Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ETIKA PROFESI

“PRINSIP ETIKA PROFESI TERHADAP KLIEN


DALAM PELAYANAN GIZI”

Oleh :

Kelompok 5
Ketua : Sisi Ulandari 171341123
Sekretaris : Authenti 171341102
Anggota :
1. Anugrah Falendy 171341101
2. Irawati 171341110
3. Tiya Anggraini 171341122

JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul “Prinsip Etika Profesi Terhadap Klien Dalam Pelayanan Gizi” ini dengan
lancar.
Penyusunan dan penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Etika
Profesi. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang terlibat
khususnya dosen pembimbing, yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih baik.
Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis
sendiri.

Pangkalpinang, 29 Oktober 2019

Penyusun.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………. …………………………………………………. ii


DAFTAR ISI …………..……………………………………………………..… iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………...…. 1
1.1. Latar Belakang ………………..……………………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 1
1.3. Tujuan Makalah ………..………………………………………………. 2
1.4. Manfaat Makalah ………..…………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ………. ……………………………………………... 3
2.1.Kode Etik Ahli Gizi.................................................................................. 3
2.2. Pelaksanaan Pelayanan Gizi sesuai Prinsip Etika …………….........….. 5
2.3. Prinsip-Prinsip Moral Selama Berhubungan dengan Klien dan Pasien... 7
2.4. Prinsip-Prinsip Berpenampilan sesuai saat Berhadapan dengan Klien ... 13
BAB III PENUTUP …………………………………………………………….. 15
3.1. Kesimpulan ……….…………………………………………………… 15
3.2. Saran ………………..…………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA ……….………………………………………………….. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada
berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi
merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas SDM di suatu negara. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi
yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya
perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang
karena suatu hal mereka harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya
rumah sakit (Depkes RI, 2005).
Kerja merupakan kekhasan bagi manusia. Melalui kerja manusia
mengekspresikan dirinya, sehingga melalui kerja orang bisa lebih dikenal
siapa dia sebenarnya. Oleh karena itu, kerja bagi kita bukan hanya sekedar
untuk mendapat upah atau gaji, jabatan atau kekuasaan, dan berbagai maksud-
maksud lainnya. Dalam dan melalui kerja manusia mengungkapkan dirinya
lebih otentik sebagai manusia yang disiplin, bertanggung jawab, jujur, tekun,
pantang menyerah, punya visi, dan sebagainya; atau sebaliknya, tidak disiplin,
tidak bisa dipercaya, tidak dapat diandalkan, tidak bertanggung jawab, dan
sebagainya. Dunia kerja merupakan sarana bagi perwujudan dan sekaligus
pelatihan diri untuk menjadi semakin baik.(Kazanah, 2013)
Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu lebih mendalami
topik-topik yang berkaitan dengan peningkatan kualitas diri pribadi sebagai
seorang pekerja maupun sebagai sebagai seorang profesional. Terutama lebih
ditekankan untuk menghayati prinsip-prinsip ethos kerja, menggunakan atau
mengelola waku dengan baik dan efisien, melaksanakan kewajiban-kewajiban
pokok sebagai karyawan maupun majikan, menghayati budaya organisasi atau
perusahaan, meningkatkan mutu pelayanan di tempat kerja, dan meningkatkan
profesionalitas kerja sebagai jawaban atas berbagai perubahan yang ada di

1
masyarakat, yang telah membawa dampak pada tingginya tuntutan dalam
dunia kerja atau profesi.
Gizi sebagai modal dasar dan investasi, berperan penting memutus
‘lingkaran setan ‘ kemiskinan dan kurang gizi, sebagai upaya peningkatan
kualitas sumberdaya manusia (SDM). Beberapa da,apk buruk kurang gizi :
Rendahnya produktivitas kerja, kehilangan kesempatan sekolah, dan
kehilangan sumberdaya karena biaya kesehatan yang tinggi. Upaya
peningkaan SDM diatur dalam UUD 1945 pasal 28 H ayat (1), yang
menyatakan bahwa setiap individu berhak hidup sejahtera, dan pelayanan
kesehatan adalah salah satu hak asasi manusia (Bappenas, 2011).
Rumah sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran
penting dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan bagian
integral dari upaya penyembuhan penyakit pasien (Aritonang, 2012). Mutu
pelayanan gizi yang baik akan mempengaruhi indikator mutu pelayanan
rumah sakit, yaitu meningkatkan kesembuhan pasien, memperpendek lama
rawat inap, serta menurunkan biaya (Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar,
2007).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelayanan gizi sesuai etika profesi ?
2. Apa Prinsip-Prinsip Moral Selama Berhubungan dengan Klien dan
Pasien?
3. Apa Prinsip-Prinsip Berpenampilan sesuai saat Berhadapan dengan
Klien ?

2
1.3. Tujuan Makalah
1. Melaksanakan Pelayanan Gizi sesuai Prinsip Etika
2. Menjelaskan Prinsip-Prinsip Moral Selama Berhubungan dengan Klien
dan Pasien
3. Menjelaskan Prinsip-Prinsip Berpenampilan sesuai saat Berhadapan
dengan Klien

1.4. Manfaat Makalah


1. Mampu Melaksanakan Pelayanan Gizi sesuai Prinsip Etika
2. Mengetahui Prinsip-Prinsip Moral Selama Berhubungan dengan Klien
dan Pasien
3. Mengetahui Prinsip-Prinsip Berpenampilan sesuai saat Berhadapan
dengan Klien

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KODE ETIK AHLI GIZI


Standar Profesi Nutrisionis adalah suatu pekerjaan dibidang gizi yang
dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan berjenjang, memiliki kode etik,
dan bersifat melayani masyarakat.
Etika Profesi terdiri dari dua kata yaitu etika yang berarti usaha untuk
mengerti tata aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku
manusia, dan kata profesi yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan) tertentu (Nasihah, 2010).
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya
memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi,
pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi
dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh
falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etika
profesinya (Pesagi, 2010)
Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib melakukannya sesuai
kewajiaban yang meliputi kewajiban umum, kewajiban terhadap klien,
kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban terhadap teman seprofesi dan mitra
kerja, kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri.
Kode etik Ahli Gizi ini dibuat atas prinsip bahwa organisasi profesi
bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktek
profesinya. Kode etik ini berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini
oleh sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga profesi gizi.

4
1 Kewajiban Terhadap Klien
a. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup
institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum.
b. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik
pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan
juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk
keperluan kesaksian hukum.
c. Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai
kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal
suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak
menunjukkan pelecehan seksual.
d. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
e. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga
memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri
berdasarkan informasi tersebut.
f. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan
berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi
lain yang mempunyai keahlian.

2.2 PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI SESUAI PRINSIP ETIKA


Tenaga gizi yang memiliki SIKTGz dapat melakukan pelayanan gizi di
fasilitas pelayanan kesehatan berupa:
1. Puskesmas
2. Klinik
3. Rumah sakit
4. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
Tenaga gizi yang memiliki SIPKTGz dapat melakukan praktik pelayanan
gizi secara mandiri. Tenaga gizi yang akan memberikan pelayanan gizi secara
mandiri harus memiliki peralatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan
konseling gizi dan pelayanan gizi di berbagai fasilitas.
a. Kewenangan tenaga gizi

5
Tenaga gizi dalam melaksanakan pelayanan gizi di fasilitas
pelayanan kesehatan, mempunyai kewenangan sebagai berikut:
1) Memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi, dan dietetik
2) Pengkajian gizi, diagnosis gizi, dan intervensi gizi meliputi
perencanaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi
serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro,
pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi, dan dokumentasi
pelayanan gizi
3) Pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan gizi
4) Melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau
kelompok orang dalam jumlah besar

b. Hak tenaga gizi


Dalam melaksanakan pelayanan gizi, tenaga gizi mempunyai hak:
1) Memperoleh perlindungan hukum selama menjalankan pekerjaannya
sesuai standar profesi tenaga gizi
2) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien/klien atau
keluarganya
3) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kompetensi
4) Menerima imbalan jasa profesi
5) Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan

c. Kewajiban tenaga gizi


Dalam melaksanakan pelayanan gizi, tenaga gizi mempunyai
kewajiban:
1) Menghormati hak pasien/klien
2) Memberikan informasi tentang masalah gizi pasien/klien dan
pelayanan yang dibutuhkan dalam lingkup tindakan pelayanan gizi
3) Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani
4) Menyimpan rahasia pasien/klien sesuai dengan ketentuan peraturan
perundag-undangan
5) Mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional
prosedur.

6
2.3 PRINSIP-PRINSIP MORAL SELAMA BERHUBUNGAN DENGAN
KLIEN DAN PASIEN
a. Fungsi Etika dalam Penampilan Diri
Penampilan diri mencerminkan lingkungan atau tempat ia
berkerja, sehingga penampilan seseorang harus dapat disukai oleh orang
lain. Penampilan seseorang mencerminkan kepribadian yag baik dan
memberikan kesan positif. Penampilan seseorang selaras dengan nilai-
nilai keindahan dan tata krama yang berlaku dalam kehidupan seluruh
lapisan masyarakat.

b. Prinsip-prinsip Etika dalam Penampilan Diri


1) Sikap atau pembawaan :
a) Sikap yang baik akan menimbulkan kesan yang baik pula.Dalam
hal ini, penampilan fisik seseorang memegang peranan penting:
b) Cara berjalan, cara berbicara, cara makan, cara duduk, cara berdiri.
2) Ekspresi wajah dan bahasa tubuh :
a) Hal yang terkait dengan bahasa tubuh seperti cara memandang,
yaitu pandangan mata saat melihat atau berbicara dengan lawan
bicara.
b) Sikap tubuh, meliputi sikap kepala (tegak), sikap wajah (alis mata,
bibir).
c) Senyuman
Senyum memberikan daya tarik yg cukup hebat. Senyum
mampu menawan setiap hati yang memandang. Biasanya apabila
kita senyum pada orang, orang akan tersenyum kembali kepada
kita. Seseorang akan merasa dihargai apabila kita tersenyum
kepadanya, sekaligus akan memberikan tanggapan baik kepada
kita.

c. Penampilan diri yang perlu di perhatikan.


Penampilan tubuh
1) Bau Badan
Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari bau badan:
a) menghindari makanan yang bebau tajam.

7
b) makan teratur dengan memperbanyak sayuran dan buah-
buahan.
2) Bau Mulut
Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari bau mulut :
a) Menjaga kebersihan gigi.
b) Menghindari penyakit lambung.
c) Menjauhi makanan yang berbau merangsang.
3) Kebersihan Kuku
Usahakan agar panjang kuku sama dan ujungnya tidak kuning
bahkan hitam, Usahakan rutin memotong kuku bila telah tubuh
sedikit panjang.
4) Tata rambut
Gaya atau tata rambut disesuaikan dengan bentuk muka,
Potongan rambut yang pendek biasanya lebih terlihat rapi
daripada gondrong atau gimbal.
5) Kesehatan
Kesehatan merupakan hal penting agar memberikan
penampilan yang segar dan prima. Kesehatan harus dijaga dengan
cara :
a) Makan dan tidur dengan teratur
b) Jangan terlalu tegang dan lelah
c) Olahraga yang teratur disesuaikan dengan kondisi tubuh
d) Pandangan hidup yang optimistis
Penampilan luar tubuh
1) Tata rias
Riasan disesuaikan dengan bentuk wajah serta tidak berlebihan
serta disesuaikan dengan suasana dan tempat kita berada.
2) Tata busana
Busana sendiri menyesuaikan dengan kepribadian dan
kenyamaan masing-masing pengggunanya serta kesesuan busana
dengan acara atau suasana lingkungan yang ada. Sebagai orang
timur yang memiliki budaya lebih sopan santun terutama bagi

8
kaum perempuan lebih cenderung berpakaian yang tertutup serta
tidak memperlihatkan lekung tubuhnya.
Dalam etika penampilan seseorang dapat memberikan kesan
yang baik atau sebaliknya. Penampilan yang menarik dan memikat
merupakan modal untuk dapat meraih sukses dalam kehidupan.
Penampilan yang menarik dan memikat dapat diperoleh dangan
cara :
1) Memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri
2) Memahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan
kekurangan
3) Menjauhkan diri dari rasa minder dan rendah diri
4) Bersikap wajar, tidak “over atau under confidence
Dan dalam etika berpenampilan pun kita harus mengenal
karakteristik tubuh kita, berikut ini saya mencontohkan beberapa hal
dalam etika berpakain. Bagi yang bertubuh kurus :
1) Hindari pakaian yang ketat
2) Diutamakan bahan yang halus dan melayang
3) Warna terang lebih dianjurkan
4) Gunakan motif garis horizontal
5) Bagi yang bertubuh besar:
6) Hindari busana motif horizontal
7) Hindari ornamen busana dan asesori berlebihan
8) Warna kulit terang akan lebih menarik mempergunakan busana
yang berwarna gelap
Bagi wanita, perpaduan motif dan warna busana baik kebaya/ blus,
kain panjang / rok dan selendang / pasmina disesuaikan. Busana
bermotif dipadu dengan setelan senada.
Bagi pria, warna kemeja diusahakan serasi dengan warna jas dan
dasi. Kemeja motif kotak-kotak tidak disarankan dipadu dengan jas
pada acara resmi. Pemakaian dasi disesuaikan dengan warna kemeja
daripada warna jasnya. Pada setelan jas maupun kemeja berdasi

9
disarankan tidak menyelipkan pin atau benda lain yang membuat saku
menggelembung (kacamata, handphone dll). Pada pemakaian dasi
pangkalnya harus berakhir pada gesper ikat pinggang yang dipakai.
Dasi kupu-kupu hanya untuk pakaian dan acara tertentu.
Untuk acara resmi pakai sepatu warna hitam dan kaos kaki
disesuaikan dengan warna jas atau warna hitam. Hindari sepatu dengan
sol karet atau warna lain. Kepribadian yang baik merupakan pribadi
yang :
1) Disukai banyak orang, dihargai dan dinilai sebagai orang yang
menyenangkan dalam pergaulan.
2) Dianggap sebagai orang yang patut mendapatkan kepercayaan dan
penghargaan.
3) Biasanya adalah orang yang suka melakukan kebaikan dan
menjauhi kejahatan, suka menolong dan memberi perhatian
terhadap kepentingan orang lain.
4) Yang sanggup mengasihi orang lain, walaupun orang itu telah
menyakiti hatinya, dan mau mengampuni kesalahan orang lain.
5) Tidak pernah lari dari tanggung jawab dan konsekuen dalam
bertindak.

d. Kepribadian
Penampilan diri tidak bisa lepas dari kepribadian, kepribadian
adalah suatu pencerminan sikap, karakter, watak diri pribadi seseorang
yang dapat dilihat dari tingkah lakunya dalam berhubungan dengan
orang lain.
Ada 2 tipe kepribadian, yaitu :
1) kepribadian yang tertutup (Introvert)
2) kepribadian yang terbuka (Ekstrovert)

10
Etika juga dapat dipergunakan sebagai tolok ukur kepribadian
seseorang. Etika dapat dibentuk melalui berbagai cara, antara lain
dengan pergaulan, pendidikan, lingkungan dan kebiasaan. Yang harus
diperhatikan dalam etika dalam penampilan disesuaikan dengan usia,
berpenampilan yang tidak sesuai usia baik berpenampilan terlalu
dewasa atau kekanak-kanakan tidak baik disisi sosial. Dengan etika
yang baik dapat dipastikan bahwa seseorang akan dapat diterima
dengan baik.
Mengapa Etika penampilan diri harus diperhatikan ? itu karena.
1) Manusia dituntut untuk saling berhubungan, mengenal, dan menilai
orang lain.
2) Agar penampilan kita diterima dan disenangi oleh siapa saja yang
bergaul dengan kita.
3) Tata krama dan tingkah laku sehari-hari merupakan cermin pribadi
kita sendiri
Hal mendasar dalam etika penampilan diri adalah :
1) Sikap sopan santun dan ramah.
2) Menjaga penampilan.
3) Pandai menempatkan diri.
4) Dapat membedakan bagaimana berpenampilan dalam berbagai
acara.

Teori-teori terbentuknya KEPRIBADIAN manusia


 TEORI NATURE : Kepribadian manusia yang terbentuk adalah hasil
bawaan sejak ia dilahirkan.
 TEORI NURTURE : Kepribadian manusia terbentuk oleh lingkungannya,
dalam arti titik berat perkembangan pribadi manusia terletak pada seberapa
besar lingkungannya mempengaruhinya.
 TEORI KONVERGENSI : Kepribadian manusia terbentuk sebagai
interaksi antara NATURE dan NURTURE, interaksi antara potensi yang

11
dimilikinya dan seberapa jauh lingkungan mempengaruhi perwujudan
potensi tersebut.
Konsep pengembangan diri perlu dijalankan oleh siapa saja yang bekerja
dalam pelayanan jasa untuk membentuk kepribadian yang unggul. Untuk
mencapai pengembangan diri yang optimal, diperlukan unsur-unsur
pendukung sebagai berikut :
a. Upaya pengenalan diri;
b. Pemerolehan umpan balik;
c. Upaya pembentukan sikap;
d. Pengembangan kepribadian yang kuat;
e. Komunikasi yang efektif.
Dengan mengenali diri secara baik, kita bisa mendapatkan konsep diri
yang tepat. Kemudian kita bisa mengembangkan segi positif dan memupuk
sikap-sikap positif sesuai dengan peran kita dalam menjalankan pekerjaan
serta mengatasi segi negatif yang kita miliki.
Karakteristik Kepribadian dalam Pelayanan
Ciri Perkembangan Kepribadian Manusia :
1) Kepribadian berkembang terus menerus sepanjang kehidupan
organisme manusia.
2) Tiap individu memiliki pola kepribadiannya masing-masing yang
bersifat unik dan berbeda dengan yang lainnya.
3) Kepribadian individu tak pernah menetap (statis) melainkan selalu
bergerak (dinamis), berubah dan berkembang.
Karena tuntutan tugas dan berfungsi memberikan pelayanan kepada
pelanggan, maka petugas pelayanan hendaknya memiliki kepribadian yang
baik, menarik dan menyenangkan semua pihak.

f. Penampilan Diri dalam Bekerja


Penampilan adalah bentuk citra diri yang terpancar dari diri seseorang
dan merupakan sarana komunikasi antara kita dengan orang lain.
Berpenampilan Menarik merupakan kunci sukses dalam bekerja, terutama

12
pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain. Kesempurnaan
Penampilan harus didukung oleh syarat-syarat :
1) Kesehatan tubuh akan sangat mempengaruhi penampilan secara
keseluruhan dan ikut menentukan menarik tidaknya seseorang.
2) Perawatan anggota tubuh meliputi perawatan kulit, rambut, tangan dan
jari, wajah, serta nafas dan bau badan tak sedap.
3) Busana kerja dan aksesoris meliputi kesesuaian warna, corak, ukuran
dan aksesoris yang sesuai.

2.4 PRINSIP-PRINSIP BERPENAMPILAN SESUAI SAAT BERHADAPAN


DENGAN KLIEN DAN PASIEN
1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam
lingkup institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum.
2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada
saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga
setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan
kesaksian hukum.
3. Menjalankan profesinya senantiasa selalu menghormati dan menghargai
kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan
budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras,
status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan
seksual.
4. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga
memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut.
6. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan
berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain
yang mempunyai keahlian.

13
14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam
upaya memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan
dan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan
gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi
dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah
dan nilainilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik
profesinya. (Persagi, 2010)
Peran ahli gizi juga dapat dikaji pada rincian di bawah ini :
1. Ahli Gizi
a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik
b. Pengelola pelayanan gizi di masyarakat
c. penatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RS
d. Pengelola sistem penyelenggaraan makanan institusi/masal
e. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi
f. Pelaksana penelitian gizi
g. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha
h. Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral
i. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis

3.2 Saran
Setelah membahas pelaksanaan pelayanan gizi sesuai prinsip-prinsip etika
terhadap klien dan pasien. Diharapkan untuk dapat menerapkannya di dunia kerja
nantinya. Hal ini akan mendukung penyembuhan dan terapi diet yang akan
dilaksanakan oleh klien dan pasien. Baik itu prinsip-prinsip moral maupun
prinsip-prinsip berpenampilan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Irianton. 2012. Penyelenggaraan makanan. Grafina Mediacipta.


Yogyakarta

BAPPENAS. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015.


http://www.4shared.com/get/I45gBOZ/Rencana_Aksi_Nasional_Pang
an . Diakses 28 Oktober 2019.

Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Edisi Revisi.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar. 2007. Pedoman Penyelenggaraan


Makanan Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Kasanah, Nur. 2013. Etika Profesi dan Profesional Bekerja. Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan.

Nasihah, F. 2010. Peran Ahli Gizi sebagai Penyuluh dan Konselor Gizi.

Persagi..2010. Standar Profesi Gizi..http://persagi.org.

16

Anda mungkin juga menyukai