Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ETIKA PROFESI

KODE ETIK AHLI GIZI

OLEH :

KELOMPOK 7

3/B

Angeli Dian Permata PO714231201085


Ni Gusti Ngurah Diah Yuliana PO714231201086
Selly Rahmadani PO714231201087
Syahrul PO714231201088
Risna Andriana PO714231201089
Shabina Samosir PO714231201078

Sarjana Terapan Gizi Dan Dietetik

Polteknik Kementrian Kesehatan Makassar

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas
segala Rahmat- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini membahas tentang " Kode Etik Ahli Gizi”.
Makalah ini telah disusun dengan mengambil dari jurnal dan buku yang telah
kami baca dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah .
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Kode Etik Ahli Gizi” ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 30 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................2

C. Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kewajiban Nutrisionist Secara Umum............................................................3

B. Kewajiban Nutrisionis Terhadap Profesi dan Diri Sendiri...........................4

B. Kewajiban Nutrisionis Terhadap Masyarakat................................................5

C. Kewajiban Nutrionis Terhadap Klien..............................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................9

B. Saran................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada
berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi
agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu
negara. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam keluarga
maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka harus tinggal
di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit (Depkes RI, 2005).

Dunia kerja merupakan sarana bagi perwujudan dan sekaligus pelatihan diri
untuk menjadi semakin baik. Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu
lebih mendalami topik-topik yang berkaitan dengan peningkatan kualitas diri
pribadi sebagai seorang pekerja maupun sebagai sebagai seorang profesional.
Terutama lebih ditekankan untuk menghayati prinsip-prinsip ethos kerja,
menggunakan atau mengelola waktu dengan baik dan efisien, melaksanakan
kewajiban-kewajiban pokok sebagai karyawan maupun majikan, menghayati
budaya organisasi atau perusahaan, meningkatkan mutu pelayanan di tempat
kerja, dan meningkatkan profesionalitas kerja sebagai jawaban atas berbagai
perubahan yang ada di masyarakat, yang telah membawa dampak pada tingginya
tuntutan dalam dunia kerja atau profesi.

Gizi sebagai modal dasar dan investasi, berperan penting memutus


‘lingkaran setan ‘ kemiskinan dan kurang gizi, sebagai upaya peningkatan kualitas
sumberdaya manusia (SDM). Beberapa da,apk buruk kurang gizi : Rendahnya
produktivitas kerja, kehilangan kesempatan sekolah, dan kehilangan sumberdaya
karena biaya kesehatan yang tinggi. Upaya peningkaan SDM diatur dalam UUD
1945 pasal 28 H ayat (1), yang menyatakan bahwa setiap individu berhak hidup
sejahtera, dan pelayanan kesehatan adalah salah satu hak asasi manusia
(Bappenas, 2011). Rumah sakit sebagai salah satu institusi kesehatan
mempunyai peran penting dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya
guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan
1
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahanpenyakit. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan
bagian integral dari upaya penyembuhan penyakit pasien. Mutu pelayanan gizi
yang baik akan mempengaruhi indikator mutu pelayanan rumah sakit, yaitu
meningkatkan kesembuhan pasien, memperpendek lama rawat inap, serta
menurunkan biaya (Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, 2007).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan dapat dirumuskan
beberapa masalah, sebagai berikut :
1. Bagaimana kewajiban nutrisionis terhadap profesi dan diri sendiri.
2. Bagaimana kewajiban nutrisionis terhadap masyarakat.
3. Bagaimana kewajiban nutrisionis terhadap klien.

C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk untuk menambah wawasan para
pembaca mengenai kewajiban nutrisionis terhadap profesi dan diri sendiri,
masyarakat, dan klien.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kewajiban Nutrisionist Secara Umum
Undang-Undang RI nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
disebutkan bahwa Tenaga Gizi terdiri dari Nutrisionis dan Dietisien. Disadari
bahwa begitu luas dan kompleksnya masalah gizi, maka Ahli Gizi dalam praktik
keprofesiannya akan sering berinteraksi dan berkolaborasi dengan individu,
teman sejawat, masyarakat, institusi pemerintah dan lain sebagainya. Oleh
karena itu diperlukan Kode Etik sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya,
agar nilai-nilai etika profesi senantiasa mewarnai setiap Ahli Gizi sewaktu
memberikan pelayanan gizi nya. Pada akhirnya, Kode Etik Ahli Gizi ini selain
memberikan pedoman bagi Ahli Gizi dalam menjalankan tugasnya, juga
sekaligus memberikan perlindungan etik dan kepastian hukum.

Berikut berapa Kewajiban seorang Nutrisionis secara umum, yaitu:

1. Setiap ahlli gizi tenaga Gizi menjunjung tinggi, menghayati dan


mengamalkan sumpah pemuda Ahli Gizi (Bab 1, pasal 1)
2. Setip Ahli Gizi Tenaga Gizi wajib menghayati dan mengamalkan kode etik
ahli gizi. (Bab 1, Pasal 2)
3. Setiap Ahli Gizi berperan dalam meningkatkan dan mempertahankan
keadaan gizi, kesehatan, serta meningkatkan kecerdasan, dan produktivitas
masyarakat. (Bab 1, Pasa 3)
4. Seorang ahli gizi wajib berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar kompetensi yang tertinggi. (Bab 1, Pasal 4)
5. Seorang Ahli gizi bdalam menjalankan pekerjaannya menunjukkan sikap dan
moral yang baik, bersikap jujur, tulus dan adil, Tidak mementingkan diri
sendiri, serta tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi.
6. Seorang ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya
berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan harus menghindarkan
diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri. (Bab 1, Pasal 6).
7. Setiap ahli gizi berkewajiban senantiasa saling menghormati dan menghargai
dalam melakukan kerjasama berdasarkan prinsip kemitraan dengan sesama
3
profesi dan para profesional di bidang kesehatan maupun bidang lainnya.
(Bab 1, pasal 7).
8. Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjunjung tinggi penegakan
hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan
masyarakat luas dan bangsa sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(Bab 1, Pasal 8)

B. Kewajiban Nutrisionis Terhadap Profesi dan Diri Sendiri


Taat kepada kode etik, standar profesi, melakukan pelayanan sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang ada, jujur, mempunyai rasa percaya diri, selalu
berusaha meningkatkan kapasitas diri melalui belajar seumur hidup. Seorang
ahli gizi profesional tidak mengutamakan kepentingan pribadi, misalnya dengan
menerima imbalan yang tidak sesuai dengan haknya, atau bekerja sama dengan
orang lain menyalahgunakan kewenangannya untuk kepentingan pribadi. Selain
itu hal yang cukup penting adalah ahli gizi hendaknya menjaga kesehatan dan
status gizinya. Menjaga nama baik profesi dengan tidak tercela atau melanggar
hukum. Poin untuk kewajiban terhadap diri sendiri seperti dibawah ini:
1. Ahli gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan
yang dicanangkan oleh profesi,
2. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan
dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai
perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap lingkungan,
3. Ahli gizi harus menunjukkan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan
berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukkan kerendahan
hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar,
4. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain
imbalan yang layak sesuai jasanya, meskipun dengan pengetahuan
klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan)
5. Ahli gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum dan
memaksa orang lain melawan hukum,
6. Ahli gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat
bekerja dengan baik,

4
7. Ahli gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang
keuntungan perorangan atau kebesaran seseorang,
8. Ahli gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan
organisasi profesi.

Adapun beberapa kewajiban Ahli Gizi terhadap profesi dan diri sendiri
menurut Dewan Pimpinan Pusat (PERSAGI) dalam kode etik ahli gizi dan
penjelasan pelaksanaan kode etik ahli gizi yakni:

1. Setiap Ahli Gizi berkewajiban menataati, melindungi dan menjunjung tinggi


ketentuan yang dirancangkan dan ditetapkan oleh profesi gizi (BAB VI, Pasal
21)
2. Setiap Ahli Gizi senantiasa aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi terkini dan mutakhir serta peka terhadap perubahan lingkungan untuk
memajukan dan memperkaya praktik kegizian (BAB VI, Pasal 22)
3. Setiap Ahli Gizi dalam menjalankan prfesinya berkewajiban untuk tidak boleh
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi (BAB VI, Pasal 23)
4. Setiap Ahli Gizi berkewajiban melakukan perbuatan yang tidak melawan hukum,
dan memaksa orang lain untuk melawan hukum (BAB VI, Pasal 24)
5. Setiap Ahli Gizi senantiasa memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar
dapat bekerja dengan baik (BAB VI, Pasal 25)
6. Setiap Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik individu dan profesi
(BAB VI, Pasal 26)

B. Kewajiban Nutrisionis Terhadap Masyarakat


Terkait dengan kewajiban ahli gizi kepada masyarakat dapat digambarkan
seperti informasi yang salah berhubungan dengan gizi bahwa di suatu
masyarakat beranggapan bahwa makan ikan terlalu banyak akan
mengakibatkan cacingan. Ini merupakan anggapan yang salah, sebagai seorang
ahli gizi pendapat ini harus diteruskan. Bukan ikan yang mengakibatkan
cacaingan tetapi kebiasaan hidup tidak bersih, sedangkan ikan adalah sumber
protein yang baik. Saat ini yang mengkhawatirkan kita adalah konsumsi gula
yang terlalu tinggi, dapat berdampak pada penyakit generatif seperti diabetes
mellitus.

5
Beberapa penelitian terkini mengatakan bahwa konsumsi sayur dan buah
masyarakat rendah, maka ahli gizi harus melakukan promosi untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya konsumsi sayur dan buah.
Slogan kementrian kesehatan saat ini adalah gerakan masyarakat hidup sehat
(GERMAS) dimana salah satu poin didalamnya adalah konsumsi sayur dan
buah setiap hari.

Dalam melaksanakan kewajiban kepada masyarakat tentunya ahli gizi ahrus


bekerja sama dengan profesi lain. Karena masalah gizi tidak dapat ditanggulangi
oleh ahli gizi saja tetapi multi disiplin.

Dibawah ini adalah butir kewajiban yang tergolong dalam kewajiban ahli gizi
kepada masyarakat:

1. Ahli gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang


penyalahgunaaan pelayanan, informasi yang salah dan praktik yang tidak etis
berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terpai gizi/diet. Ahli gizi
hendaknya memberikan pelayanan sesuai dengan informasi yang faktual,
akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
2. Ahli gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi
sehingga dapat mencegah masalah gizi dimasyarakat
3. Ahli gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi masyarakat untuk
mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.
4. Ahli gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan
aktifitas yang seimbang sesuai dengan niali praktik gizi individu yang baik.
5. Dalam bekerja sama dnegan profesional lain dimsyarakat, ahli gizi
berkerwajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan,
dukungan, inisiatif dan bantuan lain dnegan sungguh-sungguh demi
tercapainya status gizi dan kesehatan optimal dimasyarakat.
6. Ahli gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau menyebabkan
salah satu interpretasi atau menyesatkan masyarakat.

Adapun beberapa kewajiban Ahli Gizi terhadap masyarakat menurut Dewan


Pimpinan Pusat (PERSAGI) dalam kode etik ahli gizi dan penjelasan
pelaksanaan kode etik ahli gizi yakni:

6
1. Setiap Ahli Gizi berkewajiban melakukan profesinya mengutamakan
kepentingan masyarakat dengan memiliki kepekaan sosial, lingkungan dan
kepedulian yang tinggi, serta berkewajiban senantiasa berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat (BAB III, Pasal 12)
2. Setiap Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya
tentang informasi yang salah dan praktik yang tidak etis berkaitan dengan
izin, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet ( BAB III, Pasal 13)
3. Setiap Ahli Gizi berkewajiban peka terhadap status gizi masyarakat untuk
mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gzizi masyarakat
(BAB III, Pasal 14)
4. Setiap Ahli Gizi dalam mempromosikan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa menghindari hal-hal yang menyebabkan salah
interpretasi atau menyesatkan masyarakat (BAB III, Pasal 15)

C. Kewajiban Nutrionis Terhadap Klien


Saat itu masyarakata menuntut pelayanan yang terbaim kepada seluruh
tenaga kesehatan, termasuk kepada ahli gizi. Kualitas pelayanan kesehatan
saat ini difokuskan kepada klien (clien centre cara), jadi kepentingan dan
kepuasan klien yang utama.

Seorang ahli gizi berkewajiban untuk menilai, memperbaiki, meningkatkan


keadaan gizi klien melalui suatu proses asesmen, diagnosis, intervensi serta
monitoring evaluasi menggunakan proses asuhan gizi terstandar (PAGT). Hal
penting yang harus dijaga dengan tegu adalah kerahasiaan klien, memberi
pelayanan prima, menghormati dan menghargai kebutuhan klien, memberi
informasi secara baik dan benar, memberikan pelayanan dengan adil tidak
membedakan status sosial klien.

Butir kewajiban yang tergolong dalam kewajiban kepada klien adalah sebagai
berikut:

1. Ahli gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara dan


meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau
dimasyarakat umum.
2. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat
yang dilayani baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam

7
pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila
diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
3. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan untuk setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminalisasi dalam hal suku,
agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak mewujudkan
pelecehan sosial.
4. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan prima, cepat dan
akurat.
5. Ahli gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan
jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri
berdasarkan informasi tersebut.
6. Ahli gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam
memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk
kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.

Adapun beberapa kewajiban Ahli Gizi terhadap klien menurut Dewan


Pimpinan Pusat (PERSAGI) dalam kode etik ahli gizi dan penjelasan
pelaksanaan kode etik ahli gizi yakni:

1. Setiap Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau


masyarakat yang dilayani baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam
pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila
diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum (BAB II, Pasal 9)
2. Setiap Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan untuk setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminalisasi dalam hal suku,
agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak mewujudkan
pelecehan sosial (BAB II, Pasal 10)
3. Setiap Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi tepat,
cepat dan akurat, serta bersikap ikhlas sesuai dengan kmpetensi yang
dimilikinya untuk kepentingan klien (BAB II, Pasal 11).

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kewajiban ahli gizi terhadap secara umum, profesi, diri sendiri, masyarakat
dan klien diperlukan taat kepada kode etik dalam melakukan pelayanan sesuai
dengan ketentuan secara jujur, percaya diri, berusaha meningkatkan diri melalui
belajar. Seorang ahli gizi yang profesional tidak mengutamakan urusan
kepentingan pribadi.

Dengan menjaga baik kewajiban Ahli Gizi dengan tidak tercela atau melanggar
hukum. Namun melaksanakan kewajiban ini tentunya ahli gizi harus bekerja
sama dengan profesi lain. Karena masalah gizi tidak dapat ditanggulangi oleh
ahli gizi saja tetapi multi disiplin. Seorang ahli gizi berkewajiban untuk menilai,
memperbaiki, meningkatkan keadaan gizi melalui suatu proses

B. Saran
Sebagai ahli gizi sudah seharusnya menerapkan sesuai dengan kode etik
yangada, yaitu sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor374/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Gizi. Selain itu, perlu
adanyapeningkatan standarisasi kompetensi ataupun standarisasi praktek
professionalseperti yang diterapkan oleh negara Amerika dan Kanada agar
dapat memberikanpelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat

9
DAFTAR PUSTAKA

Edith Herianandita, SKM, M.Sc; Tjaronosari, SKM, M. K. (2006). Bahan Ajar: Etika
Profesi. 1999(December), 1–6.

Meilyana, F., Djais, J., & Garna, H. (2016). Status Gizi Berdasarkan Subjective
Global Assessment Sebagai Faktor yang Mempengaruhi Lama Perawatan
Pasien Rawat Inap Anak. In Sari Pediatri (Vol. 12, Issue 3, p. 162).
https://doi.org/10.14238/sp12.3.2010.162-7

Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). (2018). Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 02,
9–10.

Zamrodah, Y. (2016). Etika profesi Gizi. 15(2), 1–23.

10

Anda mungkin juga menyukai