Anda di halaman 1dari 78

MAKALAH ETIKOLEGAL

DI SUSUN OLEH:
INDAH ISROFIYAH (105019006)

YAYASAN PENDIDIKAN CENDRAWASIH


AKADEMI KEBIDANAN PALU
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat

dan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini.

Puji Tuhan atas nikmat karunia, keselamatan dan kesehatan diberikan kepada penulis,

sehingga makalah ETIKOLEGAL ini dapat diselesaikan. Penulis berupaya semaksimal

mungkin dalam penyusunan makalah ini. Namun sebagai manusia biasa penulis tidak luput

dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya

membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.

Palu, 9 April 2020

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4

A. Sistematika Etika.....................................................................................................4

B. Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan......................................20

C. Sumber Etika...........................................................................................................25

D. Hak, Kewajiban, Dan Tanggung Jawab..................................................................29

E. Kode Etik Profesi Bidan..........................................................................................61

BAB III PENUTUP...........................................................................................................70

A. Kesimpulan..............................................................................................................70

B. Saran........................................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................73
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan terhadap kualitas pelayanan kebidanan semakin meningkat seiring dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan era globalisasi. Pemahaman yang baik

mengenai etika profesi merupakan landasan yang kuat bagi profesi bidan agar mampu

menerapkan dan memberikan pelayanan kebidanan yang profesional dalam melakukan

profesi kebidanan, dan dalam berkarya di pelayanan kebidanan, baik kepada individu,
keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, para bidan maupun calon bidan, harus

mampu memahami kondisi masyarakat yang semakin kritis dalam memandang

kualitas pelayanan kebidanan, termasuk pula ketidakpuasan dalam pelayanan.

Seiring dengan kemajuan, serta kemudahan dalam akses informasi, era globalisasi atau

kesejagatan membuat akses informasi tanpa batas, serta peningkatan ilmu pengetahuan

dan teknologi membuat masyarakat semakin kritis. Disisi lain menyababkan

timbulnya berbagai permasalahan etik. Selain itu perubahan gaya hidup, budaya dan

tata nilai masyarakat, membuat masyarakat makin peka menyikapi berbagai persoalan,

termasuk memberi penilaian terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang berpengaruh terhadap

meningkatnya kritis masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan terutama pelayan

kebidanan. Menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk mengembangkan kompotensi

dan profesionalisme dalam menjalankan praktek kebidanan serta dalam memberikan

pelayanan berkualitas. Ketika masyarakat merasakan ketidakpuasan terhadap

pelayanan, atau apabila seseorang bidan merugikan pasien, tidak menutup

kemungkinan dimeja hijaukan. Maka dari itu sebagai bidan perlu mengetahui etika

dari profesi bidan.

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup

kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Oleh karena itu, selain

mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat bidan

juga harus memiliki etika yang baik sebagai pedoman bersikap atau bertindak dalam

memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan kebidanan. Agar mempunyai etika

yang baik dalam pendidikannya bidan dididik etika mata kuliah Etika dalam praktik
kebidanan namun semuanya mata kuliah tidak ada artinya jika peserta didik tidak

mempraktekannya dalam kehidupannya di masyarakat.

Pada masyarakat daerah, bidan yang dipercaya adalah bidan yang beretika. Hal ini

tentu akan sangat menguntungkan baik bidan yang mempunyai etika yang baik karena

akan mudah mendapatkan relasi dengan masyarakat sehingga masyarakat juga akan

percaya pada bidan.

Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana

sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap

etika. Pelayanan kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga membutuhkan

bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi

dalam memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening

antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensif pada neonatal, dan postpartum

serta mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah, kelahiran

seksio sesaria, dan sebagainya. Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin

pelayanan yang profesional dan akuntibilitas serta aspek legal dalam pelayanan

kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik

berdasarkan evidence based ( Fakta yang ada) sehingga berbagai dimensi etik dan

bagaimna kedekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan

dipahami.

Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja

berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik

pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. Bidan juga memiliki hak, kewajiban,

peran, fungsi dan tanggung jawab atas pelayanan yang dilakukan secara profesional.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu sistematika etika?


2. Apa saja fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan?

3. Apa saja sumber etika?

4. Apa yang dimaksud dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawab?

5. Apa yang dimaksud dengan kode etik profesi bidan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan.

2. Untuk mengetahui apa itu sistematika etika.

3. Untuk mengetahui apa saja fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan.

4. Untuk mengetahui sumber etika.

5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hak, kewajiban, dan tanggung

jawab?

6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kode etik profesi bidan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistematika Etika

Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori:


1) Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana

manusia bertindak secara etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak

ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.

2) Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam

bidang kehidupan yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya

mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan

khusus yang lakukan yang didasari olah cara, teori dan prinsip moral

dasar”

- Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap

dirinya sendiri

- Etika sosial, berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku

manusia sebagai anggota manusia

Etik merupakan kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai

benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Istilah etik yang kita

gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah moral yaitu

mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam kurun waktu

tertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan norma atau nilai. Dikatakan

kurun waktu tertentu karena etik dan moral bisa berubah dengan lewatnya waktu.

Pada zaman sekarang ini etik perlu dipertahankan karena tanpa etik dan tanpa

diperkuat oleh hukum, manusia yang satu dapat dianggap sebagai saingan oleh

sesama yang lain. Saingan yang dalam arti lain harus dihilangkan sebagai akibat

timbulnya nafsu keserakahan manusia. Kalau tidak ada etik yang mengekang

maka pihak yang satu bisa tidak segan¬segan untuk melawannya dengan segala
cara. Segala cara akan ditempuh untuk menjatuhkan dan mengalahkan lawannya

sekadar dapat tercapai tujuan.

Etiket merupakan tata cara (adap sopan santun, dll) di masyarakat beradap dalam

memelihara hubungan baik diantara sesama manusia. Etiket menyangkut cara

suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang mungkin,

etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya, cara yang diharapkan serat

ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.

Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak

ada saksi mata, etiket tidak berlaku misalnya, ada banyak peraturan etiket yang

mengatur cara makan atau berpakaian. Dianggap melanggar etiket,bila kita makan

sambil berbunyi atau dengan meletakan kaki diatas meja,dan sebagainya. Tapi

kalau saya makan sendiri, saya tidak melanggar etiket, bila makan dengan cara

demikian. Etiket bersifat relatif yang dianggap tidak sopan dalam suatu

kebudayaan, yang bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lainnya. Contoh

yang jelas adalah makan dengan makan atau bersendawa waktu makan. Jika kita

berbicara tentang etiket, kita hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja,

sedangkan etika menyangkut manusia dari segi dalam. Bisa saja orang tampil

sebagai “musang berbulu ayam”: dari luar sangat sopan dan halus tapi didalam

penuh kebusukan.

Perbedaan Etiket dengan Etika yaitu: Menurut K. Bertens dalam bukunya yang

berjudul “Etika” (2000) memberikan 4 (empat) macam perbedaan etiket dengan

etika, yaitu :

Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia.

Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus
menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya

dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket. Etika menyangkut cara

dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri.

Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil

barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan

mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah pencuri

tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.

Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain

di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata,

maka etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama bersama teman

sambil meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggat

etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka

saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian. Etika selalu

berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal: Larangan

mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang

dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.

Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa

saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau

bersendawa waktu makan. Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan

membunuh” merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.

Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada

etiket bisa juga bersifat munafik. Misal: Bisa saja orang tampi sebagai “manusia

berbulu ayam”, dari luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.

Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin
bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti orang yang sungguh-

sungguh baik.

Persamaan etika dengan etiket :

- Sama-sama menyangkut perilaku manusia

- Memberi norma bagi perilaku manusia, yaitu menyatakan tentang apa yang

harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

1. Etika Umum

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti tempat tinggal yangbiasa,

padang rumpt, kandang; kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, caraberpikir.

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah

sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau

kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika

mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan

tanggung jawab. Dalam bentuk jamak ta etha artinya adat kebiasaan. Dalam arti

terakhir inilah terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk

menunjukkan filsafat moral. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan

atau ilmu tentang adat kebiasaan. Ada juga kata moral dari bahasa Latin yang

artinya sama dengan etika.

Secara istilah etika memunyai tiga arti: pertama, nilai-nilai dan norma-norma

moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam

mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa disebut sistem nilai.Misalnya etika

Protestan, etika Islam, etika suku Indoan. Kedua, etika berarti kumpulan asas atau

nilai moral (kode etik). Misalnya kode etik kedokteran, kodeetik peneliti, dll.
Ketiga, etika berati ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika menjadi ilmu bila

kemungkinan-kemungkinan etis menjadi bahan refleksi bagisuau penelitian

sistematis dan metodis. Di sini sama artinya dengan filsafat moral.Amoral berarti

tidak berkaitan dengan moral, netral etis. Immoral berarti tidak bermoral, tidak

etis. Etika berbeda dengan etiket. Yang terakhir ini berasal dari kata Inggris

etiquette, yang berarti sopan santun. Perbedaan keduanya cukup tajam, antara lain:

etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan, etika menunjukkan

norma tentang perbuatan itu. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, etika berlaku

baik baik saat sendiri maupun dalam kaitannya dengan lingkup sosial. Etiket

bersifat relatif, tergantung pada kebudayaan, etika lebih absolut. Etiket hanya

berkaitan dengan segi lahiriyah, etika menyangkut segi batiniah. Moralitas

merupakan suatu fenomena manusiawi yang universal, menjadi ciri yang

membedakan manusia dari binatang. Pada binatang tidak ada kesadaran tentang

baik dan buruk, yang boleh dan yang dilarang, tentang yang harus dan tidak pantas

dilakukan. Keharusan memunyai dua macam arti: keharusan alamiah(terjadi

dengan sendirinya sesuai hukum alam) dan keharusan moral (hukum yang

mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu). St. John of

Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis

(practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-

pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain

karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk

itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan

oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat
dikatakan sebagai etika .Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis

dalam melakukan refleksi.Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai

suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda

dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki

sudut pandang normatif.Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk

terhadap perbuatan manusia.

a. Persamaan etika dan etiket

persamaan yang mendasar antara etika dan etiket, persamaan itu adalah:

1. Etika dan etiket sama-sama menyangkut perilaku manusia.

2. Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normative, yang artinya

memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan

apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Justru karena sifat

normatif ini kedua istilah memang sering gampang dicampur adukkan.

b. Perbedaan etika dan etiket

Dalam pembicaraan sehari-hari sering tidak bisa dibedakan antara etika dan

etiket. Dengan kata lain sering kedua istilah ini dicampuradukkan. Keduanya

sebenarnya memiliki perbedaan yang hakiki, perbedaan tersebut adalah:

1) Etiket berkaitan dengan cara suatu perbutan yang harus dilakukan.

Misalnya jika anak menerima sesuatu dari orang lain, ia hartus

menggunakan tangan kanan. Dia akan dianggap melanggar etiket kalau

ia menggunakan tangan kiri untuk menerima sesuatu. Dengan kata lain,


etiket adalah tata krama atau sopan santun. Di dalamnya terkandung

kumpulan cara-cara sikap bergaul yang baik diantara orang-orang yang

telah beradab. Jadi etiket lebih membahas “apa yang sopan dan pantas”.

Etika tidak terbatas pada cara yang dilakukan dalam suatu perbuatan.

Etika justru memberi norma tentang suatu perbuatan boleh dilakukan

atau tidak. Dengankata lain, etika justru lebih mendalam daripada

etiket. Jadi etika justru menyangkut perbuatan itu sendiri, sementara

etiket berkaitan dengan cara suatu perbuatan dilakukan.

2) Etiket hanya berlaku dalam interaksi ataupun relasi dengan sesama.

Dengan kata lain bila tidak ada orang lain yang hadir dan melihat

sebagai saksi mata dalam melakukan perbuatan, maka etiket

sebenarnya tidak berlaku. Etika tidak bergantung akan hadirnya saksi,

karena etika sendiri merupakan nilai yang menjadi norma dan

mendasari suatu tindakan.

3) Etiket bersifat relative, yang artinya bisa berlaku dalam tempat, budaya,

situasi tertentu namun tidak sama dalam tempat, budaya dan situasi

yang lain. Etika jauh bersifat mutlak, kerana berlaku disetiap tempat,

kebudayaan dan situasi serta tidak bisa ditawar-tawar atau diberi

dispensasi.

4) Etiket memandang manusia hanya dari segi lahiriah saja, sedangkan

etika justru menyangkut manusia dari segi mendalam. Orang bisa saja

mengikuti tata cara secara penuh dan diperlihatkan dalam tindakan,

akan tetapi batinnya justru bobrok dan penuh dengan kebusukan,

banyak orang yang nampaknya baik akan tetapi justru melalui kebaikan

yang ia tunjukkan dia justru mempunyai rencana yang jahat.


c. Jenis-jenis etika

Beberapa pandangan terhadap etika:

Etika dapat ditinjau dari beberapa pandangan. Dalam Sejarah lazimnya

pandangan ini dilihat dari segi filosofis yang melahirkan etika filosofis,

ditinjau dari segi teologis yang melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari

pandangan sosiologis yang melahirkan etika sosiologis.

1) Etika filosofis

Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata

filosofis sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari

bahasa Yunani yakni: “philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang

berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang

menguraikan pokok-pokok etika atau moral menurut pandangan

filsafat. Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk,

masalah hak-kewajiban, maslah nilai-nilai moral secara mendasar.

Disini ditinjau hubungan antara moral dan kemanusiaan secraa

mendalam dengan menggunakan rasio sebagai dasar untuk

menganalisa.

2) Etika teologis

Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan

buruk berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua

perbuatan moral sebagai:

a) Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub

sesuai dengan kehendak Tuhan.


b) Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih kepada

Tuhan

c) Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.

Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin

moral itu dibangun tanpa agama atau tanpa menjalankan ajaran-

ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber pengetahuan

dan kebenaran etika ini adalah kitab suci.

3) Etika sosiologis

Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini

menitik beratkan pada keselamatan ataupun kesejahteraan hidup

bermasyarakat. Etika sosiologis memandang etika sebagai alat

mencapai keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan hidup

bermasyarakat. Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan

pembicaraan tentang bagaimana seharusnya seseorang menjalankan

hidupnya dalam hubungannya dengan masyarakat.

4) Etika Diskriptif dan Etika Normatif

Dalam kaitan dengan nilai dan norma yang digumuli dalam etika

ditemukan dua macam etika, yaitu :

a) Etika Diskriptif

Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap

dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam

kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara

tentang kenyataan sebagaimana adanya tentang nilai dan pola

perilaku manusia sebagai suatu fakjta yang terkait dengan

situasi dan realitas konkrit. Dengan demikian etika ini berbicara


tentang realitas penghayatan nilau, namun tidak menilai. Etika

ini hanya memaparkab, karenyanya dikatakan bersifat diskriptif.

b) Etika Normatif

Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku

yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam

bertindak. Jadi etika ini berbicara tentang norma-norma yang

menuntun perilaku manusia serta memberi penilaian dan

hiambauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana

seharusnya Dengan. Demikian etika normatif memberikan

petunjuk secara jelas bagaimana manusia harus hidup secara

baik dan menghindari diri dari yang jelek.

Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan berbagai etika

normative yang menjadi pedoman bagi manusia untuk

bertindak. Norma-norma tersebut sekaligus menjadi dasar

penilaian bagi manusia baik atau buruk, salah atau benar. Secara

umum norma-norma tersebut dikelompokkan menjadi dua

yaitu:

a. Norma khusus

Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku

dan tindakan manusia dalam kelompok/bidang tertentu.

Seperti etika medis, etika kedokteran, etika lingkungan,

eyika wahyu, aturan main catur, aturan main bola, dll. Di

mana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus

dan tidak bisa mengatur semua bidang. Misal: aturan main


catur hanya bisa dipakai untuk permainan catur dan tidak

bisa dipakai untuk mengatur permainan bola.

b. Norma Umum

Norma umum justru sebaliknya karena norma umum

bersifat universal, yang artinya berlaku luas tanpa

membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu.

Secara umum norma umum dibagi menjadi tiga (3) bagian,

yaitu :

1. Norma sopan santun; norma ini menyangkut aturan

pola tingkah laku dan sikap lahiriah seperti tata cara

berpakaian, cara bertamu, cara duduk, dll. Norma ini

lebih berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam

pergaulan sehari-hari, amak penilaiannnya kurang

mendalam karena hanya dilihat sekedar yang

lahiriah.

2. Norma hukum; norma ini sangat tegas dituntut oleh

masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini karena

demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai

macam peraturan, masyarakat mengharapkan

mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan

bersama. Keberlakuan norma hukum dibandingkan

dengan norma sopan santun lebih tegasdan lebih

pasti karena disertai dengan jaminan, yakni

hukuman terhadap orang yang melanggar norma ini.

Norma hukum ini juga kurang berbobot karena


hanya memberikan penilaian secara lahiriah saja,

sehingga tidak mutlak menentukan moralitas

seseorang.

3. Norma moral;norma ini mengenai sikap dan perilaku

manusia sebagai manusia. Norma moral menjadi

tolok ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik

atau buruk, oleh karena ini bobot norma moral lebih

tinggi dari norma sebelumnya. Norma ini tidak

menilai manusia dari satus segi saja, melainkan dari

segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain

norma moral melihat manusia secara menyeluruh,

dari seluruh kepribadiannya. Di sini terlihat secara

jelas, penilannya lebih mendasar karena menekankan

sikap manusia dalam menghadapi tugasnya,

menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan

dirinya sebgai manusia dalam profesi yang

diembannya. Norma moral ini memiliki kekhusunan

yaitu :

 Norma moral merupakan norma yang paling

dasariah, karena langsung mengenai inti

pribadi kita sebagai manusia.

 Norma moral menegaskan kewajiban

dasariah manusia dalam bentuk perintah atau

larangan.
 Norma moral merupakan norma yang

berlaku umum

 Norma moral mengarahkan perilaku manusia

pada kesuburan dan kepenuhan hidupnya

sebgai manusia.

5) Etika Deontologis

Istilah deontologis berasal dari kata Yunani yang berati kewajiban,

etika ini menetapkan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.

Argumentasi dasar yang dipakai adalah bahwa suatu tindakan itu baik

bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari

suatu tindakan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri baik pada

dirinya sendiri.

Dari argumen di atas jelas bahwa etika ini menekankan motivasi,

kemauan baik, dan watak yang kuat dari pelaku, lepas dari akibat yang

ditimbulkan dari pelaku. Menanggapi hal ini Immanuel kant

menegaskan dua hal:

 Tidak ada hal di dinia yang bisa dianggap baik tanpa kualifikasi

kecuali kemauan baik. Kepintaran, kearifan dan bakat lainnya

bisa merugikn kalau tanpa didasari oleh kemauan baik. Oleh

karena itu Kant mengakui bahwa kemauan ini merupakan syarat

mutlak untuk memperoleh kebahagiaan.

 Dengan menekankan kemauan yang baik tindakan yang baik

adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan kewajiban,

melainkan tindakan yang dijalankannya demi kewajiban.

Sejalan dengan itu semua tindakan yang bertentangan dengan


kewajiban sebagai tindakan yang baik bahkan walaupun

tindakan itu dalam arti tertentu berguna, harus ditolak.

6) Etika Teleologis

Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berati tujuan.

Etika teleologis menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik

buruknya suatu tindakan. Dengan kata lain, suatu tindakan dinilai baik

kalau bertujuan untuk mencapai sesuatu yang baik atau kalau akibat

yang ditimbulkan baik.

d. Guna Etika

1. Etika membuat kita memiliki pendirian dalam pergolakan berbagai

pandangan moral yang kita hadapi.

2. Etika membantu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi

budaya, sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia

kita.

3. Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang

merebak di dalam masyarakat secara kritis dan obeyktif.

2. Etika Sosial

Etika sosial adalah sebuah tatanan yang mengatur tentang perilaku seseorang

terkait pergaulan dengan lingkungan. Aturan ini terkait dengan masalah

kesopanan, sesuatu yang boleh atau tidak untuk dilakukan, serta tentang apa yang
seharusnya dilakukan oleh seseorang tersebut. Aturan tentang etika sosial ini

bersifat normatif, sehingga tidak diatur dalam hukum formal

Etika Sosial merupakan suatu etikasehubungan dengan relasimanusia dengan

sesamanyadalam sosietas (masyarakat). Etika Sosial menunjuk pada etika yang

berkenaan dengansuatu sosietas yang secara khusus berhubungan

denganpengaturan secara normatif relasi-relasi sosial dalamrangka tatanan hidup

bersama. Yang diurusi oleh etika sosial tidak berbeda dengan kesibukan etika

sendiri sebagai suatu cabang dari filsafat. Sebagai cabang dari ilmu etika

iamempelajari realitas sosialitas manusia, sosietas itu sendiridan dalam lingkup-

lingkupnya sepertisosietas konjugal ataukeluarga, sosietas yang di tengah-tengah

antara keluarga dan negara, sosietas politis, dan sosietas internasional, relasi-relasi

individu-individu dan komunitas-komunitas, dan bidang-bidang hidup-tindakan

individual maupun kolektif manusiawi yang melibatkan relasi sosial.1Semuanya

itu ditinjaudan dielaborasi dari sudut pandang etis (baik-buruk dan

seharusnya)dengan akal budi denganterang hukum kodrat. Tidak dipakai

pendekatan bersumberkan Pewahyuan di sini.

bbSebagai suatu cabang dari Etika, Etika Sosialmenunjuk padabidang operasi yang

dijumpai dalam Etika, yaitunilai atau kebaikan (apa yang diinginkan, penting,

berharga, berguna...) dantindakan moral (tindakan yang dilakukan denganmelalui

pertimbangan akal budi dan dlm kebebasan). Dalam etika nilai atau kebaikan ini

diperoleh dari pengertian akan realitas (“is”),yang daripadanya kemudian ditarik

prinsip-prinsip baik buruk dari tindakan-tindakan yang deskriptif, evaluatif,

maupun normatif (“ought”). Etikadapat dipandang sebagairefleksi atas tindakan

dalamrelasi antara “is” dan “ought.”Etika sebagai suatu ilmu merupakan ilmu

praktis yang normatif atau yang berkenaan dengan tindakan manusiawi yang harus
dipilih dengan daya deliberasinya sedemikian rupa yang menopang realisasi

kemanusiaannya menjadi pribadi yang baik. Akan tetapi, etika tidak bisa

menunjukkan satu demi satu tindakan secarakonkret oleh karenapartikularitas

situasi hidup manusia yang komplekssehingga iahanya menawarkan prinsip-

prinsip etis.Etika juga memeriksa dan menguji secara kritis apa yang baik dan

buruk dari suatu tindakanyangdirumuskan dalam prinsip-prinsip etis. Etika

mempertanyakan dasar di balik suatu prinsip moral. Dengan demikian, etika

mempertanyakan mengapa oleh suatu prinsip etis tertentu suatu tindakan dinilai

baik atau buruk secara moral. Di samping ini, etika juga berurusan

denganpenjelasan mengenai hal-hal apa yang seharusnya membuat suatu tindakan

dinilai baik atau burukbila bukan karena ini atau karena itu sebagaimana diperiksa

dan diujinya secara kritis pada prinsip-prinsip etis tertentu. Etika juga

merupakanpemikiran yang serius dan kritis atas pertanyaan: mengapa kita harus

mengikuti suatu pandangan moral tertentu yang mengajukan klaim atas prinsip-

prinsip etis tertentu sebagai yang seharusnya menentukan baik dan buruknya

secara moral tindakan-tindakan manusiawi.Etika dengan kritis

mempertanyakanapa dasar sikap kita maupun orang lain dalam menyetujui suatu

posisi atau sikap moral tertentu. Etika tampak sebagaipemeriksa sikap moral,

termasukterminologi dan konsep-konsepyg dipakainya, kaidah-

kaidahpenalaran,dan metode yang digunakan, yang ada di balik suatu posisi atau

prinsip etis. Padaetika ada paparan, penilaian,pertimbangan, penalaran, dan

pengujian secararasional dan kritis serta sistematis. Etika tidak hanya berurusan

dengantindakan baik dan buruk, tetapi juga pribadi manusia yang bertindak itu:

bagaimanakah pribadi yang baik atau burukitu. Tindakan lahir dari subjek

tindakan, yaitu manusia yang berakal budi. Manusia memiliki kemampuan akal
budi untuk mengetahui kebaikan dan menginginkannya, termasuk di sini untuk

menjadi manusia yang baik. Karena itu, ia ingin agar pilihantindakannya

merupakan suatu tindakanyang masuk akal atau dapat dipertanggungjawabkan

secararasionalsebagai yang dapat mengantarnya menjadi pribaadi yang baik. Etika

tidak puas hanya dengan pilihan tindakan beserta alasannya yang tak dapat

dipertanggungjawabkan, tidak tahan uji secara rasional, dangkal, mengikuti

perasaan, menuruti arus, dan asal-asalan. Etika ingin membebaskan manusia yang

memandang serius hidup dan tindakannya darigeneralisasi-generalisasi,

pandangan-pandangan yang denganmudah diterima begitu saja, simplifikasi-

simplifikasi, asumsi-asumsi tanpa dasar yang memadai, dan pada waktu yang sama

hendakmenanggapi secaraserius hidup, termasuk persoalan-persoalandi dalamnya.

Di tengah berbagai macam prinsip etisyang ada, etika juga semakin diperlukan

untuk menentukan mana prinsip etis yang paling tepat dan memadai untuk

membuat manusia dapat hidup manusia dengan lebih penuh sebagai manusia.Etika

melayani kemanusiaan denganupaya akal budinya untukmerumuskan apakah

hakikat dari moralitas untuk menjawab pertanyaaan manusia tentang“bagaimana

seharusnya hidup” dengan alasannya mengapa demikian. Sepanjang sejarah sudah

ada banyak prinsip etis beserta pendasaran rasional atasnya, dan juga atas

persoalan-persoalan etis. Akantetapi, untuk hidup bersama perlulah didiperoleh

prinsip etis dan pendasarannya yang paling rasional dan tahan uji sehingga lebih

memadai dan lebih objektif sertadapat diterima oleh lebih banyak orang kalau

tidak semua.
B. Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan

Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk serta tentang hak dan

kewajiban moral (akhlak). Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga

pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur

bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut

menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama,

protokoler dan lain-lain.

Moral yaitu ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,

sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, asusila. kondisi mental yang membuat orang

tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan.

Moral merupakan landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang dalam kehidupan

sehari-hari ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam

lingkungan keluarga dan yang terpenting moral berada pada batin dan atau pikiran

setiap insan sebagai fungsi kontrol untuk penyeimbang bagi pikiran negatif yang akan

direalisasikan.

Moral sebenarnya tidak dapat lepas dari pengaruh sosial budaya, setempat yang

diyakini kebenarannya. Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai

manusia. Hal tersebut akan lebih mudah kita pahami manakala mendengar orang

mengatakan perbuatannya tidak bermoral. Perkataan tersebut mengandung makna

bahwa perbuatan tersebut dipandang buruk atau salah karena melanggar nilai-nilai dan

norma-norma moral yang berlaku dalam masyarakat. Sumaryono mengklasifikasikan

moralitas atas:

1. Moralitas objektif
Moralitas perbuatan yang melihat perbuatan manusia sebagaimana apa adanya.

Jadi perbuatan itu mungkin baik atau buruk, mungkin benar atau salah terlepas dari

berbagai modifikasi kehendak bebas yang dimiliki oleh setiap pelakunya. Contoh:

membunuh merupakan perbuatan tidak baik.

2. Moralitas subjektif

Moralitas perbuatan yang melihat perbuatan manusia tidak sebagaimana adanya

karena dipengaruhi oleh sejumlah faktor pelakunya, seperti emosional,latar

belakang, pengetahuan, dsbnya.

3. Moralitas intrinsik

Moralitas perbuatan yang menentukan suatu perbuatan atas benar atau salah, baik

atau buruk berdasarkan hakikatnya terlepas tidak bergantung dari pengaruh hukum

positif, contohnya berilah kepada orang lain apa yang menjadi haknya. Hal

tersebut pada dasarnya sudah merupakan kewajiban. Meskipun kemudian diatur

dalam hukum positif, tidaklah memberikan akibat yang signifikan.

4. moralitas ekstrinsik

Moralitas perbuatan yang menentukan suatu perbuatan benar atau salah, baik atau

buruk berdasarkan hakikatnya bergantung dari pengaruh hukum positif. Hukum

positif dijadikan patokan dalam menentukan kebolehan dan larangan atas suatu

perbuatan.

Fungsi etika dan moral dalam pelayanan kebidanan:

1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien.

2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang

merugikan/membahayakan orang lain.

3. Menjaga privacy setiap individu.

4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya.
5. Dengan etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa

alasannya.

6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu

masalah.

7. Menghasilkan tindakan yang benar

8. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya

9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk,

benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya.

10. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak.

11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik.

12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik.

13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata

cara di dalam organisasi profesi.

14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang

biasa disebut kode etik profesi.

Contoh Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan:

a. contoh etika dalam pelayanan kebidanan:

1. Selalu memberitahu pasien tentang tindakan yang akan di lakukan

2. Menangapi keluhan pasien

3. Mengisi data pasien dengan benar

4. Memberi kenyamanan dan keamanan pada pasien

5. Menyelesaikan tigas yang diberikan

6. Menjaga ketenangan pasien


7. Bertanggung jawab pada tugas

8. Memberitau hasil pemeriksaan pada pasien

9. Sportif dalam tugas

10. Mengikuti prosedur tindakan medis dengan sesunguh-sunguhnya

11. Bersikap ramah pada pasien

12. Meminta maaf jika melakukan kesalahan

13. Selalu memberitahu pada pasien tentang tindakan yang di lakukan

14. Menyelesaikan tugas yang diberikan

15. Menanggapi kelihan pasien

16. Mengisi data pasein dengan benar

17. Menjaga ketenangan pasien

18. Mengikuti prosedur tindakan medis dengan sungguh-sungguh

19. Bertanggung jawab pada tugas

20. Selalu ingat kode etik profesi

21. Saling bertegur sapa saat bertemu dengan tetangga maupun warga sekitar

22. Saling menghargai keputusan

23. Mendengar nasehat yang di berikan

24. Tidak memotong pembicaraan orng lain

25. Saling mengutamakan kejujuran

26. Selalu berkata “maaf “ketika merasakan melakukan kesalahan

27. Tidak menyebarkan berita “hoax”

28. Menggunakan pakaian yang sopan dan rapi ketika kegiatan

29. Saling menghargai keputusan

30. Tidak ugal-ugalan saat mengendarai kendaraan di jalan

31. Mendengarkan nasehat


32. Mengunakan pakaian rapi

33. Tidak menyinggung Ras, suku maupun agama

34. Mengucapkan salam ketika memasuki atau keluar dari ruangan

35. Saling menghargai keputusan

36. Tidak ugal-ugalan saat mengendarai kendaraan di jalan

37. Saling mengingatkan satu sama lain

38. Tdk membentak orang tua maun anak muda

39. Tidak memotong pembicaraan orang lain

40. Selalu mengutamakan kejujuran

b. contoh moral dalam pelayanan kebidanan:

1. Menjaga nama baik rumah sakit

2. Menjaga privasi pasien dan keluarga

3. Menghargai senior

4. Ikhlas memberi pelayanan

5. Menghargai profesi lain

6. Bersikap adil ke semua pasien

7. Bersikap murah hari

8. Konsisten serta tepat dalam bertindak

9. Mengerti kecemasan dan ketakutan pasien

10. Mencegah kesalahan obat

11. Menghargai pasien

12. Menjaga privasi pasien

13. Bersikap adil pada semua pasien

14. Ikhlas memberi pelayanan

15. Berlaku jujur tentang rencana tindakan


16. Menghargai prifesi lain

17. Konsisten serta tepat dalam bertindak

18. Mengerti kecemasan dan ketakutan pasien

19. Mencegah kesalahan obat

20. Bersikap murah hati.

21. Membuang sampah pada tempatnya

22. Membungkukan badan ketika melewati orang yang lebih tua

23. Menunaikan ibada tepat waktu

24. Tidak membuat keributan

25. Menaati peraturan yang telah ada

26. Menghormati dan menerapkan sikap sopan santun

27. Tidajk korupsi uang rakyat

28. Menghargai agama orang lain

29. Tidak melakukan pembunuhan

30. Berlaku adil kepada setiap orang

31. Tidak membuat keributan

32. Membuang sampah padaa tempatnya

33. Tidak korupsi uang masyarakat

34. Menghargai agama lain

35. Berlaku adil kepada setiap orang

36. Menunaikan ibada tepaat waktu

37. Menunduk ketika berjalan di depan orang yang lebih tua

38. Tidak melakukan penupuan

39. Berkata lembut kepada orang tua

40. Menghargai pendapat orang lain


C. Sumber Etika

Pancasila adalah sumber sumber nilai, maka nilai dasar Pancasila

dapat dijadikan sebagai sumber pembentukan norma etik (norma moral)

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai

pancasila adalah nilai moral. Oleh karena itu, nilai pancasila juga

dapat diwujudkan kedalam norma-norma moral (etik). Norma-norma etik

tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam

bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang

baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita

diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti

tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak

dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika

bangsa ini sangat berandil besar.

Secara garis besar dimanapun kita berada maka kita akan dihadapkan pada 4 hal yang

dipandang sebagai sumber nilai-nilai etika dalam komunitas, yaitu :

1. Agama

Etika sebagai ajaran baik-buruk, slah-benar, atau ajaran tentang moral khususnya

dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari ajaran

agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi Barat menunjuk

pada kitab Injil (Bibble), dan etika ekonomi yahudi banyak menunjuk pada Taurat.

Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari seperlima ayat-ayat

yang muat dalam Al-Qur’an.


Dalam ajaran Islam, etika bisnis dalam Islam menekakan pada empat hal Yaitu :

Kesatuan (Unity), Keseimbangan (Equilibrium), Kebebasan (FreeWill) dan

tanggung jawab (Responsibility).

2. Filosofi

Ajaran ini sangat komplek yang menjadi tradisi klasik yang bersumber dari

berbagai pemikiran para fisuf-filsuf saat ini. Ajaran ini terus berkembanga dari

tahun ke tahun

Di Negara barat, ajaran filosofi yang paling berkembang dimulai ketika zaman

Yunani kuno pada abd ke 7 diantaranya Socrates (470 Sm-399 SM) Socrate

percaya bahwa manusia ada untu suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar

memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang

dengan lingkungan dan sesamanya sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang

karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socretes

percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada

dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah

pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal

mengatakan. : “Kenalilah dirimu” dia yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum

moral lebih inggi daripada hukum manusia.

3. Pengalaman Dan Perkembangan Budaya

Setiap transisi budaya antara satu generasi kegenerasi berikutnya mewujudkan

nilai-nilai,aturan baru serta standar-standar yang kemudian akan diterima dalam

komunitas tersebut selanjutnya akan terwujud dalam perilaku. Artinya orang akan

selalu mencoba mendekatkan dirinya atau beradaptasi dengan perkembangan-


perkembangan nilai-nilai yang ada dalam komunitas tersebut,dimana nilai-nilai itu

tidak lain adalah budaya yang hadir karna adanya budaya pengetahuan manusia

dalam upayanya untuk menginterpentasikan lingkunganya sehingga bisa selalu

bertahan hidup.

4. Hukum

Hukum adalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka

untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum

menentukan ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan

mencoba mengatur serta mendorong para perbaikan-perbaikan masalah-masalah

yang dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas. Sebenarnya bila kita

berharap bahwa dengan hukum dapat mengantisipasi semua tindakan pelanggaran

sudah pasti ini menjadi suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum dibuat

setelah pelanggaran yang terjadi dalam komunitas.

Indonesia adalah Negara yang menganut system hukum campuran dengan system

hukum utama hukum Eropa Kontinental, yang dibawa oleh Belanda ketika

menjajah selama 3,5 abad lamanya. Selain system hukum Eropa Kontinental,

dengan diberlakukannya otonomi daerah, didaerah-daerah system hukum setempat

yang biasanya terkait dengan hukum adat dan system hukum agama, khususnya

hukum (syariah) islam, seperti yang berlaku diaceh.

Pada umumnya para pebisnis akan lebih banyak menggunakan perangkat hukum

sebagai cermin etika mereka dalam melaksanakan aktivitasnya. Karena hukum

dipandang suatu perangkat yang memiliki bentuk hukuman/punishment yang

paling jelas dibandingkan sumber-sumber etika yang lain, yang cenderung lebih
pada hukuman yang sifatnya abstrak, seperti mendapat malu, dosa dan lain-lain.

Hal ini sah-sah saja, tetapi ini akan sangat berbahaya bagi kelangsungan bisnis itu

sendiri.

D. Hak, Kewajiban, Dan Tanggung Jawab

Hak merupakan pengakuan yang dibuat oleh orang atau sekelompok orang terhadap

orang atau sekelompok orang lain. Ada beberapa macam hak, antara lain hak legal dan

moral. Hak legal merupakan hak yang didasarkan atas hukum. Hak moral adalah

didasarkan pada prinsip atau etis.

Setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain dan setiap hak seseorang

berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut. Menurut John

Stuart Mill bahwa kewajiban meliputi kewajiban sempurna dan kewajiban tidak

sempurna. Kewajiban sempurna artinya kewajiban didasarkan atas keadilan, selalu

terkait dengan hak orang lain. Sedangkan kewajiban tidak sempurna, tidak terkait

dengan hak orang lain tetapi bisa didasarkan atas kemurahan hati atau niat berbuat

baik (Wahyuningsi, 2008).

Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak pasti

berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai

kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien.

Sedang kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak

yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh

pasien.Menempatkan kebutuhan pasien di atas kepentingan sendiri. Melindungi hak

pasien untuk memperoleh keamanan dan pelayanan yang berkualitas dari perawat.

Selalu meningkatkan pengetahuan, keahlian serta menjaga perilaku dalam

melaksanakan tugasnya.Tanggung jawab menunjukkan kewajiban. Ini mengarah


kepada kewajiban yang harus dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan secara

professional. Manajer dan para staf harus memahami dengan jelas tentang fungsi tugas

yang menjadi tanggung jawab masing-masing perawat dan bidan serta hasil yang ingin

dicapai dan bagaimana mengukur kualitas kinerja stafnya. Perawat yang professional

akan bertanggung jawab atas semua bentuk tindakan klinis keperawatan atau

kebidanan yang dilakukan dalam lingkup tugasnya.

Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan kinerja yang ditampilkan

guna memperoleh hasil pelayanan keperawatan atau kebidanan yang berkualitas

tinggi. Yang perlu diperhatikan dari pelaksanaan tanggung jawab adalah memahami

secara jelas tentang “uraian tugas dan spesifikasinya” serta dapat dicapai berdasarkan

standar yang berlaku atau yang disepakati. Hal ini berarti perawat mempunyai

tanggung jawab yang dilandasi oleh komitmen, dimana mereka harus bekerja sesuai

fungsi tugas yang dibebankan kepadanya.

Untuk mempertahankannya, perawat dan bidan hendaknya mampu dan selalu

melakukan introspeksi serta arahan pada dirinya sendiri (self-directed), merencanakan

pengembangan diri secara kreatif dan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas

kinerjanya. Hal ini diperlukan agar mereka dapat mengidentifikasi elemen-elemen

kritis untuk meningkatkan dan mengembangkan kinerja klinis mereka, guna

memenuhi kepuasan pasen dan dirinya sendiri dalam pekerjaannya. Mencatat respon

dan perkembangan pasen dengan lengkap dan benar merupakan salah satu tanggung

jawab perawat dalam melaksanakan tugasnya.

1. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

Hak-hak pasien telah dijamin dalma Pasal 4 UU.No.23 tahun 1992 tanggal 17

Sepetember 1992 Tetang Kesehatan,yang isinya. “ Setiap Orang mempunyai hak

yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.”


a. HAK PASIEN

Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien:

1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan

yang berlaku di rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan.

2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.

3. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi

bidan tanpa diskriminasi.

4. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan

keinginannya.

5. Pasien berhak mendapatkan ;nformasi yang meliputi kehamilan, persalinan,

nifas dan bayinya yang baru dilahirkan.

6. Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses

persalinan berlangsung.

7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan

keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

8. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat

kritis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar.

9. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di

rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya,

sepengatahuan dokter yang merawat.

10. Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita

termasuk data-data medisnya.

b. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:

1. Penyakit yang diderita

2. Tindakan kebidanan yang akan dilakukan


3. Alternatif terapi lainnya

4. Prognosisnya

5. Perkiraan biaya pengobatan

6. Pasien berhak men yetujui/mem berikan izin atas tindakan yang akan

dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

7. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya

dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri

sesuadah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

8. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

9. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang

dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

10. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam

perawatan di rumah sakit.

11. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.

12. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus

mal-praktek.

B. KEWAIIBAN PASIEN

1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan

dan tat tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.

2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan,

perawat yang merawatnya.

3. Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi semua

imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan

kesehatan, dokter, bidan dan perawat.


4. Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang

selalu disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

C. HAK DAN KEWAJIBAN BIDAN

Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial

sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang di

terimanya. Hak pasti berhubungan dengan individu,yaitu pasien.

Sedangkan bidan mempunyai kewajiban/keharusan untuk pasien,jadi hal

adalah sesuatu yang di terima oleh pasien. Sedang kewajiban adalah suatu

yang di berikan oleh bidan. Seharusnya uga ada hak yang harus di terima

oleh bidan dan kewajbian yang harus diberikan oleh pasien.

a. HAK BIDAN

1. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan

tugas sesuai dengan profesinya.

2. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada

setiap tingkat jenjang pelayanan kesehatan.

3. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang

bertentangan dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi.

4. Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya

dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.

5. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik

melalui pendidikan maupun pelatihan.

6. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk mmingkatkan jenjang

karir dan jabatan yang sesuai.

7. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

b. KEWAJIBAN BIDAN
1. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan

hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin

dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.

2. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai

dengan standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.

3. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang

mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan

pasien.

4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi

suami atau keluarga.

5. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk

menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.

6. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya

tentang seorang pasien.

7. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan

yang akan dilakukan serta risiko yang mungkiri dapat timbul.

8. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas

tindakan yang akan dilakukan.

9. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.

10. Bidan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu

pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal.

11. Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang

terkait secra timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan

Beberapa kewajiban bidan yang di atur dalam pengabdian

profesinya adalah:
Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan

a. Setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan teman

sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.

b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling

menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga

kesehatan lainnya.

Kewajiban bidan terhadap profesinya

a. Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi

citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi

dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.

b. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan

meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian

dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan

citra profesinya

Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

a. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannva agar dapat

melaksanakan tugas profesinya dengan baik.

b. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan

diri.

Kewajiban bidan teradap pemerintah nusa,bangsa dan tanah air


a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa

melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidan

kesehatan khususnya dalam pelayanan KIA/ KB dan kesehatan

keluarga.

b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan

menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk

meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama

pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat

a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati

danmengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan

tugas pengabdiannya.

b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas proofesinya menjunjung

tinggiharkat dan martabat kemanusiaan yang yang utuh dan

memelihara citra bidan

c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa

berpedoman padaperan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan

kebutuhan klien,keluarga dan masyarakat

d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan

kepentinganklien, menghormati hak klien, dan menghormati

niulai – nilai yangberlaku dimasyarakat.

e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa

mendahulukankepentingan klien, keluarga dan masyarakat

denganj indentitas yangsama sesuai dengan kebutuhan

berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.


f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi

dalamhubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong

partisipasimasyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya

secara optimal.

Kewajiban bidan terhadap tugasnya

a. Setiap bidan senantiasa mwemberikan pelayanan paripurna

terhadapklien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan

kemampuan profesiyang dimilikinya berdasarkan kebutuhan

klien, keluarga dan masyarakat

b. Setiap bidan berhal memberikan pertolongan dan

mempunyaikewenangan dalam mengambil keputusan

mengadakan konsultasi danatau rujukan

c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang

dapat danatau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta

oleh pengadilanatau diperlukan sehubungan kepentingan klien.

Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki

oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Tim Media

pena,2002 : 112 )

Peran bidan yang diharapkan adalah:

a. Peran Sebagai Pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu

tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.

1) Tugas mandiri

Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:


a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan yang diberikan.

b) Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan

asuhan klien.

c) Menentukan diagnosis.

d) Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah

yang dihadapi.

e) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang

telah disusun.

f) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.

g) Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan.

h) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan.

i) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja

dan dengan melibatkan mereka sebagai klien,

mencakup:

j) Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja

dan wanita dalam masa pranikah.

k) Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar.

l) Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas

mendasar bersama klien.

m) Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana.

n) Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah

diberikan bersama klien.

o) Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan

bersama klien.
p) Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.

Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan

normal, mencakup:

a) Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan

hamil.

b) Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan

kesehatan klien.

c) Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien

sesuai dengan prioritas masalah.

d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana

yang telah disusun.

e) Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama

klien.

f) Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah

diberikan bersama klien.

g) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan

bersama klien,

h) Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan

yang telah diberikan.

Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa

persalinar dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup:

a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam

masa persalinan.
b) Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan

dalam masa persalinan.

c) Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien

sesuai dengar prioritas masalah.

d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana

yang telah disusun.

e) Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama

klien.

f) Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa

persalinan sesuai dengan prioriras.

g) Membuat asuhan kebidanan.

Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mencakup:

a) Mengkaji status keselhatan bayi baru lahir dengan

melibatkan keluarga.

b) Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan

pada bayi baru lahir.

c) Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas.

d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat.

e) Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.

f) Membuat rencana tindak lanjut.

g) Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan

yang telah diberikan.


Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas

dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup:

a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam

masa nifas.

b) Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan

pada masa nifas.

c) Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan

prioritas masalah.

d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

e) Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang

telah diberikan.

f) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan

bersama klien.

Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang

membutuhkan pelayanan keluarga berencana, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada

pus (pasangan usia subur)

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan.

c. Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas

masalah bersama klien.

d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah

dibuat.

e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.


f. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama

klien.

g. Membuat pencatatan dan laporan.

Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan

sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium

serta menopause, mencakup:

a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan

kebutuhan asuhan.

c. Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah

bersama klien.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

e. Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan

yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.

Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan

melibatkan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan

tumbuh kembang bayi/balita.

b. Menentukan diagnosis dan prioritas masalah.

c. Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana.

d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah.

e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan


f. Membuat rencana tindak lanjut.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan.

2) Tugas Kolaborasi

Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan

klien dan keluarga. mencakup:

a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan

komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan

kolaborasi.

c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioriras

kegawatdaruratan dan hasil kolaborasi serta

berkerjasama dengan klien.

d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan

dengan melibatkan klien.

e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.

f. Menyusum rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

2) Memberi asu6an kebidanan pada ibu hamil dengan

risiko tinggi dan pertolongan pertama pada


kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan

kolaborasi, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi

dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi.

b. Menentukam diagnosis, prognosis, dan prioritas

sesuai dengan faktor risiko serta keadaan

kegawatdaruratan pada kasus risiko tinggi.

c. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan

pertama sesuai dengn prioritas

d. Melaksanalkan asuhan kebidanan pada kasus ibu

hamil dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan

pertama sesuai dengan prioritas.

e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan

pertolongan pertama.

f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

3) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa

persalinan dengan resiko tinggi serta keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan

pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan

klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu

dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan


keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas

sesuai dengan faktor risiko dan keadaan

kegawatdaruratan

c. Menyusun rrencana asuhan kebidanan pada i6tl

dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan

pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam

masa persalinan dengan risiko tinggi dan memberi

pertolongan pertama sesuai dengan priositas.

e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan

pertolongan pertama pada ibu hamil dengan risiko

tinggi.

f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas

dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam

keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan

kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa

nifas dengan risiko tinggi dan keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan

kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas

sesuai dengan faktor risiko serta keadaan

kegawatdaruratan.

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu

dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan

pertolongan pertarna sesuai dengan prioritas.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko

tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai

dengan rencana.

e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan

pertolongan pertama.

f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

h. Memberi asuhan kebidanan pada bay, baru lahir

dengan

risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan

kegawatdaruraran yang memerlukan tindakan kolaborasi

bersama klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi

baru lahir de ngan risiko tinggi dan keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan

kolaborasi.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas

sesuai dengan Faktor risiko serta keadaan

kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir dengan risiko tinggi dan memerlukan

pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama

sesuai dengan prioritas.

e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan

pertolongan pertama.

f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

5) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko

cinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi

betsamut klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan

risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang

nemerlukan tindakan kolaborasi.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioricas

sesuai dengan faktor risiko serta keadaan

kegawatdaruratan.

c. Menyvsun rencana asuhan kebidanan pada balita

dengan risiko tinggi dan memerlukan pertolongan

pertama sesuai dengan prioritas.


d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan

risiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan

prioritas.

e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidaman dan

pertolongan pertama.

f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.

g. Membuat pencatatan dan pelaporaan.

3) Tugas ketergantungan

Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:

1. Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan

kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan

keluarga, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebndanan yang

memerlukan tindakan di luar lingkup kewenangan

bidan dan memerlukan rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta

sumbersumber dan fasilitas untuk kebmuuhan

intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga.

c. Merujuk klien uncuk keperluan iintervensi lebih

lanjuc kepada petugas/inscitusi pelayanan

kesehaatan yang berwenang dengan dokumentasi

yang lengkap.
d. Membuat pencatatan dan pelaporan serta

mendokumentasikan seluruh kejadian dan

incervensi.

2. Membeci asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta

kegawatdaruratan, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui

konsultasi dan rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.

c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang

memerlukan rujukan.

d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan.

e. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih

lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan

yang berwenang.

f. Membuat pencatatan dan pelaporan serta

mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.

3. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta

rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu

dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi

kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan yang

memerlukan konsultasi dan rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.


c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang

memerlukan rujukan.

d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih

lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan

yang berwenang.

e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta

mendokumentasikae seluruh kejadian dan intervensi.

4. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan pada ibu dalam masa nifas yang disertai

penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan

melibatkan klien dan keluarga, mencakup:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi

kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas yang

memerlukan konsultasi serta rujukan.

b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.

c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang

memerlukan rujukan.

d. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih

lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan

yang berwenang

e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta

mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.

5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang


memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan

keluarga, mencakup:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi

kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang

memerlukan konsulrasi serta rujukan.

b. Menentatkan diagnosis, prognosis, dan prioritas.

c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang

memerlukan rujukan

d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih

lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan

yang berwenang.

e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta

dokumentasi.

6. Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan

kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang

memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan

klien/keluarga, mencakup:

a. Mengkaji adanya penyulit dan kegawatdaruratan

pada balita yang memerlukan konsultasi serta

rujukan.

b. Menenrukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.

c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang

memerlukan rujukan
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih

lanjut pada petugas/institusi pelayanan kesehatan

yang berwenang.

e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta

dokumentasi.

b. Peran Sebagai Pengelola

Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas

pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi

dalam tim.

1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan

Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan,

terutama pelayanan kebnjanan untuk individu, keluarga

kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan

melibatkan masyarakat/klien, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan

dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan

serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di

wilayah kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka

masyarakat.

b. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian

bersama masyarakat.

c. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan

masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak serta

keluarga berencana (KB) sesuai dengan rencana.


d. Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader,

dukun, atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan

program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak-

serta KB.

e. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan

keseharan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan

anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-sumber

yang ada pada program dan sektor terkait.

f. Menggerakkan dan mengembanglran kemampuan

masyarakat serta memelihara kesehatannya dengan

memanfaatkan potensi-potensi yang ada.

g. Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan

praktik profesional melalui pendidikan, pelatihan,

magang sena kegiatankegiatan dalam kelompok profesi.

h. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah

dilaksanakan.

2. Berpartisipasi dalam tim

Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan

program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya

melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader

kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah

bimbingan dalam wilayah kerjanya, mencakup:

1. Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai

anggota tim dalam memberi asuhan kepada klien dalam

bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.


2. Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader

kesehatan atau petugas lapangan keluarga berencaca

(PLKB) dan masyarakat.

3. Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi,

kader dan petugas kesehatan lain.

4. Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.

5. Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat,

yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Peran Sebagai Pendidik

Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik

dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan

pembimbing kader.

1. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien

Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan

kepada klien (individu, keluarga, kelompok, serta

maryarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan,

khususnya yang berhubungarn dengan kesehatan ibu, anak,

dan keluarga berencana, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan pendidikan dan penyuluhan

kesehatan, khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak,

dan keluarga berencana bersama klien.

b. Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan

kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek

maupun jangka panjang bersama klien.


c. Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan

penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

d. Melaksanakan program/rencana pendidikan dan

penyuluhan kesehatan sesuai dengan rencana jangka

pendek serta jangka panjang dengan melibatkan unsur-

unsur terkait, termasuk klien.

e. Mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan

bersama klien dan menggunakannya untuk memperbaiki

serta meninglcatkan program dl masa yang akan datang.

f. Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil

pendidikan/ penyuluhan kesehatan secara lengkap serta

sistema tis.

2. Melatih dan membimbing kader

Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik

kebidanan dan keperawatan, serta membina dukun dl

wilayah atau tempat kerjanya, mencakup:

a. Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi

kader, dukun bayi, serta peserta didik

b. Menyusun rencana pelatihan dan bimbingan sesuai

dengan hasil pengkajian.

c. Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids,

AVA) dan bahan untuk keperluan pelatihan dan

bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun.


d. Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader

sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan

melibatkan unsur-unsur terkait.

e. Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan

dalam lingkup kerjanya.

f. Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah

diberikan.

g. Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan

program bimbingan.

h. Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil

evaluasi pelatihan serta bimbingan secara sistematis dan

lengkap.

d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator

Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam

bidang kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok,

mencakup:

1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan

dilakukan.

2. Menyusun rencana kerja pelatihan.

3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.

4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.

5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan

mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.


D. Tanggung Jawab Bidan

1. Tanggung jawab terhadap peraturan perundang-undangan

2. Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan tenaga kesehatan

ditetapkan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. Bidan

harus dapat mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang

dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

3. Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi

Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan

profesionalnya. Oleh karena itu bidan harus selalu meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya dengan jalan mengikuti pelatihan,

pendidkan berkelanjutan, seminar dan pertemuan ilmiiah lainnya.

4. Tanggung jawab terhadap penyimpanan catatan kebidanan

Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatannya dalam

bentuk catatan tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang

dilayaninya dapat dipertanggung jawabkannya bila terjadi gugatannya.

Catatan yang dilakukan bidan dapat digunakan sebagai bahan laporan

untuk disampaikan kepada atasannya.

5. Tanggung jawab terhadap keluarga yang dilayani

Bidan memiliki kewajiban memberikan asuhan kepada ibu dan anak

yang meminta pertolongan kepadanya. Ibu dan anak sangat erat

hubungannya dengan keluarga. Tanggung jawab bidan tidak hanya

pada kesehatan ibu dan anak, akan tetapi juga menyangkut pada

kesehatan keluarga. Oleh karena itu, bidan harus mengerahkan segala


kemampuan pengetahuan, sikap dan perilakunya didalam memberikan

pelayanan kesehatan pada keluarga yang membutuhkan.

a. Fungsi Bidan

1. Fungsi adalah kegunaan suatu hal, daya guna, jabatan

(pekerjaan) yang dilakukan, kerja bagian tubuh (Tim Media

Pena, 2002:117)

Berdasarkan peran Bidan yang dikemukakan diatas, maka

fungsi bidan sebagai berikut :

a. Fungsi Pelaksana

Fungsi bidan pelaksana mencakup:

1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu,

keluarga, serta masyarakat (khususnya kaum remaja)

pada masa praperkawnan.

2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan

normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan

kehamilan dengan risiko tinggi.

3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan

patologis tertentu.

4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi

dengan risiko tinggi

5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.

6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui

7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan

pcasekolah
8. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan

wewenangnya.

9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk

kasus gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita

pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai

dengan wewenangnya.

b. Fungsi Pengelola

Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:

1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan

bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat, sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat

yang didukung oleh partisipasi masyarakat.

2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di

lingkungan unit kerjanya.

3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.

4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan

antarsektor yang terkait dengan pelayanan kebidanan

5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit

pelayanan kebidanan.

c. Fungsi Pendidik

Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:

1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan

kelompok masyarakat terkait dengan pelayanan

kebidanan dalam lingkup kesehatan serta KB


2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader

kesehatan sesuai dengan tanggung jawab bidan.

3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan

dalam kegiatan praktik di klinik dan di masyarakat.

4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan

lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.

d. Fungsi Peneliti

Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:

1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian

yang dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup

pelayanan kebidanan.

2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB

E. Kode Etik Profesi Bidan

Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan

dalam kongres nasional IBI X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya

disahkan dalam rapat kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian

disempurnakan dan disahkan pada kongres nasional IBI XII tahun 1998. Sebagai

pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan indonesia mengandung beberapa

kekuatan yang semuanya bertuang dalam mukadimah, tujuan dan bab.

Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab yaitu:

Bab I. Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat (6 Butir):


1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah

jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

Penerapannya :

a) Bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi bidan yang

telah ditetapkan sesuai dengan prosedur ilmu  dan kebijakan yang berlaku

dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab.

b) Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan yang optimal

kepada siapa saja dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan,

golongan, bangsa dan negara.

c) Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak akan menceritakan kepada

orang lain dan merahasiakan segala yang berhubungan dengan tugasnya

d) Bidan hanya boleh membuka rahasia klien apabila diminta untuk keperluan

kesaksian pengadilan

2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan

martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.

Penerapannya :

a) Pada hakikatnya manusia termasuk klien membutuhkan penghargaan dan

pengakuan yanng hakiki baik dari golongan masyarakat intelektual,

menengah atau masyarakat kurang mampu.

b) Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan harus

memberi pelayanan profesional yang memadai kepada setiap klien.

Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki dan

manusiawi secara penuh tanpa mementingakan kepentingan pribadi dan

mendahulukan kepentingan klien serta menghargai klien sebagaimana

bidan menghargai dirinya sendiri. Dalam memberikan pelayanan, harus


menjaga citra bidan sebagai profesi yang memiliki nilai-nilai pengabdian

yang sangat esensial.Pengabdian dan pelayanan bidan adalah dorongan hati

nurani yang tidak mendahulukan balas jasa.

3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran,

tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan

masyarakat.

Penerapannya :

a) Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesuai dengan tugas dan

kewajiban yang telah digariskan dalam permenkes No

900/Permenkes/IX/2002.

b) Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan dalam

pertumbuhan perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi sesuai

dengan usia, melaksanakan perawatan bayi dan memberi petunjuk kepada

ibu tentang makanan bayi, termasuk cara menyusui yang baik dan benar

serta makanan tambahan sesuai dengan usia anak.

c) Memberi obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi klien.

d) Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam kasus-

kasus yang tidak dapat diatasi sendiri.

e) Bidan melaksanakan perannya di tengah kehidupan masyarakat

4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien,

menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Penerapannya :
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang masih percaya pada

kebudayaannya, tidak murni menghilangkan, tetapi memadukan dengan ilmu

kebidanan yang dimilikinya.

5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan

klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan

kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

Penerapannya :

Ketika ada klien datang, sedangkan bidan mau ada kepentingan keluarga, bidan

harus mendahulukan untuk melayani klien yang datang tersebut daripada

kepentingan pribadinya.

6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan

pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk

meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

Penerapannya :

a) Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk

memberi penyuluhan serta motivasi agar masyarakat mau membentuk

posyandu atau PKMD atau kepada ibu yang mempunyai balita/ibu hamil

untuk memeriksakan diri di posyandu.

b) Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas atau rumah, ditempat

praktik BPM, maupun ditengah masyarakat lingkungan tempat tinggal,

harus selalu memberi motivasi untuk selalu hidup sehat.

Bab II Kewajiban Bidan terhadap Tugasnya (3 Butir):


1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan

masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada

kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

Penerapannya :

a) Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan

antenatal, memberi imunisasi, KIE, sesuai dengan kebutuhan.

b) Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang

bidan.

c) Memberi pelayanan bersifat promotif/peningkatan kesehatan.

d) Memberi pelayanan bersifat rehabilitatif.

2. Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam

mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan

konsultasi dan atau rujukan.

Penerapannya :

a) Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, dan di Rumah Sakit.

b) Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesuai

dengan wewenangnya.

c) Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki

fasilitas lebih lengkap.

3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau

dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan

sehubungan dengan kepentingan klien.

Penerapannya :

Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala sesuatu yang

diketahuinya kepada siapapun termasuk keluarganya.


Bab III. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya

(2 Butir):

1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk

menciptakan suasana kerja yang serasi.

Penerapannya :

a) Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non pemerintah,

jika ada sejawat yang berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan,

sehingga tugas pelayanan tetap berjalan.

b) Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan

arisan, piknik bersama, mengunjungi teman yang sakit, memenuhi

undangan perkawinan keluarga, khitanan.

2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap

sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

Penerapannya :

a) Dalam menetapkan lokasi BPM, perlu diperhatikan jarak dengan lokasi

yang sudah ada.

b) Jika mengalami kesulitan, bidan dapat saling membantu dengan

mengkonsultasikan kesulitan kepada sejawat.

c) Dalam kerja sama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongnan

mendadak hendaknya melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakatan

bersama.

Bab IV. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya (3 Butir):


1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya

dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang

bermutu kepada masyarakat.

Penerapannya :

a) Menjadi panutan dalam hidupnya.

b) Berpenampilan yang baik.

c) Tidak membeda-bedakan pangkat, jabatan dan golongan.

d) Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah

ditentukan.

e) Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya hanya dalam

waktu dinas.

2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan

profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penerapannya :

a) Mengembangkan kemampuan di lahan praktik.

b) Mengikuti pendidikan formal.

c) Mengikuti pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar, lokakarya,

simposium, membaca majalah, buku dan lain-lain secara pribadi.

3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan

sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

a) Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok.

b) Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok.

c) Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok.

d) Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok.

e) Membantu perencanaan penelitian mandiri.


f) Melaksanakan penelitian mandiri.

g) Mengolah hasil penelitian.

h) Membuat laporan penelitian.

Bab V. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (3 Butir):

1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas

profesinya dengan baik.

Penerapannya :

a) Memperhatikan kesehatan perorangan.

b) Memperhatikan kesehatan lingkungan.

c) Memeriksakan diri secara berkala setiap setahun sekali.

d) Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera

memeriksakan diri ke dokter.

2. Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penerapannya :

a) Membaca buku-buku tentang kesehatan, kebidanan, keperawatan    pada

umumnya bahkan pengetahuan umum

b) Menyempatkan membaca Koran.

c) Berlangganan majalah profesi, majalah kesehatan.

d) Mengikuti penataran, seminar, simposium, lokakarya tentang kesehatan

umumnya, kebidanan khususnya.

e) Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk

tindakan yang jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat

kecamatan, cabang, daerah atau pusat.


f) Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan

pertemuan rutin, misalnya bulanan.

g) Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit-rumah

sakit yang lebih maju ke daerah-daerah terpencil.

h) Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam

kesempatan pertemuan rutin.

3. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

Bab VI. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah    Air (2

Butir):

1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-

ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan

KIA/KB dan kesehatan keluarga serta masyarakat.

Penerapannya :

a) Bidan harus mempelajari perundang-undangan kesehatan di Indonesia

dengan cara :

- Menyebarluaskan informasi atau perundang-undangan yang dipelajari

kepada anggota.

- Mengundang ahli atau penceramah yang dibutuhkan.

b) Mempelajari program pemerintah, khususnya mengenai pelayanan

kesehatan di Indonesia.

c) Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga kesehatan

umumnya, keperawatan dan kebidanan khususnya.

2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya

kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan,

terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.


Penerapannya :

a) Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang

berbagai hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidan di daerah,

termasuk faktor penunjang maupun penghambat pelaksanaan tugas itu.

b) Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di

masyarakat yang berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya

penelitian mengenai :

- Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah

- Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas

KIA/KB yang telah disediakan oleh masyarakat.

Bab VII. Penutup:

Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan

mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup

kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain

mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat bidan

juga harus memiliki etika yang baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak dalam

memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan kebidanan. Agar mempunyai etika

yang baik dalam pendidikannya bidan dididik etika dalam mata kuliah Etika profesi

namun semuanya mata kuliah tidak ada artinya jika peserta didik tidak

mempraktekannya dalam kehidupannya di masyarakat.

Etik merupakan kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai benar

dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etiket merupakan tata cara (adap sopan santun, dll) di masyarakat beradap dalam

memelihara hubungan baik diantara sesama manusia. Etiket menyangkut cara suatu

perbuatan harus dilakukan manusia.

Persamaan etika dengan etiket :

Sama-sama menyangkut perilaku manusia

Memberi norma bagi perilaku manusia, yaitu menyatakan tentang apa yang harus

dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

Moral merupakan ajaran tentang baik atau buruk yang diterima secara umum

mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dll.;akhlak, budi pekerti, susila.

Hukum adalah keseluruhan peraturan tentang tingkah laku tentang suatu kehidupan

bersama, yang dapat di paksakan pelaksanaanya dengan suatu sanksi.


Sistematika Etika terdapat:

Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya: adat

kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk tindakan-tindakan yang

diperbolehkan atau tidak diperbolehkan

Etika normatif dapat dibagi lebih lanjut dalam etika umum dan etika khusus:

Etika umum

Etika khusus

Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada

masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Bidan telah diakui sebagai

sebuah profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang bekerja profesional,

maka bidan harus dapat memahami sejauh mana peran bidan dalam menjalankan

profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu pelaksana, pengelola, pendidik dan

peneliti. Serta hak, kewajiban dan tanggung jawab seorang bidan dalam melakukan

pelayanan kesehatan dalam masyarakat.

B. Saran

Melalui makalah ini, penulis berharap agar para bidan maupun calon bidan

menjalankan profesionalitas pekerjaannya sesuai kode etik kebidanan, antara lain

menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan

para anggota, meningkatkan pengabdian para anggoa profesi, dan meningkatkan mutu

profesi.
DAFTAR PUSTAKA

Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Mitra

Cendikia.

Mufdlilah. Asri Hidayat. Ima Kharimaturrahmah. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

H,Masruroh. 2010. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Citra Pustaka

Hendrik. 2011. Etika dan hukum kesehatan. Jakarta: EGC

Seopardan, dkk. 2007. Etika kebidanan dan hukum kesehatan. Jakarta: EGC

Susanti, Santi. 2015. ETIKOLEGAL Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai