Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM PENGHARGAAN BIDAN

(REWARD DAN SANKSI)

Mata kuliah : Konsep Kebidanan

Dosen Pengampau : . Ika Indarwati, SST.Keb., MPH (IK)

Disusun Oleh :

Anisa Noverenza (191103104)

Niken Sri Wulandari (191103105)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

STIKes WIDYA CIPTA HUSADA


MALANG

KEPANJEN- MALANG

2019-2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada Nabi besar alam, Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini
disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Konsep Kebidanan.

Dengan harapan makalah ini bisa menambah pengetuahuan, menambah wawasan dan
mendatangkan manfaat.
1
Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
lagi di masa yang akan datang. Aamiin.

Kepanjen, 20 januari 2020

penyusun

DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………….………1

Kata Pengantar…………………………………………………………......2

Daftar Isi…………………………………………………………………...3

BAB 1

PENDAHULUAN…………………………………………………………4
2
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...4
1.3 Tujuan………………………………………………………………….4
1.4 Manfaat………………………………………………………………...5

BAB 2

PEMBAHASAN……………………………………………………………6

2.1 Hak Bidan………………………………………………………...……..6

2.2 Wewenang Bdan……………………………………………….………..7

2.3 Sanksi…………………………………………………………….……...7

2.4 Alur Sanksi Bidan………………………………………………….……9

2.5 Kode Etik Bidan…………………………………………….…….……..9

2.6 Jabatan Fungsional Bidan…………………………………………..….12

BAB 3

PENUTUP……………………………………………………………….…14

3.3 Kesimpulan………………………………………………….……….....14

3.4 Saran…………………………………………………………………....14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...…….…15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
                  Bidan sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang sangat sentral dalam
pelayanan kesehatan dasar. Untuk menanggulangi tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi, sekolah kebidanan secara khusus didirikan pemerintah Hindia Belanda.
Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan dan BKKBN
terns mendorong pertumbuhan jumlah bidan. Menurut Profil Kedudukan dan Peranan Wanita
1995 balk di kota maupun di desa, perempuan lebih memilih bidan dalam memeriksakan
kesehatan dan kehamilan mereka dari pada tenaga kesehatan iainnya. Habsjah dan Aviatri
(dalam Oey-Gardiner 1996:393) mengungkapkan bahwa sejak tahun 1952 bidan sudah

3
dikerahkan untuk mengelola. Balai Kesehtan Ibu dan Anak. Ketika pada tahun 1968
puskesmas pertama kali diperkenalkan di Indonesia, Depkes mengeluarkan peraturan bahwa
tenaga puskesmas harus terdiri atas tenaga dokter, bidan, mantri, dan perawat. Tetapi
berbagai studi membuktikan bahwa banyak puskesmas yang hanya memiliki bidan atau
mantri sebagai satu-satunya tenaga kesehatan yang setiap saat dapat dikunjungi oleh
masyarakat. Bidan di Indonesia adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dasar.
            Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas di desa yang
sulit dijangkau, tugas bidan dirasakan terlalu banyak. Bidan tidak saja bertugas melayani ibu
hamil dan balita, mereka juga melayani pertolongan kesehatan secara umum seperti
menolong prang sakit, kecelakaan lalu lintas sampai menindik dan menyunat bayi yang Baru
lahir. Selain menangani aspek klinis medis kebidanan dan umum, mereka juga menangani
aspek administrasi dan manajerial. Tugas administrasi yang dituntut oleh puskesmas sering
mengakibatkan tugas pokok menjadi terlantar.Puskesmas selalu meminta data diri yang sulit
diperoleh. Membina hubungan dengan dukun bayi dan anggota masyarakat merupakan aspek
sosial yang harus diperhatikan oleh seorang bidan. Dalam banyak hal bidan merasakan bekal
dan kemampuannya amat terbatas untuk dapat menangani semua harapan masyarakat.
Pendidikan lanjut baik berupa kursus singkat maupun seminar sangat mereka harapkan untuk
dapat memperoleh bekal dalam menjalankan profesi mereka.
            Hal tersebut mendorong penulis ini untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam
bagaimana peran dan penghargaan yang diperoleh bidan dalam menjalankan tugas mereka
sebagai tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di praktek sore mereka di rumah.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu :
 Apa saja reward dan sanksi dalam profesi bidan?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
 Untuk mengetahui apa saja reward dan sanksi dalam profesi bidan.

1.4  Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu :
 Manfaat khusus
Setelah mengetahui reward dan sanksi dalam profesi bidan, mahasiswa memiliki
acuan dalam melakukan segala tindakan dalam pelayanan kebidanan.
 Manfaat umum
Dengan adanya makalah ini semoga bidan – bidan mengetahui apa saja reward dan
sanksi dalam profesi bidan.

4
 Menambah wawasan pembaca maupun penulis tentang reward dan sanksi bidan.

BAB II
PEMBAHASAN

            Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu yang
diberikan baik oleh perorangan ataupun suatu lembaga. Bidan sebagai suatu profesi tenaga
kesehatan harus bisa mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Karena inilah bidan
memang sudah seharusnya mendapat penghargaan baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya berupa imbalan jasa tetapi juga dalam
bentuk pengakuan profesi dan pemberian kewenangan atau hak untuk menjalankan praktik
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Dengan adanya penghargaan seperti yang
disebutkan diatas, akan mendorong bidan untuk meningkatkan kinerja mereka sebagai tenaga

5
kesehatan untuk masyarakat. Mereka juga akan lebih giat  untuk mengasah dan
mengembangkan kemampuan dan potensi mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu
standar profesi bidan.
            Menurut Gibson (1987) ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang
termasuk bidan,antara lain:
a. Faktor individu : kemampuan,keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman,
tingkat sosial, dan demografi seseorang.
b. Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan
kerja.
c. Faktor organisasi : struktur organisasi,besar pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan.

Tujuan dari adanya sistem penghargaan antara lain :


a. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun dalam kelompok
setinggi-tingginya.
b. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja
melalui prestasi pribadi.
c. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya tentang
pekerjaan sehingga terbuka jalur komunitas dua arah antara pimpinan dan staf.

            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, hak adalah kewenangan untuk
berbuat sesuatu yang telah ditentukan oleh undang-undang atau aturan tertentu. Sebagai suatu
profesi, bidan memiliki organisasi profesi yaitu Ikatan Bidan Indonesia atau disingkat IBI
yang mengatur hak dan kewajiban serta penghargaan dan sanksi bagi bidan. Setiap bidan
yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan berhak dan wajib menjadi anggota IBI.

2.1 Hak bidan :
a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengaN profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang
pelayanan kesehatan.
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien atau klien dan keluarga yang bertentangan
dengan peraturan perundangan, dan kode etik profesi.
d. Bidan berhak atas privasi atau kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien,keluarga ataupun profesi lain.
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
f. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan
yang sesuai.
g. Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

6
2.2 Wewenang bidan :
a. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan untuk mendekatkan pelayanan
kegawatandaruratan obstetrik dan neonatal.
b. Bidan harus melaksanakan tugas kewenagan sesuai standar profesi, memiliki
kemampuan dan ketrampilan sebagai bidan, mematuhi dan melaksanakan protap yang
berlaku di wilayahnya dan bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dengan
mengutamakan keselamatan ibu dan bayi.
c. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa
pranikah termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui,
dan masa antara kehamilan. Dan masih banyak lagi.

Dalam lingkup IBI, setiap anggota memiliki beberapa hak tertentu sesuai dengan
kedudukannya, yaitu:
 Anggota Biasa
a. Berhak mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.
b. Berhak mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan organisasi.
c. Berhak memilih dan dipilih.
Anggota Luar Bisaa
a. Dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi.
b. Dapat mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan organisasi.
Anggota Kehormatan
a. Dapat mengemukakan pendapat,saran,dan usul untuk kepentingan organisasi.

2.3 Sanksi
            Tidak hanya memberikan penghargaan bagi bidan yang mampu melaksanakan
prakteknya sesuai kode etik dan standar profesi bidan, Setiap penyimpangan baik itu
disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh dewan audit khusus yang telah dibentuk oleh
organisasi bidan atau dinas kesehatan di kabupaten tersebut. Dan bila terbukti melakukan
pelanggaran atau penyimpangan maka bidan tersebut akan mendapat sanksi yang tegas,
supaya bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya.  Sanksi adalah imbalan negatif, imbalan
yang berupa pembebanan atau penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang
berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak/kewajiban bidan yang
telah diatur oleh organisasi profesi. Bagi bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka akan diberikan sanksi sesuai dengan
Permenkes RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan. Dalam organisasi profesi kebidanan terdapat Majelis Pertimbangan Etika Bidan
(MPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA) yang memiliki tugas :

7
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan
pengurus pusat.
b. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala
c. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus
pusat.
d. Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan, tugas dan tanggung jawabnya
ditentukan pengurus.

MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan


berkoordinasi dengan pengurus inti dalam organogram IBI tingkat nasional.
MPEB secara internal memberikan saran, pendapat, dan buah pikiran tentang masalah pelik
yang sedang dihadapi, khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan
pembelaan anggota.
            MPEB dan MPA, bertugas mengkaji, menangani dan mendampingi anggota yang
mengalami permasalahan dan praktik kebidanan serta masalah hukum. Kepengurusan MPEB
dan MPA terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, dan anggota. MPA tingkat pusat
melaporkan pertanggungjawabannya kepada pengurus pusat IBI dan pada kongres nasional
IBI. MPA tingkat provinsi melaporkan pertanggungjawabannya kepada IBI tingkat provinsi
(pengurus daerah).
            Tugas dan wewenang MPA dan MPEB adalah memberikan bimbingan dan
pembinaan serta pengawasan etik profesi, meneliti dan menentukan adanya kesalahan atau
kelalaian bidan dalam memberikan pelayanan. Etika profesi adalah norma-norma yang
berlaku bagi bidan dalam memberikan pelayanan profesi seperti yang tercantum dalam kode
etik bidan.
Anggota MPEB dan MPA, adalah:
a. Mantan pengurus IBI yang potensial.
b. Anggota yang memiliki perhatian tinggi untuk mengkaji berbagai aspek dan
perubahan serta pelaksanaan kode etik bidan, pembelaan anggota, dan hal yang
menyangkut hak serta perlindungan anggota.
c. Anggota yang berminat dibidang hukum.

Keberadaan MPEB bertujuan untuk:


a. Meningkatkan citra IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan bidan.
b. Membentuk lembaga yang akan menilai ada atau tidaknya pelanggaran terhadap
Kode Etik Bidan Indonesia.
c. Meningkatkan kepercayaan diri anggota IBI.
d. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bidan dalam memberikan
pelayanan.

8
Contoh sanksi bidan adalah pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB sementara, atau
bisa juga berupa denda.
Penyimpangan yang dilakukan oleh bidan misalnya :
a. Bidan melakukan praktek aborsi,yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan
karena termasuk tindakan kriminal.
b. Bidan tidak melakukan rujukan pada ibu yang mengalami persalinan premature,
bidan ingin melakukan persalinan ini sendiri. Ini jelas tidak boleh dilakukan, dan
harus dirujuk. Karena ini sudah bukan kewenangan bidan lagi, selain itu jika
dilakukan oleh bidan itu sendiri,persalinan akan membahayakan ibu dan bayi yang
dikandungnya.

2.4 Alur Sanksi Bidan


Malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya
kelalaian, kurangnya pengetahuan, faktor ekonomi, rutinitas,dan juga perubahan hubungan
antara bidan dengan pasien. Untuk dapat mencegah terjadinya malpraktek yang dilakukan
oleh bidan dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan tidak memberikan
jaminan atau garansi akan keberhasilan usahanya, dalam melakukan tindakan harus
ada informed consent, mencatat semua tindakan kedalam rekam medik, dan lain-lain.
Untuk  penyelesaian tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan yang telah
masuk ke pengadilan, semua tergantung kepada pertimbangan hakim yang menangani kasus
tersebut untuk menentukan apakah kasus yang ditanganinya termsuk kedalam malpraktek
atau tidak. Atau apakah si pelaku dapat dimintai pertanggung jawaban secara pidana atau
tidak.
Melakukan malpraktek yuridis (melanggar hukum) berarti juga melakukan
malpraktek etik (melanggar kode etik). Sedangkan malpraktek etik belum tentu merupakan
malpraktek yuridis. Apabila seorang bidan melakukan malpraktek etik atau melanggar kode
etik. Maka penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah profesi bidan yaitu IBI.
Dan pemberian sanksi dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku didalam
organisasi IBI tersebut. Sedangkan apabila seorang bidan melakukan malpraktek yuridis dan
dihadapkan ke muka pengadilan. Maka IBI melalui MPA dan MPEB wajib melakukan
penilaian apakah bidan tersebut telah benar-benar melakukan kesalahan. Apabila menurut
penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan
atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar
profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum
kepada bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan

2.5  Kode Etik Bidan


Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus dipatuhi  oleh setiap
anggota profesi yang bersngkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu

9
ketentuan-ketentuan tentang apa saja yang boleh dan apa saja yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan
juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam
masyarakat. Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang
memberikan tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik yang
berhubungan dengan kesejahteraan, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya.

A. Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:


a.       Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat mencegah orang luar
memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi
akan melarng berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat
mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kkode etik juga disebut kode
kehormatan.
b.      Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Kesejahteraan ialah kesejahteraan materiil dan spiritual atau mental. Dalam hal kesejahteraan
materiil anggota profesi kode etik umumnya menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya
untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan
peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku yang tidak pantas atau
tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota profesi.
c.       Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga bertujuan untuk pengabdian profesi tertentu, sehingga para
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggungjawab pengabdian
profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang diperlukan oleh
para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
d.      Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode etik juga
mengatur bagaimana cara memelihara dan menigkatkan mutu organisasi profesi. Dari uraian
di atas, jelas bahwa tujuan suatu profesi, menjaga dan memelihara kesejahtereaan para
anggota, meningkatkan pengabdian anggota, dan meningkatkan mutu profesi serta
meningkatkan mutu organisasi profesi.
Penetapan Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya.
Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI. Kode etik bidan di Indonesia
pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam kongres nasional IBI X tahun
1988, sedang petunjuk pelaksanaanya disyahkan dalam rapat kerja nasional (RAKERNAS)
IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disyahkan pada kongres nasional IBI XII
tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan Indonesia mengandung
beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah, tujuan dan bab.

10
B. Secara Umum Kode Etik Bidan Berisi :
a.       Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
 Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas
dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
 Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan - tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
b.      Kewajiban bidan terhadap tugasnya
 Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
 Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi
dan atau rujukan.
 Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau dipedukan
sehubungan kepentingan klien.
c.      Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
 Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
d.       Kewajiban bidan terhadap profesinya
 Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan
yang bermutu kepada masyarakat.
 Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan did dan meningkatkan
kemampuan profesinya seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
 Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenis yang dapat meningkatkan mute dan citra profesinya.
e.       Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

11
 Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan
tugas profesinya dengan baik.
 Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
f.      Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuanketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat.
 Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan


mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.

2.6 Jabatan Fungsional Bidan


           Selain penghargaan dan sanksi, bidan juga patut mendapat jabatan fungsional dan
jabatan struktural. Seperti yang dijelaskan pada materi di atas mengenai jabatan fungsional
bidan, jabatan fungsional didapat oleh seorang bidan melalui pendidikan formal seperti D III
dan SI berupa ijasah, sedangkan non formal berasal dari pelatihan atau penyuluhan atau
seminar yang diadakan oleh pemerintah atau organisasi bidan berupa sertifikat.
Bidan memiliki jabatan fungsional sesuai dengan fungsi bidan yaitu pelaksana,
pengelola, pendidik, dan peneliti. Dalam menduduki jabatan ini,bidan juga berhak smenerima
tunjangan fungsional sesuai dengan kedudukannya.
Sedangkan jabatan struktural bidan dilihat berdasarkan dimana bidan tersebut bekerja.
Tunjangan berasal dari tempat dimana dia bekerja seperti di Puskesmas dan Rumah Sakit.

Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu jabatan struktural dan fungsional.
 Jabatan struktural adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan diatur
berjenjang dalam suatu organisasi
 Jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya
yang vital dalam kehidupan rmasyarakat dan Negara.
           
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional
juga berorientasi kualitatif. Seseorang memiliki jabatan fungsional berhak mendapatkan
tunjangan fungsional. Jabatan bidan merupakan jabatan fungsional professional sehingga
berhak mendapat tunjangan fungsional.

12
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural. Jabatan
fungsional sebagai bidan bisa didapat melalui pendidikan berkelanjutan ,baik secara formal
maupun nonformal, yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan professional bidan
dalam melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, dan peneliti.
Sedangkan jabatan sturkturalnya bergantung dimana bidan tersebut bertugas,misalnya di
rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya. Karir ini dapat dicapai oleh bidan di setiap tatanan
pelayanan kebidanan/kesehatan  sesuai dengan tingkat kemampuan, kesempatan, dan
kebijakan yang ada.

PERMENKES RI No.1464/MENKES/PER/X/2010
BAB     VI
PENCATATAN DAN  PELAPORAN
Pasal   20
1)      Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai
dengan pelayanan yang diberikan.
2)      Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan ke Puskesmas wilayah
tempat praktik.
3)     Dikecualikan dari ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) untu bidan yang
bekerja di fasilitas pelaynan kesehatan.

BAB III
PENUTUP
13
3.1 Simpulan
Bidan merupakan salah satu profesi bidang kesehatan yang memiliki tugas yang berat
dan harus dipertanggung jawabkan. Membantu persalinan adalah salah satu tugas berat bidan.
Karena berhubungan dengan nyawa bayi dan ibunya. Jadi bidan berhak dan berkewajiban
untuk mendapat penghargaan.
Penghargaan bagi bidan adalah bentuk apresiasi yang diberikan kepada bidan tidak
hanya berupa imbalan jasa tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian
kewenangan atau hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Sedangkan sanksi bagi bidan adalah imbalan negatif, imbalan yang berupa pembebanan atau
penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang
melanggar kode etik dan hak/kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan
ketrampilan, maka penyusun mengharapkan kritikan dan saran demi pengembangan
penulisan selanjutnya. Dan untuk senantiasa mencari tahu lebih dalam dan memperbaharui
pengetahuan mengenai ilmu kebidanan khususnya mengenai Konsep Kebidanan karena ilmu
pengetahuan akan terus berkembang dari waktu ke waktu.

DAFTAR PUSTAKA

14
Asrina, Siswoyo Putri Sinta, Sulistyorini Dewie, Muflihah Syamrotul Ima, Sari Nirmala
Dian. 2010. Konsep Kebidanan. GRAHA ILMU

Dr. Eman Suparman,S.H.,M.H; Tanggung Jawab Hukum & Etika Profesi

http://leranthia.blogspot.com/2010/03/makalah-penghargaan-bagi-bidan.html

Kumala, Popy, dr. 2007. Manajemen Pelayanan Primer. Jakarta: EGC


Mufdilah,dkk.2012.    Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

15

Anda mungkin juga menyukai