OLEH :
KELOMPOK 7
3/B
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas
segala Rahmat- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini membahas tentang " Kode Etik Ahli Gizi”.
Makalah ini telah disusun dengan mengambil dari jurnal dan buku yang telah
kami baca dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah .
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Kode Etik Ahli Gizi” ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.......................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada
berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi
agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu
negara. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam keluarga
maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka harus tinggal
di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit (Depkes RI, 2005).
Dunia kerja merupakan sarana bagi perwujudan dan sekaligus pelatihan diri
untuk menjadi semakin baik. Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu
lebih mendalami topik-topik yang berkaitan dengan peningkatan kualitas diri
pribadi sebagai seorang pekerja maupun sebagai sebagai seorang profesional.
Terutama lebih ditekankan untuk menghayati prinsip-prinsip ethos kerja,
menggunakan atau mengelola waktu dengan baik dan efisien, melaksanakan
kewajiban-kewajiban pokok sebagai karyawan maupun majikan, menghayati
budaya organisasi atau perusahaan, meningkatkan mutu pelayanan di tempat
kerja, dan meningkatkan profesionalitas kerja sebagai jawaban atas berbagai
perubahan yang ada di masyarakat, yang telah membawa dampak pada tingginya
tuntutan dalam dunia kerja atau profesi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan dapat dirumuskan
beberapa masalah, sebagai berikut :
1. Bagaimana kewajiban nutrisionis terhadap profesi dan diri sendiri.
2. Bagaimana kewajiban nutrisionis terhadap masyarakat.
3. Bagaimana kewajiban nutrisionis terhadap klien.
C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk untuk menambah wawasan para
pembaca mengenai kewajiban nutrisionis terhadap profesi dan diri sendiri,
masyarakat, dan klien.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kewajiban Nutrisionist Secara Umum
Undang-Undang RI nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
disebutkan bahwa Tenaga Gizi terdiri dari Nutrisionis dan Dietisien. Disadari
bahwa begitu luas dan kompleksnya masalah gizi, maka Ahli Gizi dalam praktik
keprofesiannya akan sering berinteraksi dan berkolaborasi dengan individu,
teman sejawat, masyarakat, institusi pemerintah dan lain sebagainya. Oleh
karena itu diperlukan Kode Etik sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya,
agar nilai-nilai etika profesi senantiasa mewarnai setiap Ahli Gizi sewaktu
memberikan pelayanan gizi nya. Pada akhirnya, Kode Etik Ahli Gizi ini selain
memberikan pedoman bagi Ahli Gizi dalam menjalankan tugasnya, juga
sekaligus memberikan perlindungan etik dan kepastian hukum.
4
7. Ahli gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang
keuntungan perorangan atau kebesaran seseorang,
8. Ahli gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan
organisasi profesi.
Adapun beberapa kewajiban Ahli Gizi terhadap profesi dan diri sendiri
menurut Dewan Pimpinan Pusat (PERSAGI) dalam kode etik ahli gizi dan
penjelasan pelaksanaan kode etik ahli gizi yakni:
5
Beberapa penelitian terkini mengatakan bahwa konsumsi sayur dan buah
masyarakat rendah, maka ahli gizi harus melakukan promosi untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya konsumsi sayur dan buah.
Slogan kementrian kesehatan saat ini adalah gerakan masyarakat hidup sehat
(GERMAS) dimana salah satu poin didalamnya adalah konsumsi sayur dan
buah setiap hari.
Dibawah ini adalah butir kewajiban yang tergolong dalam kewajiban ahli gizi
kepada masyarakat:
6
1. Setiap Ahli Gizi berkewajiban melakukan profesinya mengutamakan
kepentingan masyarakat dengan memiliki kepekaan sosial, lingkungan dan
kepedulian yang tinggi, serta berkewajiban senantiasa berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat (BAB III, Pasal 12)
2. Setiap Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya
tentang informasi yang salah dan praktik yang tidak etis berkaitan dengan
izin, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet ( BAB III, Pasal 13)
3. Setiap Ahli Gizi berkewajiban peka terhadap status gizi masyarakat untuk
mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gzizi masyarakat
(BAB III, Pasal 14)
4. Setiap Ahli Gizi dalam mempromosikan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa menghindari hal-hal yang menyebabkan salah
interpretasi atau menyesatkan masyarakat (BAB III, Pasal 15)
Butir kewajiban yang tergolong dalam kewajiban kepada klien adalah sebagai
berikut:
7
pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila
diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
3. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan untuk setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminalisasi dalam hal suku,
agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak mewujudkan
pelecehan sosial.
4. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan prima, cepat dan
akurat.
5. Ahli gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan
jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri
berdasarkan informasi tersebut.
6. Ahli gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam
memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk
kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kewajiban ahli gizi terhadap secara umum, profesi, diri sendiri, masyarakat
dan klien diperlukan taat kepada kode etik dalam melakukan pelayanan sesuai
dengan ketentuan secara jujur, percaya diri, berusaha meningkatkan diri melalui
belajar. Seorang ahli gizi yang profesional tidak mengutamakan urusan
kepentingan pribadi.
Dengan menjaga baik kewajiban Ahli Gizi dengan tidak tercela atau melanggar
hukum. Namun melaksanakan kewajiban ini tentunya ahli gizi harus bekerja
sama dengan profesi lain. Karena masalah gizi tidak dapat ditanggulangi oleh
ahli gizi saja tetapi multi disiplin. Seorang ahli gizi berkewajiban untuk menilai,
memperbaiki, meningkatkan keadaan gizi melalui suatu proses
B. Saran
Sebagai ahli gizi sudah seharusnya menerapkan sesuai dengan kode etik
yangada, yaitu sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor374/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Gizi. Selain itu, perlu
adanyapeningkatan standarisasi kompetensi ataupun standarisasi praktek
professionalseperti yang diterapkan oleh negara Amerika dan Kanada agar
dapat memberikanpelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat
9
DAFTAR PUSTAKA
Edith Herianandita, SKM, M.Sc; Tjaronosari, SKM, M. K. (2006). Bahan Ajar: Etika
Profesi. 1999(December), 1–6.
Meilyana, F., Djais, J., & Garna, H. (2016). Status Gizi Berdasarkan Subjective
Global Assessment Sebagai Faktor yang Mempengaruhi Lama Perawatan
Pasien Rawat Inap Anak. In Sari Pediatri (Vol. 12, Issue 3, p. 162).
https://doi.org/10.14238/sp12.3.2010.162-7
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). (2018). Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 02,
9–10.
10