Oleh :
Kelompok 4
Dosen Pengampu:
Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek Hukum dan Keterkaitannya
dengan Pelayanan atau Praktik Bidan dan Kode Etik” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Etika Profesi dan Perundang-Undangan Dalam
Praktik Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Palembang.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Aspek Hukum dan Keterkaitannya dengan Pelayanan atau Praktik Bidan dan
Kode Etik. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Khalisah
Hayatuddin, SH, M.Hum selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusun makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada praktik kesehatan modern, termasuk juga praktik kebidanan, dapat ditemukan
bahwa meskipun tenaga kesehatan (nakes) didukung / dilindungi oleh hukum, yang telah
diupayakan oleh organisasi profesi sehingga setiap organisasi profesi di bidang kesehatan
mempunyai payung hukum, namun pada kenyataannya nakes dilindungi oleh hukum, tetapi
juga dilain pihak atau pada kesempatan yang sama / berbeda dapat juga didesak oleh hukum.
4
7. Bagaimana tanggung jawab dan tanggung gugat bidan dalam praktik kebidanan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengantar hukum Kesehatan.
1. Untuk mengetahui aspek hukum dan keterkaitannya dengan pelayanan/ praktek bidan
dan kode etik.
2. Untuk mengetahui makna hukum dan keterkaitannya dengan moral dan etika.
3. Untuk mengetahui isi dari disiplin hukum.
4. Untuk mengetahui macam-macam hukum.
5. Untuk mengetahui hak - hak klien dan persetujuannya untuk bertindak
6. Untuk mengetahui tanggung jawab dan tanggung gugat bidan dalam praktek kebidanan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Hak asasi manusia yang berhubungan dengan kesehatan manusia dimulai dari tiga hak
asi, yaitu:
Gambaran adanya alar etik dan hukum dapat dideskripsikan di bawah ini:
6
a. Etika profesi bersifat intern (self imposed regulation)
b. Majelis disiplin bersifat sebagai hukum publik (ada unsur pemerintah)
c. Hukum bersifat berlaku umum (sifat memaksa)
Berdasarkan paparan diatas maka pemahaman bidan tentang etika, hukum dan hukum
kesehatan merupakan hal yang penting bagi bidan dalam menjalankan praktik profesinya. Hal
ini untuk menghindari bidan dari kesalahan, kelalaian dan sanksi hukum baik perdata atau
hukum pidana.
2.2 Aspek Hukum dan Keterkaitannya dengan Pelayanan atau Praktik Bidan
dan Kode Etik
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar profesi.
Standar profesi bidan yang terbaru adalah diatur dalam Kepmenkes RI
No.369/Menkes/SK/III/2007. Hubungan perikatan antara bidan dengan pasien termasuk dalam
kategori perikatan ikhtiar. Bidan berupaya semaksimal mungkin, sebagai contoh perikatan atas
dasar perjanjian adalah ketika pasien datang ke tempat praktik bidan untuk mendapatkan
pelayanan kebidanan, maka perikatan yang terjadi atas dasar perjanjian. Perjanjian adalah
ikatan antara satu orang dengan orang lain atau lebih, yang selalu menimbulkan hak dan
kewajiban timbal balik. Perjanjian selalu merupakan perbuatan hukum. Perikatan bidan dengan
rumah sakit adalah dalam hubungan ketenagakerjaan, yaitu terbentuk hubungan antara rumah
sakit sebagai pemberi kerjaan dan bidan sebagai penerima kerja.
Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
1. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentanng registrasi dan praktik bidan
Dalam permenkes 900/Menkes/Per/X/2002 kewenangan. bidan adalah selain bidan
berwenang melakukan pertolongan ibu bersalin normal, ibu hamil normal, Bayi Baru
Lahir Normal, Kesehatan ibu anak dan Keluagra berencana dalam hal ini bidan praktik
swasta boleh melakukan pemasangan IUD, Implan, Suntik KB, Kontrasepsi oral dan
konseling.
2. Standar Pelayanan Kebidanan
7
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai
diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan
yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam
sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam
rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001:53). Standar
Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar, yang dikelompokan menjadi 5 bagian besar
- yaitu :
1. Standar Pelayanan Umum
• Standar 1: Persiapan untuk kehidupan keluarga Standar 2: Pencatatan dan
pelaporan
2. Standar Pelayanan Antenatal
• Standar 3: Identifikasi ibu hamil
• Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan
• Standar 5: Palpasi abdominal
• Standar 6: Pengelolaan anemia pada ibu hamil
• Standar 7: Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
• Standar 8: Persiapan persalinan
3. Standar Pelayanan Persalinan
• Standar 9: Asuhan persalinan kala I
• Standar 10: Persalinan kala II yang aman
• Standar 11: Penatalaksanaan Aktif persalinan kala III
• Standar 12: Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
4. Standar Pelayanan Nifas
• Standar 13: Perawatan bayi baru lahir
• Standar 14: Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan
• Standar 15: Pelayanan bagi ibu dan bayi pad masa nifas
5. Standar Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal
• Standar 16: Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III
• Standar 17: Penanganan kegawatan pada eklampsia
• Standar 18: Penanganan kegawatan pada partus lama/macet
• Standar 19: Persalinan dengan menggunakan ekstraktor
• Standar 20: Penanganan retensio plasenta vacum
• Standar 21: Perdarahan perdarahan postpartum primer
8
• Standar 22: Penanganan perdarahan postpartum sekunder
• Standar 23: Penanganan sepsis puerperalis Standar
• 24: Penanganan asfiksia neonatorum
3. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
4. PP No 32/Tahun 1996 tentang tenaga Kesehatan
5. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang oraganisasi dan tata kerja Depkes
6. UU No 22/1999 tentang Otonomi daerah
7. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Bidan termasuk tenaga kerja yang
mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan
pembangunan. Mempunyai Hak:
• Memperoleh perlindungan sesuai dng harkat dan martabat kemanusiaan
• Perlindungan unt menjamin hak-hak dasar pekerja
• Menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan diskriminasi
8. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi
9
tempat praktek kerja untuk memperoleh pelayanan kebidanan, maka keterikatan yang
terjadi atas dasar perjanjian.
Perjanjian adalah ikatan antara 1 orang dengan orang lain atau lebih yang selalu
menimbulkan hak dan kewajiban timbal balik. Hukum kesehatan merupakan
keseluruhan aturan hukum menurut Prof. H. J.J. Leenen adalah :
1. Langsung berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan
2. Merupakan penerapan hukum perdata, pidana dan hukum administrasi negara
dalam kaitan dengan pemeliharaan kesehatan
3. Bersumber dari hukum otonom yang berlaku untuk kalangan tertentu saja,
hukum kebiasaan, yurisprudensi, aturan-aturan internasional, ilmu pengetahuan
dan literatur yang ada kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan.
➢ Kode Etik
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat. Tujuan Kode Etik
1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan profesi. Dalam hal ini yang dijaga
adalah image dari pihak luar/ masyarakat mencegah orang luar memandang
remeh suatu profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Kesejahteraan materill dan spritual (mental)
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Etika, hukum dan moral merupakan the guardians (pengawal) bagi kemanusiaan.
Ketiganya mempunyai tugas dan kewenangan untuk memanusiakan manusia dan memperadab
manusia Etika dan hukum memiliki tujuan yang sama, yaitu mengatur tata tertib dan
10
tentramnya pergaulan hidup dalam masyarakat. Pelanggaran etik tidak selalu pelanggaran
hukum. Tetapi sebaliknya, pelanggaran hukum hampir selalu merupakan pelanggaran etik.
Hukum ditujukan bagi masyarakat, bila hukum dibuat tanpa dasar etika, artinya menganggap
manusia seperti robot. Keduanya saling membutuhkan, berkaitan dan keberadaannya tidak bisa
digantikan.
Persamaannya adalah, antara moral dan hukum, keduanya sama-sama bertujuan untuk
dalam kehidupan. bermasyarakat, berbangasa, dan bernegara. Sedangkan untuk perbedaannya
menurut Betens, beberapa perbedaan antara hukum dan moral:
• Hukum bersifat objektif, ditulis sistematis dan disusun dalam kitab undang-undang,
sedangkan moral bersifat subjektif dan tidak tertulis.
• Hukum memiliki kepastian yang lebih besar, sedangkan moral mempunyai
ketidakpastian yang lebih besar.
• Hukum membatasi pada tingkah laku lahirlah saja dan meminta legilsasi, sedangkan
moral menyangkut hatin seseorang
• Hukum bersifat memaksa, sedangkan moral tidak bersifat memaksa. Sanksi moral
adalah hati nurani tidak tenang dan sanksi dari Tuhan.
• Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan negara, masyarakat dan negara dapat
merubah hukum, sedangkan moral didasarkan pada norma moral yang melebihi
masyarakat dan dari Tuhan negara dan masyarakat dan negara tidak dapat mengubah
moral.
11
Sistem ajaran yang pada hakikatnya menjadi kerangka utama dari segala
ilmu hukum dan hukum itu sendiri beserta segala unsur penerapan dan
pelaksanaan.
c) Politik Hukum
Arah atau dasar kebijakan yang menjadi landasan pelaksanaan dan
penerapan hukum yang bersangkutan. Disiplin Hukum merupakan suatu sistem
ajaran tentang kenyataan atau realita hukum. Disiplin Hukum mencakup paling
kit tiga bidang, yakni ilmuilmu hukum, politik hukum dan filsafat hukum.
Dalam hal ini dapat dikatakan, bahwa filsafat hukum mencakup kegiatan
perenungan nilai-nilai, perumusan nilainilai dan penyerasian nilai-nilai yang
berpasangan, akan tetapi yang tidak jarang bersitegang.
12
Hukum yang dapat diabaikan bila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri.
b. Hukum yang memaksa
Hukum yang dalam keadaan apapun memiliki paksaan yang tegas.
13
Hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan alat perlengkapan negara.
3. Hukum Administrasi Negara
Hukum yang mengatur hubungan antar alat pusat perlengkapan negara, hubungan
pemerintah dengan daerah.
14
• Pasien berhak menyetujui atau memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
• Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
• Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
• Pasien behak beribadah sesuai dengan kepercayaannya yang dianutnya selama itu
tidak mengganggu pasien yang lainnya.
• Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
• Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spritiual.
• Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal praktek.
2. Kewajiban Pasien
• Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
• Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya.
• Pasien / penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit/ institusi pelayanan kesehatan, doker, bidan dan perawat.
• Pasien dn atau penanggungnya memenuhi hal-hal yang selalu disepakati atau
perjanjian yang telah dibuatnya.
2.3 Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Bidan Dalam Praktik Kebidanan
2.3.1 Tanggung Jawab Bidan
1) Tanggung jawab bidan terhadap klien dan masyarakat
a. Setiap Bidan senantiasa menjungjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
15
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak-hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas
yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
e. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
2) Tanggung jawab bidan terhadap tugasnya
a. Setiap bidan senantiasa pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan
dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan
konsultasi atau rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan, keterangan yang didapat atau
dipercayakan kepadanya kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan kepentingan klien.
3) Tanggung jawab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun lainnya.
4) Tanggung jawab bidan terhadap profesinya
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan IPTEK.
c. Setiap bidan senantiasa berperans serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citraprofesinya.
16
5) Tanggung jawab bidan terhadap pemerintah
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan kegiatan-
kegiatan pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya dalam KIA/KB dan
kesehatan keluarga dan masyarakat
b. Setiap bidan melalui profesinya berpatisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan
pelayanan kesehatan, terutama KIA/KB dan keluarga.
Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang
berhubungan dengan hukum. Sering masalah dapat diselesaikan dengan hukum tetapi belum
dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai etik.
❖ Contoh Kasus :
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami perdarahan post partum telah
melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan
suntikan utero tonika, bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut
dirinya maka bidan bisa saja memberikan suntikan jika kemauan pasien tetapi bidan
akan berhadapan dengan masalah yang rumit lagi.
Bila terjadi perdarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk
pasien dan yang lebih fatal lagi bila pasien akhirnya meninggal akibat perdarahan dalam
17
hal ini bidan dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, walaupun bidan
harus memaksa pasiennya untuk disuntik mungkin itu keputusan yang terbaik untuk
dilakukan.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum kesehatan yang terkait dengan etika profesi dan pelanyanan kebidanan. Ada
keterkaitan atau daerah bersinggunan antara pelanyanan kebidanan, etika dan hokum atau
terdapat "grey area". Sebagaimana di ketahui bahwa bidan merupakan salah satu tenaga
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan. Sebelum menginjak kehal hal yang lebih
jauh, kita perlu memahami beberapa konsep dasar bahwa, Bidan adalah seorang yang telah
menyelesaikan Program Pendidikan Bidan yang diakui Negara serta memperoleh kualifikasi
dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di Negara itu. Dia harus mampu
memberikan supervise, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita
selama masa hmi, persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin persalianan atas tanggung
jawab sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Pekerjaan itu termaksud pendidikan
antenatal, dan persiapan untuk menjadi orangtua dan meluas kedaerah tertentu dari ginekologi,
KB dan Asuhan anak, Rumah Perawatan, dan tempat-tempat pelayanan lainnya
3.2 Saran
Saran demi pembenahan dan kelengkapan dari keseluruhan isi makalah ini, kami
sebagai penulis sangat membutuhkan saran dari pembaca agar makalah ini dapat tersusun
dengan sempurna kedepannya serta dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua
pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
Oktavianis. Sahara, Maida, R. (2022). Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Padang, Sumatera
Barat : PT. Global Ekslusif Teknologi
EHK, Teaching. (2021). Aspek Dalam Praktik Kebidanan I. (Universitas Sebelas Maret ,
Sekolah Vokasi). Diakses dari
https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=166804
20