Anda di halaman 1dari 29

ETIKA PROFESI GIZI

GUNARTI YAHYA, DCN, MM


PRODI S1 GIZI FIKES UHAMKA
TAHUN 2021
Sub-CP-MK
(Kemampuan akhir yang diharapkan)

Mahasiswa mampu memahami dan menje-


laskan kode etik profesi gizi (S2, S5, S6, S7, S8,
S9, P2, P4, KU1, KK1)

www.themegallery.com
KARAKTERISTIK SUATU KEGIATAN PROFESI
1. Memberi Pelayanan Sosial Yang Unik Dan Bersifat Definit.
2. Pelayanan Diberikan Dalam Bentuk Teknik Intelektual
3. Memerlukan Suatu Pendidikan Dan Pelatihan Yang Cukup Lama.
4. Mempunyai Otonomi Yang Cukup Luas Bagi Praktisi Individual Ataupun
Kelompok. Melalui Organisasi Profesi , Para Praktisi Menetapkan Stan-
dart Kinerja Yang Diinginkan Dan Pemberlakuan Kewajiban Menjadi
Anggota.
5. Mempunyai Organisasi Profesi Yang Mandiri.
6. Mempunyai “Kode Etik” Yang Jelas. Setiap Profesi Cenderung
Mengembangkan Serangkaian Perilaku Baku ( Specific Set Of Behavioral
Standarts).
7. Menekankan Pada Pelayanan Yang Diberikan Bukan Pada Keuntungan
Ekonomi Yang Diperoleh. Disebut Dengan “Altruism”
APAKAH AHLI GIZI SUATU PROFESI ?
 AG memberi pelayanan kepada masyarakat (di RS, Puskesmas, tempat
pelayanan kesehatan lain)
 Menjadi AG melalui suatu pendidikan khusus.
 Mempunyai organisasi profesi PERSAGI yang menerbitkan majalah pro-
fesi yaitu GIZI INDONESIA.
 PERSAGI memiliki anak organisasi yaitu
1. AsDI (Asosiasi Dietisien Indonesia) yaitu organisasi pengembangan
dietisien yang bekerja di pelayanan kesehatan yaitu pengembangan
kompetensi khusus gizi klinik dan gizi institusi
2. ISNA (Indonesia Sport Nutrition Association) yaitu organisasi pem-
intaan pengembangan kompetensi gizi kebugaran/kesehatan serta gizi
olah raga
KODE ETIK AHLI GIZI
 Ditetapkan pada KONGGRES VIII PERSATUAN AHLI GIZI INDONE-
SIA tanggal : 15 – 17 november 1989.
 Mulai berlaku tanggal 5 Januari 1990.
 SK Ketua DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia No.03/DPP/SK/
01/1990.
 Ditanda tangani oleh Ketua DPP Persagi DR. Muhilal

www.the
Company Logo megallery.
com
Kode Etik terdiri dari 7 Bab, yaitu:
BAB I.              Prinsip-prinsip umum
BAB II.             Kewajiban Terhadap Klien
BAB III.            Kewajiban Terhadap Masyarakat
BAB IV.            Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi dan

Mitra Kerja
BAB V.             Kewajiban Terhadap Profesi dan Diri Sendiri
BAB VI.            Penetapan Pelanggaran
BAB VII.           Kekuatan Kode Etik

www.the
Company Logo megallery.
com
Mukadimah
Profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan
bangsa melalui upaya perbaikan gizi, memajukan
dan mengembangkan ilmu dan teknologi gizi serta
ilmu ilmu yang berkaitan pengetahuan gizi
masyarakat.

www.the
megallery.
com
KODE ETIK
 Kode etik PERSAGI terdiri dari 7 Bab, yaitu:
BAB I.              Prinsip-prinsip umum
BAB II.             Kewajiban Terhadap Klien
BAB III.            Kewajiban Terhadap Masyarakat
BAB IV.            Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi dan
Mitra Kerja
BAB V.             Kewajiban Terhadap Profesi dan Diri
Sendiri
BAB VI.            Penetapan Pelanggaran
BAB VII.          Kekuatan Kode Etik
PRINSIP UMUM : AHLI GIZI WAJIB

1. Untuk meningkatkan keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan,


dan kesejahteraan rakyat.
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi, dengan menun-
jukkan sikap, perilaku dan budi luhur, serta tidak mement-
ingkan kepentingan pribadiI.
3. Senantiasa menjalankan profesinya menurut ukuran yang
tertinggi.
4. Senantiasa menjalankan profesinya dengan bersikap jujur, tu-
lus, dll.
PRINSIP UMUM : AHLI GIZI WAJIB (cont’d)

5. Senantiasa berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini,


dan dalam menginterpretasikan informasi, hendaknya secara
objektif tanpa bias individu dan mampu menunjukan sumber
rujukan yang benar
6. Senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya se-
hingga bisa bekerjasama dengan pihak lain atau membuat ru-
jukan bila diperlukan.
7. Senantiasa berusaha menjadi pendidik rakyat yang sebe-
narnya.
8. Dalam bekerjasama dengan para profesional lain, baik di
bidang kesehatan maupun lainnya, berkewajiban untuk senan-
tiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN : TENAGA GIZI WA-
JIB
9. Sepanjang waktu untuk senatiasa berusaha memelihara dan
meningkatkan status gizi klien, baik dalam lingkup institusi
pelayanan gizi atau dalam masyarakat umum.
10. Senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat
yang dilayaninya, baik ketika klien masih atau sudah tidak be-
rada dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal
dunia.
11. Senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik
setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan bu-
daya, serta tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku,
agama, ras, ketidakmampuan, jenis kelamin, usia, dan tidak
melakukan pelecehan seksual.
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN : AHLI GIZI WAJIB (cont’d)

12. Sentiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat, akurat


terutama kepada klien yang menunjukkan tanda-tanda ada
masalah gizi/gizi kurang.
13. Untuk memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan
jelas, sehingga memungkinkan klien agar mengerti dan bersedia
mengambil keputusan sendiri berdasarkan informasi tersebut.
Dan apabila dalam melakukan tugasnya ada keraguan atau keti-
dakmampuan dalam memberikan pelayanan, maupun informasi
yang tepat kepada klien, ia berkewajiban untuk senantiasa men-
gatakan tidak tahu dan berusaha berkonsultasi atau membuat ru-
jukan dengan ahli gizi lain maupun ahli lain yang mempunyai
kemampuan dalam masalah tersebut.
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT

14. Melindungi masyarakat umum, khususnya tentang


penyalahgunaan pelayanan, informasi yang keliru, dan prak-
tik yang tidak etis berkaitan dengan gizi dan pangan, terma-
suk makanan dan terapi gizi/diet. Ahli gizi hendaknya senan-
tiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi
yang faktual, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
15. Senatiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan
gizi, melakukan pemantaun atau pengukuran status gizi
dalam masyarakt secara teratur dan berkesinambungan, se-
hingga dapat mencegah terjadinya masalah gizi dalam
masyarakt serta dapat merehabilitasi secara cepat pada
masyarakat yang menderita masalah gizi.
KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI DAN MITRA
KERJA

16. Ahli gizi ketika melakukan promosi gizi dalam rangka


meningkatkan dan memelihara status gizi optimal dari
masyarakat, berkewajiban untuk senantiasa bekerjasama,
melibatkan, dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai
mitra kerja dalam masyarakat.
17. Berkewajiban untuk senantiasa memelihara hubungan
persahabatan yang harmonis dengan organisasi atau disiplin
ilmu/profesional sejenis, yang terkait dengan upaya pen-
ingkatan status gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kese-
jahteraan rakyat.
18. Senantiasa loyal dan taat azas di organisasi tempat di
mana ahli gizi dipekerjakan.
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI

19. Melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh


profesi.
20.senantiasamemajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian
yang dibutuhkan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan
ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkunga
21.Mmenunjukkan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani
mengemukakan pendapat serta mengaku salah bila memang salah, dan
senantiasa menunjukkan kerendahan hati untuk bersedia menerima pen-
dapat orang lain jika memang pendapat tersebut benar atau memiliki
manfaat yang luas.
22.bisa mengukur kemampuan dan keterbatasab diri sendiri, serta men-
genal kebutuhan diri sendiri untuk selalu memperbaharui pengetahuan
dan ketrampilannya dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas
pelayanan.selain itu, ahli gizi harus mampu melakukan prediksi kejadian
di masa yang akan datang.
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI (cont’d)

23.  Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk tidak


boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, termasuk menerima uang se-
lain imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan
sepengetahuan klien/masyarakat.
24. Tidak melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri dan
memaksa orang lain melanggar hukum.
25. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar mampu bekerja den-
gan baik.
26. Melayani masyarakat umumtanpa memandang keuntungan perseoran-
gan atau kebesaran seseorang.
27. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, boleh mencantumkan na-
manya untuk sertifikasi bagi institusi yang akan memberikan pelayanan
gizi, selama ahli gizi yang bersangkutan memang betul-betul memberikan
pelayanan gizi.
PENETAPAN PELANGGARAN
28. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk menun-
jukkan secara akurat kualifikasi dan kepercayaan profesionalismenya, den-
gan mengacu bahwa sertifikasi praktik pelayanan gizi tersebut asli dan
masih berlaku serta didapat melalui komisi registrasi yang ditunjuk oleh or-
ganisasi profesi. Bila ahli gizi tidak bisa menunjukkan seperti yang dimaksud
di atas, ahli gizi tersebut tidak diperbolehkan melakukan praktik profesinya
dan dicabut sertifikasinya
29. Ahli gizi dalam melakukan praktik profesi gizi dapat dicabut serti-
fikasinya jika:
  Terlibat dalam semua pelanggaran yang berdampak pada kegiatan prak-
tiknya
  Diputuskan oleh pengadilan terlibat dalam tindak pidana, atau secara
mental dinyatakan sudah tidak mampu.
 Mendapat gangguan emosi dan mental yang mempengaruhi praktik
pelayanannya, yang dapat membahayakan klien atau orang lain.
PENETAPAN PELANGGARAN (cont’d)
30. Ahli gizi dalam menjalankan praktik profesinya harus
mengikuti dan melengkapi semua persyaratan hukum dan
peraturan yang berkaitan dengan profesionalismenya, dan
menunjukkan sikap disiplin dalam kondisi sebagia berikut:
 Tidak terlibat tindakan kriminal menurut undang-undang yang berlaku.
  Mematuhi semua disiplin dan peraturan yang berlaku.
 Patuh pada semua aturan organisasi, hukum dan pemerintah

31. Ahli gizi berkewajiban untuk mendukung dan menun-


jukkan standar kualitas yang tinggi dalam menjalankan prak-
tik profesinya, dan tidak diperbolehkan melecehkan  tang-
gung jawabnya dalam melindungi klien, masyarakat dan pro-
fesinya dalam menerapkan kode etik, serta selalu mela-
porkan jika menemui hal-hal yang bertentangan dengan kode
etik melalui organisasi profesi.
KEPMENKES 26/2013 TTG PENYELENGGARAAN PEKER-
JAAN DAN PRAKTIK TENAGA GIZI

Pasal 3
Berdasarkan pendidikannya, Tenaga Gizi dikualifikasikan
sebagai berikut:
a. Tenaga Gizi lulusan Diploma Tiga Gizi sebagai Ahli
Madya Gizi;
b. Tenaga Gizi lulusan Diploma Empat Gizi sebagai Sarjana
Terapan Gizi;
c. Tenaga Gizi lulusan Sarjana sebagai Sarjana Gizi; dan
d. Tenaga Gizi lulusan pendidikan profesi sebagai Regis-
tered Dietisien.
PASAL 4
1. TECHNICAL REGISTERED DIETITIEN : DIPLOMA 3 GIZI + LU-
LUS UJI KOMPETENSI + TEREGISTRASI
2. NUTRISIONIS REGISTERED : SARJANA TERAPAN GIZI / SAR-
JANA GIZI + LULUS UJI KOMPETENSI + TEREGISTRASI
3. REGISTERED DIETITIEN : SARJANA TERAPAN GIZI / SAR-
JANA GIZI + PENDIDIKAN PROFESI + LULUS UJI KOMPE-
TENSI + TEREGISTRASI
Jika Ahli Gizi bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan

Memiliki STRGz (Surat Tanda Registrasi Tenaga Gizi)


dikeluarkan oleh MTKI

Mengurus SIPTGz untuk RD dan SIKTGz utk TRD & Nutrisionis


dikeluarkan oleh Pemda
Pasal 17
Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi di Fasili-
tas Pelayanan Kesehatan, mempunyai kewenangan sebagai
berikut:
a. memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi, dan dietetik;
b. pengkajian gizi, diagnosis gizi, dan intervensi gizi meliputi peren-
canaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi serta for-
tifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro, pemantauan dan
evaluasi gizi, merujuk kasus gizi, dan dokumentasi pelayanan gizi;
c. pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan
gizi; dan
d. melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau
kelompok orang dalam jumlah besar.
Pasal 18

(1) Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien dalam melak-


sanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
huruf a hanya terbatas pada:
a. pemberian Pelayanan Gizi untuk orang sehat dan dalam kondisi tertentu yaitu ibu
hamil, ibu menyusui, bayi, anak, dewasa, dan lanjut usia; dan
b. pemberian Pelayanan Gizi untuk orang sakit tanpa komplikasi.

(2) Dalam melaksanakan Pelayanan Gizi sebagaimana dimak-


sud pada ayat (1), Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien
berada dalam bimbingan Tenaga Gizi Registered Dietisien.
(3) Tenaga Gizi Nutrisionis Registered dalam melaksanakan
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 sesuai
dengan standar profesi.
Pasal 18 (cont’d)

(4) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


17, Tenaga Gizi Registered Dietisien dalam melaksanakan
Pelayanan Gizi juga memiliki kewenangan yang meliputi:
a.menerima klien/pasien secara langsung atau menerima
preskripsi diet dari dokter;
b.menangani kasus komplikasi dan non komplikasi;
c.memberi masukan kepada dokter yang merujuk bila
preskripsi diet tidak sesuai dengan kondisi klien/pasien;
dan/atau
d.merujuk pasien dengan kasus sulit/critical ill dalam hal
preskripsi diet ke dokter spesialis yang berkompeten.
DISKUSI KELOMPOK
KASUS 1
Ny Rahmini datang berkonsultasi kepada dokter di RS Budi
Asih. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium
ternyata Ny Rahmini menderita penyakit DM karena faktor
risiko obesitas. Ny Rahmini mempunyai BB 69 kg, TB 155 cm.
Dokter kemudian merujuk Ny Rahmini kepada ahli gizi untuk
berkonsultasi tentang dietnya dan dokter memberikan diet
Diet Djantung 3. Tenaga gizi kemudian melakukan anamnesa
dan pengkajian, kasus ternyata dapat di simpulkan bahwa Ny
Rahmini lebih tepat diberikan Diet Djantung 4.
a. Bagaimana sikap dan tindakan saudara dengan adanya
masalah tersebut?
b. Sebutkan kompetensi-kompetensi sarjana gizi yang sesuai
untuk kasus di atas.
KASUS 2
Di rumah sakit A system pembelian bahan makanannya adalah sys-
tem lelang dan menggunakan spesifikasi bahan makanan yang telah
disepakati antara pihak rumah sakit dan rekanan bahan makanan.
Pada hari senin kemarin saudara sebagai tenaga gizi yang bekerja di
bagian penerimaan bahan makanan menemukan tomat dan ayam
yang tidak sesuai dengan spesifikasinya. Tomat ada yang berwarna
hijau dan kecil-kecil yang seharusnya berwarna merah dan isinya 12-
13 buah/kg sedangkan berat ayam 0,7 kg/ekor,yang seharusnya be-
rat ayam tersebut 1 (satu) kg/ekor
a.  Bagaimana sikap dan tindakan saudara dengan adanya kasus
tomat dan ayam tersebut?
b.  Sebutkan kompetensi-kompetensi sarjana gizi yang sesuai untuk
kasus di atas.
Kasus 3
 Rudi usia 3 tahun 4 bulan selalu dibawa setiap bulan oleh
ibunya ke Posyandu SAYANG ANAK untuk ditimbang berat
badannya. Pada bulan September 2012 berat badan Rudi be-
rada di pita warna hijau , sedangkan pada penimbangan bu-
lan oktober  2012 berat badan Rudi tiba-tiba turun dan be-
rada dipita warna merah. Penimbangan berat badan balita di-
lakukan oleh kader Posyandu. Posyandu SAYANG ANAK berada
di wilayah kerja puskesmas X tempat saudara bekerja sebagai
tenaga gizi
a. Bagaimana sikap dan tindakan saudara terhadap kasus Rudi di
atas ?
b. Sebutkan kompetensi-kompetensi sarjana gizi yang sesuai un-
tuk kasus tersebut.
Tugas Mandiri

 Mencari dan merangkum literatur (ayat/hadits/majelis tarjih pp


muhammadiyah) dan peran dan fungsi profesi gizi, isu, serta
masalah etik profesi gizi di lapangan

Anda mungkin juga menyukai