawab kepada masyarakat,, rekan sejawat dan dirinya
sendiri. Bidan juga memiliki standar asuhan kebidanan dan standar profesi bidan.
Apabila bidan tidak melaksanakan apa yang telah ditentukan maka bidan
termasuk ke dalam penyimpangan terhadap kode etik sebagai bidan.
Pada penyimpangan ini bidan akan mendapatkan sanksi dalam berbagai aspek
yang ada salah satunya aspek hukum yang berpedoman pada KEPMENKES
Nomor 900/MENKES/ S/VII/ 2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Tugas
dan wewenang bidan terurai dalam Bab V Pasal 14 sampai dengan Pasal 20, yang
garis besarnya berisi tentang bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang
untuk mem- berikan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kebidanan,
pelayanan keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Disisi lain
bidan juga mempunyai kode etik dalam peran organisasi professional. Kode etik
suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin
di kalangan profesi jika semua orang yang menjalankan profesi yang sama
tergabung dalam suatu organisasi profesi

12
3.2 Saran
a. Bagi Masyarakat
Sebagai seorang bidan harus selalu menerapkan dan menjadikan etika dan
kode etik profesi sebagai dasar dalam memberikan setiap pelayanan.
Sehingga pasien akan merasa nyaman dengan pelayanan bidan dan akan
segan dengan profesi bidan. Seorang bidan harus memegang penuh
tanggungjawab pada masyarakat dan berperan aktif dalam melaksanakan
asuhan kebidanan sesuai dengan kewenangan dan standar keprofesian. Bidan
juga harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan
mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar, serta
pertemuan ilmiah lainnya.
Bagi Mahasiswi Calon Bidan
Sebagai mahasiswi calon bidan, sebaiknya harus mendalami etika dan kode
etik profesi terlebih dahulu, agar dapat menerapkan saat praktik, sehingga
dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimal sesuai
dengan wewenang profesinya.

b. Bagi Mahasiswa
Bagi Mahasiswi Calon Bidan
Sebagai mahasiswi calon bidan, sebaiknya harus mendalami etika dan kode
etik profesi terlebih dahulu, agar dapat menerapkan saat praktik, sehingga
dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimal sesuai
dengan wewenang profesinya.

13

Anda mungkin juga menyukai