Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“PRINSIP - PRINSIP LEGAL, ASPEK HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM DALAM


KEPERAWATAN”
Dosen Pengempu : Dr. MIRA ASMIRAJANTI, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Friska Dewi :20220303030
2. Fani Cahyani : 20220303091
3. Elsyafira : 20200303035
4. Narlinah : 20220303092
5. Suhana : 20220303018
6. Sarbaini : 20220303105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum.wr.wb.
Bismillah alhamdulillah tawakaltu ala Allahi laa haulaa walaa kuata ilaa billaah.
Atas segala karunia Allah dan atas berkah serta rahmat-Nya, Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya dengan judul “ PRINSIP – PRINSIP LEGAL, ASPEK HUKUM
DAN PERLINDUNGAN HUKUM DALAM KEPERAWATAN “. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Dasar Keperawatan, dosen
pengempu : Dr. MIRA ASMIRAJANTI, S.Kep. M.Kep . Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Sholawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad,SAW. Seorang utusan yang mulia yang secara langsung
Allah utus untuk perubahan seluruh Manusia di muka bumi, dan sebagai pemersatu
umat di seluruh belahan dunia. Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik secara teknis maupun materi mengingat minimnya
kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 03 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi


para perawat. PPNI pada kongres Nasional keduanya di Surabaya tahun 1980
mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk
perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya undang-undang
perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat
bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih
antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat
lulusan pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang
peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat
dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar
belakang ilmiah yang mereka miliki.
12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, momentum
tersebut akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan
Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan. Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-Undang akan
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan dan profesi perawat. Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga
Negara ASEAN yang belum memiliki Undang-Undang Praktik Keperawatan.
Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam jumlah besar. Hal ini
mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama lemahnya
regulasi praktik keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus
globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan mendapat pengakuan dari negara
lain, sementara mereka akan mudah masuk ke negara kita.
Masih perlukah kita mempertanyakan lagi, apakah harus ada Undang
Undang Praktik Keperawatan di bumi pertiwi ini? Jawaban dari pertanyaan
yang amat mendasar, apakah masyarakat Indonesia mempunyai hak untuk
menerima pelayanan keperawatan yang bermutu, adalah jawaban untuk
memastikan bahwa Undang Undang Praktik Keperawatan, terlalu terlambat
untuk disahkan, apalagi untuk dipertanyakan. Sementara negara negara ASEAN
seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki Undang
Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang
lalu.
Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk
menghadapi globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan perawatnya
bekerja di negara lain. Ketika penandatanganan Mutual Recognition
Arrangement di Philippines tahun 2006, posisi Indonesia sama dengan Vietnam,
Laos dan Myanmar.., yang belum memiliki Konsil Keperawatan.
Memprihatinkan.....!!! Sangat wajar, jika PPNI pada Rakernas II di Semarang
mendeklarasikan ”Gerakan Nasional: Sukseskan Undang Undang Praktik
Keperawatan”. Gerakan Nasional ini menggunakan momentum International
Nurses Day, 12 Mei 2008, sebagai Hari Kebangkitan Perawat Indonesia.
Bangkitlah Perawat Indonesia....berikan yang terbaik bagi masyarakat
Indonesia. Bersama Perawat, Masyarakat Sehat...!!! ”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan muncul beberapa
rumusan masalah yang menarik untuk dikaji :
1. Apa yang dimaksud dengan Prinsip – Prinsip Legal dalam Keperawatan?
2. Apa saja yang termasuk kedalam Prinsip – Prinsip Legal dalam
Keperawatan?
3. Apa saja yang termasuk kedalam Aspek Hukum dan Perlindungan Hukum
dalam Keperawatan ?
1.3 Tujuan Analisis
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang Prinsip – Prinsip Legal dalam Keperawatan
2. Mengetahui Aspek Hukum dalam Keperawatan
3. Mengetahui Perlindungan Hukum dalam Keperawatan
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Prinsip – Prinsip Legal dalam Keperawatan
Prinsip Legal Dalam Keperawatan Praktik keperawatan yang aman
memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada dalam praktik perawat.
Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum
dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum
untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak
perlu takut hukum. Tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman
terhadap apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggarapelayanan
keperawatan yang professional. Sehingga perawat mampu memperkirakan
suatu peristiwa atau kejadian yang dapat terjadi atau tidak terjadi di masa
mendatang. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya
dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum. Tetapi lebih
melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat
harapkan dari penyelenggarapelayanan keperawatan yang profesional. Sesuai
dengan Undang-Undang/ Hukum mengenai tindakan mandiri perawat
profesional. Melalui kerjasama dengan klien baik individu, keluarga atau
komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya, baik tanggung jawab medis/ kesehatan maupun tanggung
jawab hukum.
Prinsip legal dalam praktek keperawatan adalah Memberikan kepastian
bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan
prinsip-prinsip hukum. Dimanan hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan
harus dipatuhi oleh warga Negara. Setiap warga Negara yang tidak mematuhi
hukum akan terkait secara hukum untuk menanggung denda atau hukuman
penjara.
1. Melindungi perawat dari liabilitas
2. Perawat harus melakukan semua prosedur besar.
3. Perawat juga harus menggunakan penilaian profesional saat mereka
menjalankan program dokter dan juga terapi keperawatan mandiri
dimana mereka berwewenan
Setiap perawat yang tidak memenuhi standar praktek atau perawatan
yang dapat diterima atau melakukan tugasnya dengan ceroboh berisiko
dianggap lalai.

A.Prinsip Legal dalam Keperawatan


Isi prinsip legal dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Malpraktek
malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang baik dokter,
perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam
mengobati dan merawat pasien yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
1. Kategori malpraktek :
a) Criminal malpraktek : Contohnya Perbuatan tercela
b) Civil malpraktek
Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpraktek adlah :
1. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan
2. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
tetapi terlambat melakukannya
3. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
tetapi tidak sempurna
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
Hal ini bisa bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain
berdasarkan principle of vicsip rius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit
dapat bertanggunggugat atas kesalahan yang dilakukan karyawan selama tenaga
kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.
c) Administrative malpractice
Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrasi malpraktek
manakala tenaga keperawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu
diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai
kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan dibidang kesehatan, misalnya tentang
persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya, batas
kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila peraturan tersebut
dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan
melanggar hokum administrasi.
d) Neglated ( Kelalaian )
Pengabaian adalahkealaian dalam melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat
dia lakuka atau melakukan sesuatu yang dihindari orang lain (Creighton, 1986).
A. Peran keperawatan berkaitan dengan praktek legal
Kegunaan dari hukum kesehatan publik adalah perlindungan kesehatan publik,
advokasi untuk hak manusia, mengatur pelayanan kesehatan dan keuangan
pelayanan kesehatan dan untuk memastikan tanggung jawab professional untuk
pelayanan yang diberikan.Perawat kesehatan komunitas memiliki tanggung jawab
legal untuk menjalankan hukum yang diberikan untuk melindungi kesehatan
public. Hukum ini dapat mencakup pelaporan kecurigaan adanya penyalahgunaan
dan pengabaian, laporan penyakit menular, memastikan bahwa imunisasi yang
diperlukan telah diterima oleh klien komunitas dan laporan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan lain diberikan untuk melindungi kesehatan public.
Perawat bekerja di berbagai tempat di luar lingkungan perawatan yang
melembaga termasuk dalam lingkungan komunitas adalah tempat kerja
okupasional atau industri di mana perawat memberikan perawatan primer preventif
dan terus menerus bagi pekerja, kesehatan publik atau komunitas, dimana
pelayanan preventif seperti imunisasi dan perawatan anak yang baik diberikan di
sekolah, rumah dan klinik dan perawatan kesehatan rumah, yang memberikan
pelayanan lanjutan setelah hospitalisasi. Klien juga dapat dirawat dalam fasilitas
perawatan jangka panjang. Penting bahwa perawat, terutama mereka yang
dipekerjakan dalam lingkungan kesehatan komunitas, memahami hukum
kesehatan publik.

2.2 Aspek hukum praktik keperawatan


1. Hubungan hukum dengan profesi keperawatan
a. Perawat mempunyai kewajiban memberikan jaminan professional yang
kompeten dan melaksanakan praktik sesuai etika dan standar profesinya .
b. secara langung akan menimbulkan adanya konsekuensi hukum dalam
praktik keperawatan.
Perawat merupakan tenaga professional yang memiliki body of knowledge
yang khusus dan spesifik dan dalam menjalankan praktik profesinya memiliki
tanggung jawab dan tanggung gugat, sehingga perawat juga sangat terikat oleh
aturan-aturan hukum yang mengatur praktek tenaga Kesehatan.
Aspek hukup praktek keperawatan merupakan perangkat hukum atau aturan-
aturan hukum yang secara khusus menentukan hal-hal yang seharusnya dilakukan
atau larangan perbuatan sesuatu bagi profesi perawat dalam menjalankan
profesinya.
Bagi tenaga Kesehatan jenis tertentu, yaitu yang berhubungan langsung
dengan pasien, seperti dokter dan perawat berdasarkan ketentuan pasal 22 ayat(1)
PP No 32 tahun 1996, dalam menjalanka tugas profesinya untuk :
A. Menghormati hak pesien
B. Menjaga kerahasiaan identitas dan data Kesehatan pribadi pasien
C. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan Tindakan
yang akan di lalukan
D. Meminta persetujuan terhadap Tindakan yang akan dilakukan
E. Membuat dan memelihara rekan medis
Pelaksanaan tugas tenaga Kesehatan sesuai dengan standa profesi
sekaligus memberikan perlindungan hukum bagi tenaga Kesehatan maupun
pasien, sebagaimana kententuan pada pasal 53 ayat (1) UU No. 23 tahun
1992 dan pasal 24 ayat (1) PP no 32 tahun 1996.

2.3 Perlindungan hukum dalam keperawatan


UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Setiap orang berhak atas kesehatan.
UU 36 tahun 2009 disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 13 Oktober 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan diundangkan oleh Andi Matalatta, Menkumham RI dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 dan Penjelasan Atas Undang-
Undang 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ke dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063 pada tanggal 13 Oktober 2009 di Jakarta.
Latar belakang yang menjadi pertimbangan disahkannya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah:

a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan
prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka
pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan
daya saing bangsa bagi pembangunan nasional;
c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada
masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi
negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti
investasi bagi pembangunan negara;
d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan
kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan
masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun
masyarakat;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam
masyarakat sehingga perlu dicabut dan diganti dengan Undang- Undang tentang
Kesehatan yang baru;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Kesehatan;
Perlindungan hukum yang diberikan oleh negara berupa perlindungan hukum
preventif yaitu mencegah terjadinya sengketa melalui dikeluarkannya undang-
undang tentang registrasi dan praktik keperawatan yang terdapat dalam Undang-
Undang kesehatan yang isinya bahwa setiap perawat yang ingin melakukan praktik
keperawatan dalam fasilitas pelayanan kesehatan maka wajib memiliki surat izin
praktik perawat dan surat ijin kerja dan Perlindungan Hukum Represif yakni
sebagai suatu bentuk perlindungan hukum yang mengarah terhadap penyelesaian
sengketa. Perlindungan hukum represif yang diberikan pemerintah berupa
penerapan sengketa melalui peradilan umum apabila terjadi malpraktik oleh dokter
maupun perawat.
Berbagai Issue Legal Dalam prinsip-prinsip Keperawatan

Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan
kerahasiaan
pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di
beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang
(perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi
negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna
menghindari malpraktek perawat antarnegara bagian.Isu legal aspek seperti
akontabilitas dan malprakatek, dan sebagainya dalam kaitan telenursing masih
dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Masalah Legal Dalam prinsip Keperawatan
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga
negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk
menanggung denda atau hukuman penjara.
~ Beberapa situasi yang harus di hindari seorang perawat yaitu
Pelanggaran adalah perlakuan seseorang yang dapat merugikan orang lain
berupa harta atau milik lainnya secara di sengaja atau tidak disengaja.Kejahatan
adalah suatu perlakuan merugikan publik,baik diri sendiri maupun orang lain.
Karena terlalu parah, kejahatan yang dianggap tindakan perdata (tort) dapat
digolongkan sebagai tindakan kriminal (tindakan pidana).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pelimpahan kewenangan oleh tenaga medis kepada perawat diatur dalam
Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan dalam
pasal 32 dijelaskan bahwa perawat dapat menerimapelimpahan wewenang secara
tertulis berupa delegatif ataupun mandat namun dalamperaturan tersebut tidak
diatur secara tegas dan pasti mengenai batas-batas wewenang Tindakan medis
yang boleh dilakukan oleh perawat, akibat dari hal tersebut maka timbul
ketidakpastian hukum terhadap perawat terkait tindakan pelayanan kesehatan
dalam melaksanan praktik keperawatan. Pertanggungjawaban hukum perawat
dalam pelayanan kesehatan oleh adanya perbuatan malpraktik apabila perbuatan
tersebut dilakukan dengan aturan pelimpahan wewenang yang jelas baik oleh
dokter maupun oleh direksi rumah sakit maka perawat tidak bertanggung jawab
terhadap akibat yang timbul dari perbuatan tersebut, namun apabila perbuatan.
tersebut dilakukan tanpa mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan maka
perawat harus bersedia bertanggung jawab atas perbuatannya berupa tuntutan
malpraktik aspek hukum pidana,perdata dan administratif.

3.1 Saran
Dari analisi ini, penulis merekomendasikan kepada teman-teman perlu
adanya kajian yang lebih mendalam tentang aspek hukum dan perlindungan
hukum dalam keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Hasyim, M., Prasetyo, J., & Ghofar, A. (2014). Buku Pedoman
Keperawatan. Yogyakarta: Indoliterasi. Praptianingsih, S. (2006).
Kedudukan Hukum Perawat Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di Rumah
Sakit. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persadja.Ridwan HR. (2017). Hukum
Administrasi Negara (Revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sadi Is,
M. (2015). Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Prenada Media Group.
Soekanto, S. H. (1987). Pengantar Hukum Kesehatan. Bandung: Remadja
Karya. Soewono, H. (2007). Batas Pertanggung Jawaban Hukum
Malpraktek Dokter Dalam Transaksi Terapeutik.
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-36-2009-kesehatan

Anda mungkin juga menyukai