Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“KASUS TENTANG PELANGGARAN MAL PRAKTEK PERAWAT DI INDONESIA


BESERTA SARAN DAN TANGGAPANNYA”

Disusn oleh: kelompok 2


Ketua: Sri wahyuningsi
Anggota: 1. Nurul mi’raj
2. Nurul salsabillah
3. Nurul listaimul
4. faras saidinah
5. kurniati
6. julkifli

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu nya. Shalawat beserta salam tak
lupa pula kita hadiahkan kepada nabi besar kita yakni nya nabi besar Muhammad SAW. Yang
telah membawa umat nya dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan
yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Profesional
mengenai “Kasus Tentang Pelanggaran Mal Praktek Perawat Di Indonesia
Beserta Saran Dan Tanggapannya”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan
pahala dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan supaya
kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.

bima, november 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................


DAFTAR ISI .............................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................

A. Latar Belakang......................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................
D. Manfaat Penulisan..............................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................

A. Defenisi ...........................................................................
B. Karakteristik malpraktek.............................................
C. Teori-teori malpraktek .....................................................
D. Malpraktek dalam keperawatan.........................................
E. Dasar hukum perundang-udangan praktek keperawatan
F. Beberapa bentuk malpraktek dalam
keperawatan .........................................................................................
G. Dampak malpraktek..................................... ...........................
H. Tinjauan Kasus malpraktek dalam
pelayanan keperawatan...........................................................

BAB III PENUTUP ......................................................................


A. Kesimpulan.......................................................................
B. Saran...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat. Sebagai salah satu tenaga
profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan
dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung
jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat
diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung.

Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi praktek
keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna
mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain
upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung berhubungan dan


berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat interaksi inilah sering timbul
beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja maupun tidak disengaja, kondisi demikian
inilah sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan.
Oleh karena itu profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya
yang didasari oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada
masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah
seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek
keperawatan lainnya.

Dengan berbagai latar belakang diatas maka kelompok membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan malpraktek dalam pelayanan keperawatan, baik ditinjau dari hukum dan
etik keperawatan.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini, secara umum adalah mahasiswa dapat memahami malpraktek
dalam pelayanan keperawatan

2. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa mengetahui :

a. Defenisi hukum dalam keperawatan dan malpraktek


b. Karakteristik malpraktek
c. Teori-teori malpraktek
d. Malpraktek dalam keperawatan
e. Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan
f. Beberapa bentuk malpraktek dalam keperawatan
g. Dampak malpraktek
h. Tinjauan Kasus dan Analisa Kasus malpraktek dalam pelayanan
keperawatan

C. MANFAAT PENULISAN
1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai malpraktek dalam pelayanan
keperawatan.
2. Merangsang minat pembaca untuk lebih mengetahui malpraktek dalam pelayanan
keperawatan.
3. Mengetahui bagaimana malpraktek dalam pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
1. Hukum dalam keperawatan
Hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum, sedangkan etika adalah
kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah non hukum, yaitu kaidah-kaidah tingkah laku
(etika) (Supriadi, 2001).
Hukum adalah ” A binding custom or practice of acommunity: a rule of conduct or action,
prescribed or fomally recognized as binding or enforced by a controlling authority “
(Webster’s, 2003).
Banyak sekali definisi-definisi yang berkaitan dengan hukum, tetapi yang penting adalah
hukum itu sifatnya rasionalogic, sedangkan tentang hukum dalam keperawatan adalah
kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum keperawatan yang rasionalogic dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Fungsi hukum dalam keperawatan, sebagai berikut:
a. Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek perawatan apa yang legal dalam
merawat pasien.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain
c. Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan keperawatan
d. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan membuat perawat
akontabilitas dibawah hukum yang berlaku

2. Malpraktek
Mal : buruk
Praktek : Aktivitas/kegiatan/perbuatan
Malpraktek adalah kegiatan atau aktivitas buruk yg dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
kesalahan yg dilakukan tenaga profesional dalam menjalankan profesinya

Balck’s law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai ”professional misconduct or


unreasonable lack of skill” atau failure of one rendering professional services to exercise
that degree of skill and learning commonly applied under all the circumstances in the
community by the average prudent reputable member of the profession with the result of
injury, loss or damage to the recipient of those services or those entitled to rely upon them”.

Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang
disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence),
ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005).
Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter, perawat. Profesional
perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi yang dapat melakukan malpraktek.

Ninik Mariyanti, malpraktek sebenarnya mempunyai pengertian yang luas, yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:

a. Dalam arti umum : suatu praktek yang buruk, yang tidak memenuhi

standar yang telah ditentukan oleh profesi.

b. Dalam arti khusus (dilihat dari sudut pasien) malpraktek dapat terjadi di dalam
menentukan diagnosis, menjalankan operasi, selama menjalankan perawatan, dan
sesudah perawatan.
B. KARAKTERISTIK MALPRAKTEK

a. Malpraktek Murni
1) Melakukan tindakan yang melanggar UU
2) Sudah mengetahui tindakan itu salah tapi tetap dilakukan
b. Malpraktek disengaja
1) Didalamnya tidak selalu terdapat unsur kelalaian
2) Tindakan sengaja melanggar UU
3) Tindakan dilakukan secara sadar
c. Malpraktek tidak sengaja
1) Karena kelalaian
2) Contohnya menelantarkan pengobatan pasien karena lupa atau sembrono

C. TEORI-TEORI MALPRAKTEK

Ada tiga teori yang menyebutkan sumber dari perbuatan malpraktek yaitu:

1. Teori Pelanggaran Kontrak


Teori pertama yang mengatakan bahwa sumber perbuatan malpraktek adalah karena
terjadinya pelanggaran kontrak. Ini berprinsip bahwa secara hukum seorang tenaga kesehatan
tidak mempunyai kewajiban merawat seseorang bilamana diantara keduanya tidak terdapat
suatu hubungan kontrak antara tenaga kesehatan dengan pasien. Hubungan antara tenaga
kesehatan dengan pasien baru terjadi apabila telah terjadi kontrak diantara kedua belah pihak
tersebut.
Sehubungan dengan adanya hubungan kontrak pasien dengan tenaga kesehatan ini, tidak
berarti bahwa hubungan tenaga kesehatan dengan pasien itu selalu terjadi dengan adanya
kesepakatan bersama. Dalam keadaan penderita tidaksadar diri ataupun keadaan gawat
darurat misalnya, seorang penderita tidak mungkin memberikan persetujuannya.
Apabila terjadi situasi yang demikian ini, maka persetujuan atau kontraktenaga kesehatan
pasien dapat diminta dari pihak ketiga, yaitu keluargapenderita yang bertindak atas nama dan
mewakili kepentingan penderita.Apabila hal ini juga tidak mungkin, misalnya dikarenakan
penderita gawat darurat tersebut datang tanpa keluarga dan hanya diantar oleh orang lain
yang kebetulan telah menolongnya, maka demi kepentingan penderita, menurut perundang-
undangan yang berlaku, seorang tenaga kesehatan diwajibkan memberikan pertolongan
dengan sebaik-baiknya. Tindakan ini, secara hukum telah dianggap sebagai perwujudan
kontrak tenaga kesehatan-pasien.

2. Teori Perbuatan Yang Disengaja


Teori kedua yang dapat digunakan oleh pasien sebagai dasar untuk menggugat tenaga
kesehatan karena perbuatan malpraktek adalah kesalahan yang dibuat dengan sengaja
(intentional tort), yang mengakibatkan seseorang secara fisik mengalami cedera (asssult and
battery)

3. Teori Kelalaian

Teori ketiga menyebutkan bahwa sumber perbuatan malpraktek adalah kelalaian


(negligence). Kelalaian yang menyebabkan sumber perbuatan yang dikategorikan dalam
malpraktek ini harus dapat dibuktikan adanya, selain itu kelalaian yang dimaksud harus
termasuk dalam kategori kelalaian yang berat (culpa lata). Untuk membuktikan hal yang
demikian ini tentu saja bukan merupakan tugas yang mudah bagi aparat penegak hukum.

Selain dikenal adanya beberapa teori tentang sumber perbuatan malpraktek, yang apabila
ditinjau dari kegunaan teori-teori tersebut tentu saja sangat berguna bagi pihak pasien dan
para aparat penegak hukum, karena dengan teori-teori tersebut pasien dapat
mempergunakannya sebagai dasar suatu gugatan dan bagi aparat hukum dapat dijadikan
dasar untuk melakukan penuntutan.
D. MALPRAKTEK DALAM KEPERAWATAN
Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan kelalaian atau malpraktek.
Perawat dan masyarakat pada umumnya tidak dapat membedakan antara kelalaian dan
malpraktek walaupun secara nyata dan jelas perbedaannya . malpraktek lebih spesifik dan
terkait dengan status profesional seseorang, misalnya perawat, dokter, atau penasihat hukum.
Vestal , K.W. (1995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktik, apabila
penggugat dapat menunjukkan hal-hal di bawah ini :

1. Duty
Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajiban mempergunakan segala ilmu dan
kepandaian untuk menyembuhkan atau setidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya
berdasarkan standar profesi . hubungan perawat-klien menunjukkan bahwa melakukan
kewajiban berdasarkan standar keperawatan.
2. Breach of the duty
Pelanggaran terjadinya sehubungan dengan kewajiban, artinya menyimpang dari apa yang
seharusnya dilakukan menurut standar profesinya. Contoh pelanggaran yang terjadi terhadap
pasien antara lain, kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan sebagai
kebijakan rumah sakit.
3. Injury
Seseorang mengalami cedera(injury) atau kerusakan (damage) yang dapat dituntu secara
hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran. Keluhan nyeri,
adanya penderitaan, atau stress emosi dapat dipertimbangkan sebagai akibat cedera jika
terkait dengan cedera fisik.
4. Proximate caused
Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terkait dengan cedera yang dialami
pasien. Misalnya , cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan pelanggaran
terhadap kewajiban perawat terhadap pasien.
E. DASAR HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN PRAKTEK KEPERAWATAN.
Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima praktek
keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan pasal 32
(penyembuhan penyakit dan pemulihan)
2. Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
3. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat ederan Direktur
Jendral Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard
praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.
5. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan direvisi dengan
SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat.

Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan memiliki
akontabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak
menutup kemungkinan perawat berbuat kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja.
Oleh karena itu dalam menjalankan prakteknya secara hukum perawat harus memperhatikan
baik aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek hukum yang berlaku di Indonesia. Fry
(1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua komponen utama, yakni tanggung
jawab dan tanggung gugat. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari
praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah (Priharjo,
1995)

F. BEBERAPA BENTUK MALPRAKTEK DALAM KEPERAWATAN


Pelayanan kesehatan saat ini menunjukkan kemajuan yang cepat, baik dari segi pengetahuan
maupun teknologi, termasuk bagaimana penatalaksanaan medis dan tindakan keperawatan
yang bervariasi. Sejalan dengan kemajuan tersebut kejadian malpraktik dan juga adanya
kelalaian juga terus meningkat sebagai akibat kompleksitas dari bentuk pelayanan kesehatan
khususnya keperawatan yang diberikan dengan standar keperawatan. (Craven & Hirnle,
2000).
Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan malpraktek dalam keperawatan
diantaranya yaitu :
1. Kesalahan pemberian obat: Bentuk malpraktek yang sering terjadi. Hal ini dikarenakan begitu
banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian yang bervariasi. Kelalaian yang
sering terjadi, diantaranya kegagalan membaca label obat, kesalahan menghitung dosis obat,
obat diberikan kepada pasien yang tiak teoat, kesalahan mempersiapkan konsentrasi, atau
kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut akan menimbulkan akibat yang fatal,
bahkan menimbulkan kematian.
2. Mengabaikan Keluhan Pasien: termasuk perawat dalam melalaikan dalan melakukan
observasi dan memberi tindakan secara tepat. Padahal dapat saja keluhan pasien menjadi data
yang dapat dipergunakan dalam menentukan masalah pasien dengan tepat (Kozier, 1991)
3. Kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien: Kemunungkinan terjadi pada situasi RS yang
cukup sibuk, sehingga kondisi pasien tidak dapat secara rinci diperhatikan. (Kozier, 1991).
4. Malpraktek di ruang operasi: Sering ditemukan kasus adanya benda atau alat kesehatan yang
tertinggal di tubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini juga kelalaian perawat, dimana peran
perawat di kamar operasi harusnya mampu mengoservasi jalannya operasi, kerjasama yang
baik dan terkontrol dapat menghindarkan kelalaian ini.

G. DAMPAK MALPRAKTEK
Malpraktek yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas, tidak saja
kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, Individu perawat pelaku
malpraktek dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan perdata
dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).

Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa malpraktek merupakan bentuk dari
pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy, justice,
nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya dengan menggunakan dilema
etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara
individu dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan.
H. TINJAUAN KASUS

KASUS :

1. KASUS KE- 1
Tn.T umur 55 tahun, dirawat di ruang 206 perawatan neurologi Rumah Sakit
AA, tn.T dirawat memasuki hari ketujuh perawatan. Tn.T dirawat di ruang
tersebut dengan diagnosa medis stroke iskemic, dengan kondisi saat masuk
Tn.T tidak sadar, tidak dapat makan, TD: 170/100, RR: 24 x/mt, N: 68 x/mt.
Kondisi pada hari ketujuh perawatan didapatkan Kesadaran compos mentis,
TD: 150/100, N: 68, hemiparese/kelumpuhan anggota gerak dextra atas dan
bawah, bicara pelo, mulut mencong kiri. Tn.T dapat mengerti bila diajak
bicara dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik tetapi jawaban Tn.T tidak
jelas (pelo). Tetapi saat sore hari sekitar pukul 17.00 wib terdengar bunyi gelas
plastik jatuh dan setelah itu terdengar bunyi seseorang jatuh dari tempat tidur,
diruang 206 dimana tempat Tn.T dirawat. Saat itu juga perawat yang
mendengar suara tersebut mendatangi dan masuk ruang 206, saat itu perawat
mendapati Tn.T sudah berada dilantai dibawah tempatt tidurnya dengan
barang-barang disekitarnya berantakan.

Ketika peristiwa itu terjadi keluarga Tn.T sedang berada dikamar mandi, dengan adanya
peristiwa itu keluarga juga langsung mendatangi tn.T, keluarga juga terkejut dengan peristiwa
itu, keluarga menanyakan kenapa terjadi hal itu dan mengapa, keluarga tampak kesal dengan
kejadian itu. Perawat dan keluarga menanyakan kepada tn.T kenapa bapak jatuh, tn.T
mengatakan ”saya akan mengambil minum tiba-tiba saya jatuh, karena tidak ada pengangan
pad tempat tidurnya”, perawat bertanya lagi, kenapa bapak tidak minta tolong kami ” saya
pikir kan hanya mengambil air minum”.

Dua jam sebelum kejadian, perawat merapikan tempat tidur tn.T dan perawat memberikan
obat injeksi untuk penurun darah tinggi (captopril) tetapi perawat lupa memasng side drill
tempat tidur tn.T kembali. Tetapi saat itu juga perawat memberitahukan pada pasien dan
keluarga, bila butuh sesuatu dapat memanggil perawat dengan alat yang tersedia.
 TANGGAPAN

Bila dilihat dari beberapa teori diatas, maka kasus Tn.T, merupakan malpraktek dengan
alasan, sebagai berikut:

1. Kasus kelalaian Tn.T terjadi karena perawat tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam hal ini perawat tidak melakukan
tindakan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan, dan bentuk malpraktek perawat ini
termasuk dalam bentuk Nonfeasance.
Terdapat beberapa hal yang memungkinkan perawat tidak melakukan tindakan keperawatan
dengan benar, diantaranya sebagai berikut:
a. Perawat tidak kompeten (tidak sesuai dengan kompetensinya)
b. Perawat tidak mengetahui SAK dan SOP
c. Perawat tidak memahami standar praktek keperawatan
d. Rencana keperawatan yang dibuat tidak lengkap
e. Supervise dari ketua tim, kepala ruangan atau perawat primer tidak dijalankan dengan baik
f. Tidak mempunyai tool evaluasi yang benar dalam supervise keperawatan
g. Kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dan kelaurga tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan perawatan pasien. Karena kerjasama pasien dan keluarga merupakan hal
yang penting.
h. Kurang atau tidak melibatkan keluarga dalam merencanakan asuhan keperawatan

 SARAN

Hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan bagi penerima
pelayanan asuhan keperawatan, adalah sebagai berikut:

 Bagi Profesi atau Organisasi Profesi keperawatan :


a. Bagi perawat secara individu harus melakukan tindakan keperawatan/praktek
keperawatan dengan kecermatan dan ketelitian tidak ceroboh.
b. Perlunya standarisasi praktek keperawatan yang di buat oleh organisasi profesi
dengan jelas dan tegas.
c. Perlunya suatu badan atau konsil keperawatan yang menyeleksi perawat yang
sebelum bekerja pada pelayanan keperawatan dan melakukan praktek keperawatan.
d. Memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada perawat/praktisi
keperawatan sebelum memberikan praktek keperawatan sehingga dapat
dipertanggung jawabkan baik secara administrasi dan hukum, missal: SIP dikeluarkan
dengan sudah melewati proses-proses tertentu.

 Bagi Rumah Sakit dan Ruangan

a. Hendaknya Rumah Sakit melakukan uji kompetensi sesuai standarisasi yang telah ditetapkan
oleh profesi keperawatan
b. Rumah Sakit dalam hal ini ruangan rawat melakukan uji kompetensi pada bidangnya secara
bertahap dan berkesinambungan.
c. Rumah Sakit/Ruang rawat dapat melakukan system regulasi keperawatan yang jelas dan
sesuai dengan standar, berupa registrasi, sertifikasi, lisensi bagi perawatnya.
d. Perlunya pelatihan atau seminar secara periodic bagi semua perawat berkaitan dengan etik
dan hukum dalam keperawatan.
e. Ruangan rawat harus membuat SAK atau SOP yang jelas dan sesuai dengan standar praktek
keperawatan.
f. Bidang keperawatan/ruangan dapat memberikan pembinaan kepada perawat yang melakukan
kelalaian.
g. Ruangan dan RS bekerjasama dengan organisasi profesi dalam pembinaan dan persiapan
pembelaan hukum bila ada tuntutan dari keluarga.

Penyelesaian Kasus Tn.T dan malpraktek perawat diatas, harus memperhatikan berbagai hal
baik dari segi pasien dan kelurga, perawat secara perorangan, Rumah Sakit sebagai institusi
dan juga bagaimana padangan dari organisasi profesi.
Pasien dan keluarga perlu untuk dikaji dan dilakukan testomoni atas kejadian tersebut, bila
dilihat dari kasus bahwa Tn.T dan kelurga telah diberikan penjelasan oleh perawat sebelum,
bila membutuhkan sesuatu dapat memanggil perawat dengan menggunakan alat bantu yang
ada.
:

2. KASUS KE- 2
Pada pasien pasca bedah disarankan untuk melakukan ambulasi. Perawat
secara drastis menganjurkan pasien melakukan mobilisasi berjalan, padahal di
saat itu pasien mengalami demam, denyut nadi cepat, dan mengeluh nyeri
abdomen. Perawat melakukan ambulasi pada pasien sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah di buat tanpa mengkaji terlebih dahulu kondisi pasien.
Pasien kemudian bangun dan berjalan, pasien mengeluh pusing dan jatuh
sehingga mengalami trauma kepala.
 TANGGAPAN
Dalam kasus ini tanggapan kami adalah, bahwa perawat terlalu terburu-buru dalam
mengambil tindakan tanpa mengkaji dahulu keadaan dan kondisi pasien
 SARAN
Saran kami adalah:
1. Perawat harus mengkaji terlebih dahulu tindakan apa yang harus dilakukan
demi keselamatan pasien
2. Perawat tidak mementingkan kepentingan pribadi dalam keadaan darurat pada
saat mengambil tindakan
3. Perawat harus terlebih dahulu harus ada rasa iba dan empati terhadappasien
agar hal tersebut tidak terjadi lagi

 
3. KASUS KE- 3

KASUS BINTAN UTARA


 Wati (30) warga Tanjunguban, Kecamatan Bintan Utara, mengeluhkan buruknya pelayanan
RSUD Provinsi Kepri Tanjunguban. Pasien mengalami infeksi pascaoperasi caesar. Perutnya
berlubang dan mengeluarkan bau busuk. Toni, suami Wati mengatakan, tanggal 30 Januari
lalu, istrinya melahirkan secara caesar. Lalu, dirawat inap selama tiga hari. Anehnya, selama
tiga hari, pihak rumah sakit sama sekali tidak memeriksa luka bekas operasi apalagi
mengganti perbannya. "Tidak diganti perban atau apapun, lalu tanggal 1 Februari kami
dibolehkan pulang ke rumah dan diminta kembali ke rumah sakit untuk kontrol pascaoperasi
pada tanggal 8 Februari," kata Toni, di Tanjunguban, Bintan Utara, Senin (12/1/2018).
Namun, sebelum tanggal 8 Februari, istrinya mengeluh sakit di bagian perut. Saat dilihat,
ternyata di dinding perut istrinya sudah basah dan menimbulkan bau bahkan berlubang. Saat
itu, ia kemudian membawa istrinya ke Puskesmas Mentigi Tanjunguban. "Karena operasinya
di rumah sakit, jadi kami oleh pihak Puskesmas dianjurkan ke rumah sakit," katanya. Saat itu,
ia kembali membawa istrinya ke RSUD Kepri Tanjunguban. Setiba di rumah sakit, pihak
rumah sakit memberikan obat antibiotik. Malah, pihak rumah sakit menawarkan kembali agar
istrinya dirawat inap sehingga hari berikutnya bisa ditangani. "Saya sudah kecewa sekali
dengan pelayanan rumah sakit. Jadi saya tak mau istri saya dirawat di rumah sakit itu (RSUD
Provinsi Kepri Tanjunguban) lagi. Saya memilih lukanya dibersihkan saja di Puskesmas,
malah saya disuruh membawanya ke rumah sakit di Tanjungpinang," kesalnya. Selain hal itu,
ia mengeluhkan, banyaknya nyamuk di rumah sakit pelat merah tersebut. Setelah sang buah
hatinya lahir, ia mengeluhkan ke perawat banyak nyamuk di ruangan bayi. Tapi, perawat
yang berjaga saat itu justru memberikan obat pengusir nyamuk. "Saya mau dikasih baygon
untuk mengusir nyamuk. Coba bayangkan, di situ ada bayi malah mau disemprotkan
baygon," katanya kesal. Terkait keluhan pasien bernama Wati atas buruknya pelayanan
RSUD Provinsi Kepri Tanjunguban ini, Humas rumah sakit tersebut bernama Ranti
dikonfirmasi belum memberikan jawaban. Begitu juga Direkturnya bernama dr Kurniakin,
juga belum memberikan jawaban
 TANGGAPAN

Kasus diatas dapat dikategorikan sebagai kasus malpraktik keperawatan dengan


pertimbangan sebagai berikut :
1.Malpraktik pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional yang bertentangan dengan
standard operating procedure
(SOP), kode etik, dan undang-undang yang berlaku, baik disengaja maupun akibat kelalaian
yang mengakibatkan kerugian atau kematian pada orang lain (Sabungan Sibarani). Berkenaan
dengan poin ini adalah kondisi dimana pasien tidak mengalami pembersihan dan pergantian
pembalut luka standar pasca operasi.

2.Kelalaian atau ketidak hati-hatian dalam berbuat atau bertindak, yang diakomodir pada Pasal 1366 dan Pasal
1367 ayat (3) KUH Perdata. Dalam kasus ini adalah keadaan lalai mengganti pembalut luka pasien yang
seharusnya teridentifikasi saat melakukan kontrol ke ruangan pasca operasi yang ditempati pasien .

3.Pasal 1239 KUH Perdata mengenai wanprestasi (cidera janji) , dimana terungkap melalui kondisi memburuknya
pasien karna luka pasca operasinya tidak mengering serta menimbulkan rasa sakit

 SARAN

Saran yang kami berikan adalah dengan menganjurkan kepada korban agar di mintai
tanggung jawab serta perlindungan hukun melalui pasal-pasal berikut agar tidak terjadihal
yang diinginkan sebagai berikut:

a) perlindungan hukum terhadap korban malpraktik diatur dalam Undang-Undang No. 8


Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu berupa pengaturan pertanggung
jawaban untuk memberikan ganti rugi kepada korban malpraktik selaku konsumen 
b) Pasal 19 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen yang selengkapnya dinyatakan bahwa
“Pelaku usaha bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa
yang dihasilkan atau diperdagangkan.”
c) Ganti kerugian yang dapat dimintakan oleh korban malpraktik menurut Pasal 19 ayat
(2) UU Perlindungan Konsumen dapat berupa pengembalian uang penggantian barang
dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

 Karena korban harus menjalani perawatan lanjutan akibat rasa nyeri dan luka basah yang
diterimanya, sehingga berdasarkan pasal-pasal diatas maka pihak rumah sakit perlu
melakukan penanggungan biaya atas perawatan lanjutan yang harus dijalani korban akibat
kelalaian yang terjadi.

4. KASUS KE-4

Balita Meninggal Disuntik Kasus malpraktik yang sempat menyita perhatian


masyarakat Indonesia terjadi pada akhir Oktober 2015. Kala itu, korban bernama
Falya Raafan Blegur, anak kedua pasangan Ibrahim Blegur dan Eri Kusrini meninggal
akibat dugaan malpraktik yang dilakukan oleh salah seorang dokter di Rumah Sakit
Awal Bros, Bekasi. Falya sempat dirawat di ruang ICU sejak Kamis, 29 Oktober
2015, sebelum akhirnya menghembuskan nafas terkahir pada Minggu 1 November
2015. Pihak keluarga merasa ada sesuatu yang janggal, sehingga mereka tidak dapat
menerima pernyataan dokter bahwa anak kedua mereka telah tiada. Padahal, beberapa
hari sebelumnya, pihak rumah sakit mendiagnosa Falya mengalami dehidrasi ringan.
Menurut pengakuan Ibrahim, anak keduanya itu sudah mulai ceria dan mulai bermain
dengan kakaknya. Bahkan, ia sudah bisa berlarian. Namun nahas, sebelum
diperbolehkan pulang, seorang dokter dilaporkan menyuntikkan cairan ke dalam
infusnya. Setelah disuntik, kondisi Falya mendadak kritis. Sekujur tubuhnya
membiru, muncul bintik-bintik, dan keluar busa dari mulutnya.
 TANGGAPAN
Tanggapan kami terhadap kasus ini adalah sangat memprihatinkan dikarenakan
kelalaian yang merenggang nyawa seorang balita yang sangat dicintai oleh kedua
orang tua korban karena kelalaian atau kesalahan dari dokter yang disebut sebagai
mal praktek ini.

 SARAN
Saran yang kami berikan adalah
1. Dokter atau tenaga kesehatan lainnya diberikan sanksi sesuai dengan
perbuatan yang dilakukannya.
2. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya lebih memperhatikan keselamatan
pasien agar tak terjadi hal yang diinginkan seperti kasus diatas
3. Orang tua dan juga keluarga agar lebih berhati-hati lagi dalam hal ini dengan
memperhatikan latar belakang dari dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya
5. KASUS KE-5

Ujung Kelamin Terpotong Peristiwa nahas menimpa seorang bocah laki-laki


berinisial MI (9). Ujung alat vitalnya tak sengaja terpotong dan tidak bisa
disambung lagi saat sedang menjalani proses khitan. Kejadian ini berlangsung
di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Menurut laporan penyidik, kala itu
pelaku menggunakan ala khitan laser dan mengaku idak memiliki izin resmi
sebagai perawat medis, termasuk sebagai juru khitan. Tak terima dengan nasib
malang yang menimpa sang anak, pihak keluarga langsung melaporkan
seorang tersangka berinisial B atas dugaan malpraktik. Pihak kepolisian
menjelaskan, selama ini tersangka tidak pernah memasan papan praktik khitan
di kediamannya. Kendati demikian, nama B cukup populer di kalangan warga
sebagai juru khitan. Ia juga kerap terlibat dalam acara sunatan massal.

 TANGGAPAN
Tanggapan yang kami berikan dalam kasus ini adalah lagi- lagi kasus kelalaian ini
terjadi lagi di indonesia padahal sunat adalah kegiatan yang sering dilakukan oleh
para tenaga kesehatan sehingga banyak sekali pengalaman dan juga skill yang sangat
banyak, akan tetapi hal ini masih saja terjadi seperti kasus bocah laki-laki ini.
Hal ini sangat memprihatinkan bagi tenaga kesehatan di indonesia yang masih saja
bermasalah dalam melakukan tindakan.

 SARAN
Saran dalam kasus ini adalah agar perawat ataupun tenaga kesehatan lainnya agar
tidak melakukan hal tersebut lagi, banyak nyawa yang melayang akibat ulah oknum
yang sama sekali tidak bertanggung jawab dalam hal tersebut. Dan juga instansi yang
menaungi nya harus lebih memprihatinkan lagi kemampuan dan juga skill yang
dimiliki oleh para tenaga kesehatan tersebut agar keselamatan pasien terselamatkan
dan tak ada lagi kasus seperti ini.
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada
misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu
kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, jelas bahwa masalah malpraktek bersifat kompleks karena
berbagai faktor yang terkait di dalamnya. Perawat profesional dituntut untuk selalu
meningkatkan kemampuannya untuk mengikuti perkembangan yang terjadi, baik
perkembangan IPTEK khusunya IPTEK keperawatan serta tuntunan dan kebutuhan
masyarakat yang semakin meningkat.

B. SARAN

1. Standar profesi keperawatan dan standar kompetensi merupakan hal penting


untuk menghindarkan terjadinya malpraktek, maka perlunya pemberlakuan
standar praktek keperawatan secara Nasional dan terlegalisasi dengan jelas.
2. Perawat sebagai profesi baik perorangan dan kelompok hendaknya memahami dan mentaati
aturan perundang-undangan yang telah diberlakukan di Indonesia, agar perawat dapat
terhindar dari bentuk pelanggaran baik etik dan hukum.
3. Pemahaman dan bekerja dengan kehati-hatian, kecermatan, menghindarkan bekerja dengan
cerobah, adalah cara terbaik dalam melakukan praktek keperawatan sehingga dapat terhindar
dari kelalaian/malpraktek.
4. Rumah Sakit sebagai institusi pengelola layanan praktek keperawatan dan asuhan
keperawatan harus memperjelas kedudukannya dan hubungannya dengan pelaku/pemberi
pelayanan keperawatan, sehingga dapat diperjelas bentuk tanggung jawab dari masing-
masing pihak
DAFTAR PUSTAKA

Ake, Julianus. 2002. Malpraktik Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC


Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga:
Jakarta: EGC.
Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott.
Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi Praktik Perawat.
Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.
Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar
tidak diterbitkan.
Supriadi, (2001). Hukum Kedokteran : Bandung: CV Mandar Maju.
Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi seminar
tidak diterbitkan.
Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi
Mahkamah Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
Undang-undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999. Jakarta: Sinar
Grafika.

Anda mungkin juga menyukai