Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGANTAR ASUHAN KEBIDANAN

“SISTEM PENGHARGAAN BAGI BIDAN”


DOSEN PENGAMPU: NURUL ARININGTIAS S.,ST., MpH

DISUSUN OLEH :

Atina Sabila Khadijah (1320261)

AKADEMI KEBIDANAN MULIA MADANI YOGYAKARTA


2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pengantar Asuhan dalam Kebidanan yang berjudul "Sistem
Penghargaan Bagi Bidan”.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari ibu Dosen dan
teman-teman sekalian agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Anatomi Fisiologis ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap teman-teman pembaca.

Yogyakarta, 15 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5
1.3 Tujuan...........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
1. KEWAJIBAN DAN HAK BIDAN............................................................................6
2. LEGISLASI DAN REGISTRASI BIDAN..............................................................9
3. PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PROFESI BIDAN.......................................12
BAB III.................................................................................................................................17
PENUTUP............................................................................................................................17
KESIMPULAN....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang sangat sentral
dalam pelayanan kesehatan dasar. Untuk menanggulangi tingginya Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, sekolah kebidanan secara khusus
didirikan pemerintah Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan, pemerintah
Indonesia melalui Departemen Kesehatan dan BKKBN terus mendorong
pertumbuhan jumlah bidan. Menurut Profil Kedudukan dan Peranan Wanita
1995 balk di kota maupun di desa, perempuan lebih memilih bidan dalam
memeriksakan kesehatan dan kehamilan mereka dari pada tenaga kesehatan
iainnya. Habsjah dan Aviatri (dalam Oey- Gardiner 1996:393) mengungkapkan
bahwa sejak tahun 1952 bidan sudah dikerahkan untuk mengelola. Balai
Kesehtan Ibu dan Anak. Ketika pada tahun 1968 puskesmas pertama kali
diperkenalkan di Indonesia, Depkes mengeluarkan peraturan bahwa tenaga
puskesmas harus terdiri atas tenaga dokter, bidan, mantri, dan perawat. Tetapi
berbagai studi membuktikan bahwa banyak puskesmas yang hanya memiliki
bidan atau mantri sebagai satu-satunya tenaga kesehatan yang setiap saat dapat
dikunjungi oleh masyarakat. Bidan di Indonesia adalah ujung tombak
pelayanan kesehatan dasar.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas di
desa yang sulit dijangkau, tugas bidan dirasakan terlalu banyak. Bidan tidak
saja bertugas melayani ibu hamil dan balita, mereka juga melayani pertolongan
kesehatan secara umum seperti menolong prang sakit, kecelakaan lalu lintas
sampai menindik dan menyunat bayi yang Baru lahir. Selain menangani aspek
klinis medis kebidanan dan umum, mereka juga menangani aspek administrasi
dan manajerial. Tugas administrasi yang dituntut oleh puskesmas sering
mengakibatkan tugas pokok menjadi terlantar.Puskesmas selalu meminta data
diri yang sulit diperoleh. Membina hubungan dengan dukun bayi dan anggota

4
masyarakat merupakan aspek sosial yang harus diperhatikan oleh seorang
bidan. Dalam banyak hal bidan merasakan bekal dan kemampuannya amat
terbatas untuk dapat menangani semua harapan masyarakat. Pendidikan lanjut
baik berupa kursus singkat maupun seminar sangat mereka harapkan untuk
dapat memperoleh bekal dalam menjalankan profesi mereka.
Hal tersebut mendorong penulis ini untuk mengetahui dan memahami
lebih mendalam bagaimana peran dan penghargaan yang diperoleh bidan, hak
dan kewajiban bidan, registrasi dan legilasi serta sanksi dalam menjalankan
tugas mereka sebagai tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di praktek
sore mereka di rumah.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut rumusan masalah antara lain :

1. Apa saja reward dan sanksi dalam profesi bidan?


2. Bagaimana hak dan kewajiban seorang bidan ?
3. Bagaimana cara registrasi dan legislasi bidan dalam menjalankan
tugasnya?
4. Bagaiamana perlindungan hukum bagi seorang bidan?
1.3 Tujuan
Berikut tujuan :

1. Untuk mengetahui apa saja reward dan sanksi dalam profesi bidan.
2. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban seorang bidan
3. Untuk mengetahui cara registrasi dan legislasi dalam menjalankan tugas
4. Untuk mengetahui apa saja perlindungan hukum bagi seorang bidan

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. KEWAJIBAN DAN HAK BIDAN


A. KEWAJIBAN BIDAN
Kewajiban Bidan diatur didalam Kode etik bidan Indonesia, yang terdiri
dari ;
1) Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
a.Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
b.Setiap bidan dlm menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bidan.
c.Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada peran,tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
d.Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan
klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat.
e.Setiap bidan dalam menjalankan tugas senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang di
milikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
2) Kewajiban bidan terhadap tugasnya
a.Setiap bidan harus menjalin hub yang baik dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.

6
b.Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati
baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
3) Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.
4) Kewajiban bidan terhadap profesinya
a.Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada
klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
b.Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk
keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
c.Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan
atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan
atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.
5) Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
a.Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan
tugas profesinya dengan baik.
b.Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi .
6) Kewajiban bidan terhadap pemerintah , nusa bangsa dan tanah air

7
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidan kesehatan khususnya
dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu
jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan
kesehatan keluarga.

B. HAK BIDAN
Hak yang dapat diperoleh oleh seorang Bidan antara lain :
a. Memperoleh perlindungan hukum yang melaksankan tugas sesuai
dengan profesinya
b. Megembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai latar
belakang pendidikannya
c. Menolak keinginan klien/pasien yang bertentangan dengan peraturan
perundangan serta standar profesi dan kode etik profesi
d. Mendapat informasi lengkap dari klien/pasien yang tidak puas terhadap
pelayannnya
e. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan iptek dalam
bidang keperawatan/kebidanan/kesehatan secara terus menerus
f. Mendapatkan perlakuan adil & jujur oleh Rumah Sakit, klien/pasien dan
atau keluarganya
g. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya
h. Diikutsertakan dalam penyusunan/penetapan kebijakan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit
i. Diperhatikan Privasinya dan berhak menuntut jika nama baiknya
dicemarkan oleh klien/pasien atau tenaga kesehatan lainnya

8
j. Menolak Pihak lain yang memberi anjuran atau permintaan tertulis
untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan perundang-
undangan, standar profesi dan etik profesi
k. Mendapatkan penghargaan imbalan yang layak dari jasa yang sesuai
peraturan/ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit
l. Memperoleh kesempatan mengembangkan karier sesuai bidang
profesinya
m. Legislasi
n. Registrasi

2. LEGISLASI DAN REGISTRASI BIDAN


Pengertian Legislasi
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi
( pengaturan kompetensi ), registrasi( pengaturan kewenangan ), dan lisensi (
pengaturan penyelenggaraan kewenangan ).Ketetapan hukum yang
mengantur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan
tindakan dan pengabdiannya. (IBI). Rencana yang sedang dijalankan oleh
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sekarang adalah dengan mengadakan uji
kompetensi terhadap para bidan, minimal sekarang para bidan yang
membuka praktek atau memberikan pelayanan kebidanan harus memiliki
ijasah setara D3.

Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun ke


dunia kerja. Uji kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah tenaga
kesehatan tersebut layak bekerja sesuai dengan keahliannya. Mengingat
maraknya sekolah-sekolah ilmu kesehatan yang terus tumbuh setiap
tahunnya. Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, jelas bidan tersebut tidak
bisa menjalankan profesinya. Karena syarat untuk berprofesi adalah
memiliki surat izin yang dikeluarkan setelah lulus uji kompetensi.

9
Tujuan Legislasi

Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat


terhadap pelayanan yang telah diberikan.

Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi :

1. Mempertahankan kualitas pelayanan

2. Memberi kewenangan

3. Menjamin perlindungan hukum

4. Meningkatkan profisionalisme

SIB adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan oleh DEPKES yang


menyatakan bahwa bidan berhak menjalankan pekerjaan kebidanan .

Pengertian Registrasi

Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus


mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna
mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan
profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh
badan tesebut. Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhaap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi
inti atau standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik
dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya. (Registrasi menurut
keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
900/MENKES/SK/VII/2002).

Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan


haknya untuk ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi beberapa persyaratan
administrasi untuk lisensi.

10
Tujuan Registrasi

a) Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan


ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat.

b) Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam


penyelesaian kasus mal praktik.

c) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik

Aplikasi proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut,


bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB ( surat ijin bidan )
selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan
registrasi menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 adalah
meliputi: fotokopi ijasah bidan, fotokopi transkrip nilai akademik, surat
keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2 lembar.

SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar
untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIPB ( surat ijin praktik
bidan ). SIB tidak berlaku lagi karena: dicabut atas dasas ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, habis masa berlakunya dan tidak
mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.

Syarat Registrasi

Pada saat akan mengajukan registrasi, maka akan diminta untuk


melengkapi dan membawa beberapa syarat, antara lain :

1) Fotokopi ijasah bidan

2) Fotokopi Transkrip nilai akademik

3) Surat keterangan sehat dari dokter

4) Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

11
3. PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PROFESI BIDAN
A. Perlindungan Hukum Profesi

1. Pengertian Perlindungan Hukum Profesi

Teori perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum


dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada
dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur
hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara
perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan
masyarakat. Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra berpendapat bahwa hukum
dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak
sekedar adaptif dan fleksibel melainkan juga prediktif dan antisipatif.
Pendapat Sunaryati Hartono mengatakan bahwa hukum dibutuhkan
untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara social, ekonomi dan
politik untuk memperoleh keadilan.Perlindungan hukum adalah suatu
jaminan yang diberikan oleh otoritas tertentu kepada semua pihak untuk
dapat melaksanakan hak dan kepentingan hukum yang dimilikinya
dalam kapasitasnya sebagai subyek hukum.

Perlindungan hukum diberikan bagi tenaga kesehatan sebagai


subyek hukum yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar
profesinya.Perlindungan hukum bagi bidan tidak lepas dari pembahasan
mengenai hak dan kewajiban bidan dalam menjalankan tugas
pelayanannya secara profesional. Tugas pelayanan seorang bidan berupa
pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar prosedural yang
berlaku di sarana kesehatan baik umum maupun swasta.

2. Asas Perlindungan Hukum Profesi

12
Asas‐asas yang terkandung dalam perlindungan hukum dapat berupa :

a. Asas Keadilan

Aristoteles mendekati masalah keadilan dari segi persamaan.

b. Asas Kemanfaatan

Asas kemanfaatan merupakan kedayagunaan dalam kaidah hukum.


Keberadaannya sangat penting terutama pada kaidah hukum yang
bersifat mengatur.

c. Asas Kepastian hukum

Asas kepastian hukum berarti memberikan jaminan kepastian hukum


bagi subyek hukum dalam menjalankan perbuatan hukum yang terkait
di dalam aturan‐aturan hukum positif.

3. Bentuk Perlindungan Hukum Profesi

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi


subyek subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk


mencegah sebelum terjadinya pelanggaran.

b. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa


sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan
apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu
pelanggaran.Dengan perlindungan hukum yang pokok, akan terwujud
tujuan hukum secara umum yakni ketertiban, keamanan, ketentraman,

13
kesejahteraan, kedamaian, kebenaran, dan keadilan. Indikator
perlindungan hukum bagi bidan yaitu:

1) Perlindungan dari gangguan orang lain atau kelompok yang


merugikan bagi profesi bidan

2) Perlindungan individu tersangka atas terdakwa dalam suatu perkara


pidana terhadap kemungkinan timbulnya tindakan kesewenangan
oknum aparat penegak hukum

3) Perlindungan untuk mendapatkan keadilan dan tanpa adanya


diskriminasi

4. Dasar Perlindungan Hukum

Profesi Perlindungan hukum diperlukan baik oleh pasien


maupun tenaga medis dalam hal ini bidan, karena hukum berfungsi
sebagai perlindungan bagi masyarakat.Dasar perlindungan hukum bidan
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan,
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan.Dalam hal ini berarti pemerintah memberikan
jaminan dan kemudahan kepada bidan dalam penyelenggaraan
prakteknya memberikan pelayanankebidanan. Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Kebidanan, lebih sepesifik mengatur hak-hak bidan,
namun sayangnya bentuk peraturan ini hanya peraturan menteri
sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat karena tidak
termasuk dalam jenis dan hierarkhi peraturan perundang-undangan dan
tidak diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
berdasarkan pasal 7 undang-undang Nomor 10 Tahun 2004.Jenis dan
hierarkhi peraturan perundang-undangan yang mempunyai kekuatan

14
hukum mengikat berdasarkan pasal 7 undang-undang Nomor 10 Tahun
2004 Tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, sebagai
berikut :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang atau Peraturan pengganti Undang-undang;

c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden;

e. Peraturan Daerah;

f. Peraturan perundang-undangan lain yang diperintahkan oleh peraturan


perundang undangan yang lebih tinggi.

5. Prinsip Perlindungan Hukum Profesi

Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah


bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah
dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-
pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.

B. Perlindungan Hukum Dalam Profesi Bidan

Konsep pengaturan profesionalisme bidan yaitu adanya nilai-nilai


keadilan dalam pengaturan profesionalisme bidan. Hal ini dapat
mewujudkan professionalisme bidan yang berkeadilan. Keadilan dalam
pelayanan kebidanan memberikan kedudukan pada bidan setara dengan
profesi tenaga kesehatan lainnya. Bidan sebagai pemberi jasa layanan
kesehatan tidak hanya bekerja sendiri, tetapi sebagai bagian dari tenaga
kesehatan lainnya. Semua harus dilakukan secara sinergis, jika terbaikan
nilai keadilannya maka akan berakibat pada perlakuan ketidakadilan pada

15
unsur lainnya. Keadilan memiliki nilai kesetaraan dan keseimbangan
manfaat sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan dalam hal ini regulasi dalam kebidanan. Beberapa
hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan keadilan dalam regulasi
kebidanan yaitu :

a. Melakukan penyempurnaan atau revisi regulasi kebidanan agar


bersifat dinamis yang mampu beradaptasi dengan kepentigan semua
pihak terutama bagi profesi bidan itu sendiri
b. Memberikan sosialisasi kepada bidan-bidan baik praktik mandiri
bidan, bidan di RS maupun institusi kebidanan terkait hukum
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan profesi kebidanan
c. Melakukan diseminasi hukum kesehatan dilingkungan pendidikan
formal maupun non formal dengan nilai-nilai keadilan
d. Memasukkan materi etikolegal dalam praktik kebidanan yang
mencerminkan nilai keadilan dalam setiap kurikulum pendidikan
bidan dan pendidikan Kesehatan
e. Melakukan koordinasi dengan stakeholders dalam cakupan hukum
kesehatan mulai dari aspek penyusunan, pelaksanaan maupun
penegakan hukumnya baik dari tingkat pusat maupun daerah.
f. Melakukan pembinaan kesadaran akan hukum yang mencerminkan
nilai keadilan kepada semua pihak yang berkaitan dengan pelayanan
kebidanan.

16
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Bidan merupakan salah satu profesi bidang kesehatan yang memiliki
tugas yang berat dan harus dipertanggung jawabkan. Membantu persalinan
adalah salah satu tugas berat bidan. Karena berhubungan dengan nyawa bayi
dan ibunya. Jadi bidan berhak dan berkewajiban untuk mendapat penghargaan.
Penghargaan bagi bidan adalah bentuk apresiasi yang diberikan kepada bidan
tidak hanya berupa imbalan jasa tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi
dan pemberian kewenangan atau hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki. Sedangkan sanksi bagi bidan adalah imbalan
negatif, imbalan yang berupa pembebanan atau penderitaan yang ditentukan
oleh hukum aturan yang berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar
kode etik dan hak/kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dictio.id/t/apa-saja-hak-dan-kewajiban-bidan/493
https://putrihapsari87.wordpress.com/2014/10/22/nilai-personal-dan-nilai-luhur-
dalam-pelayanan-kebidanan-2/amp/
https://pt.slideshare.net/mobile/febriok/legislasiregistrasilisensi-praktek-
kebidanan
https://dokumen.tips/documents/legislasiregistrasilisensi-praktek-kebidanan.html

18

Anda mungkin juga menyukai