Kelas : Simalungun
2022/2023
KATA PENGANTAR
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Samintan
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan …………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata etik, etis, moral tidak hanya terdengar dalam ruang kuliah, namun
sudah mewarnai kehidupan masyarakat umum. Dengan bertambahnya arus
globalisasi dan munculnya istilah-istilah tersebut secara luas di masyarakat,
dunia akan semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia yang
kemudian mempengaruhi munculnya penyimpangan etik sebagai akibat
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik
terhadap nilai. Arus kesejahteran ini tidak dapat dibendung dan pasti akan
mempengaruhi pelayanan kebidanan.
Profesi yang berada pada bidang yang praktek mandiri seperti bidan
akan menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan
besar pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
Sehingga dalam perjalanannya, seorang bidan harus mengerti makna etik,
etis, moral dan penerapannya, serta isu-isu yang terkait dalam praktek
kebidanan. Bidan dituntut untuk berperilaku hati-hati dalam setiap tindakannya
dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku yang
etis dan profesional.
B. Rumusan Masalah
Pengertian Aspek Legal Dan Statuta Kebidanan ?
Isu Profesional dan Etik dalam Praktik Kebidanan ?
Etik dalam kebidanan ?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempermudah dan
memberi pengarahan bagi masyarakat terutama mahasiswa tentang aspek legal
dan statuta kebidanan, isu profesional dan etik dalam peraktik bidan, menyerapan
dan pembentukan nilai etika kebidanan dan dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan masyarakat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Otonomi bidan dalam pelayanan
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal
yang penting dan dituntun dari suatu profesi. Akuntabiliti diperkuat dengan
satu landasan hukumyang mengatur batas-batas wewang profesi yang
bersangkutan. Praktik kebidanan harus terus menerus ditingkatkan
mutunya melalui:
a. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
b. Penelitian dalam kebidanan
c. pengembangan ilmu dan tehknologi dalam kebidanan
d. Akreditasi
e. Sertifikasi
f. Registrasi
g. Uji Kompetensi
h. Lisensi
4. Dasar otonomi pelayanan kebidanan
a. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi & praktik
bidan
b. Standar Pelayanan Kebidanan
c. UU Kesehatan No 23 th 1992
d. PP No 32/1996 ttg tenaga kesehatan
e. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/ XI/2001 ttg organisasi dan tata kerja
Depkes
f. UU No.22/1999 tentang otonomi daerah
g. UU No. 13 tahun 2003 tentang ketanagakerjaan
h. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplatasi
5. Legilasi dalam kebidanan
a. UUD 1945
Upaya Pembangunan Nasional Yaitu Pembangunan Disegala
Bidang Guna Kepentingan Keselamatan, Kebahagiaan Dan
Kesejahteraan Seluruh Rakyat Indonesia Secara Terarah, Terpadu
Dan Berkesinambungan.
3
b. UU. N0. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Bahwa tujuan dari pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemampuan, hidup sehat bagi setiap warga
negara indonesia melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.
c. Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia.
d. 4. Visi pembangunan kesehatan indonesia sehat 2010
e. Legislasi
Proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan
sertifikasi, registrasi dan lisensi. Yang bertujuan untuk memberikan
perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan
oleh bidan secara hukum. Bentuk perlindungan tersebut adalah
meliputi:
1) Mempertahankan kualitas pelayanan
2) Memberikan kewenangan
3) Menjamin perlindungan hukum
4) Meningkatkan profesionalisme
6. Sertifikasi
Sertifikasi adalah dokumen penguasan kompetensi tertentu melalui
kegiatan pendidikan formal maupun non formal. Bentuk sertifikasi dari
pendidikan formal ijazah. Bentuk sertifikasi dari lembaga non formal
sertifikasi yang terakreditasi sesuai standart nasional.
Ada dua bentuk kelulusan yaitu Ijazah – dokumentasi penguasaan
kompetensi tertentu mempunyai kekuatan hukum dan diperoleh dari
pendidikan formal. Sertifikat – dokumen penguasaan kompetensi tertentu,
diperoleh dari kegiatan pend.formal, dikut, maupun lembaga pend.non
formal yang akreditasinya ditentukan oleh profesi. Sertifikasi bertujuan
4
untuk Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
(kompetensi) tenaga profesi. Menetapkan kualifikasi dan lingkup
kompetensi. Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.
7. Registrasi
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi
harus mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik
guna mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan
profesionalnya. Registrasi bidan artinya proses pendaftaran,
pendokumentasian dan pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan
memenuhi minimal kompetensi, inti atau standar dalam praktik profesinya.
Tujuan umum registrasi yaitu Melindungi masyarakat dari mutu
pelayanan profesi. Tujuan khusus yaitu Meningkatkan kemampuan tenaga
profesi dalam mangadopsi kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
yang berkembang pesat. Meningkatkan mekanisme yang objektif dan
komprehensif dalam penyelesaian kasus mal praktek. Mendata jumlah dan
kategori melakukan praktik.
8. Lisensi
Proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat ijin praktek yang diberikan kepada tenaga profesi
yang telah teregistrasi untuk melakukan pelayanan secara mandiri sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Bertujuan untuk memeberikan kejelasan
batas wewenang, dan menetapkan saranan dan prasarana. Aplikasi lisensi
dalam praktik kebidanan dalam bentuk SIPB (Surat Izin Praktek Bidan).
SIPB bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga bidan
yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Adapun syarat SIB yaitu:
1) Fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisir
2) Surat Keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin
Praktek
3) Pasfoto berwarna terbaru ukuran 4x6 sebanyak 3 (Tiga) lembar
dan,
4) Rekomendasi dari organisasi profesi
5
5) SIPB hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat praktik (Kepmenkes
149/2010)
B. Isu Profesional dan Etik dalam Praktik Kebidanan
1. Pengertian Isu Etik dan Dilema
Isu adalah masalah pokok yang berkembang di suatu masyarakat atau
suatu lingkungan belum yang belum tentu benar, yang membutuhkan
pembuktian. Isu merupakan topik yang menarik untuk di diskusikan,
argumentasi yang timbul akan bervariasi dan muncul karena adanya
perbedaan nilai-nilai dan kepercayaan.
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan
apakah pernyataan itu baik atau buruk.
Isu etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting
yang berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai
suatu tindakan yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang
menyangkut baik dan buruknya.
Dilema yaitu suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternatif
pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan
pemecahan masalah. Dilema muncul Karena terbentur pada konflik moral,
pertentangan batin, atau pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan
dengan kenyataan yang ada.
2. Contoh Bentuk Isu Etik yang Berhubungan dengan kebidanan
a. Isu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga, masyarakat
1) Kasus :
Seorang perempuan hamil G1PₒAₒ hamil 38 minggu datang
ke polindes dengan keluhan perutnya terasa mengencang sejak 5
jam yang lalu. Setelah dilakukan VT, pembukaan 3, janin letak
sunsang. Bidan merencanakan dirujuk ke rumah sakit. Keluarga
klien terutama suami menolak untuk dirujuk dengan alasan tidak
punya biaya. Bidan memberikan penjelasan persalinan anak letak
sungsang bukan kewenangannyadan menyampaikan tujuan dirujuk
demi keselamatan bayi dan juga ibunya, tetapi keluarga tetap ingin
ditolong oleh bidan polindes. Karena keluarga memaksa, akhirnya
6
bidan menuruti kemauan klien dan keluarga untuk menolong
persalinan. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin
tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi meninggal.
Keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak dapat bekerja
secara professional dan dalam masyarakat pun tersebar bahwa
bidan tersebut dalam melakukan tindakannya sangat lambat dan
tidak sesuai prosedur.
2) Konflik:
Keluarga / suami menolak untuk dirujuk ke rumah sakit dengan
alasan ridak mempunyai biaya untuk melakukan operasi.
3) Isu:
Di mata masyarakat, bidan tersebut dalam pelayanan atau
melakukan tindakan tidak sesuai prosedur dan tidak professional.
Masyarakat juga menilai bahwa bidan tersebut dalam menangani
pasien dengan kelas ekonomi rendah sangat lambat atau membeda-
bedakan antara pasien yang ekonomi atas dengan ekonomi rendah.
4) Dilema
Kenyataan di lapangan, bidan merasa kesulitan untuk
memutuskan rujukan karena keluarga memaksa ingin ditolong bidan.
Dengan segala keterbatasan kemampuan dan sarana, bidan
melakukan pertolongan persalinan yang seharusnya dilakukan di
rumah sakit dan ditolong oleh spesialis kebidanan.
b. Isu Etik yang terjadi antara Bidan dengan Teman Sejawat
1) Kasus:
Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa
tersebut ada dua orang bidan yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang
sama-sama memiliki BPM (Bidan Praktik Mandiri) dan ada
persaingan di antara dua bidan tersebut. Pada suatu hari datang
seorang pasien yang akan melahirkan di BPM bidan “B” yang
lokasinya tidak jauh dengan BPM bidan “A”. setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata pembukaan masih belum lengkap dan bidan
“B” menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap akan
menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal
7
tersebut melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi
mendapatkan banyak pasien untuk bersaing dengan bidan “A”.
Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika bidan “B” tetap
akan menolong persalinan tersebut, bidan “A” akan melaporkan
bidan “B” untuk menjatuhkan bidan “B” karena melanggar wewenang
profesi bidan.
2) Isu:
Seorang bidan melakukan pertolongan persalinan sungsang.
3) Konflik:
Menolong persalinan sungsang untuk mendapatkan pasien demi
persaingan atau dilaporkan oleh bidan “A”
4) Dilema:
a) Bidan “B” tidak melakukan pertolongan persalinan sungsang
tersebut namun bidan kehilangan satu pasien.
b) Bidan “B” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh
bidan “A” dengan dilaporkan oleh lembaga yang berwenang
c. Isu Etik Bidan dengan Team Kesehatan lainnya
1) Kasus:
Seorang wanita berusia 35 tahun mengalami jatuh dan
pendarahan hebat. Suami memanggil bidan dan bidan memberikan
pertolongan pertama. Bidan menjelaskan pada keluarga, agar
istrinya dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan kuretase. Keluarga
menlak dan menginginkan agar bidan saja yang melakukan
kuretase. Bidan kemudian melakukan kuretase dan 2 hari kemudian,
pasien mengalami pendarahan dan dibawa ke rumah sakit. Dokter
menanyakan riwayat kejadian pada suami pasien. Suami pasien
kemudian mengatakan bahwa 2 hari lalu istrinya mengalami
pendaharan dan dilakukan kuratase oleh bidan. Dokter kemudian
memanggil bidan tersebut dan terjadilah konflik antara bidan dengan
dokter tersebut.
2) Isu:
Malpraktik bidan melakukan tindakan diluar wewenangnya
8
3) Konflik:
Bidan melakukan kurentase diluar wewenangnya sehingga terjadilah
konflik antara bidan dan dokter
4) Dilema:
Jika tidak segera dilakukan tindakan dikuatirkan dapat
merenggut nyawa pasien karena BPM jauh dari RS. Namun, jika
dilakukan tindakan, bidan merasa melanggar kode etik kebidanan
dan merasa melakukan tindakan diluar wewenangnya.
10
Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana
dihadapkan pada dua alternatif pilihan, yang kelihatannya sama atau hamper
sama dan membutuhkan pemecahan masalah. Dalam mencari solusi atau
pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung jawab profesionalnya,
yaitu :
Konflik moral menurut Johnson adalah bahwa konflik atau dilema pada
dasarnya sama, kenyataanya konflik berada diantar prinsip moral dan tugas
yang mana sering menyebabkan dilema. Ada 2 tipe konflik yaitu ;
Dua tipe konflik ini adalah dua bagian yang tidak bisa terpisahkan.
Contoh studi kasus mengenai konflik moral :
Melihat kasus ini mka bidan dihadapkan pada konflik moral yang
bertentangan dengan prinsip moral dan otonomi maupun kewenangan dalam
pelayanan kebidanan. Bahwa sesuai Kepmenkes Republik Indonesia
11
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan, bidan
tidak berwenang memberikan persalinan pada primigravida dengan presentasi
bokong, di sisi lain ada prinsip nilai moral dan kemanusiaan yang dihadapi
pasien, yaitu ketidak mampuan sosial ekonomi dan kesulitan lainnya.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat
mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu
tindakan. Seorang bidan dikatakan professional bila ia mempunyai kekhususan
sesuai dengan peran dan fungsinya yang bertanggung jawab sesuai
kewenangan. Bidan yang praktik mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol
dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan
terjadi nya penyimpangan etik. Pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternative perilaku tertentu dari dua atau lebih alternative yang ada. Strategi
pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh kebijakan organisasi / pimpinan,
fungsi pelayanan.
B. Saran
Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentang “isu professional dan etik
dalam praktik kebidanan” berharap agar mahasiswi dapat mengetahui isu etik
yang terjadi di dalam pelayanan atau praktik kebidanan sesuai dengan
pembahasan di dalam makalah ini.
14
Daftar Pustaka
15