DISUSUN OEH :
Kelompok 2
Elsa Monika Purba (P010312118015)
Grace Isabella Tobing (P010312118020)
Nurhalima Suharti (P010312118035)
Riski Putri Tarigan (P010312118041)
Thebora Ocristianty Simanjuntak (P010312118048)
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Etika Profesi ini tentang Kode Etik Profesi Gizi,
Organisasi Profesi Gizi dan Kompetensi Ahli Gizi.
Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pengawasan Mutu
Makanan. Adapun makalah ini saya buat agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Kode
Etik Profesi Gizi, Organisasi Profesi Gizi dan Kompetensi Ahli Gizi”. Makalah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapakan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Namun terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik pembaca yang membangun untuk
penyempurnan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang............................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
3. Tujuan Penulisan......................................................................................................... 2
BAB II ISI
1. Kode etik profesi gizi di Indonesia........................................................................... 3
2. Organisasi profesi gizi..…………………………………………………………… 7
3. Kompetensi ahli gizi………………………………................................................. 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan…................................................................................................ …….. 12
.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
llmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara
makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dampak globalisasi menuntut tenaga gizi yang handal dan profesional serta
tanggap dalam mengantisipasi perkembangan masalah gizi baik nasional maupun internasional.
Oleh karena itu diperlukan pengembangan sumberdaya manusia sebagai ahli gizi professional di
Indonesia yang berkesinambungan dan mempunyai daya saing internasional.
Kode etik adalah aturan tertulis yang harus dipatuhi oleh profesi yang terkait. Sedangkan
ahli gizi adalah seseorang yang memiliki kehalian khusus dalam bidang makanan yang dikaitkan
dengan kesehatan. Oleh karena itu kode etik ahli gizi adalah peraturan yang harus dilakukan ahli
gizi dalam berinteraksi dengan orang lain baik itu klien maupun teman seprofesi. Disetiap negara
mempunyai kode etik ahli gizi yang berbeda-beda. Hal tersebut mengacu pada keadaan negara
tersebut dan tujuan dari ahli gizi negara tersebut dalam menyelesaikan masalah gizinya. Sebagai
calon ahli gizi, seseorang perlu memahami kode etik ahli gizi dari Indonesia agar bisa mulai
membiasakan sikap ahli gizi pada dirinya. Kode etik dari negara lain dapat dijadikan sebagai
referensi agar bisa memajukan ahli gizi di Indonesia.
Peran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian merupakan salah satu
kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi, seperti yang tertulis didalam kepmenkes nomer
347 tahun 2007, maka seorang ahli gizi harus selalu melakukan penelitian-penelitian gizi guna
untuk meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu yang baru untuk kepentingan
bersama, dan melalui penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan status gizi pada
masyarakat, serta memecahkan masalah gizi di masyarakat.
Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib melakukannya sesuai kewajiban yang
meliputi kewajiban umum, kewajiban terhadap klien, kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban
terhadap teman seprofesi dan mitra kerja serta kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri. Kode
etik ahli gizi ini dibuat atas prinsip bahwa organisasi profesi bertanggung jawab terhadap kiprah
anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya. Kode etik ini berlaku setelah hari dari
disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang
dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga profesi gizi.
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan Penulisan
Kode etik adalah aturan tertulis yang harus dipatuhi oleh profesi yang terkait. Sedangkan
ahli gizi adalah seseorang yang memiliki kehalian khusus dalam bidang makanan yang dikaitkan
dengan kesehatan. Oleh karena itu kode etik ahli gizi adalah peraturan yang harus dilakukan ahli
gizi dalam berinteraksi dengan orang lain baik itu klien maupun teman seprofesi. Disetiap negara
mempunyai kode etik ahli gizi yang berbeda-beda. Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi
mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan,
kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi,
pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam menjalankan
profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan
perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta
etik profesinya (Persagi, 2010).
A. Kewajiban Umum
1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan
kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi
luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam
menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan dapat
menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak lain
atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban
senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
Profesi Gizi mengabdikan diri dalam upaya kesejahteraan dan kecerdasan bangsa, upaya
perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu dan teknologi gizi serta ilmu-ilmu yang
berkaitan dan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat. Sebagai tenaga gizi profesional,
seorang ahli gizi dan ahli madya gizi harus melakukan tugas-tugasnya atas dasar :
1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab penuh akan kewajiban terhadap bangsa dan negara.
2. Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam upaya
mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
3. Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi tercapainya masyarakat adil,
makmur dan sehat sentosa.
Untuk itu, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi dalam melakukan tugasnya perlu
senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji
yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesi,
baik dalam hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi maupun dengan
diri sendiri. Dengan melihat cakupan dan kode etik tersebut, disimpulkan bahwa profesi gizi
berperan dalam kebijakan sistem pelayanan kesehatan, mendidik dan mengintervensi individu,
kelompok, masyarakat serta meneliti dan mengembangkan demi menjaga mutu pelayanan. Oleh
karena itu, perlu disusun standar kompetensi ahli gizi dan ahli madya gizi Indonesia yang
dilandasi dengan peran-peran ahli gizi dan ahli madya gizi sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, penyelia, pemasar, anggota tim dan pelaku praktek kegizian yang bekerja secara
profesional dan etis.
Menurut Max Weber organisasi adalah suatu kerangka terstruktur yang di dalamnya
berisikan wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja untuk menjalankan masing-masing
fungsi tertentu. Daniel Bell menyatakan bahwa profesi adalah setiap aktivitas intelektual yang
dipelajari (termasuk pelatihan), yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan
memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada
keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan, ketrampilan, teknis, dan moral
serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat. I Dewa Nyoman
Supariasa, dkk, mengatakan bahwa gizi adalah suatu proses organisme yang menggunakan
makanan yang dimakan atau dikonsumsi secara normal melalui tahapan proses degesti, absorpsi,
dan transportasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa organisasi profesi gizi merupakan
kumpulan tenaga profesional gizi yang memiliki tanggung jawab dan peran tertentu yang sudah
memiliki tanda bukti dari Kementrian Kesehatan yang bertujuan untuk memperbaiki gizi
masyarakat Indonesia.
2. PERGIZI PANGAN
PERGIZI PANGAN Indonesia (Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia) adalah
suatu organisasipara pakar gizi dan pangan yang didirikan
pada tanggal 19 Agustus 1973 dan bertujuan untuk
mewujudkan komunikasi yang baik dan kerjasama yang
sinergi dan harmpnis dalam berbagai kegiatan
pengembangan dan penerepan IPTEKS gizi dan pangan;
dan turut membantu usaha pemerintah, swasta dan
masyarakat dalam perbaikan pangan dan gizi masyarakat. Saat ini ketua Umum
PERGIZI PANGAN Indonesia adalah Prof. Dr. Hardinsyah, MSc dengan Sekjen Prof.
Dr. Made Astatawan, MSc.
ICDA adalah organisasi nasional Ahli Gizi dan pangan. Dengan anggota asosiasi
dietetika nasional di sekitar 50 negara, ICDA secara luas
diakui sebagai organisasi internasional untuk para
profeisonal diet. Asosiasi nasional mewaliki lebih dari
200.000 ahli gizi-ahli gizi di seluruh dunia.
4. DAA-Australia
DAA (Dietitians Australia) merupakan organisasi bagi
para profesional gizi, mewakili lebih dari 7.000 anggota
di seluruh Australia dan luar negeri. DAA dan
anggotanya meneliti dan memberikan informasi
berbasis bukti tentang makanan dan gizi secara lokal, nasional dan internasional
berdasarkan pada ilmu pengetahuan terbaru dan dirancang untuk setiap orang.
Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada yaitu ahli gizi
dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang berbeda.
Standar Kompetensi Ahli Gizi adalah standar kemampuan yang menjamin bahwa ahli gizi dan
ahli madya gizi dapat menyelenggarakan praktek pelayanan gizi dalam masyarakat. Secara
umum tujuan disusunnya standar kompetensi ahli gizi adalah sebagai landasan pengembangan
profesi yang Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegah tumpang tindih kewenangan
berbagai profesi terkait dengan gizi. Adapun tujuan secara khusus adalah sebagai acuan bagi
kurikulum pendidikan gizi di Indonesia dalam rangka menjada mutu Ahli Gizi, menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu maupun kelompok dan
mencegah timbulnya mal-praktek gizi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kode etik adalah aturan tertulis yang harus dipatuhi oleh profesi yang terkait. Sedangkan
ahli gizi adalah seseorang yang memiliki kehalian khusus dalam bidang makanan yang dikaitkan
dengan kesehatan. Oleh karena itu kode etik ahli gizi adalah peraturan yang harus dilakukan ahli
gizi dalam berinteraksi dengan orang lain baik itu klien maupun teman seprofesi. Disetiap negara
mempunyai kode etik ahli gizi yang berbeda-beda. Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib
melakukannya sesuai kewajiban yang meliputi kewajiban umum, kewajiban terhadap klien,
kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban terhadap teman seprofesi dan mitra kerja serta
kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri. Kode etik ahli gizi ini dibuat atas prinsip bahwa
organisasi profesi bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktek
profesinya.
Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah mengikuti
pendidikan profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus setelah mengikuti ujian
kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk mengurus ijin memberikan pelayanan
dan menyelenggarakan praktek gizi. RD bertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan
diagnosa gizi, menentukan dan mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian melakukan
visite berkala untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien. Secara umum,
paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai dietisien, sebagai konselor gizi,
dan sebagai penyuluh gizi. Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau
seseorang yang sudah mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan
manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Persagi. 2010. Standar Profesi Gizi. http://persagi.org (Diakses pada tanggal 1 September 2020).
https://www.google.com/amp/s/docplayer.info/amp/47099278-A-profesi-profesionalisme-ruang-
lingkup-kerja-ahli-gizi-b-organisasi-profesi-gizi-dr-nurul-muslihah-m-kes.html ((Diakses pada
tanggal 1 September 2020).