Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

KODE ETIK AHLI GIZI

KELOMPOK 9 :

1. MUTIA AFRIN MAULANA


2. TESA ISLAMI’RAJNUR RAHMAN
3. JAMIATUL QUDSIAH
4. RENI ANDRIANI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN GIZI
PRODI D III GIZI
TAHUN AKADEMIK 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan kami buat dengan
waktu yang telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar mengenai
“Kode Etik Ahli Gizi”.
Penyusun mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi
sumbangsi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya penyusun juga
menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini.
Hal ini karena keterbatasan kemampuan dari penyusun. Oleh karena itu, penyusun
senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
penyempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan
kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….………i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………...………...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….2
C. Tujuan ……………………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Profesi……………………………………………....3


B. Kegunaan Kode Etik Profesi……………………………………………….4
C. Kode Etik PERSAGI…………………………………………………….....4
D. Penerapan Kode Etik Ahli Gizi……………………………………………10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………...…11
B. Saran……………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………....iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai
aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu
bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara
langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara. Untuk itu diperlukan
upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui
upaya perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena
suatu hal mereka harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit.
(Depkes RI, 2005).

Kerja merupakan kekhasan bagi manusia. Melalui kerja manusia


mengekspresikan dirinya, sehingga melalui kerja orang bisa lebih dikenal siapa dia
sebenarnya. Oleh karena itu, kerja bagi kita bukan hanya sekedar untuk mendapat upah
atau gaji, jabatan atau kekuasaan, dan berbagai maksud-maksud lainnya. Dalam dan
melalui kerja manusia mengungkapkan dirinya lebih otentik sebagai manusia yang
disiplin, bertanggung jawab, jujur, tekun, pantang menyerah, punya visi, dan sebagainya;
atau sebaliknya, tidak disiplin, tidak bisa dipercaya, tidak dapat diandalkan, tidak
bertanggung jawab, dan sebagainya. Dunia kerja merupakan sarana bagi perwujudan dan
sekaligus pelatihan diri untuk menjadi semakin baik.

Permasalahan gizi di Indonesia semakin kompleks seiring terjadinya


transisi epidemiologis. Berbagai permasalahan gizi kurang, menunjukkan
angka penurunan seperti prevalensi Kurang Energi Protein (KEP), sementara itu di lain
pihak masalah gizi lebih dan penyakit degenaratif justru menunjukkan peningkatan
bahkan dari laporan terakhir masalah gizi kurang saat ini cenderung tetap. Untuk
menanggulangi berbagai permasalahan gizi tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan dan

1
ahli gizi serta ilmuwan yang dinamis, mandiri dan menjunjung etik profesional yang
tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi dalam upaya berbagai pengembangan ilmu
dan pelayanan kesehatan di berbagai bidang termasuk bidang gizi.

Oleh karena itu, Standar Profesi Gizi dapat digunakan sebagai pedoman bagi
tenaga gizi dengan tujuan untuk mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi
yang terkait dengan gizi. Untuk itu, Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) harus
menyikapi dan mengantisipasi hal tersebut dengan meningkatkan kualitas sumber daya
yang ada melalui penetapan Standar Profesi Gizi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kode etik profesi?
2. Apa kegunaan kode etik profesi?
3. Bagaimana kode etik Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)?
4. Bagaimana penerapan kode etik pada Ahli Gizi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi
2. Untuk mengetahui kegunaan kode etik profesi
3. Untuk mengetahui kode etik PERSAGI
4. Untuk mengetahui penerapan kode etik pada Ahli Gizi

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kode Etik Profesi


Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan
atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk
menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode
juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.
Etika Profesi terdiri dari dua kata, yaitu etika yang berarti usaha untuk
mengerti tata aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku
manusia, dan kata profesi yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan) tertentu.
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian.
Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum
cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari
praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dalam kaitannya dengan profesi,
bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standar kegiatan
anggota suatu profesi. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk
memberikan pengabdian kepada masyarakat.
Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberitahukan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar dapat memahami
arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap
para pelaksana di lapangan kerja.

3
2. Kegunaan Kode Etik Profesi
Kegunaan kode etik profesi, diantaranya:
- Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.
- Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
- Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi

3. Kode Etik Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)


Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi, mengabdikan diri dalam upaya
meningkatkan keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan bangsa.
Pengabdian profesi gizi dilaksanakan dalam bentuk upaya perbaikan gizi,
pengembangan IPTEK gizi serta ilmu terkait, dan pendidikan gizi.
Ahli Gizi harus senantiasa bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berlandaskan pada pancasila, UUD 1945, Anggaran Dasar-Anggaran Rumah
Tangga, dan kode etik profesi Gizi.
Kode etik PERSAGI terdiri dari 7 Bab, yaitu:
BAB I Prinsip-prinsip umum
BAB II Kewajiban terhadap Klien
BAB III Kewajiban terhadap Masyarakat
BAB IV Kewajiban terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja
BAB V Kewajiban terhadap Profesi dan Diri Sendiri
BAB VI Penetapan Pelanggaran
BAB VII Kekuatan Kode Etik

BAB I Prinsip-prinsip Umum

a. Ahli gizi berkewajiban untuk meningkatkan keadaan gizi, kesehatan,


kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat.
b. Ahli gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi gizi, dengan
menunjukkan sikap, perilaku dan budi luhur, serta tidak mementingkan
kepentingan pribadi 4
c. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjalankan profesinya
menurut ukuran yang tertinggi.
d. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjalankan profesinya
dengan bersikap jujur, tulus, dll.
e. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk
senantiasa berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam
menginterpretasikan informasi, hendaknya secara objektif dan mampu
menunjukan sumber rujukan yang benar.
f. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa mengenal dan memahami
keterbatasannya sehingga bisa bekerjasama dengan pihak lain atau
membuat rujukan bila diperlukan.
g. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa berusaha menjadi pendidik
rakyat yang sebenarnya.
h. Ahli gizi dalam bekerjasama dengan para profesional lain, baik di
bidang kesehatan maupun lainnya, berkewajiban untuk senantiasa
memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

BAB II Kewajiban terhadap Klien

a. Ahli gizi berkewajiban sepanjang waktu untuk senatiasa berusaha


memelihara dan meningkatkan status gizi klien, baik dalam lingkup
institusi pelayanan gizi atau dalam masyarakat umum.
b. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjaga kerahasiaan klien
atau masyarakat yang dilayaninya, baik ketika klien masih atau sudah
tidak berada dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal
dunia.
c. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka
terhadap perbedaan budaya, serta tidak melakukan diskriminasi dalam
hal suku, agama, ras, ketidakmampuan, jenis kelamin, usia, dan tidak
melakukan pelecehan seksual.
5
d. Ahli gizi berkewajiban sentiasa memberikan pelayanan gizi prima,
cepat, akurat terutama kepada klien yang menunjukkan tanda-tanda
ada masalah gizi/gizi kurang.
e. Ahli gizi berkewajiban untuk memberikan informasi kepada klien
dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien agar mengerti
dan bersedia mengambil keputusan sendiri berdasarkan informasi
tersebut. Dan apabila dalam melakukan tugasnya ada keraguan atau
ketidakmampuan dalam memberikan pelayanan, maupun informasi
yang tepat kepada klien, ia berkewajiban untuk senantiasa mengatakan
tidak tahu dan berusaha berkonsultasi atau membuat rujukan dengan
ahli gizi lain maupun ahli lain yang mempunyai kemampuan dalam
masalah tersebut.

BAB III Kewajiban terhadap Masyarakat

a. Ahli gizi berkewajiban untuk melindungi masyarakat umum,


khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang keliru,
dan praktik yang tidak etis berkaitan dengan gizi dan pangan, termasuk
makanan dan terapi gizi/diet. Ahli gizi hendaknya senantiasa
memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi yang faktual,
akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
b. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa melakukan kegiatan
pengawasan pangan dan gizi, melakukan pemantauan atau pengukuran
status gizi dalam masyarakat secara teratur dan berkesinambungan,
sehingga dapat mencegah terjadinya masalah gizi dalam masyarakat
serta dapat merehabilitasi secara cepat pada masyarakat yang
menderita masalah gizi.

6
BAB IV Kewajiban terhadap Teman Seprofesi dan Mitra

a. Ahli gizi ketika melakukan promosi gizi dalam rangka meningkatkan


dan memelihara status gizi optimal dari masyarakat, berkewajiban
untuk senantiasa bekerjasama, melibatkan, dan menghargai berbagai
disiplin ilmu sebagai mitra kerja dalam masyarakat.
b. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa memelihara hubungan
persahabatan yang harmonis dengan organisasi atau disiplin
ilmu/profesional sejenis, yang terkait dengan upaya peningkatan status
gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat.
c. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa loyal dan taat asa di
organisasi tempat di mana ahli gizi dipekerjakan.

BAB V Kewajiban terhadap Profesi dan Diri Sendiri

a. Ahli gizi berkewajiban untuk melindungi dan menjunjung tinggi


ketentuan yang dicanangkan oleh profesi
b. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa memajukan dan memperkaya
pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan dalam menjalankan
profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka
terhadap perubahan lingkungan.
c. Ahli gizi harus menunjukkan sikap percaya diri, berpengetahuan luas,
dan berani mengemukakan pendapat serta mengaku salah bila memang
salah, dan senantiasa menunjukkan kerendahan hati untuk bersedia
menerima pendapat orang lain jika memang pendapat tersebut benar
atau memiliki manfaat yang luas.
d. Ahli gizi berkewajiban untuk bisa mengukur kemampuan dan
keterbatasan diri sendiri, serta mengenal kebutuhan diri sendiri untuk
selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya dalam rangka
meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan. Selain itu, ahli gizi
harus mampu melakukan prediksi kejadian di masa yang akan datang.

7
e. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk tidak
boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, termasuk menerima uang
sebagai imbalan yang sesuai dengan jasanya, meskipun dengan
sepengetahuan klien/masyarakat.
f. Ahli gizi berkewajiban untuk tidak melakukan perbuatan yang bersifat
memuji diri sendiri dan memaksa orang lain melanggar hukum.
g. Ahli gizi berkewajiban untuk memelihara kesehatan dan keadaan
gizinya agar mampu bekerja dengan baik.
h. Ahli gizi berkewajiban untuk melayani masyarakat umum tanpa
memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.
i. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, boleh mencantumkan
namanya untuk sertifikasi bagi institusi yang akan memberikan
pelayanan gizi, selama ahli gizi yang bersangkutan memang betul-
betul memberikan pelayanan gizi.

BAB VI Penetapan Pelanggaran

a. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk


menunjukkan secara akurat kualifikasi dan kepercayaan
profesionalismenya, dengan mengacu bahwa sertifikasi praktik
pelayanan gizi tersebut asli dan masih berlaku serta didapat melalui
komisi registrasi yang ditunjuk oleh organisasi profesi. Bila ahli gizi
tidak bisa menunjukkan seperti yang dimaksud di atas, ahli gizi
tersebut tidak diperbolehkan melakukan praktik profesinya dan dicabut
sertifikasinya.
b. Ahli gizi dalam melakukan praktik profesi gizi dapat dicabut
sertifikasinya jika:
 Terlibat dalam semua pelanggaran yang berdampak pada kegiatan
praktiknya.
 Diputuskan oleh pengadilan terlibat dalam tindak pidana, atau
secara mental dinyatakan sudah tidak mampu.
8
 Mendapat gangguan emosi dan mental yang mempengaruhi praktik
pelayanannya, yang dapat membahayakan klien atau orang lain.
c. Ahli gizi dalam menjalankan praktik profesinya harus mengikuti dan
melengkapi semua persyaratan hukum dan peraturan yang berkaitan
dengan profesionalismenya, dan menunjukkan sikap disiplin dalam
kondisi sebagai berikut:
 Tidak terlibat tindakan kriminal menurut Undang-Undang yang
berlaku.
 Mematuhi semua disiplin dan peraturan yang berlaku.
 Patuh pada semua aturan organisasi, hukum dan pemerintah.
d. Ahli gizi berkewajiban untuk mendukung dan menunjukkan standar
kualitas yang tinggi dalam menjalankan praktik profesinya, dan tidak
diperbolehkan melecehkan tanggung jawabnya dalam melindungi
klien, masyarakat dan profesinya dalam menerapkan kode etik, serta
selalu melaporkan jika menemui hal-hal yang bertentangan dengan
kode etik melalui organisasi profesi

BAB VII Kekuatan Kode Etik

a. Kode etik ahli gizi ini dibuat atas dasar prinsip bahwa organisasi
profesi bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya dalam
menjalankan praktik profesinya.
b. Kode etik ini berlaku setelah disahkannya kode etik ini oleh sidang
tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga profesi gizi.

9
4. Penerapan Kode Etik Ahli Gizi
Kode etik Ahli Gizi dalam hal penerapannya, terdapat beberapa kewajiban
yang harus dilaksanakan. Kewajiban tersebut diantaranya :
1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan
kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap,
perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan
dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan
individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama
dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan
berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenarnya.
8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun
lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberitahukan suatu
pengetahuan kepada masyarakat agar dapat memahami arti pentingnya suatu profesi,
sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja.
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi, mengabdikan diri dalam upaya
meningkatkan keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan bangsa.
Pengabdian profesi gizi dilaksanakan dalam bentuk upaya perbaikan gizi, pengembangan
IPTEK gizi serta ilmu terkait, dan pendidikan gizi.
Ahli Gizi harus senantiasa bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berlandaskan
pada pancasila, UUD 1945, Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga, dan kode etik
profesi Gizi.

B. Saran
Untuk menanggulangi berbagai permasalahan gizi, dibutuhkan tenaga kesehatan
dan ahli gizi serta ilmuwan yang dinamis, mandiri dan menjunjung etik profesional yang
tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi dalam upaya berbagai pengembangan ilmu
dan pelayanan kesehatan di berbagai bidang termasuk bidang gizi. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kedepannya, dan Ahli Gizi dapat menerapkan Kode Etik Profesi
dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA
Panji, Muslim. 2014. Kode Etik Ahli Gizi dan Konsep Dasar Sehat dan Sakit.

http://muslimpanji86.blogspot.com/2014/06/kode-etik-ahli-gizi-dan-konsep-
dasar.html?m=1 (diakses Sabtu, 27 juli 2019, pukul 07.46 Wita).

Nutrition. 2016. Etika Profesi Gizi.

http://arenganucifera.blogspot.com/2016/04/etika-profesi-gizi.html?m=1 (diakses Jumat,


26 juli 2019, pukul 22.00 Wita).

Jati. 2018. Pengertian Kode Etik Profesi, Pelanggaran Kode Etik, Fungsi, Tujuan, Manfaat.

https://www.jatikom.com/2018/01/pengertian-kode-etik-
profesipelanggaran.html#ixzz5unlqP5A5 (diakses Sabtu, 27 Juli 2019, pukul 01.00 Wita)

iii

Anda mungkin juga menyukai