Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP ETIK LEGAL DALAM KEPERAWATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan

Disusun Oleh

Kelompok 2

1. Defitri Nur Anggraini (2102048)


2. Yiyil Afra Suyani (2102073)
3. Puja Sastra Negara (2102005)
4. Revita Yulfitri (2102006)
5. Avivah Aulia Rahmi (2102046)
6. Rizky Meilda (2102063)

DosenPengampu: Ns. Siti Aisyah Nur ,M.Kep

SARJANA ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG

TP 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
yang berjudul “KONSEP ETIK LEGAL DALAN KEPERAWATAN” dapat terselesaikan
dengan baik.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
yang diberikan oleh Ibu Ns. Siti Aisyah Nur, M.Kep.selaku dosen pengampu kami. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
dan khususnya para penerus-penerus bangsa. 1Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik bagi pembaca makalah ini agar makalah kami ke depannya bisa
lebih baik lagi.

Padang,7 Dsesember 2021

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Legal Etik

2.2 Isi dari prinsip – prinsip legal dan etis

2.3 Masalah Hukum Dalam Keperawatan

2.4 Landasan Aspek Hukum Keperawatan

2.5 Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan tindakan
yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan
dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak
terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membelahak-haknya.Kebijakan
yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien
terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan.Institusi telah membentuk berbagai komite etik
untuk meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam.
Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan
semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya
bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. Selain dari pada itu penyelenggaraan
praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang diberikan karena keahlian yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan
dan tuntutan globalisasi.

Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatandari model


medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradgima
sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai
focus pelayanan (Cohen, 1996), maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi
kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg dan Swansburg, 1999) dan
hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit
maupun ditatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Hasil penelitian Direktorat
Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata lebih dari75%` dari
seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes,2005) dan 60%
tenaga kesehatan adalah perawat yang bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan
dengan pelayanan 24 jam sehari, 7 hariseminggu, merupakan kontak pertama dengan sistem
klien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah aspek legal hukum profesi keperawatan di Indonesia ?


2. Bagaimana legal hukum profesi perawat gawat darurat ?
3. Bagaimana rancangan undang-undang keperawatan ?
4. Mengapa pentingnya undang-undang keperawatan ?
5. Bagaimana pentingnya undang-undang dalam praktek professional keperawatan baik di
DN dan LN ?
6. Apa saja tujuan di bentuknya Undang-Undang Praktek Keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan

7. Mengetahui aspek legal hukum profesi keperawatan di Indonesia


8. Mengetahui tentang legal hukum profesi perawat gawat darurat
9. Mengetahui rancangan undang-undang keperawatan
10. Mengetahui pentingnya undang-undang keperawatan
11. Menganalisis pentingnya undang-undang dalam praktek professional keperawatan baik
di DN dan LN
12. Tujuan di segera bentuknya Undang-Undang Praktek Keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Legal Etik

            Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana
perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan.
            Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak
saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan
tentu harus juga bisa diandalkan.

International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi


perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional, Ethical and Legal Practice,
bidang Care Provision and Management dan bidang Professional Development “Setiap profesi
pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan
yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan
memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi Sampurna, Pakar Hukum
Kesehatan UI 2006)

Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada
dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi
hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk
melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum,
tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat harapkan
dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.
2.2 Isi dari prinsip – prinsip legal dan etis

a. Autonomi ( Otonomi )

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.

b. Beneficience ( Berbuat Baik )


            Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Justice ( Keadilan )
            Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Normal eficience ( Tidak
Merugikan ) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

e. Veracity ( Kejujuran )
            Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
            Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.

g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
            Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien.

h. Accountability ( Akuntabilitas )
            Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

 i. Informed Consent


            “Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi
izin.  Jadi “informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapat informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan sebagai
persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

2.3 Masalah Hukum Dalam Keperawatan

Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara.Setiap
orang yang tidak mematuhi hukun akan ditentukan secara hukum untukmembayar denda atau
hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindariseorang perawat :

a) Kelalaian
Seorang perawat kesalahan karena kelalaian jika mencederai pasien dengancara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan telkom dengan
hati-hati sehingga mengakibatkan Pasien Jatuhdan cedera.

b) Pencurian

Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika
anda tertangkap, anda akan dihukum .mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dianggap
sebagai pencurian.

c) Fitnah

Jika anda membuat pernyataan palsu tentang membahayakan orang tersebut, anda
bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda dinyatakan secara verbal atau tertulis.

d) Penjara palsu

Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum
atau penjara palsu. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancamakan melakukannya agar
Pasien mau bekerja sama can alsotermasuk dalam salah hukuman penjara. Penyokong dan
restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter.

e) Inginan dan pemukulan

Artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuhorang lain atau bahkan
mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berartisecara nyata menyentuh orang lain tanpa
izin.Perawatan yang kita berikan selalu atasizin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien
harus mengetahui dan setuju apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.

f) Pelanggaran privasi

Pasien memiliki hak atas kerahasiaan dirinya dan urusanpribadinya.Pelanggaran terhadap


kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan ituadalah tindakan yang melawan hukum.

g) Penganiayaan
Menganiaya melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda sedang secara hukum
untuk mengajukan tuntutan hukum.Standar etik meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu
yang membahayakan. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang
paling rentan.biasanya, pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap
penganiayaan inisial. Mungkin Sulit dimengerti mengapa Seseorang menganiaya oranglain yang
lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang
lain. Tetapi hampir semua awal mula dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang
perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.

2.4 Landasan Aspek Hukum Keperawatan

Landasan aspek legal adalah undang-undang yang diikuti Aspek hukum Keperawatan
pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya
untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu
institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau orang-orang.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan.Namun, memiliki
kemampuan tidak memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara
berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.

Kompetensi dalam Meningkatkan kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu


yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya
kewenangan yang bersifat umum yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa
segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat
khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi
masing-masing.

2.5 Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan

Hukum mengatur hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yangmelahirkan hak
dan kewajiban.Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun, hukum, perilaku
hubungan baik antara manusia yang satu dengan yang lain, antar kelompok manusia, maupun
antara manusia dengan kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia merupa suatu
keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006).

Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan bunyi : “Tenaga


kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan untuk jenis tertentu
memerlukan permintaan untuk melakukan upaya kesehatan.”

Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan pengobatan


dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu pengobatan hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk itu”.Yang mana
berdasarkan pasal ini merupakan keperawatansalah satu profesi/tenaga. kesehatan yang penting
untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan Pelayanan 1000 di rumah sakit
meliputi :proses pemberian asuhan, penelitian dan pendidikan berkelanjutan.Dalam hal ini proses
pemberian asuhan 2000 sebagai inti dari kegiatan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan
pelaksanaan penelitian-penelitian yang menunjang untuk asuhan, juga peningkatan pengetahuan
dan keterampilan serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini semua bertujuan
untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan dan juga pasien sebagai penerima
asuhan.

Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan


Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan
kegiatan-kegiatan. Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan dengan aspek
legalisasi 2000 :

1) Proses Keperawatan

2) Tindakan Perawatan

3) informed Consent

Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya kebutuhan dari klien/pasien perlu
ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewajiban perawat agar tidak kesalahan dalam
melakukan pelaksanaan serta memberikan suatu kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat.
Hak dan kewajiban perawat yang ditentukan dalam Kepmenkes 1239/2001 dan Keputusan
Direktur Jenderal Pelayanan Medik NomorYM00.03.2.6.956
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aspek Hukum Etik Keperawatan ada lah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan
asuhan sesuai kewenangan dan tanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak
dan kewajibannya yang diatur dalamundang-undang 2000.

Praktik 1000 yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan hukum yang ada dalam
praktik perawat. Sama dengan semua aspek 1000, pemahaman tentang pentingnya hukum dapat
mendukung pemikiran krisis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak
kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat
hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang diharapkan masyarakat dari penyelenggara
pelayanan 1000 yang profesional.

B. Saran

1) Perlunya kehatian-hatian seseorang, tentunya meningkatkan dalam melakukan suatu


tindakan agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian yang fatal akibatnya.
2) Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan partisipatif semua
pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran Praktik Keperawatan berorientasi
pada pelayanan yang bermutu.
3) Perlu adanya peraturan peraturan perundang-undangan dibidang pertanian yang
diselenggarakan oleh Tenaga dapat mengayomi dan mencari-cari sekaligus menghukum
yang mudah dijangkau dan dilaksanakan, karena penyelenggaraan 2000 menyangkut
berbagai pihak yang terkait dengan proaktif dalam melaksanakan peraturan perundang-
undangan tersebut
4) Setelah mengatahui perkembangan UU yang mengatur tentang praktek keperawatan,sebagai
calon perawat atau mahasiswa 1000 harus meningkatkan mutu belajar agar memiliki
kemampuan berpikir rasional dalam menjalankan tugas sebagai perawat professional.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilins. 2010.Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB. Diposkan 23 Februari
2010 pukul 10.02 PM. URL :http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-deontologi/

Etika Keperawatan. Unpad Webblog. Diakses tanggal 13 November 2011.Diposkantanggal 16


Januari 2009.http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?tag=etika-keperawatan

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.Jakarta : EGC

PPNI. 2000.Kode Etik Keperawatan Indonesia. Keputusan Munas VI.

Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, B. 2006.Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Edisi 2.Jakarta :


EGC

Suhaemi,M. 2002.Etika Keperawatan aplikasi pada praktek. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai