Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

”ASPEK HUKUM DISIPLIN HUKUM DAN PERISTILAHAN HUKUM”

KELOMPOK II

VIDHA TRIANAKRISTIAN 2021 0045

SUMARNI 2021 0041

SYAMSIDAR 2021 0042

FITRI RAMAHANI 2021 0015

NURHALIZA 2021 0028

RANTIKA 2021 0034

IKA AYU PUSPITASARI 2021 0019

DOSEN PEMANDU:

SYAHRIDAYANTI S.ST.,M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN MENARA BUNDA KOLAKA

YAYASAN PENDIDIKAN HINO BOIHANIS

KOLAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASPEK
HUKUM DISIPLIN HUKUM DAN PERISTILAHAN HUKUM”  ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ini.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang  bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumus masalah

C. Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Aspek Hukum Dalam Praktik Kebidanan

B. Hukum, Disiplin Hukum dan Peristilahan Hukum

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak permasalahan yang terjadi dalam praktik kebidanan yang sering kita
jumpai. Permasalahan yang terjadi semakin kompleks karena kurang diterapkannya
hukum, etika dan moral yang berlaku dalam ruang lingkup kebidanan, masyarakat,
bangsa dan Negara.

Hukum yang berkaitan erat dengan ketentuan-ketentuan peraturan yang berlaku


dan harus ditaati, jika melanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan berat dan
ringannya perilaku hukum yang dilanggar. Hukum bersifat mengikat, maka dari itu
keterikatan tersebut membuat tingkat kesadaran untuk menaati aturan sangatlah tinggi.

Etika merupakan ilmu tentang baik dan buruk serta tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak). Dengan etika lebih mengajarkan bidan untuk berbuat yang mengarah
pada hukum dan norma yang berlaku untuk ditaati dan diterapkan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada masyarakat.

Moral tidak jauh berbeda dengan etika namun moral mengajarkan nilai yang
sudah diakui secara umum. Hal ini berkaitan dengan tindakan susila, budi pekerti
sikap, kewajiban dan lain-lain.

Dengan keterkatan antara hukum, etika dan moral, diharapkan permasalahan


yang terjadi dalam praktik kebidanan dapat diseleaikan dengan baik dengan tetap
memperhatikan sisi kenyamanan dan keamanan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

a) Bagaimana hukum dan keterkaitannya dengan moral dan etika?

b) Bagaimana disiplin hukum dan keterkatannya dengan moral dan etika?

c) Apa saja macam-macam hukum keterkatannya dengan moral dan etika?

d) Apa pengertian dari aspek hukum dalam praktek kebidanan ?

e) Apa sajakah aspek hukum di dalam prakter kebidanan ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami
tentang aspek hukum dalam praktek kebidanan dan hukum, disiplin hukum serta
peristilahan hukum.
BAB II

TEORI PEMBAHASAAN

A. Aspek Hukum Dalam Praktik Kebidanan

Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan
dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan
jiwa manusia, adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas
semua tindakan yang dilakukuannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh
bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability
diperkuat dengan satu landasan hokum yang mengatur batas-batas wewenang profesi
yang bersangkutan.

Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan
berfikir logis dan sitematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.

Praktek kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam


penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus-menerus ditingkatkan mutunya
melalui:

1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan

2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan

3. Akreditasi

4. Sertifikasi

5. Registrasi

6. Uji kompetensi

7. Lisensi

Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:

1. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentanng registrasi dan praktik bidan

2. Standar Pelayanan Kebidanan

3. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

4. PP No 32/ Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

5. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang oraganisasi dan tata kerja Depkes


6. UU No 22/1999 tentang Otonomi daerah

7. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

8. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi

1. Peraturan dan perundang-undangan yang melandasi tugas, fungsi dan praktik


bidan.

Hukum kesehatan adalah rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang


kesehatan yang mengatur tentang pelayanan medik dan sarana medik. Perumusan
hukum kesehatan mengandung pokok-pokok pengertian sebagai berikut :

a. Kesehatan menurut WHO, adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, jiwa
dan sosial, bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Adapun istilah kkesehatan dalam undang-undang kesehatan No. 36 Tahun 2009
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

b. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

c. Tenaga kesehatan adalah adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

d. Tenaga kesehatan meliputi tenaga kesehatan sarjana, sarjana muda. Adapun


yang dimaksud dengan tenaga adalah tenaga kesehatan pada tingkat sarjana dan
sarjana muda. Dibidang kebidanan adalah bidan yang terdiri dari diploma III dan
IV kebidanan.

e. Kesehatan medik meliputi rumah sakit umum, rumah sakit khusus dan rumah
bersalin, praktik bberkelompok, balai pengobatan/klinik dan sarana lain yang
diterapkan menteri kesehatan.

f. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya


kesehatan.

g. Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan


atau jaringan tubuh manussia yang berasal dari tubuh seseorang lain atau tubuh
sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh
yang tidak berfungsi dengan baik.

2. Legislasi pelayanan kebidanan


Pelayanan legislasi adalah:

1) Menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi dan profesi


sendiri

2) Legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan professional

Bidan dikatakan profesional, mematuhi beberapa criteria sebagai berikut:

1. Mandiri

2. Peningkatan kompetensi

3. Praktek berdasrkan evidence based

4. Penggunaan berbagai sumber informasi

Masyarakat membutuhkan pelayanan yang aman dan berkualitas, serta butuh


perlindungansebagai pengguna jasa profesi. Ada beberapa hal yang menjadi sumber
ketidak puasan pasien atau masyarakat yaitu:

1) Pelayanan yang aman

2) Sikap petugas kurang baik

3) Komunikasi yang kurang

4) Kesalahan prosedur

5) Saran kurang baik

6) Tidak adanya penjelasan atau bimbingan atau informasi atau pendidikan


kesehatan.

Legislasi adalah proses pembuatan UU atau penyempurnaan perangkat hukum


yangsudah ada melalui serangkaian sertifikasi (pengaturan kompetensi), registrasi
(pengaturankemenangan) dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).

Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap


pelayanan yangtelah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut antara lain :

1. Mempertahankan kualitas pelayanan

2. Memberikan kewenangan

3. Menjamin perlindungan hokum

4. Meningkatkan profesionalisme
B. Hukum, Disiplin Hukum dan Peristilahan Hukum

1. Pengertian Hukum dengan keterkaitannya dengan moral dan etika

Hukum adalah himpunan petunjuk atas kaidah atau norma yang mengatur
tatatertib dalam suatumasyarakat, oleh karena itu harus di taati oleh masyarakat yang
bersangkutan. Hukum adalahaturan di dalam masyarakat tertentu. Hukum di lihat dari
isinya terdiri dari norma atau kaidahtentang apa yang boleh dilakukan dan tidak,
dilarang atau diperbolehkan.

Hukum memiliki pengertian yg beragam karena memiliki ruang lingkup dan


aspek yg luas.Hukum dpt diartikan sbgai ilmu pengetahuan, disiplin, kaidah,tata hukum,
petugas atau hukum,keputusan penguasa, proses pemerintahan, sikap dan tindakan yg
teratur dan juga sbgai suatu jalinan nilai-nilai. Hukum juga merupakan bagian dari
norma yaitu norma hukum.

2. Hukum dan Keterkaitannya dengan Moral dan Etika

Etika, hukum dan moral merupakan the guardians (pengawal) bagi


kemanusiaan. Ketiganya mempunyai tugas dan kewenangan untuk memanusiakan
manusia dan memperadab manusia.

Istilah etika yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan
falsafah moral, yaitu mengenai apa yang dianggap “baik” atau “buruk” di masyarakat
dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan norma dan nilai.
Dikatakan dalam kurun waktu tertentu karena moral bisa berubah seiring waktu. Etika
dan moral senantiasa berjalan beriringan, sehingga suatu tindakan yang dinilai
bermoral pasti etis dan sesuatu yang tidak bermoral pasti dianggap tidak etis pula.

Etika dan hukum memiliki tujuan yang sama, yaitu mengatur tata tertib dan
tentramnya pergaulan hidup dalam masyarakat. Pelanggaran etik tidak selalu
pelanggaran hukum. Tetapi sebaliknya, pelanggaran hukum hampir selalu merupakan
pelanggaran etik. Etika tanpa hukum hanya merupakan pajangan belaka, bagaikan
harimau tanpa taring, hanya bisa digunakan untuk memberi teguran, nasehat bahwa
suatu tindakan itu salah atau benar, tanpa bisa berbuat lebih jauh lagi. Sebaliknya,
hukum tanpa etika ibarat rumah tanpa pondasi yang kuat.

Karena hukum ditujukan bagi masyarakat, maka bila hukum dibuat tanpa dasar
etika, artinya menganggap manusia seperti robot. Keduanya saling membutuhkan,
berkaitan dan keberadaannya tidak bisa digantikan. Misalnya, aborsi tanpa indikasi
medis yang jelas, dianggap sebagai tindakan yang melanggar etika. Etika tidak hanya
”bergerak” sebatas member peringatan dan tuntutan, sedangkan hukum (dengan dasar
etika yang jelas), bisa member sanksi yang lebih jelas dan tegas dalam bentuk tuntutan.
3. Disiplin Hukum dan Keterkatannya dengan Moral dan Etika

Disiplin hukum dan keterkaitannya dengan moral dan etika, seperti yang kita
ketahui disiplin hukum suatu sistem ajaran tentang hukum. Sistem ajaran mengenai
hukum sangat erat hubungannya dengan politik hukum yang mengarah pada kebijakan-
kebijakan hukum yang berlaku dalam memberikan pelayanan kebidanan. Kebijakan
tersebut dibuat atas dasar “hukum dasar” yang mempelopori peraturan dan kebijakan
yang dibuat.

Tentunya dengan segala kebijakan hukum yang ada Kita tidak bisa
meninggalkan etika dan moral yang berlaku. Kebijakan yang dibuat harus tetap
memperhatikan kaidah etika dan moral yang diakui secara umum. Tanpa etika dan
moral kebijakan hukum akan menjadi hukum yang kaku tanpa adanya dinamisasi yang
harmonis dan selaras antara peraturan dan yang menerapkan peraturan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

Jadi, dalam praktik pelayanan kebidanan sistem harus sejalan dengan etika dan
moral yang berlaku agar sistem tata hukum berlaku dengan baik dan mencapai tingkat
efisien dan efektif untuk pelayan kesehatan terutama bidan.

4. Macam-Macam Hukum Dan Keterkatannya Dengan Moral Dan Etika

Hukum yang ada di Indonesia sangat beragam jenisnya namun hukum yang
berkaitan dengan moral dan etika seperti hukum pidana dan perdata yang mengatur
hubungan antara perseorangan dengan orang lain. Hal ini berkaitan erat karena dalam
hubungan antar manusia ada etika dan moral yang mengatur kehidupan ini agar
berjalan dengan baik dan sejalan dengan hukum yang berlaku.

Tentunya dalam kasus-kasus pelayanan kebidanan tidak lepas dari hubungan


bermasyarakat untuk selalu memperhatikan moral dan etika berprilaku dalam
memberikan pelayanan agar resiko kelalaian dalam memberikan pelayanan dapat
dicegah dengan adanya hukum yang mengatur kebijakan dalam memberikan
pelayanan. Jika tidak diteraapkan maka berlaku hukum pidana ataupun hukum perdata
yang nantinya berupa tuntutan akan pelayanan yang diberikan, apakah sesuai standar
atau tidak.

Maka dari itu, dalam memberikan pelayanan harus berkiblat pada hukum yang
berlaku dan diiringi dengan etika dan moral yang menjadi pendukung kualitas
pelayanan yang kita berikan kepada masyarakat.

5. Peristilahan Hukum
Sebelum melihat masalah etik yang Mungkin timbul dalam pelayanan kebidanan,
maka ada baiknya dipahami beberapa Istilah berikut ini :

1) Legislasi (Lieberman, 1970)Ketetapan hukum yang mengatur hak dan


kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan.

2) Lisensi Pemberian izin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan


yang telah diterapkan. Tujuannya untuk membatasi pemberian wewenang
dan untuk meyakinkan klien.

3) Deontologi/Tugas Keputusan yang diambil berdasarkan


keserikatan/berhubungan dengan tugas. Dalam pengambilan keputusan,
perhatian utama pada tugas.

4) Hak Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak
berbeda dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.

5) Instusioner Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilemma etik dari


kasus per kasus. Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang
sama pentingnnya.

6) Beneficience Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan.

7) Mal-efecience Keputusan yang diambil merugikan pasien

8) Malpraktek/Lalaia. Gagal melakukan tugas/kewajiban kepada klien. Tidak


melaksanakan tugas sesuai dengan standar. Melakukan tindakan yang
mencederai klien. Klien cedera karena kegagalan melaksanakan tugas.

9) Malpraktek terjadi karena. Cerobohan. Lupa. Gagal mengkomunikasikan.


Bidan sebagai petugas Kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik
yang berhubungan dengan hukum. Sering masalah dapat diselesaikan
dengan hukum, tetapi belum tentu dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-
prinsip dan nilai-nilai etik. Banyak hal yang bisa membawa seorang bidan
berhadapan dengan masalah etik.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam memberikan pelayanan


kebidanan, hokum, etika dan moral sangat diperlukan karena untuk menyeimbangkan
antara hak. Kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing serta menjadi pedoman
dalam mengambil keputusan dan berprilaku.

Hukum kesehatan yang terkait dengan etika profesi dan pelanyanan kebidanan.
Ada keterkaitan atau daerah bersinggunan antara pelanyanan kebidanan, etika dan
hokum atau terdapat “grey area”. Sebagaimana di ketahui bahwa bidan merupakan
salah satu tenaga kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan. Sebelum
menginjak kehal – hal yang lebih jauh, kita perlu memahami beberapa konsep dasar
dibawah ini :

Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan


yang diakui Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan
praktek kebidanan di Negara itu. Dia harus mampu memberikan supervise, asuhan dan
memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hmil , persalinan
dan masa pasca persalinan, memimpin persalianan atas tanggung jawab sendiri serta
asuhan pada bayi baru lahir dan anak.

Pekerjaan itu termaksud pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orangtua
dan meluas kedaerah tertentu dari ginekologi, KB dan Asuhan anak, Rumah
Perawatan, dan tempat – tempat pelayanan lainnya (ICM 1990).

B. Saran

Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan


advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen,
penghormatan terhadap hak-hak pasen, akan berdampak terhadap peningkatan
kualitas asuhan kebidanan. Sebagai calon tenaga kesehatan hendak nya kita bisa
memahami lebih dalam apa yang jadi dasar pada aspek hukum praktek kebidanan
serta kaitan hukum terhadap etika dan moral disini gunanya kita untuk menindak lanjuti
pasien.

Dengan adanya hukum, etika, dan moral yang berlaku dalam memberikan
pelayanan kebidanan diharapan agar pelayana kesehatan terutama bidan dapat
menaati hukum, menerapkan kebijakan yang telah dibuat serta tidak melakukan
tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum, etika dan moral yang ada dalam
memberikan pelayanan akan menghasilkan pelayanan yang bermutu di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Wahyuningsih, Heni Puji. Etika Profesi Kebidanan. Fitramaya; Yogyakarta. 2008

Marimba, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra Cendikia
Press;Yogyakarta.2008

Carol Taylor,Carol Lillies, Priscilla Le Mone, 1997, Fundamental Of Nursing Care, Third
Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.

http://dinopawesambon.blogspot.com/2011/07/ (diunduh tanggal 06 maret 2014)

Jein Asmar Yetty.2005.ETIKA PROFESI KEBIDANAN.YOGJAKARTA : Fitra Maya

Wahyuningsih, Heni Puji.2005.ETIKA PROFESI KEBIDANAN.Yogjakarta : Fitra Maya

Jein Asmar Yetty.2005.ETIKA PROFESI KEBIDANAN.YOGJAKARTA : Fitra Maya

Anda mungkin juga menyukai