Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH IDK I

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan


makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


“Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan” yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber.

Makalah ini memuat tentang “Perlindungan Hukum Dalam Praktik


Keperawatan” yang mengidentifikasikan dan menjabarkan konsep khusus yang
berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik yang membangun
dari para pembaca sangat kami harapkan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing mata


kuliah IKD 1 yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara kami menyusun makalah ini dengan baik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram, 25 Dedember 2017

Penyusun ,

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..…i

DAFTAR ISI………………………………………………………………............…ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………….……….…....1


1.2 Rumusan Masalah ..………..…………………………….....……..…....2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………2
1.4 Manfaat…………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Praktik Keperawatan Dalam Hukum……………………………………3

2.2 Masalah Dalam Praktik Keperawatan…….………………………...…….5

2.3 Alasan Perlunya Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan...…..6

2.4 Undang-Undang Dalam Praktik Keperawatan……………………..……..7

2.5 UU Praktik Keperawatan Di Negara Tetangga……………….….……….8

2.6 Substansi RUU Praktik Keperawatan………………....…….…....……....9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan….…………………………………….……….….…………10

3.2 Saran……………………………...………………....……………...……11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………….…..……………………..12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang


diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi sebagaimana
tertera dalam Undang-Undang Kesehatan no. 23 tahun 1992. Praktik keperawatan
merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang
harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui registrasi, seritifikasi, akreditasi
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan serta pemantauan terhadap tenaga
keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari


model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan gejala
sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996), maka perawat
berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh
kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan
keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg dan Swansburg, 1999) dan hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun
di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Hasil penelitian
Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata
lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan
keperawatan (Depkes, 2005) dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat yang bekerja
pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24 jam sehari, 7
hari seminggu, merupakan kontak pertama dengan sistem klien (1)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimkasud dengan hukum?
2. Bagaiamna perlindungan hukum yang berlaku di Indonesia?
3. Apa saja yang termasuk dalam perlindungan hukum?

1.3 Tujuan

1. Memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan.


2 Sebagai bahan diskusi.
3. Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan.
4. Untuk mengetahui lebih jauh tentang perlindungan hukum dalam praktik
Keperawatan.

1.4 Manfaat
1. Menambah ilmu pengetahuan.
2. Menjadi inspirasi.
3. Menjadi dasar pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan.

BAB II
PEBAHASAN

2.1 Praktik Keperawatan Dalam Hukum

1. Praktik keperawatan.
Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang
diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk Asuhan
Keperawatan. ( UU no 38 tahun 2014 pasal 1 ayat 4 )
2. Perlindungan Hukum
a. Pengertian hukum
Hukum adalah seluruh aturan dan undang-undang yang mengatur
sekelompok masyarakat dengan demikian hukum dibuat oleh masyarakat
dan untuk mengatur semua anggota masyarakat.
b. Tujuan
Tujuan hukum dalam keperawatan yaitu untuk mengendalikan cakupan
praktek keperawatan, ketentuaan, perizinan bagi perawat, dan standar
asuhan adalah melindungi kepentingan masyarakat .perawat yang
mengetahui dan menjalankan undang-undang praktik perawat serta
standar asuhan akan memberikan layanan keperawatan yang aman dan
kompeten.
c. Fungsi hukum dalam keperawatan
Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan
keperawatan yang sah dalam asuhan klien, membedakan tanggung jawab
perawat dari tenaga propesional kesehatan lain, serta membantu
memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri.
d. Sumber hukum
Pedoman legal yang dianut perawat berasal dari hukum perundang-
undangan, hukum peraturan, dan hukum umum.
 Perundang-undangan
Hukum yang dikeluarkan oleh badan legislatif.
Menggambarkan dan menjelaskan batasan legal praktek
keperawatan. Undang-undang ini melindungi hak-hak
penyandang cacat di tempat kerja, institusi pendidikan, dan
dalam masyarakat.
 peraturan atau administratif pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh badan administratif. Salah satu contoh hukum
peraturan adalah kewajiban untuk melaporkan tindakan
keperawatan yang tidak kompeten atau tidak etis.
e. Hukum umum
Berasal dari keputusan pengadilan yang dibuat di ruang pengadilan saat
kasus hukum individu diputuskan. Contoh hukum umum adalah informed
consent dan hak klien untuk menolak pengobatan.

f. Tipe Hukum
1. Hukum Pidana (criminal laws) mencegah terjadinya kejahatan dalam
masyarakat dan memberikan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal.
Contohnya antara lain pembunuhan, pembunuhan tidak direncana, dan
pencurian.
2. Hukum Perdata melindungi hak-hak pribadi individu dalam masyarakat
dan mendorong perlakuan yang adil dan pantas di antara individu.
(Praktik keperawatan profesional : konsep dasar dan hukum / robert
priharjo ;editor, yasmin asih – jakarta : EGC, 1995)

2.2 Masalah Dalam Praktik Keperawatan

Masalah kesehatan di Indonesia sangat memprihatinkan mulai dari munculnya


penyakit-penyakit degenaratif, bencana alam dan kemiskinan yang semuanya itu
membuat masyarakat harus dikelilingi oleh kondisi kesehatan yang kurang baik.
Kondisi ini diperburuk oleh kurangnya tenaga kesehatan perawat yang tersebar
didaerah-daerah terpencil akibat tidak rasionalnya penempatan tenaga kesehatan
didaerah-daerah terpencil maupun daerah-daerah sangat terpencil. Selain itu masalah-
masalah sosial, ekonomi, politik dan keamanan yang mempengaruhi penduduk,
khususnya keluarga miskin untuk dapat menjangkau pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan.

Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005) menunjukkan, bahwa sebagian
besar perawat (56.1%) melakukan asuhan keperawatan dalam gedung Puskesmas
dengan baik, (55.29%) melakukan asuhan keperawatan keluarga dan (52.4%) sudah
menerapkan asuhan keperawatan pada kelompok dengan baik. Disamping itu,
perawat juga melakukan tugas lain, antara lain menetapkan diagnosis penyakit
(92.6%): membuat resep obat (93.1%): melakukan tindakan pengobatan di dalam
maupun di luar gedung puskesmas (97.1%): melakukan pemeriksaan kehamilan
(70.1%): melakukan pertolongan persalinan (57.7%). Hal ini terjadi tidak saja di
Puskesmas terpencil tetapi juga di Puskesmas tidak terpencil. Selain itu (78.8%)
perawat melaksanakan tugas petugas kebersihan dan (63.6%) melakukan tugas
administrasi antara lain sebagai bendahara(1).

Tumpang tindih pada tenaga keperawatan maupun dengan profesi kesehatan


lainnya merupakan hal yang sering sulit untuk dihindari dalam praktik, terutama
terjadi dalam keadaan darurat maupun karena keterbatasan tenaga di daerah terpencil.
Dalam keadaan darurat, perawat yang dalam tugasnya sehari-hari berada disamping
klien selama 24 jam, sering menghadapi kedaruratan klien, sedangkan dokter tidak
ada. Dalam keadaan seperti ini perawat terpaksa harus melakukan tindakan medis
yang bukan merupakan wewenangnya demi keselamatan pasien. Tindakan ini
dilakukan perawat tanpa adanya delegasi dan protapnya dari pihak dokter dan atau
pengelola Rumah Sakit. Keterbatasan tenaga dokter terutama di Puskesmas yang
hanya memiliki satu dokter yang berfungsi sebagai pengelola Puskesmas, sering
menimbulkan situasi yang mengharuskan perawat melakukan tindakan pengobatan.
Tindakan pengobatan oleh perawat yang telah merupakan pemandangan umum di
hampir semua Puskesmas terutama yang bearada di daerah tersebut dilakukan tanpa
adanya pelimpahan wewenang dan prosedur tetap yang tertulis. Dengan pengalihan
fungsi perawat ke fungsi dokter, maka sudah dapat dipastikan fungsi perawat akan
terbengkalai dan tentu saja hal ini tidak dapat dipertanggung jawabkan secara
professional.

2.3 Alasan Perlunya Perlidungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan

Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.


Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam
peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan
kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga
pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya
belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi
objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan
profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi
luhur dan dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini
memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama
berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya),
keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan
keselarasan.

2.4 Undang-Undang Dalam Praktik Keperawatan

Berikut beberapa undang-undang tentang praktik keperawatan:

1. UU No. 6 tahun 1963 tentan Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan penjabaran


dari UU No. 9 tahun 1960. Undang-undang ini membedakan tenaga kesehatan
sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, apoteker, dan
dokter gigi. Tenaga perawat termasuk tenaga yang bukan sarjana atau tenaga
kesehatan dengan pendidikan rendah. UU ini boleh dikatan sudah usang,
karena dalam UU ini juga tercantum berbagai jenis tenaga sarjan keperawatan
seperti sekarang ini.

2. UU Kesehatan No. 18 tahun 1964 mengatur tentang Wajib Kerja Paramedis.


Pada pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda,
menengah, dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah
selama 3 tahun. Dalam UU ini, lagi-lagi posisi perawat dinyatakan sebagai
tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter.

3. Dalam SK Menkes No. 262/Per/Vll/1979 tahun 1979 yang membedakan


paramedis menjadi dua golongan yaitu golongan medis keperawatan
(termasuk bidan) dan paramdis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal
yang perlu dicatat di sini bahwa tenaga bidan tidak terpisah tetapi juga
termasuk katagori keperawatan.

4. Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980, pemerintah membuat


suatu peryataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan bidan.

5. Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor


94/Menpan/1986, tangal 4 nopenber 1986 menjelaskan jabatan fungsional
tenaga keperawatan dan system kredit poin. Sistem ini menguntungan
perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat
atau golongan atasannya.

6. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 merupakan UU yang banyak memberi


kesempatan bagi perkembangan keperawatan termasuk praktik keperawatan
profesional, kerena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak- hak
pasien, kewenagan, maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan
termasuk keperawatan. Beberapa peryataan UU Kesehatan No. 23 tahun 1992
yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan
adalah:
a. Pasal 53 ayat 1 mengatakan: tenaga kesehatan berhak memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
b. Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan
hak- hak pasien ditetepkan dengan peraturan pemerintah.
c. Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelengarakan
atau melaksakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenagannya.
d. Sedangkan pada pasal 53 ayat 3 menyatakan bahwa: tenaga kesehatan, untuk
kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang
dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan .

2.5 Undang-Undang Praktik Keperawatan Di Negara Tetangga

Negara-negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah


memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak
puluhan tahun yang lalu. Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih siap
untuk menghadapi globalisasi perawat asing yang masuk ke negaranya dan
perawatnya bekerja di negara lain. Ketika penandatanganan Mutual Recognition
Arrangement di Philippines tahun 2006, posisi Indonesia, bersama dengan Vietnam,
Laos dan Myanmar, yang belum memiliki Konsil Keperawatan. Semoga apa yang
dilakukan oleh PPNI dapat mengangkat derajad bangsa ini dengan negara lain,
khususnya dalam pelayanan kesehatan.

2.5 Subtansi RUU Praktik Keperwatan

Secara garis besar hal-hal substansial yang dimuat dan ditampung dalam
Rancangan Undang-Undang Praktik Keperawatan ini antara lain menyangkut:

1. Pengaturan kompetensi seorang tenaga keperawatan dalam memberikan


pelayanan kesehatan.
2. Pengaturan ijin praktik kaitannya dengan sertifikasi, registrasi dan lisensi.
3. Akreditasi tempat praktik dan orang-orang yang bertangung jawab terhadap
praktik.

4. Pengaturan tentang keterkaitan antarapraktik dengan penelitian.

5. Pengaturan penetapan kebijakan yang sekarang ini ada pada departemen


kesehatan.

6. Ketatalaksanaan hubungan antara pasien dengan perawat.

7. Penerapan ilmu kaitannya dengan penapisan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

8. Pemberian sanksi disiplin.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penyelenggaraan praktik
keperawatan saat ini didominasi oleh kebutuhan formil dan kepentingan pemerintah,
sedangkan peran profesi masih kurang apalagi bila dibandingkan dengan perangkat
hukum negara lain di Asia dan Eropa. Perawat telah memberi konstribusi yang cukup
besar dalam pemberian pelayanan kesehatan, akan tetapi belum mendapat
pengimbangan dari perlindungan hukum, bahkan sering menjadi objek dalam
masalah hukum. Untuk itu sangat dibutuhkan undang-undang yang mengatur dan
melindungi perawat dalam menjalnkan tugas sebagai perawat profesional. Adanya
undang-undang praktik keperawatan merupakan salah satu prasyarat mutlak untuk
ikut berperan dalam kancah global, apalagi Indonesia telah memproduk tenaga
keparawatan dalam jumlah yag besar. Dengan adanya undang-undang praktik
keperawatan merupakan jaminan terhadap mutu dan standard praktik disamping
sebagai perlindungan hukum bagi pemberi dan penerima jasa pelayanan keperawat.

3.2 Saran
1. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan
partisipatif semua pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran
Praktik Keperawatan berorientasi kepada pelayanan yang bermutu.
2. Perlu adanya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang
diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap
mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah dipahami dan
dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut
berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut.
3. Setelah mengatahui perkembangan UU yang mengatur tentang praktik
keperawatan, sebagai calon perawat atau mahasiswa keperawatan harus
meningkatkan mutu belajar agar memiliki kemampuan berpikir rasional
dalam menyalankan tugas sebagai perawat profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Erfandi-4.Encephalitis. (Available at: http://


www.Doctoc.com/does/20484809/Asuhan-Keperawatan-Pada-Anak-
DenganEncephalitis)

Jayanto K. D.Encephalitis (Avaible at: http://www.mediaku.web.id) Juni 2010.

Okti Ragil Suharto.Encephalitis.( Avaible at: http://www.Ragil.net/search


/askep+Nefrotic+syndrom)
https://yayantop.wordpress.com/about/askep-emfisema-dan-empiema/perlindungan-
hukum-dalam-pragtek-keperawatan/

http://e-journal.uajy.ac.id/7404/1/JURNAL.pdf
http://www.highlands.edu/academics/divisions/healthsciences/nursing/.ppt
http://malangnews.com
Kozier, Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ilmu keperawatan.Jilid 1 / P.J.M.Stevens,F.Bordui, W.E. van der Weyde; alih
bahasa,J.A. Tomasoa; Editor edisi bahasa indonesia, Mon ica Ester.-Ed. 2- Jakarta:
EGC, 1999. Xix,423 hlm. ;ilus. :15,5x 24 cm.
Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Praktik keperawatan profesional : konsep dasar dan hukum / robert priharjo ;editor,
yasmin asih – jakarta : EGC, 1995.

Anda mungkin juga menyukai