Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN


MASALAH-MASALAH ETIKA MORAL DAN DELIMA DALAM KEBIDANAN

OLEH KELOMPOK 5:
VILLA WAHYU WANDARI (20220013)

SALSA BILLA(20220006)

DOSEN PENGAMPU :
EDI HASKAR, S.H.,M.H.

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya serta kemudahan–Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Etika dan Hukum Kesehatan”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan
bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.
2. Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.
3. Kaprodi D-III Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sumatera
Barat.
4. Dosen pengampu mata kuliah etika hukum kesehatan yaitu bapak Edi
Haskar,S.H,M.H
5. Kepada seluruh teman teman yang seangkatan

Kami menyadari makalah yang sederhana dan singkat ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak sangat membantu demi terciptanya karya
yang lebih baik dimasa-masa yang akan datang. Semoga dengan segala keterbatasan yang ada
pada kami, makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak. Terima kasih.

Bukittinggi, 8 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................................
BAB I .....................................................................................................................................
PENDAHULUAN ............................................................................................................
Latar Belakang .........................................................................................................................
Permasalahan .......................................................................................................................
Tujuan .....................................................................................................................................
BAB II .......................................................................................................................................
PEMBAHASAN ...................................................................................................................
MASALAH- MASALAH ETIK MORAL DALAM PRAKTEK KEBIDANAN ..................

1. ETIKalah Etik Moral Yang Mungkin Terjadi Dalam Praktik Kebidanan ..................
2. Langkah-Langkah Penyelesain Masalah ....................................................................
3. Informed Choice
......................................................................................................................
a. Pilihan dapat diperluas dan menghindari konflik ...............................................
b. Beberapa jenis pelayanan yang dapat dipilih klien ............................................
4. Informed Consent ...................................................................................................
a. Dimensi Informed Consent .....................................................................................
b. Syarat sahnya perjanjian atau consent ....................................................................
c. Segi Hukum Informed Consent ............................................................................
d. Masalah yang lazim terjadi pada informed consent ..............................................
BAB III ...................................................................................................................................
PENUTUP................................................................................................................................
1.Kesimpulan ........................................................................................................................
2. Saran ................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Fungsi pengetahuan etik bagi bidan adalah memberikan bantuan yang positif bagi bidan
untuk menghindarkan dari prasangka dalam melakukan pekerjaannya. Etik memliki dimensi
kode etik, yaitu : anggota profesi & klien, anggota profesi & sistem kesehatan, anggota
profesi & profesi kesehatan, sesama anggota profesi. Kode etik merupakan suatu pernyataan
komprehensif profesi yang memberikan tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktik
kebidanan baik yang berhubungan dengan klien, keluarga masyarakat, teman sejawat, profesi
dan dirinya sendiri. Kode etik memiliki prinsip, yaitu :
• Menghargai otonomi
• Melakukan tindakan yang benar
• Mencegah tindakan yang dapat merugikan
• Memperlakukan manusia secara adil
• Menjelaskan dengan benar
• Menepati janji yang telah disepakati

Menjaga kerahasiaan Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi
petunjukpetunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan
profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh
diperbuat oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan
juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam
masyarakat.
Kode etik memiliki tujuan, yaitu menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga &
memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian para anggota profesi dan
meningkatkan mutu profesi.

2. Permasalahan
a) Bagaimana masalah-masalah etik moral yang mungkin terjadi dalam praktik bidan ?
b) .Bagaimana langkah-langkah penyelesaian masalah dalam praktik kebidanan ?
c) itu informed choice ?
d) Apa itu informed conprofes

3.Tujuan
a) Mahasiswa mampu mengenali masalah-masalah etik moral yang mungkin terjadi
dalam praktik kebidanan.
b) Mahasiswa mampu mengetahui dan mengenali langkah-langkah penyelesaianmasalah
dalam praktik kebidanan.
c) Mahasiswa mampu mengetahui tentang informed choice.
d) Mahasiswa mampu mengetahui tentang informed consent.
BAB II
PEMBAHASAN

Etik sebagai filsafat moral, mencari jawaban untuk menentukan serta


mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang benar salah, baik buruk, yang
secara umum dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman suatu
tindakan. Bidan dihadapkan pada dilema etik; membuat keputusan dan bertindak didasarkan
atas keputusan yang dibuat berdasarkan intuisi; merefleksikan pada pengalamannya atau
pengalaman rekan kerjanya. Terdapat 4 prinsip etika yang umumnya digunakan dalam
praktik kebidanan :
1. Autonomy

Memperhatikan penguasaan diri, hak akan kebebasan & pilihan individu.

2. Beneficence

Memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien dan berbuat yang terbaik untuk orang
lain.

3. Non Malefecence

Menimbulkan kerugian untuk orang lain dan jangan membuat kerugian..

4. Justice.

Memperhatikan keadilan & keuntungan.

MASALAH- MASALAH ETIK MORAL DALAM PRAKTEK KEBIDANAN


1.. Masalah-Masalah Etik Moral Yang Mungkin Terjadi Dalam Praktik Kebidanan Bidan
harus memahami dan mengerti situasi etik moral, yaitu :

a Untuk melakukan tindakan yang tepat dan berguna


b Untuk mengetahui masalah yang perlu diperhatikan
c Kesulitan dalam mengatasi situasi
d Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan bidan.
Pengertian bidan terhadap situasi sering diperbarui oleh kepentingan, prasangka, dan
faktorfaktor subyektif lain.Masalah etik moral yang mungkin terjadi :
a.Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan karena :
• Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
• Bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil
b. Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik dibutuhkan :
• Pengetahuan klinik yang baik
• Pengetahuan yang up to date
• Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan
c. Harapan bidan dimasa depan :
• Bidan dikatakan profesional, apabila menerapkan etika dalam menjalankan praktik
kebidanan
• Dengan memahami peran bidan, yaitu tanggung jawab profesionalisme terhadap
pasien atau klien akan meningkat.
• Bidan berada dalam posisi baik, yaitu memfasilitasi klien dan membutuhkan
peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam strategi praktik
kebidanan
2. Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah
a. Melakukan penyelidikan yang memadaahl
b. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli.
c. pandangan tentang situasi
d. Kepekaan terhadap pekerjaan.
e. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain.
3. Informed Choice
Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya.Menurut kode etik kebidanan internasionl bidan
harus menghormati hakinformed choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang
pilihan dalam asuhan ditanggungjawabnya terhadap hasil dari pilihannya.Definisi informasi
dalam konteks ini meliputi : informasi yang sudah lengkap diberikan dan dipahami ibu,
tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.
Pilihan (choice) berbeda dengan persetujuan (consent) :
✓ Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan
bidan.
✓ Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan
menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “ pilihannya” sendiri.
4. Informed Consent
Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap bidan, untuk
melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh informasi lengkap
dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan. Informed consent merupakan suatu
proses. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981 PP No.8 tahun 1981.
Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar kertas, tetapi bukti jaminan
informed consent telah terjadi. Merupakan dialog antara bidan dan pasien di dasari
keterbukaan akal pikiran, dengan bentuk birokratisasi penandatanganan formulir. Informed
consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan setelah mendapat informasi secukupnya
sehingga setelah mendapat informasi sehingga yang diberi informasi sudah cukup mengerti
akan segala akibat dari tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil
keputusan.
Berperan dalam mencegah konflik etik tetapi tidak mengatasi masalah etik,
tuntutan, pada intinya adalah bidan harus berbuat yang terbaik bagi pasien atau
klien.
a. Dimensi Informed Consent
Dimensi hukum, merupakan perlindungan terhadap bidan yang berperilaku
memaksakan kehendak, memuat :
a Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien.
b Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien.
c Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik.
Dimensi Etik, mengandung nilai-nilai :
a Menghargai otonomi pasien.
b Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau
dibutuhkan.
c Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil pemikiran rasional.
b. Syarat sahnya perjanjian atau consent

 Adanya kata sepakat


Sepakat dari pihak bidan maupun klien tanpa paksaan, tipuan maupun kekeliruan
setelah diberi informasi sejelas

 Kecakapan
Artinya seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan, jika orang itu
mampu melakukan tindakan hukum, dewasa dan tidak gila. Bila pasien seorang anak,
yang berhak memberikan persetujuan adalah orangtuanya, pasien dalam keadaan sakit
tidak dapat berpikir sempurna sehingga ia tidak dapat memberikan persetujuan untuk
dirinya sendiri, seandainya dalam keadaan terpaksa tidak ada keluarganya dan
persetujuan diberikan oleh pasien sendiri dan bidan gagal dalam melakukan
tindaknnya maka persetujuan tersebut dianggap tidak sah.
Contoh : Bila ibu dalam keadaan inpartu mengalami kesakitan hebat, maka ia
tidak dapat berpikir dengan baik, maka persetujuan tindakan bidan dapat diberikan
oleh suaminya, bila tidak ada keluarga atau suaminya dan bidan memaksa ibu untuk
memberikan persetujuan melakukan tindakan dan pada saat pelaksanaan tindakan
tersebut gagal, maka persetujuan dianggap tidak sah.

 Suatu hal tertentu


Obyek persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan dengan jelas dan
terinci.
Contoh : Dalam persetujuan ditulis dengan jelas identitas pasien meliputi nama, jenis
kelamin, alamat, nama suami, atau wali. Kemudian

 Suatu sebab yang bertentangan dengan UU


Isi persetujuan tidak boleh bertentangan dengan undang -undang, tata tertib,
kesusilaan, norma dan hukum.
Contoh : abortus provokatus pada seorang pasien oleh bidan, meskipun mendapatkan
persetujuan si pasien dan persetujuan telah disepakati kedua belah pihak tetapi dianggap
tidak sah sehingga dapat dibatalkan demi hukum.
c. Segi Hukum Informed Consent
Pernyataan dalam informed consent menyatakan kehendak kedua belah pihak, yaitu
pasien menyatakan setuju atas tindakan yang dilakukan bidan dan formulir persetujuan
ditandatangani kedua belah pihak, maka persetujuan tersebut mengikat dan tidak dapat
dibatalkan oleh salah satu pihak.
Informed consent tidak meniadakan atau mencegah diadakannya tuntutan dimuka
pengadilan atau membebaskan Rumah Sakit atau Rumah Bersalin terhadap
tanggungjawabnya bila ada kelalaian. Hanya dapat digunakan sebagai bukti tertulis adanya
izin atau persetujuan dari pasien terhadap diadakannya tindakan.
Formulir yang ditandatangani pasien atau wali pada umumnya berbunyi segala akibat
dari tindakan akan menjadi tanggung jawab pasien sendiri dan tidak menjadi tanggung jawab
bidan atau rumah bersalin. Rumusan tersebut secara hukum tidak mempunyai kekuatan
hukum, mengingat seseorang tidak dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya atas
kesalahan yang belum dibuat.

d. Masalah yang lazim terjadi pada informed consent

Pengertian kemampuan secara hukum dari orang yang akan menjalani tindakan, serta
siapa yang berhak menandatangani.
Masalah wali yang sah, timbul apabila pasien atau ibu tidak mampu secara hukum
untuk menyatakan persetujuannya. Masalah informasi yang diberikan, seberapa jauh
informasi dianggap telah dijelaskan dengan cukup jelas, tetapi juga tidak terlalu rinci
sehingga dianggap menakut -nakuti.
Dalam memberikan informasi apakah diperlukan saksi, apabila diperlukan apakah saksi perlu
menanda tanagani form yang ada. Bagaimana menentukan saksi? Dalam keadaan darurat,
misal kasus perdarahan pada bumil dan keluarga belum bisa dihubungi, dalam keadaan
begini siapa yang berhak memberikan persetujuan, sementara pasien perlu segera ditolong.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Etik sebagai filsafat moral, mencari jawaban untuk menentukan serta
mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang benar salah, baik buruk, yang
secara umum dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman suatu
tindakan. Bidan dihadapkan pada dilema etik membuat keputusan dan bertindak didasarkan
atas keputusan yang dibuat berdasarkan intuisi mereflekasikan pada pengalamannya atau
pengalaman rekan kerjanya.
2. Saran
Bidan dituntut berperilaku hati-hati dalam setiap tindakan, dalam memberikan asuhan
kebidanan dengan menampilkan perilaku yang ethis dan profesional sehingga, tidak
merugikan diri sendiri dan klien
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, SH, M.Kes, 2010, “ Kumpulan Naskah Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan”,
Trans Info Media, Jakarta.
http://modulkesehatan.blogspot.com/2012/12/teori-teori-yang-mendasari pengambilan.htm

Anda mungkin juga menyukai