Disusun Oleh :
KEPANJEN- MALANG
2019-2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada Nabi besar alam, Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini
disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Konsep Kebidanan.
Dengan harapan makalah ini bisa menambah pengetuahuan, menambah wawasan dan
mendatangkan manfaat.
1
Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
lagi di masa yang akan datang. Aamiin.
penyusun
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………….………1
Kata Pengantar…………………………………………………………......2
Daftar Isi…………………………………………………………………...3
BAB 1
PENDAHULUAN…………………………………………………………4
2
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...4
1.3 Tujuan………………………………………………………………….4
1.4 Manfaat………………………………………………………………...5
BAB 2
PEMBAHASAN……………………………………………………………6
2.3 Sanksi…………………………………………………………….……...7
BAB 3
PENUTUP……………………………………………………………….…14
3.3 Kesimpulan………………………………………………….……….....14
3.4 Saran…………………………………………………………………....14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...…….…15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bidan sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang sangat sentral dalam
pelayanan kesehatan dasar. Untuk menanggulangi tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi, sekolah kebidanan secara khusus didirikan pemerintah Hindia Belanda.
Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan dan BKKBN
terns mendorong pertumbuhan jumlah bidan. Menurut Profil Kedudukan dan Peranan Wanita
1995 balk di kota maupun di desa, perempuan lebih memilih bidan dalam memeriksakan
kesehatan dan kehamilan mereka dari pada tenaga kesehatan iainnya. Habsjah dan Aviatri
(dalam Oey-Gardiner 1996:393) mengungkapkan bahwa sejak tahun 1952 bidan sudah
3
dikerahkan untuk mengelola. Balai Kesehtan Ibu dan Anak. Ketika pada tahun 1968
puskesmas pertama kali diperkenalkan di Indonesia, Depkes mengeluarkan peraturan bahwa
tenaga puskesmas harus terdiri atas tenaga dokter, bidan, mantri, dan perawat. Tetapi
berbagai studi membuktikan bahwa banyak puskesmas yang hanya memiliki bidan atau
mantri sebagai satu-satunya tenaga kesehatan yang setiap saat dapat dikunjungi oleh
masyarakat. Bidan di Indonesia adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dasar.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas di desa yang
sulit dijangkau, tugas bidan dirasakan terlalu banyak. Bidan tidak saja bertugas melayani ibu
hamil dan balita, mereka juga melayani pertolongan kesehatan secara umum seperti
menolong prang sakit, kecelakaan lalu lintas sampai menindik dan menyunat bayi yang Baru
lahir. Selain menangani aspek klinis medis kebidanan dan umum, mereka juga menangani
aspek administrasi dan manajerial. Tugas administrasi yang dituntut oleh puskesmas sering
mengakibatkan tugas pokok menjadi terlantar.Puskesmas selalu meminta data diri yang sulit
diperoleh. Membina hubungan dengan dukun bayi dan anggota masyarakat merupakan aspek
sosial yang harus diperhatikan oleh seorang bidan. Dalam banyak hal bidan merasakan bekal
dan kemampuannya amat terbatas untuk dapat menangani semua harapan masyarakat.
Pendidikan lanjut baik berupa kursus singkat maupun seminar sangat mereka harapkan untuk
dapat memperoleh bekal dalam menjalankan profesi mereka.
Hal tersebut mendorong penulis ini untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam
bagaimana peran dan penghargaan yang diperoleh bidan dalam menjalankan tugas mereka
sebagai tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di praktek sore mereka di rumah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu :
Apa saja reward dan sanksi dalam profesi bidan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
Untuk mengetahui apa saja reward dan sanksi dalam profesi bidan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu :
Manfaat khusus
Setelah mengetahui reward dan sanksi dalam profesi bidan, mahasiswa memiliki
acuan dalam melakukan segala tindakan dalam pelayanan kebidanan.
Manfaat umum
Dengan adanya makalah ini semoga bidan – bidan mengetahui apa saja reward dan
sanksi dalam profesi bidan.
4
Menambah wawasan pembaca maupun penulis tentang reward dan sanksi bidan.
BAB II
PEMBAHASAN
Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu yang
diberikan baik oleh perorangan ataupun suatu lembaga. Bidan sebagai suatu profesi tenaga
kesehatan harus bisa mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Karena inilah bidan
memang sudah seharusnya mendapat penghargaan baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya berupa imbalan jasa tetapi juga dalam
bentuk pengakuan profesi dan pemberian kewenangan atau hak untuk menjalankan praktik
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Dengan adanya penghargaan seperti yang
disebutkan diatas, akan mendorong bidan untuk meningkatkan kinerja mereka sebagai tenaga
5
kesehatan untuk masyarakat. Mereka juga akan lebih giat untuk mengasah dan
mengembangkan kemampuan dan potensi mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu
standar profesi bidan.
Menurut Gibson (1987) ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang
termasuk bidan,antara lain:
a. Faktor individu : kemampuan,keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman,
tingkat sosial, dan demografi seseorang.
b. Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan
kerja.
c. Faktor organisasi : struktur organisasi,besar pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, hak adalah kewenangan untuk
berbuat sesuatu yang telah ditentukan oleh undang-undang atau aturan tertentu. Sebagai suatu
profesi, bidan memiliki organisasi profesi yaitu Ikatan Bidan Indonesia atau disingkat IBI
yang mengatur hak dan kewajiban serta penghargaan dan sanksi bagi bidan. Setiap bidan
yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan berhak dan wajib menjadi anggota IBI.
2.1 Hak bidan :
a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengaN profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang
pelayanan kesehatan.
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien atau klien dan keluarga yang bertentangan
dengan peraturan perundangan, dan kode etik profesi.
d. Bidan berhak atas privasi atau kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien,keluarga ataupun profesi lain.
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
f. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan
yang sesuai.
g. Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
6
2.2 Wewenang bidan :
a. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan untuk mendekatkan pelayanan
kegawatandaruratan obstetrik dan neonatal.
b. Bidan harus melaksanakan tugas kewenagan sesuai standar profesi, memiliki
kemampuan dan ketrampilan sebagai bidan, mematuhi dan melaksanakan protap yang
berlaku di wilayahnya dan bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dengan
mengutamakan keselamatan ibu dan bayi.
c. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa
pranikah termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui,
dan masa antara kehamilan. Dan masih banyak lagi.
Dalam lingkup IBI, setiap anggota memiliki beberapa hak tertentu sesuai dengan
kedudukannya, yaitu:
Anggota Biasa
a. Berhak mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.
b. Berhak mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan organisasi.
c. Berhak memilih dan dipilih.
Anggota Luar Bisaa
a. Dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi.
b. Dapat mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan organisasi.
Anggota Kehormatan
a. Dapat mengemukakan pendapat,saran,dan usul untuk kepentingan organisasi.
2.3 Sanksi
Tidak hanya memberikan penghargaan bagi bidan yang mampu melaksanakan
prakteknya sesuai kode etik dan standar profesi bidan, Setiap penyimpangan baik itu
disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh dewan audit khusus yang telah dibentuk oleh
organisasi bidan atau dinas kesehatan di kabupaten tersebut. Dan bila terbukti melakukan
pelanggaran atau penyimpangan maka bidan tersebut akan mendapat sanksi yang tegas,
supaya bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya. Sanksi adalah imbalan negatif, imbalan
yang berupa pembebanan atau penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang
berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak/kewajiban bidan yang
telah diatur oleh organisasi profesi. Bagi bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka akan diberikan sanksi sesuai dengan
Permenkes RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan. Dalam organisasi profesi kebidanan terdapat Majelis Pertimbangan Etika Bidan
(MPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA) yang memiliki tugas :
7
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan
pengurus pusat.
b. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala
c. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus
pusat.
d. Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan, tugas dan tanggung jawabnya
ditentukan pengurus.
8
Contoh sanksi bidan adalah pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB sementara, atau
bisa juga berupa denda.
Penyimpangan yang dilakukan oleh bidan misalnya :
a. Bidan melakukan praktek aborsi,yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan
karena termasuk tindakan kriminal.
b. Bidan tidak melakukan rujukan pada ibu yang mengalami persalinan premature,
bidan ingin melakukan persalinan ini sendiri. Ini jelas tidak boleh dilakukan, dan
harus dirujuk. Karena ini sudah bukan kewenangan bidan lagi, selain itu jika
dilakukan oleh bidan itu sendiri,persalinan akan membahayakan ibu dan bayi yang
dikandungnya.
9
ketentuan-ketentuan tentang apa saja yang boleh dan apa saja yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan
juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam
masyarakat. Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang
memberikan tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik yang
berhubungan dengan kesejahteraan, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya.
10
B. Secara Umum Kode Etik Bidan Berisi :
a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas
dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan - tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi
dan atau rujukan.
Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau dipedukan
sehubungan kepentingan klien.
c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
d. Kewajiban bidan terhadap profesinya
Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan
yang bermutu kepada masyarakat.
Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan did dan meningkatkan
kemampuan profesinya seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenis yang dapat meningkatkan mute dan citra profesinya.
e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
11
Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan
tugas profesinya dengan baik.
Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuanketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu jabatan struktural dan fungsional.
Jabatan struktural adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan diatur
berjenjang dalam suatu organisasi
Jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya
yang vital dalam kehidupan rmasyarakat dan Negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional
juga berorientasi kualitatif. Seseorang memiliki jabatan fungsional berhak mendapatkan
tunjangan fungsional. Jabatan bidan merupakan jabatan fungsional professional sehingga
berhak mendapat tunjangan fungsional.
12
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural. Jabatan
fungsional sebagai bidan bisa didapat melalui pendidikan berkelanjutan ,baik secara formal
maupun nonformal, yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan professional bidan
dalam melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, dan peneliti.
Sedangkan jabatan sturkturalnya bergantung dimana bidan tersebut bertugas,misalnya di
rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya. Karir ini dapat dicapai oleh bidan di setiap tatanan
pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan, kesempatan, dan
kebijakan yang ada.
PERMENKES RI No.1464/MENKES/PER/X/2010
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 20
1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai
dengan pelayanan yang diberikan.
2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan ke Puskesmas wilayah
tempat praktik.
3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) untu bidan yang
bekerja di fasilitas pelaynan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
13
3.1 Simpulan
Bidan merupakan salah satu profesi bidang kesehatan yang memiliki tugas yang berat
dan harus dipertanggung jawabkan. Membantu persalinan adalah salah satu tugas berat bidan.
Karena berhubungan dengan nyawa bayi dan ibunya. Jadi bidan berhak dan berkewajiban
untuk mendapat penghargaan.
Penghargaan bagi bidan adalah bentuk apresiasi yang diberikan kepada bidan tidak
hanya berupa imbalan jasa tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian
kewenangan atau hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Sedangkan sanksi bagi bidan adalah imbalan negatif, imbalan yang berupa pembebanan atau
penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang
melanggar kode etik dan hak/kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan
ketrampilan, maka penyusun mengharapkan kritikan dan saran demi pengembangan
penulisan selanjutnya. Dan untuk senantiasa mencari tahu lebih dalam dan memperbaharui
pengetahuan mengenai ilmu kebidanan khususnya mengenai Konsep Kebidanan karena ilmu
pengetahuan akan terus berkembang dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA
14
Asrina, Siswoyo Putri Sinta, Sulistyorini Dewie, Muflihah Syamrotul Ima, Sari Nirmala
Dian. 2010. Konsep Kebidanan. GRAHA ILMU
http://leranthia.blogspot.com/2010/03/makalah-penghargaan-bagi-bidan.html
15