Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH LAPORAN PRAKTIKUM

HAK, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN


MATA KULIAH ETIKA PROFESI DAN PERUNDANG UNDANGAN

KONSELING ASI EKSLUSIF

DOSEN : HIKMAH IFAYANTI, S.KEB.,Bd.,M.KES

Oleh :
THYAS KIRANA ANANDHITA
NPM 220107075P

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Saya mengucap puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmah, hidayah, dan berkah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
makalah laporan praktikum etika profesi & perundang undangan tentang konseling
ASI Ekslusif.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati, saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
dapat dilakukan perbaikan pada makalah.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah laporan praktikum etika profesi &
perundang undangan tentang ASI Ekslusif ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.

Lampung Barat, September 2022


Penulis

THYAS KIRANA ANANDHITA


NPM 220107075P
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................3
D. Manfaat Penulis..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................4
A. Hak dan Kewajiban Bidan dan Pasien………………………………………….. 4
B. Pelayanan Kebidanan.................................................................................................5
C. Pengertian ASI...........................................................................................................5
D. Pengertian ASI Ekslusif.............................................................................................6
BAB III PENATALAKSANAAN ......................................................................................7
A. Pelaksanaan Konseling ASI Ekslusif........................................................................9
BAB IV PENUTUP............................................................................................................10
A. Kesimpulan...............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bidan merupakan sebuah profesi khusus yang tugasnya adalah melakukan


penyelamatan kelahiran sehingga ibu dan bayi lahir dengan selamat. Pendidikan tersebut juga
harus diakui oleh organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi, teregister, sertifikasi, dan secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan. Profesi kebidanan baik tempat praktik maupun praktisinya
diatur oleh Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan.

Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya
yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati,mendampingi, serta menolong ibu
yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan sebagai pekerja
profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan
filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang
dimilikinya.

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan yang merupakan salah satu dari praktik
kebidanan tentunya seorang bidan memiliki hak dan kewajiban. Dalam hal ini asuhan
kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu pasien atau klien yang
pelaksanaannya dilakukan dengan cara a. Bertahap dan sistematis b. Melalui suatu proses
yang disebut manajemen kebidanan.

Dua hal dasar yang harus dipenuhi, dimana ada keseimbangan antara tuntutan profesi
dengan apa yang semestinya didapatkan dari pengembanan tugas secara maksimal.
Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar
profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan salah satu hak bidan yang
mempertahankan kredibilitasnya dibidang hukum serta menyangkut aspek legal atas dasar
peraturan perundang-undangan dari pusat maupun daerah.

Bidan sebagai pemberi pelayanan harus memjamin pelayanan yang profesional dan
akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Karena itu bidan harus memiliki
pengetahuan dan kompetensi serta memahami tentang hukum yang berhubungan dengan ibu,
bayi serta kliennya. Landasan komitmen yang kuat dengan basis hukum dan moral yang baik
diperlukan untuk mencapai mutu pelayanan kebidanan yang baik. Kehidupan masyarakat
yang hidup bersama secara teratur dan tertib tersebut dalam perkembangannya semakin lama
semakin pudar, tergeser oleh pengaruh perkembangan teknologi dan komunikasi sosial yang
semakin komplek.

Pergeseran sosial yang diikuti dengan konflik sosial, konflik budaya dan konflik
norma, jelas akan diikuti dengan pelanggaran-pelanggaran norma sosial termasuk norma
hukumnya, salah satu bentuk konkrit dari pelanggaran norma tersebut adalah kejahatan atau
crime. Sangat penting bagi seorang bidan untuk menyadari segala konsekuensi dari setiap
tindakan dan respon yang diberikan kepada kliennya. Setiap tindakan bisa berdampak baik
pada dirinya, klien dan karirnya. Bidan merupakan tenaga kesehatan yang telah dipercaya
oleh masyarakat.

Baik dalam memberikan pelayanan kebidanan maupun dalam hal lainnya yang
berkaitan dengan kesehatan di masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdampak pada perubahan pola pikir manusia. Masyarakat semakin kritis sehingga terjadi
penguatan tuntutan terhadap mutu pelayanan. Landasan komitmen yang kuat dengan basis
hukum dan moral yang baik diperlukan untuk mencapai mutu pelayanan yang baik. Agar
tidak merugikan masyarakat, dalam memberikan pelayanan disamping membekali diri
dengan kompetensi yang baik, bidan harus memperhatikan kewenangan dan peraturan yang
berlaku.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/ Menkes/ SK/ III/ 2007
tentang standar profesi bidan. Bidan dalam melaksanakan pelayanan dalam pelayanan
kebidanan komunitas pada kompetensi ke-8 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi
dan komperhensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Keterampilan Tambahan yakni mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan
kewenangannya. Kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap
terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih
dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan
wanita dan bayinya yang baru lahir

Praktik bidan mempunyai arti yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan
masyarakat khususnya untuk pelayanan kesehatan ibu hamil dan anak, arti penting dari
praktik bidan tersebut dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang diberikan perawatan
oleh bidan, itu dikarenakan bidan telah diterima oleh masyarakat.
Indonesia adalah Negara hukum (Rechtaat), bukan Negara kekuasaan (Macstaat).
Kedaulatan atau kekuasaan tertinggi dalam negara hukum tidak 34 Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi.
didasarkan kepada kekuasaan semata, tetapi didasarkan kepada hukum. Oleh karena itu
negara tidak boleh melaksanakan aktivitasnya atas dasar kekuasaan belaka, tetapi
berdasarkan hukum. Secara luas hukum dapat diartikan tidak saja merupakan keseluruhan
asasasas dan kaidah-kaidah yang mengatur manusia dalam masyarakat melainkan pula
meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan berlakunya kaidah itu dalam
kenyataan.

Hukum sangat berperan dalam mengatur setiap hubungan hukum yang timbul baik
antar individu dengan individu maupun antar individu dengan masyarakat dalam berbagai
aspek kehidupan. Guna mencapai keteraturan dan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat
bagi setiap orang, maka hukum harus melindungi hak-hak pribadi atau hak asasi manusia,
baik hak asasi individu dan hak asasi sosial.

Selain mempunyai kewenangan atau hak, bidan tidak dapat terlepaskan dari
kewajiban untuk melakukan perbuatan tertentu. Dalam kaidah-kaidah hukum positif pihak
yang diatur, yakni yang diberikan hak dan kewajiban disebut subjek hukum. Setiap manusia
atau tiap orang dipandang dan dilindungi oleh tatanan hukum sebagai subjek hukum. Subjek
hukum adalah sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak dan kewajiban atau sebagai
pendukung hak dan kewajiban.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “


Makalah Laporan Praktikum Mata Kuliah Etika Profesi dan Perundang undangan tentang
Konseling ASI Ekslusif “

B.     Rumusan Masalah


1.      Prinsip etika dalam pelayanan kebidanan
2.      Etika moral dan nilai dalam praktik kebidanan
3.      Hak dan kewajiban bidan dan pasien
4.      Pelayanan Kebidanan
C.    Tujuan

Tujuan Umum :
Agar pembaca bisa mengerti dan memahami :
1.      Prinsip etika dalam pelayanan kebidanan
2.      Etika moral moral dan nilai dalam praktik kebidanan
3.      Hak dan kewajiban bidan dan pasien
4.      Pelayanan Kebidanan
5.      Peran, fungsi dan Profesionalisme bidan Indonesia

Tujuan Khusus :
1. Bagi mahasiswa
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “ Etika Profesi & Perundang
Undangan” sebagai salah satu bagian dalam pengambilan nilai Mata Kuliah.
2. Bagi Dosen
Makalah ini dapat membantu dosen sebagai pengambilan pertimbangan nilai
mahasiswa .

D. Manfaat
1. Bagi Universitas Aisyah dapat dijadikan tambahan referensi dalam memberikan
materi tentang konseling ASI Ekslusif.
2. Bagi responden memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan dalam
konseling ASI Ekslusif
3. Bagi penulis dapat memberikan pelayanan dan lebih memahami tujuan konseling
ASI Ekslusif
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Hak dan Kewajiban Bidan dan Pasien

Hak dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-
hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterima, sedangkan bidan
memiliki kewajiban untuk pasien. Jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien,
sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak
yang harus diterima oleh bidan dan ada kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.

1. Hak Bidan
a.    Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya
b.    Bidan berhak bekerja sesuai standar profesi pada setiap jenjang/tingkat pelayanan
kesehatan
c.    Bidan berhak menolak keingianan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan
peraturan perundangn, dan kode etik profesi
d.    Bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik
oleh pasien, keluarga atau profesi lainnya
e.    Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan ataupun
pelatihan
f.     Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan
yang sesuai
g.    Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai

2. Kewajiban Bidan
a.    Kewajiban bidan mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
b.    Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien.
c.    Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
d.    Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga.
e.    Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinannya.
f.     Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
g.    Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan
serta risiko yang mungkiri dapat timbul.
h.    Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan
dilakukan.
i.      Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
j.      Bidan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya
melalui pendidikan formal atau non formal.
k.    Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal balik
dalam memberikan asuhan kebidanan.

3.      Hak pasien


Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien:
a.    Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan.
b.    Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
c.    Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.
d.    Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya.
e.    Pasien berhak mendapatkan ;nformasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan
bayinya yang baru dilahirkan.
f.     Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses persalinan
berlangsung.
g.    Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan keinginannya dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
h.    Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar.
i.      Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengatahuan dokter yang
merawat.
j.      Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
k.    Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
1)      Penyakit yang diderita
2)      Tindakan kebidanan yang akan dilakukan
3)      Alternatif terapi lainnya
4)      Prognosisnya
5)      Perkiraan biaya pengobatan
a.    Pasien berhak men yetujui/mem berikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
b.    Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah memperoleh informasi
yang jelas tentang penyakitnya.
c.    Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
d.    Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya.
e.    Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah
sakit.
f.     Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
g.    Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus malpraktek.

4.      Kewajiban pasien


a.    Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tat tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
b.    Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya.
c.    Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.
d.    Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

B. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah suau praktik pelayanan kebidanan kesehatan spesifik
yang bersifat reflektif dan analisis ditujukan pada wanita khususnya bayi, ibu dan balita.
Dilaksanakan secara mandiri dan profesional yang didukung oleh seperangkat ilmu
pengetahuan yang saling terkait dengan menggunakan metode ilmiah , iladsi oleh etika dan
kode etik profesi.

            Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu , keluarga dan masyarakat, yang
meliputu upaya-upaya sebagai berikut :
1)   Peningkatan (promotif) : misalnya dapat dilakukan dengan adanya promosi kesehatan
(penyuluhan tentang imunisasi, himbauan kepada masyarakat untuk pola hidup sehat)
2)   Pencegahan ( preventif) : misalnya melakukan dengan imunisasi pada bayi untuk
mencegah penyakit seperti Hepatitis B, Polio, cacar dsb.
3)   Penyembuhan (kuratif) : dilakukan sebagai paya pengobatan, misalnya pemberian
tranfusi darah pada ibu anemia setelah persalinan.
4)   Pemulihan (rehabilatif) : contohnya pemulihan ibu post SC
Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
1.    Layanan kebidanan primer adalah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tenggung
jawab bidan
2.    Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan bidan sebagai anggota tim yag kegiatanya
dilakukan bersama atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan
kebidanan
3.    Layanan bidan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan
ke sistem yang lebih tinggi. Misalnya Rujukan bidan ke rumah sakit.
Pelayanan kebidanan terintegritasi dengan pelayanan kesehatan. Selama ini pelayanan
kebidanan tergantung pada sikap sosial masyarakat dan keadaan lingkungan dimana bidan
bekerja. Kemajuan sosial ekonomi merupakan parameter yang amat penting dalam pelayanan
kebidanan.

Parameter kemajuan sosial ekonomi dalam pelayanan kebidanan antara lain :


1.      Perbaikan status gizi ibu dan bayi
2.      Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan
3.      Menurunnya angka kematian ibu melahirkan
4.      Menurunnya angka kematian neonatal
5.      Cakupan penanganan resiko tinggi
6.      Meningkatnya cakupan pemeriksaan neonatal
Bidan  sebagai tenaga, pemberi pelayanan kebidanan, harus menyiapakan diri untuk
mengantisipasi perubahan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kebidanan.

1. Pelayanan Kebidanan yang Adil


Keadilan dalam memberikan kebidanan adlah aspek yang poko dalam pelayanan
bidan di Indonesia. Keadilan dalam pelayanan ini dimulai dengan :
a.       Pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai
b.      Keadaan sumber kebidanan yang selalu siap untuk melayani
c.       Adanya penelitian untuk mengembangkan/meningkatkan pelayanan
d.      Adanya keterjangkauan ke tingkat pelayanan
Tingkat keersediaan tersebut adalah syarat utama untuk terlaksananya pelayanan
kebidanan yang aman. Selanjtnya diteruskan dengan sikap bidan yang tanggap dengan klien,
sesuai dengan kebutuhan klien, dan tidak membedakan pelayanan kepada siapapun.

2. Metode Pemberi Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan diberikan secara holistik , yaitu : memperhatikan aspek bio,
psiko, sosio dan kultural sesuai dengan kebutuhan pasien. Pelayanan tersebut diberikan
dengan tujuan kehidupan dan kelangsungan pelayanan. Pasien memerlukan pelayanan dari
provider yang memiliki kharakteristik sebagai berikut:
a.       Semangat untuk melayani
b.      Simpati
c.       Emoati
d.      Tulus ikhlas
e.       Memberi kepuasan
Selain itu bidan sebagai pemberi pelayanan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a.       Aman
b.      Nyaman
c.       Privacy
d.      Alami
e.       Tepat.
Semua aspek managemen kebidanan didokumentasikan sebagai aspek legal dan
informasi dalam asuhan kebidanan.
3.      Menjaga Mutu Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat
Memuaskan setiap jasa pelayanan kebidanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta yang penyelenggaranya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.
Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan atass dua macam :
1)      Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi
kebidanan, mencakup :
a.       Hubungan bidan dengan klien
b.      Kenyamanan pelayanan
c.       Kebebasan melakukan pilihan
d.      Pengetahuan dan kompetensi teknis
e.       Efektivitas pelayanan

2)      Kepuasan yang mengacu pada penerapa semua persyaratan pelayanan kebidanan.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu bila penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan dapat memuaskan pasien dengan ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu.
Mencakup :
a.       Ketersediaan pelayanan kebidanan
b.      Kewajaran pelayanan kebidanan
c.       Kesinambungan pelayanan kebidanan
d.      Penerimaan jasa pelayanan kebidanan
e.       Ketercapaian pelayanan kebidanan
f.       Keterjangkauan pelayanan kebidanan
g.      Efisiensi pelayanan kebidanan
h.      Mutu pelayanan kebidanan

C. ASI
Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, merupakan suatu emulsi
lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam-garam oganik yang disekresi oleh kedua
belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama untuk bayi. Anakanak yang
mendapatkan ASI lebih jarang sakit dibandingkan yang tidak mendapatkan ASI karena ASI
mengandung zat kekebalan terhadap infeksi, diantaranya protein, laktoferin, imunoglobulin
dan antibodi terhadap bakteri antivirus, dan lain-lain
ASI juga mengandung zat anti infeksi bayi, bayi akan terlindung dari berbagai macam
infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus jamur atau parasit. Pemberian ASI sangat
dianjurkan terlebih saat 4 bulan pertama, tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan yang
dilanjutkan sampai usia 2 tahun ditambah dengan makanan padat.

D. ASI Eksklusif
Definisi Air susu ibu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi selama 6
bulan tanpa diberikan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, tim, kecuali vitamin, mineral dan obat.
Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 6
bulan tanpa makanan pendamping, kemudian diatas usia 6 bulan bayi diberikan makanan
tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai usia 2 tahun. Pedoman ASI
eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti
ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara.

a. Manfaat bagi Bayi


Manfaat memberikan ASI eksklusif pada bayi adalah dikarenakan ASI memiliki
beberapa peranan penting bagi bayi antara lain :
1) Mampu memenuhi seluruh kebutuhan energi dan zat gizi bayi secara sempurna
(usia 0-6 bulan).
2) Merupakan makanan bayi yang paling sempurna.
3) Berisi zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi dari penyakit (seperti
diare dan infeksi saluran nafas).
4) Makanan yang lengkap akan zat gizi dan sesuai dengan kebutuhan bayi.
5) Dapat dikonsumsi kapan saja dengan suhu yang tepat untuk bayi.
6) Seluruh zat gizinya dapat diserap dengan baik.
7) Dapat memenuhi kebutuhan cairan bayi walaupun bayi tinggal di iklim panas
(asalkan susu awal dieroleh dengan cukup).
8) Bayi mendapatkan manfaat dari kolostrum (kolostrum berisi protein anti infeksi
dan sebagai faktor pertumbuhan sehingga dapat membantu mematangkan organ usus
bayi).
9) Kemampuan menghisap bayi dapat membantu perkembangan struktur muka dan
rahang bayi.
10) Membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi.
11) Meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi (bonding), karena saat
proses menyusu terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi. Selain itu dengan ASI
membantu perkembangan psikomotor yang lebih baik, begitu pula perkembangan
afektif dan sosial bayi.
12) Membantu proses perkembangan intelektual anak.
13) Manfaat jangka panjang adalah mengurangi risiko kegemukan dan diabetes.
Stolzer, 2011 menuliskan dalam meta analisisnya bahwa pemberian ASI eksklusif
pada bayi berasosiasi dengan menurunnya risiko overweight dan obesitas, diabetes
mellitus tipe 2, peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol serta penyakit
kardiovaskuler.

Terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian stunting pada balita.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa balita dengan ASI tidak eksklusif mempuyai risiko
3,7 kali lebih besar terkena stunting dibanding balita sengan ASI eksklusif.

b. Manfaat bagi Ibu


Menyusui Pemberian ASI eksklusif juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu,
manfaat tersebut antara lain :
1) ASI eksklusif adalah “diet alami” bagi ibu, berat badan yang bertambah selama
hamil akan segera kembali mendekati berat semula. Naiknya hormon oksitosin selama
menyusui, menyebabkan kontraksi semua otot polos termasuk otot-otot uterus. Hal ini
berlangsung terus menerus sehingga nilainya hampir sama dengan senam perut.
Dengan menyusui dapat membakar kalori sehingga memantu penurunan berat badan
lebih cepat.
2) Memberikan ASI dapat mengurangi risiko anemia. Naiknya kadar hormon
oksitosin selama menyusui akan menyebabkan semua otot polos mengalami
kontraksi, kondisi inilah yang mengakibatkan uterus mengecil sekaligus
menghentikan perdarahan. Perdarahan yang berlangsung dalam tenggang waktu lama
merupakan salah satu penyebab anemia.
3) Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan
pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja 24 (eksklusif) dan belum
terjadi menstruasi kembali. Hal ini dapat terjadi karena hisapan mulut bayi pada
puting susu ibu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise
mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur menekan produksi estrogen
berakibat tidak ada ovulasi.
4) Mengurangi risiko menderita kanker. Pada saat menyusui hormon estrogen
mengalami penurunan, tanpa aktivitas menyusui kadar hormon estrogen tetap tinggi
dan hal inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak
adanya keseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Penelitian
membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko
terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil daripada yang tidak
menyusui secara eksklusif.
5) ASI eksklusif memberikan manfaat ekonomis dan praktis karena dengan
memberikan ASI eksklusif membuat kebutuhan bayi selama 6 bulan terpenuhi
sehingga ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli susu/suplemen bagi bayi.
Ibu juga tidak perlu mensterilkan peralatan bayi seperti dot, cangkir, gelas atau
sendok untuk memberikan susu kepada bayi.
6) Menyusui dapat mempererat hubungan batin antara ibu dan bayi karena saat
menyusui bayi menempel pada tubuh ibu dan bersentuhan antar kulit. Bayi juga bisa
mendengarkan detak jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan
dekapan ibu
BAB III
PENATA LAKSANAAN PRAKTIKUM KONSELING ASI EKSLUSIF

Air Susu Ibu (ASI) memiliki banyak manfaat kesehatan untuk ibu dan bayi. ASI
mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi sejak lahir dan berlanjut selama setidaknya
6 bulan seperti yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO)
dan American Academy of Pediatrics  (AAP). Menyusui dapat melindungi bayi terhadap diare
dan penyakit umum pada anak seperti pneumonia, dan juga memiliki manfaat kesehatan
jangka panjang yang lain bagi anak, seperti mengurangi risiko kelebihan berat badan dan
obesitas pada masa kanak-kanak dan remaja serta memiliki manfaat bagi ibu yaitu
memberikan jarak pada kehamilan selanjutnya, mencegah perdarahan, mengurangi risiko
kanker payudara hingga sebagai ungkapan kasih sayang ibu kepada bayinya.

Jika ibu tidak memberikan ASI, maka manfaat ini tidak akan diperoleh untuk ibu
maupun bayi. Manfaat menyusui telah didokumentasikan di seluruh dunia, tetapi menurut
data dari UNICEF, hanya 42% anak di bawah 6 bulan yang menerima ASI eksklusif pada
tahun 2018. Data tersebut masih di bawah target UNICEF sebesar 50% pada tahun 2025.
Mendukung pada target dunia dalam mencapai keberhasilan menyusui eksklusif, program
yang dilakukan adalah program cuti hamil dan melahirkan, kebijakan tentang pemasaran
internasional pengganti ASI, promosi media, dukungan Rumah Sakit sayang bayi, dukungan
tempat kerja bagi ibu bekerja, kebijakan sosial pro menyusui dan adanya konseling menyusui.

Konseling menyusui merupakan salah satu upaya yang dapat diambil oleh pemerintah
dalam tujuh tindakan untuk mendorong kemajuan dalam menyusui yaitu dengan
meningkatkan akses ibu ke konseling menyusui terampil di fasilitas kesehatan. Adanya
kebutuhan untuk mendengarkan dan menerima pendapat ibu tanpa penilaian dan membantu
ibu untuk membuat pilihan terbaik berdasarkan informasi dan saran yang relevan yang
diberikan oleh konselor laktasi dan kegiatan ini dapat menjadi motivasi bagi ibu menyusui,
maka kegiatan konseling menyusui ini diharapkan dapat mendukung ibu untuk selalu tetap
menjaga ASI diberikan secara eksklusif. Konseling ini diberikan dua kali selama kehamilan
dan lima kali setelah melahirkan.
Konseling menyusui mencakup penjelasan kepada ibu tentang manfaat menyusui dan
bagaimana hal itu dapat dimulai dari saat bayi lahir hingga usia 2 tahun, dimana tertuang
pada program dari 10 langkah menuju keberhasilan menyusui yaitu memberi informasi
kepada ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui, bagaimana melakukan inisiasi
menyusu dini, memberikan cara menyusui dan cara mempertahankannya, tidak memberikan
selain ASI (kecuali atas indikasi medis), melaksanakan rawat gabung, mendorong menyusui
sesuai permintaan dan jangan memberikan dot atau kempeng.

Metode konseling merupakan metode yang lebih baik dari penyuluhan.


Diharapkanpetugas kesehatan lebih meningkatkan lagi promosiASI ekslusif khusus dengan
metode konseling dan pembentukankonselor ASI.

Pelaksanaan Praktikum Konseling ASI Ekslusif

Pengertian : Pemberian Konseling tentang kebutuhan ASI Ekslusif pada


pasien
Tujuan : Memberitahukan kepada pasien tentang ASI ekslusif serta
manfaat manfaatnya untuk ibu dan bayi
Alat dan Bahan : Lembar balik tentang ASI

Prosedur : Persiapan pasien ;


1. Petugas memperkenalkan diri
2. Identifikasi pasien
3. Pasien mengutarakan keluhan seputar pemberian ASI
4. Melakukan Konseling ASI :
a. Mendengarkan dan mempelajari
1) Menggunakan komunikasi non verbal, menunjukkan sikap melalui gerakan
tubuh, ekspresi dan apa saja kecuali berbicara, diantaranya :
a) Sikap tubuh usahakan kepala sama tinggi dengan ibu, bisa dilakukan
dengan posisi duduk.
b) Memberikan perhatian dengan menghadap kearah ibu dan memandang
ibu.
c) Menyediakan waktu, dengan cara duduk akan membuat ibu merasa
bahwa kita mempunyai waktu.
d) Memberikan sentuhan secara wajar sesuai situasi.

2) Mengajukan pertanyaan terbuka, dengan cara yang mendorong ibu untuk


berbicara dan memberikan informasi.
3) Menggunakan respon dan gerakan tubuh yang menunjukkan perhatian, sikap
bahwa dia mendengarkan dan menaruh perhatian terhadap apa yang ibu katakan,
dengan cara bahasa tubuh seperti mengangguk atau tersenyum.
4) Mengatakan kembali apa yang dikatakan ibu (parafrase), dapat menunjukkan
bahwa konselor mengerti dan memberikan 41 kemungkinan ibu akan berbicara
dan memberikan informasi lebih banyak lagi.
5) Berempati menunjukkan kita paham perasaan ibu, berempati tidak sekedar
menunjukkan bahwa konselor mengerti perasaan negatif ibu, juga berempati
terhadap perasaan positif ibu. Bila ibu menunjukkan perasaannya, sebaiknya
direspon dengan cara menunjukkan bahwa kita mendengarkan apa yang ibu
ungkapkan dan mencoba memahami perasaannya dari sudut pandangnya bukan
dari sudut pandang kita.
6) Menghindari kata-kata yang menghakimi, pertanyaan yang menghakimi
seringkali berupa pertanyaan tertutup, menggunakan pertanyaan terbuka mungkin
dapat membantu menghindari penggunaan kata-kata menghakimi.

b. Membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan


1) Menerima apa yang ibu pikirkan dan rasakan, menerima berarti memberikan
respon dengan cara yang netral dan bukan menyetujui atau tidak menyetujui.
2) Mengenali dan memuji apa yang ibu dan bayi lakukan dengan benar, seorang
konselor harus mencari tahu apa yang telah dilakukan dengan benar oleh ibu
kemudiasebaiknya memuji atau menunjukkan persertujuan atas perbuatan yang
benar tersebut.
3) Memberi bantuan praktis, adalah lebih dari sekedar mengatakan sesuatu,
misalnya mempermudah ibu menggendong bayi dengan bantal atau dengan kursi
pendek dan nyaman. Terkadang konselor mengetahui bantuan praktis yang
dibutuhkan ibu namun harus bertanya pada ibu tentang apa yang ibu butuhkan.
Bantuan tersebut harus bantuan yang dapat diterima secara budaya.
4) Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan atau masalah ibu, sangat
penting untuk memberikan informasi yang relevan dengan kondisi ibu dan
disesuaikan bagi setiap ibu, bayi dan keadaan. Memberikan satu atau dan
informasi dengan cara yang positif supaya tidak terdengar seperti kritikan.
5) Menggunakan bahasa sederhana, konselor sebaiknya menggunakan bahasa
yang istilah yang sederhana supaya mudah dimengerti oleh ibu.
6) Memberi satu atau dua saran bukan perintah, konselor harus berhatihati agar
tidak terkesan menyuruh atau memerintah ibu melakukan sesuatu, karena hal ini
tidak mendorong rasa percaya ibu. Konselor dapat menyarankan kepada ibu
sesuatu yang sekiranya dapat dilakukan oleh ibu, kemudian ibu dapat
memutuskan apakah dia akan mencoba melakukan atau tidak. Hal ini dapat
mendorong rasa percaya diri ibu
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain mempunyai
pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat  bidan juga harus memiliki
etika yang baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak dalam memberikan suatu pelayanan
khususnya pelayanan kebidanan.  Agar mempunyai etika yang baik dalam pendidikannya
bidan dididik etika dalam mata kuliah Etika profesi namun semuanya mata kuliah tidak ada
artinya jika peserta didik tidak mempraktekannya dalam kehidupannya di masyarakat.
      Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehiduapan sosial yang
semakin mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan
teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Penerapan kode etik
dan etika profesi sangat dibutuhkan oleh bidan dalam pelayanan kebidanan yang
dilakukannya agar bidan tidak terjerat masalah hukum berkaitan dengan etik yang akan
merugikan bidan itu sendiri.
      Sikap profesional dalam pelayanan sangat penting untuk menjaminnya keamanan dan
kenyamanan klien. Jabataan profesional bidan berbeda pekerjaan yang menuntut dan dapat
dipenuhi melalui pembiasaan melakukan keterampilan tertentu. Menguasai visi yang
mendasari keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofi, pertimbangan rasional dan
memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu kerja.

B. Saran
Dalam Makalah laporan praktikum ini terdapat penjelasan tentang “ Etika Profesi
yang terjadi dalam Pelayanan Kebidanan ” dan pentingnya kebutuhan konseling ASI.
Berharap agar mahasiswi dapat mengetahui etika yang seharusmya dalam pelayanan
kebidanan khususnya Etika Moral dan seputar konseling ASI sesuai dengan pembahasan
yang ada dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih, Heni Puji.2008.Etika Profesi Kebidanan;Fitramaya,Yogyakarta.


Marimbi, Hanum.2008.Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan; Mitra Cendikia,
Yogyakarta.\
http://chellious.wordpress.com/2010/11/02/issue-etik-dalam-pelayanan-kebidanan/
file:///C:/Users/User/Downloads/tugas-etika-tentang-issue-etik-dalam.html
http://www.scribd.com/doc/26952303/Issue-Etik-Pelayanan-Kebidanan
file:///C:/Users/User/Downloads/PUTRA%20ATJEH%20_%20ISSUE%20ETIK
%20PELAYANAN%20KEBIDANAN.htm
Marimbi, Hanum.2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan, Mitra Cendikia Press.
Jogjakarta
http://eprints.undip.ac.id/72387/3/BAB_II.pdf
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/81
https://news.unair.ac.id/2020/07/24/menyusui-eksklusif-media-apa-yang-cocok-diberikan-
oleh-tim-konseling-laktasi/?lang=id

Anda mungkin juga menyukai