ETIKA PROFESI
TENTANG
HAK TEMAN SEJAWAT
OLEH : SAIFULLAH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu
mencapai kompetensi yang di harapkan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Saifullah
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................2
D. Manfaat................................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Kode Etik Profesi Gizi.....................................................................................................3
B. Pengertian Hak dan Kewajiban....................................................................................8
B. Contoh Di Lingkungan Dan Kehidupan Sehari – Hari.........................................9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ahli gizi atau dietitian adalah seorang profesional medis yang mengkhususkan
diri dalam dietetika, yaitu studi tentang gizi dan penggunaan diet khusus untuk
mencegah dan mengobati penyakit. Menurut Keputusan Menteri Kesehatn Republik
Indonesia Nomor 374/MENKES/SK/III/2007, dikatakan bahwa ahli gizi adalah
seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik dalam bidang
gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh untuk melakukan kegiatan funsional dalam bidang pelayanan gizi,
makanan dan dietetik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit.
Ahli gizi dapat berperan sebagai pemilik, konsultan ataupun sebagai karyawan
usaha jasa boga. Sebagai karyawan usaha jasa boga, seorang ahli gizi mempunyai
kemampuan untuk menjadi pengelola dari kegiatan harian usaha jasa boga, seperti di
bidang perencanaan, pengadaan, pruduksi, distribusi ataupun dibidang pengawasan
mutu. Selain itu, ahli gizi juga berperan dalam memberi konsultasi dan penyuluhan
tentang pola makan yang baik dalam rangka mencegah ataupun dalam proses
penyembuhan penyakit–penyakit degeneratif. Ahli gizi dapat pula bekerja di rumah
sakit sebagai dietisien. Ahli gizi juga dapat bekerja di bidang kewartawanan pangan
dan gizi dimana mereka dapat mempublikasikan artikel ilmiah maupun tips mengenai
gizi yang baik. Pengalaman, pengetahuan, dan ketrampilan lulusan Akademi Gizi akan
mampu memberikan penerangan kepada calon konsumen mengenai suplemen.
Disamping itu, banyak sektor swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
menyelenggarakan program gizi selaras dengan program yang diluncurkan oleh
Departemen Kesehatan. Pengetahuan dan keterampilan ahli gizi sangat dicari untuk
mengoperasikan program tersebut, baik sebagai pencari/pengolah data,
konsultan/penyuluh ataupun tenaga pelaksana.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang Etika Profesi Nutrition?
2. Bagaimana Etika Nutrition/Ahli Gizi Terhadap Teman Sejawat?
1
C. Tujuan
Mengetahui pengertian, dan memahami Etika profesi tentang Ahli gizi dan etika ahli
gizi pada teman sejawat
D. Manfaat
1. Dapat menjadi salah satu literatur yang membahas tentang Etika Profesi
2. Menjadi media pembelajaran bagi mata kuliah Jurusan Gizi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
praktek profesinya. Kode etik ini berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini
oleh sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga profesi gizi.
1. KEWAJIBAN UMUM AHLI GIZI
a. Ahli Gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan
dalam meningkatkan. kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
b. Ahli Gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan
menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri
sendiri
c. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut standar
profesi yang telah ditetapkan.
d. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus
dan adil.
e. Ahli Gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan,
informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif
tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang
benar.
f. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya
sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain atau membuat rujukan bila
diperlukan.
g. Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat
dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat yang sebenarnya.
h. Ahli Gizi dalam berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan
maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-
baiknya
i. Ahli gizi berkewajiban membantu pemerintah dalam melaksanakan upaya-
upaya perbaikan gizi masyarakat. Gizi merupakan salah satu unsur kesehatan
artinya orang yang kekurangan atau kelebihan gizi akan mengganggu kesehatan
yang merupakan salah satu ukuran dari kesejahteraan.
4
b. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat
yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam
pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila
diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
c. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama,
ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
d. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat,
dan akurat.
e. Ahli Gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan
jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri
berdasarkan informasi tersebut.
f. Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam
memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk
kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.
g. Menjaga kerahasiaan. Seorang ahli gizi baru diambil sumpah untuk tidak
mengungkap rahasia klien, baik kepada teman maupun keluarga pasien. Hal-
hal yang sangat penting dapat diungkapkan langsung kepada klien.
h. Mengakui adanya keterbatasan kita sendiri Meskipun kita adalah tenaga
profesi, namun harus diakui pula keterbatasan kita. Kalau memang tidak tahu,
maka sebaiknya kita mengakui keterbatasan itu.
i. Mencari konsultasi. Konsultasi adalah bersifat sangat pribadi, senantiasa
tingkatkan pengetahuan dan keterampilan melakukan konsultasi.
j. Melayani klien sebagaimana anda ingin dilayani. Setiap orang berhak dilayani
dengan penuh respek, keramahan, dan kesejajaran.
k. Memperhatikan perbedaan individual dan kebudayan. Misalnya suatu diet tidak
begitu saja dapat diberlakukan umum semata-mata karena diagnosanya sama.
Untuk itu seorang ahli gizi perlu mempelajari budaya klien dan kebiasaan yang
selama ini dianut oleh klien.
5
b. Ahli Gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga
dapat mencegah masalah gizi di masyarakat.
c. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi masyarakat untuk
mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.
d. Ahli Gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan
aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang
baik. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat.
e. Ahli Gizi berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan,
dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi
tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.
f. Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah
interpretasi atau menyesatkan masyarakat
g. Dalam masyarakat ahli gizi berkewajiban untuk memberikan bimbingan
terhadap masyarakat dalam upaya-upaya mengatasi masalah gizi dan
kesehatan.
6
c. Ahli Gizi harus menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan
berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati
dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.
d. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan
yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan
klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
e. Ahli Gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan
memaksa orang lain untuk melawan hukum.
f. Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat
bekerja dengan baik.
g. Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang
keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.
h. Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan
organisasi profesi.
i. Bertens membagi dua tipe etika yaitu etika kewajiban dan etika keutamaan.
Yang pertama mempelajari prinsip-prinsip dan aturan-aturan moral perbuatan
secara spesifik seseorang. Etika ini menunjukkan norma dan prinsip mana yang
perlu dikembangkan dalam hidup. Tipe teori kedua yaitu etika keutamaan tidak
terlalu menekankan perilaku spesifik, tetapi lebih memusatkan kepada manusia
secara utuh. Etika ini mendalami keutamaan, atas sifat dan watak manusia.
Dengan demikian etika keutamaan tidak mendalami apakah perilaku itu baik
atau buruk. Secara ringkas etika keutamaan menjawab pertanyaan : jenis
manusia apakah saya ini?; sedangkan etika kewajiban menjawab pertanyaan :
apa yang seharusnya saya kerjakan?
j. Seorang tenaga profesi hendaknya juga memiliki integritas yang tinggi.
Integritas mempunyai makna yang kuat. Meliputi komitmen dengan profesi,
komitmen dengan organisasi, tulus dan jujur dalam bertindak. Tidak memiliki
integritas berarti terjadi disintegritas. Integritas berarti pula tunduk kepada kode
etik profesi, tunduk kepada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
organisasi profesi. Disamping itu seorang professional harus memiliki empati
yang tinggi, sopan kepada klien, sopan kepada mitra organisasi, sopan kepada
anggota organisasi lain dan meningkatkan pelayanan kepada klien.
k. Pelanggaran terhadap ketentuan kode etik ini diatur tersendiri dalam Majelis
Kode Etik Persatuan Ahli Gizi Indonesia. Kode etik Ahli Gizi ini dibuat atas
prinsip bahwa organisasi profesi bertanggung jawab terhadap kiprah
anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya.
7
l. Kode etik ini berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini oleh sidang
tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga profesi gizi.
8
h. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun
lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-
baiknya.
9
5. Mau memberikan motivasi
Perjalanan hidup seseorang tidak selamanya berjalan mulus, artinya ada kalanya ia
mengalami masalah, seperti patah semangat atau putus asa dan lain sebagainya,
sehingga ia kehilangan semangat, malas, tidak bergairah. Bila kita mempunyai
teman yang mengalami demikian itu, maka sebagai teman yang baik tentunya akan
memberikan motivasi (dorongan), sehingga teman kita tadi tumbuh kembali rasa
percaya dirinya. Oleh karena itu dalam membina hubungan yang baik, sebaiknya
kita harus pandai-pandai memberikan motivasi, khususnya terhadap teman yang
sedang mengalami suatu masalah.
6. Tidak bercanda keterlaluan.
Kalau kita bersenda gurau hal hal yang kecil mugkin tidak masalah, tetapi kalau
sudah diluar batas, maka hubungan itu bisa langsung retak.
7. Hal yang dapat menjaga persabahatan adalah menjadi pendengar baik dan saling
menghormati satu sama lain.
Hormati saran teman dan dengarkan apa yang sahabat ungkapkan, ambil sisi
positifnya sebagai kritik yang membangun. Kepribadian yang berbeda antara kita
dan sahabat, akan dapat menjadi pelengkap satu sama lain. Tetapi bukan berarti kita
harus menceritakan segala hal kepada sahabat.
8. Jangan pernah mengkhianati kepercayaan sahabat kita.
Percayalah, ketika kita mengkhianati sebuah persahabatan, maka tidak akan
mendapatkan sahabat terbaik lagi. Beri dukungan ketika sahabat kita sukses dan
selalu mengagumi prestasinya. Ketika ada konflik di antara persahabatan dapat
diselesaikan dengan saling terbuka satu sama lain. Memaafkan memang tidak
gampang, tapi memaklumi bahwa setiap orang dapat membuat suatu kesalahan dan
demi kebaikan dan menjaga persahabatan agar tetap utuh.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak dan kewajiban ahli gizi dan sanitarian tidak di atur khusus dalam suatu
peraturan. Secara umum kewenangan tenaga kerja diatur dalam UU.no 36 tahun 2009
pasal 22 yaitu tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dimaksud sesuai bidang keahlian yang dimiliki.
Ahli gizi pada teman sejawat harus bersam melakukan promosi gizi, memelihara dan
meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, memelihara hubungan
persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi atau disiplin ilmu/professional
yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan serta selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan
terbaru kepada sesame profesi dan mtra kerja.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik
dari isi dan cara penulisan. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila
pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran
juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan
makalah kami. Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah yang kami susun tersebut. Kami selaku penulis
banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang tentunya
membangun kepada kami, demi mencapainya kesempurnaan dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan pada khususnya seluruh pembaca
makalah ini. semangat pada kami dalam menyelesaikan makalah ini dan bermanfaat
bagi kita semua.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/birosmsFAunbrah/hak-serta-kewajiban
https://www.academia.edu/20206397/Kode_Etik_Ahli_Gizi
https://www.scribd.com/presentation/410226008/PPT-Hak-terhadap-sejawat-pptx
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Etika-Profesi_SC.pdf
https://www.scribd.com/doc/70467349/Etika-Terhadap-Teman-Sejawat-khalik
12