KELOMPOK II
DOSEN PEMANDU:
SYAHRIDAYANTI S.ST.,M.Kes
KOLAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASPEK
HUKUM DISIPLIN HUKUM DAN PERISTILAHAN HUKUM” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ini.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumus masalah
C. Tujuan
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak permasalahan yang terjadi dalam praktik kebidanan yang sering kita
jumpai. Permasalahan yang terjadi semakin kompleks karena kurang diterapkannya
hukum, etika dan moral yang berlaku dalam ruang lingkup kebidanan, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Etika merupakan ilmu tentang baik dan buruk serta tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak). Dengan etika lebih mengajarkan bidan untuk berbuat yang mengarah
pada hukum dan norma yang berlaku untuk ditaati dan diterapkan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada masyarakat.
Moral tidak jauh berbeda dengan etika namun moral mengajarkan nilai yang
sudah diakui secara umum. Hal ini berkaitan dengan tindakan susila, budi pekerti
sikap, kewajiban dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami
tentang aspek hukum dalam praktek kebidanan dan hukum, disiplin hukum serta
peristilahan hukum.
BAB II
TEORI PEMBAHASAAN
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan
dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan
jiwa manusia, adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas
semua tindakan yang dilakukuannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh
bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability
diperkuat dengan satu landasan hokum yang mengatur batas-batas wewenang profesi
yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan
berfikir logis dan sitematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
3. Akreditasi
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi
Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
a. Kesehatan menurut WHO, adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, jiwa
dan sosial, bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Adapun istilah kkesehatan dalam undang-undang kesehatan No. 36 Tahun 2009
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
c. Tenaga kesehatan adalah adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
e. Kesehatan medik meliputi rumah sakit umum, rumah sakit khusus dan rumah
bersalin, praktik bberkelompok, balai pengobatan/klinik dan sarana lain yang
diterapkan menteri kesehatan.
1. Mandiri
2. Peningkatan kompetensi
4) Kesalahan prosedur
2. Memberikan kewenangan
4. Meningkatkan profesionalisme
B. Hukum, Disiplin Hukum dan Peristilahan Hukum
Hukum adalah himpunan petunjuk atas kaidah atau norma yang mengatur
tatatertib dalam suatumasyarakat, oleh karena itu harus di taati oleh masyarakat yang
bersangkutan. Hukum adalahaturan di dalam masyarakat tertentu. Hukum di lihat dari
isinya terdiri dari norma atau kaidahtentang apa yang boleh dilakukan dan tidak,
dilarang atau diperbolehkan.
Istilah etika yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan
falsafah moral, yaitu mengenai apa yang dianggap “baik” atau “buruk” di masyarakat
dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan norma dan nilai.
Dikatakan dalam kurun waktu tertentu karena moral bisa berubah seiring waktu. Etika
dan moral senantiasa berjalan beriringan, sehingga suatu tindakan yang dinilai
bermoral pasti etis dan sesuatu yang tidak bermoral pasti dianggap tidak etis pula.
Etika dan hukum memiliki tujuan yang sama, yaitu mengatur tata tertib dan
tentramnya pergaulan hidup dalam masyarakat. Pelanggaran etik tidak selalu
pelanggaran hukum. Tetapi sebaliknya, pelanggaran hukum hampir selalu merupakan
pelanggaran etik. Etika tanpa hukum hanya merupakan pajangan belaka, bagaikan
harimau tanpa taring, hanya bisa digunakan untuk memberi teguran, nasehat bahwa
suatu tindakan itu salah atau benar, tanpa bisa berbuat lebih jauh lagi. Sebaliknya,
hukum tanpa etika ibarat rumah tanpa pondasi yang kuat.
Karena hukum ditujukan bagi masyarakat, maka bila hukum dibuat tanpa dasar
etika, artinya menganggap manusia seperti robot. Keduanya saling membutuhkan,
berkaitan dan keberadaannya tidak bisa digantikan. Misalnya, aborsi tanpa indikasi
medis yang jelas, dianggap sebagai tindakan yang melanggar etika. Etika tidak hanya
”bergerak” sebatas member peringatan dan tuntutan, sedangkan hukum (dengan dasar
etika yang jelas), bisa member sanksi yang lebih jelas dan tegas dalam bentuk tuntutan.
3. Disiplin Hukum dan Keterkatannya dengan Moral dan Etika
Disiplin hukum dan keterkaitannya dengan moral dan etika, seperti yang kita
ketahui disiplin hukum suatu sistem ajaran tentang hukum. Sistem ajaran mengenai
hukum sangat erat hubungannya dengan politik hukum yang mengarah pada kebijakan-
kebijakan hukum yang berlaku dalam memberikan pelayanan kebidanan. Kebijakan
tersebut dibuat atas dasar “hukum dasar” yang mempelopori peraturan dan kebijakan
yang dibuat.
Tentunya dengan segala kebijakan hukum yang ada Kita tidak bisa
meninggalkan etika dan moral yang berlaku. Kebijakan yang dibuat harus tetap
memperhatikan kaidah etika dan moral yang diakui secara umum. Tanpa etika dan
moral kebijakan hukum akan menjadi hukum yang kaku tanpa adanya dinamisasi yang
harmonis dan selaras antara peraturan dan yang menerapkan peraturan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
Jadi, dalam praktik pelayanan kebidanan sistem harus sejalan dengan etika dan
moral yang berlaku agar sistem tata hukum berlaku dengan baik dan mencapai tingkat
efisien dan efektif untuk pelayan kesehatan terutama bidan.
Hukum yang ada di Indonesia sangat beragam jenisnya namun hukum yang
berkaitan dengan moral dan etika seperti hukum pidana dan perdata yang mengatur
hubungan antara perseorangan dengan orang lain. Hal ini berkaitan erat karena dalam
hubungan antar manusia ada etika dan moral yang mengatur kehidupan ini agar
berjalan dengan baik dan sejalan dengan hukum yang berlaku.
Maka dari itu, dalam memberikan pelayanan harus berkiblat pada hukum yang
berlaku dan diiringi dengan etika dan moral yang menjadi pendukung kualitas
pelayanan yang kita berikan kepada masyarakat.
5. Peristilahan Hukum
Sebelum melihat masalah etik yang Mungkin timbul dalam pelayanan kebidanan,
maka ada baiknya dipahami beberapa Istilah berikut ini :
4) Hak Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak
berbeda dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum kesehatan yang terkait dengan etika profesi dan pelanyanan kebidanan.
Ada keterkaitan atau daerah bersinggunan antara pelanyanan kebidanan, etika dan
hokum atau terdapat “grey area”. Sebagaimana di ketahui bahwa bidan merupakan
salah satu tenaga kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan. Sebelum
menginjak kehal – hal yang lebih jauh, kita perlu memahami beberapa konsep dasar
dibawah ini :
Pekerjaan itu termaksud pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orangtua
dan meluas kedaerah tertentu dari ginekologi, KB dan Asuhan anak, Rumah
Perawatan, dan tempat – tempat pelayanan lainnya (ICM 1990).
B. Saran
Dengan adanya hukum, etika, dan moral yang berlaku dalam memberikan
pelayanan kebidanan diharapan agar pelayana kesehatan terutama bidan dapat
menaati hukum, menerapkan kebijakan yang telah dibuat serta tidak melakukan
tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum, etika dan moral yang ada dalam
memberikan pelayanan akan menghasilkan pelayanan yang bermutu di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuningsih, Heni Puji. Etika Profesi Kebidanan. Fitramaya; Yogyakarta. 2008
Marimba, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra Cendikia
Press;Yogyakarta.2008
Carol Taylor,Carol Lillies, Priscilla Le Mone, 1997, Fundamental Of Nursing Care, Third
Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.