Disusun Oleh :
Kelompok 5
ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................4
I. BIOETIKA KEPERAWATAN..................................................................19
A. KESIMPULAN...........................................................................................23
B. SARAN.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
iv
dari kode etik berarti tidak memiliki perilaku yang baik dan tidak memiliki
moral yang baik. Etika juga bisa diartikan sebagai, yang berhubungan dengan
pertimbangan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada
undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan.
Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada
pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran
perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk
memutuskan mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada
jawaban benar atau salah; dan apa yang dilakukan jika semua solusi tampak
salah.Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema sulit di
pecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih
prinsip etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan harus membuang
yanglain menjadi sulit karena keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan
keburukanapalagi jika tak satupun keputusan memenuhi semua kriteria.
Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya dampak
emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan
keputusan rasional.
B. RUMUSAN MASALAH
v
4. Untuk mengetahui pengertian dari dilemma etik
5. Mengetahui dilemma etik yang terjadi dalam keperawatan
6. Mengetahui prinsip moral dalam menyelesaikam dilemma etik
keperawatan
7. Menyelesaikan pemecahan dilemma etik dalam keperawatan
8. Mengetahui model pemecahan masalah etik
9. Untuk mengetahui pengertian dari bioetik keperawatan
10. Mengetahui pendekatan bioetik keperawatan
vi
BAB II
PEMBAHASAN
vii
2. Membantu klien yang sehat untuk memelihara kesehatannya.
3. Membantu yang menghadapi ajal untuk diperlakukan sebagai manusia
sampai meninggal.
viii
Beberapa hal terkait dengan isu tersebut secara fundamental harus dilakukan
penerapan teknologi dalam bidang kesehatan. Agar issu tersebut dapat kita
kita antisipasi mari kita mencoba untuk menganalisisnya!
1. Analisis
2. Jenis-Jenis Analisis
ix
Analisis Isu bisa bermacam-macam. Hal ini akan sangat
tergantung pada tujuan analis. Secara umum,metode yang digunakan
oleh seorang analis adalah metode kualitatif. Ia bisa berbentuk analisis
isi (content analysis ), analisis wacana ( discourse analysis ), analisis
komparatif, dan lain sebagainya.Penting bagi perawat untuk
menentukan metode dalam menganalisis suatu data.Jika menggunakan
analisis isi, teknik yang dilakukan adalah mengupas kata per kata dari
pemberitaan/rumusan kebijakan dan melihat konsekuensi logis dari
kata per kata tersebut. Jika menggunakan analisis wacana, yang dilihat
bukan hanya isi teks dari kebijakan/pemberitaan, tetapi juga discourse
apa yang ditampilkan dari kebijakan itu. Sementara jika menggunakan
analisis komparatif, yang dilihat adalah perbandingannya dengan
tempat lain. Tiga jenis analisis yang biasanya dilakukan untuk
menopang kebutuhan gerakan, yaitu:
a. Analisis Isi/Deskriptif
b. Analisis Wacana
c. Analisi komparatif
3. Komponen Analisis
x
5. Memilh Informasi dan Data
xi
Salah satu tantangan global yang ada didekat kita adalah sudah
berlakunya deklarasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai tahun 2015.
Dalam naskah blueprint MEA disebutkan ada empat karakteristik bentuk kerja
sama, yaitu: ASEAN single market, ekonomi regional yang kompetitif,
kesetaraan pertumbuhan ekonomi, dan integritas ekonomi global. Salah satu
fokus pada karakteristik yang perlu dicermati adalah tentang single market
dimana dampaknya akan menyentuh langsungvkepada satu penyedia jasa
layanan kesehatan yaitu perawat. Bagi perawat, MEA membuka babak baru
perdagangan antar negara-negara di kawasan ASEAN yang merupakan
tantangan dan peluang bagi para pelaku pasar dan jasa. Keperawatan sebagai
salah satu menyedia jasa layanan kesehatan diharapkan dapat mempersiapkan
diri dengan baik untuk ikut terlibat dalam kegiatan MEA.
xii
mampu membayar pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi
xiii
Keyakinan bahwa keperawatan merpakan profesi harus disertai
dengan realisasi pemenuhan karakteristik keperawatan sebagai profesi
yang disebut dengan professional (Kelly & Joel,1995).
Karakteristik profesi yaitu ;
b. Kepercayan klien
xiv
c. Membagi perhatian
1. Otonomi (Autonomi)
Contoh :
xv
Semua orang memiliki hak dan kebebasan untuk menyatakan dan
memustuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya. Misalnya,
seseorang pasien menunda untuk diberi obat jika tidak mendesak
karena pasien tidak ingin diganggu terlebih dahulu maka kita sebegai
perawat akan memberikan waktu pada pasien untuk menenangkan diri.
Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik dengan
begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan.
Contoh :
3. Justice (Keadilan)
Contoh
Ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk
serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka
perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut
kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
Contoh :
xvi
mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah
ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini
juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh
seluruhpemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang
diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. KlieN memiliki
otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin
tahu.
Contoh :
Contoh :
Bila perawat sudah berjanji bahwa jam 2 siang nanti akan memberikan
suatu tindakan kepada pasien, maka perawat tidak boleh mengingkari
xvii
janji tersebut.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Contoh :
Perawat harus menjaga privasi/rahasia pasien yang kita ketahui baik itu
berupa Riwayat penyakit, pengobatan yang telah dilakukan sebagai
salah satu bentuk kita dalam menghormati privasi klien karena pasien
telah mempercayai kita untuk marawatnya.
8. Accountability (Akuntabilitasi)
Contoh
Menurut Kozier dan Erb (1989), terdapat beberapa tahapan yang perlu
dilakukan dalam memecahkan masalah dilema etik keperawatan, berikut
penjelasannya:
xviii
b. Memberikan usulan tindakan yang akan dilakukan,
c. Menginformasikan tindakan yang akan dilakukan, disini perawar
berperan sebagai konselor atau advokat dan memberikan edukasi
terhadap klien,
d. Memberi tahu segala bentuk konsekuensi atas tindakan yang
dilakukan.
2. Identifikasi Konflik
xix
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema
etik.
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2. Kerangka pemecahan dilema etik (Kozier & Erb, 1989)
xx
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai
dengan falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat
keputusan berikutnya.
4. Model Curtin
a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang
menyebabkan masalah
b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan
keputusan
c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan
keputusan
d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari npilihan itu
e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan
f. Memecahkan dilema
g. Melaksanakan keputusan
5. Model Levine – Ariff dan Gron
a. Mendefinisikan dilema
b. dentifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan
c. Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayanan
d. Pasien dan keluarga
e. Faktor-faktor eksternal
f. Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu
g. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi
h. Identifikasi pengambil keputusan
i. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik
j. Tentukan alternatif-alternatif
k. Menindaklanjuti
6. Langkah-langkah menurut Purtillo dan Cassel (1981)
Purtillo dan Cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan
etik
xxi
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
7. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)
Mengusulkan 10 langkah model keputusan biotis
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan
yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi issue etik
d. Menentukan posisi moral
e. Menentukan posisi moral pribadi dan profesional
f. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
g. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada.
I. BIOETIKA KEPERAWATAN
xxii
tentang kontroversi dalam etik,menyangkut masalah biologi dan pengobatan.
Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang
hubungan antara ilmukehidupan, bioteknologi, pengobatan,politik, hukum,
dan theologi.
1. Pendekatan Teleologik
xxiii
pendekatan terhadap etika dihadapkan terhadap konsekuensi dan
keputusan-keputusan etis.
Contoh kasus :
Contoh kasus:
3. Pendekatan Intuitionism
Contoh kasus :
xxiv
lagi kepada perawat karena sudah mengacu pada etika dari seseorang
perawat yang diyakini dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk untuk dilakukan.
xxv
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
xxvi
ditinjau dari sudut pemberian izin yaitu euthanasia volunter dan euthanasia
involunter.
B. SARAN
Saran kami, pembaca lebih banyak lagi mengkaji terkait dengan isu euthanasia
ini, sehingga dapat memandang eutanasia secara holistic dan menanggapi
fenomena euthanasia ini secara bijaksana.Isu etik dalam praktik keperawatan
tentu saja bukan barang langka, yang bisa didapatkan oleh calon perawat
sekalipun. Dengan mempelajarinya secara rinci, dan dengan mengatahui
akibat yang dapat ditimbulkannya. Maka tidaklah bisa dikatakan seorang
perawat yang baik, apabila masih melakukan tindakan di luar batas yang
diperbolehkan.Dengan adanya pembahasan menganai isu etik seperti ini, kita
akan diingatkan batapa kejinya perbuatan yang melanggar aturan itu. Dan kita
juga diajarkan tentang bagaimana menyikapi semuanya itu dalam praktik
keseharian kita. Semoga makalah ini dapat menjadi acuan, atau referensi
dalam pengajaran mata kuliah etika keperawatan.
xxvii
DAFTAR PUSTAKA
Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi
ketiga: Jakarta: EGC.
Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care,
Third Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.
Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.
Philadelphia. Addison Wesley.
xxviii