Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“ASKEP PADA ANAK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI


PATOLOGIS DAN SISTEM PERECANAAN DAN METABOLIC ENDROKRIN”
DOSEN PEMBIMBING: HJ. INDRA RAHMAD, SST.M.PD

DISUSUN OLEH :
Kelompok 6
1.Nurul mi’raj
2. Nurul salsabilah
3. Rosanti
4. Putri lestari
5.Sri anggraini
6. Restu rabiatun

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah
kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul “MAKALAH ASKEP PADA
ANAK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PATOLOGIS
DAN SISTEM PECERNAAN DAN METABOLIC ENDOKRIN ”. Makalah ini disusun
berdasarkan hasil data-data dari media elektronik berupa Internet dan media cetak. Ucapan
terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberikan partisipasinya dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah
pengetahuan atau wawasan mengenai gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi . Penyusun sadar
makalah ini belumlah sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.

Penyusun

Bima, maret 2022


DAFTAR ISI

i. KATA PENGANTAR..................................................................................................
ii.DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .......................................................................................................
2. Tujuan ....................................................................................................................
3. Manfaat ..................................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


A.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kebutuhan
Dasar Cairan dan Elektrolit.......................................................................................
B.Volume dan Distribusi Cairan Tubuh ............................................................
C. Mekanisme Pergerakan Cairan dan Elekrolit.................................................
D. Pengaturan Volume Cairan Tubuh.................................................................
E. Gangguan Keseimbangan Cairan: Dehidrasi .................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian......................................................................................................
B.Diagnosis Keperawatan..................................................................................
C. Rencana Tindakan Keperawatan....................................................................
D.implementasi keperawatan.............................................................................
E.evaluasi ...........................................................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ..............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi
menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit (Potter & Perry, 2005).

Menurut Abraham Maslow dalam teorinya tentang kebutuhan dasar manusia, bahwa
kebutuhan dasar manusia tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang
kebutuhan dapat dipenuhi hanya kalau jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan.

Kebutuhan dasar tersebut adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan


keamanan (safety needs), kebutuhan rasa cinta, dimiliki dan memiliki (belonging and love
needs), kebutuhan harga diri (self esteem needs), kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
needs). Individu harus memenuhi kebutuhan terbawah dalam hierarki tersebut sebelum berupaya
memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi (Maslow, 1970).

Individu harus memenuhi kebutuhan pada tingkat dasar yaitu kebutuhan fisiologis, yang meliputi
kebutuhan oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan seks, untuk
dapat bertahan hidup (Potter & Perry, 2005).

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
(physiological needs). Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir
90% dari total berat badan. Cairan tubuh ini sangat penting perannya dalam menjaga
keseimbangan (Homeostasis) proses kehidupan. Peranan tersebut dikarenakan air memiliki
karakteristik fisiologis (Asmadi, 2008).

Cairan dalam tubuh manusia normalnya adalah seimbang antara asupan (input) dan haluaran
(output). Jumlah asupan cairan harus sama dengan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh.
Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilangan cairan antara lain
melalui proses penguapan ekspirasi penguapan kulit, ginjal (urine), ekskresi pada proses
metabolisme (defekasi) (Rosdahl dkk, 2014).

Dalam tubuh, fungsi sel bergantung pada keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan ini
diurus oleh banyak mekanisme fisiologik yang terdapat dalam tubuh sendiri. Perubahan sedikit
pada keseimbangan cairan dan elektrolit tidak akan memberikan dampak bagi tubuh. Akan
tetapi, jika terjadi ketidakseimbangan antara asupan dan haluaran, tentunya akan menimbulkan
dampak bagi tubuh manusia. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti dari air tubuh total dan elektolit kedalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu sama lainnya, jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh dengan lainnya. Pada bayi dan anak sering terjadi
gangguan keseimbangan tersebut yang biasanya disertai perubahan Ph cairan tubuh. Hal itu
dikarenakan anak mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya dehidrasi.

Ada banyak alasan untuk hal ini, salah satunya dikarenakan anak-anak mempunyai insiden yang
cukup tinggi pada gangguan sistem gastrointestinal, terutama diare (Sodikin, 2011).

Pada anak yang mengalami diare, akan terjadi ketidakseimbangan asupan dan haluaran cairan.
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi tiga
kali atau lebih buang air besar dengan konsistensi feses yang encer atau cair, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.

Dasar dari semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, akibat perpindahan air melalui
membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran larutan secara
aktifmaupun pasif, terutama natrium klorida, dan glukosa (Behrman dkk, 2000).

Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak menderita diare setiap tahunnya dan 20%
dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara-negara berkembang. Di Indonesia,
proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar
21,65%, lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar
12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54 – 59 bulan yaitu 2,06%.

Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi sebagai
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses (DEPKES RI, 2010).

2.TUJUAN
Untuk memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan efektif pada An. G
dengan gangguan kebutuhan dasar fisiologis: cairan dan elektrolit.

3.MANFAAT

Untuk menambah pengetahuan keluarga tentang perawatan pada anak


dengan prioritas masalah kebutuhan dasar cairan dan elektrolit.

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan


keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar cairan
dan elektrolit.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Kebutuhan Dasar

Cairan dan Elektrolit


Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasis
tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat memengaruhi fungsi fisiologis tubuh.
Sebab, cairan tubuh terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organic dan
anorganik yang vital untuk hidup.

Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang


bermuatan positif (anion) dan bermuatan negative (kation). Elektrolit sangat penting pada banyak
fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi
neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf
(Asmadi, 2008).

B.Volume dan Distribusi Cairan Tubuh

 Volume cairan
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira- kira 60% dari berat
badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak, badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan,
dimana lemak pada wanita lebih banyak daripada pria sehingga jumlah volume cairan
lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia
makin sedikit kandungan airnya. Sebagai
contoh, bayi baru lahir memiliki TBW 70%-80% dari BB; usia 1 tahun 60% dari BB; usia
pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari BB; usia
40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB; sedangkan pada usia
diatas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB (Tarwoto & Wartonah,
2010).

 Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen, yaitu pada intraseluler dan
ekstraseluler. Cairan intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% BB.

Ion utama di dalam CIS adalah kalium, magnesium dan fosfat (serta protein). Sedangkan
cairan ekstraseluler (CES) 20% dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan
intravascular) 5%, cairan interstisial (cairan disekitar tubuh seperti limfa) 10-15%, cairan
transselular (misalnya, cairan serebrospinalis, cairan sinovial,cairan dalam peritonium,
cairan akueus dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3%.
Terutama karena kesulitan dalam memperoleh cairan intraseluler, maka relative sedikit
diketahui tentang pengendalian volume cairan intraseluler dalam keadaan sehat maupun
sakit, maka haruslah terdapat mekanisme tertentu yang mencegah masuknya air secara
tidak terkendali ke dalam sel dan mengakibatkan pembengkakan sel, yang berbeda
dengan sel tanaman, sel tubuh tidak dilindungi oleh membran yang kuat (Tarwoto &
Wartonah, 2010).

C. Mekanisme Pergerakan Cairan dan Elektrolit

Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses,
yaitu :

a.. Difusi
Difusi merupakan proses perpindahan partikel cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dak elektrolit didifusikan menembus membran sel.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperatur.

b. Osmosis
Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermiabel dari
larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.

c. Transpor Aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti
pompa jantung.

D.Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari jumlah cairan yang masuk dikurangi dengan
jumlah cairan yang keluar. Catatan asupan dan haluaran yang akurat serta berat badan harian
sangat penting untuk merawat klien yang mengalami kekurangan atau kelebihan cairan.

A. Asupan Cairan
Asupan merujuk pada air dan cairan lain yang masuk kedalam tubuh setiap hari. Air diperoleh
dari dua sumber yaitu : asupan cairan (melalui mulut atau metode lain seperti IV), dan sebagai
hasil metabolisme makanan.

Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat


pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila
terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang
atau adanya perdarahan, maka curah jantung akan menurun, menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan darah (Alimul Hidayat, 2006).

 Kebutuhan Air (Behram dkk,2000)

UMUR JUMLAH AIR DALAM 24 ML/KG BERAT BADAN


JAM
3 HARI 250-300 80-100
1 TAHUN 1150-1300 120-135
2 TAHUN 1350-1500 115-125
4 TAHUN 1600-1800 100-110
10 TAHUN 2000-2500 70-85
14 TAHUN 2200-2700 50-60
18 TAHUN 2200-2700 40-50
DEWASA 2400-2600 20-30

B. Pengeluaran Cairan
Banyak faktor memengaruhi kehilangan cairan. Individu yang sakit membutuhkan lebih banyak
cairan karena mengalami drainase berlebihan dari luka, muntah atau perdarahan. Demam dapat
menyebabkan individu menggunakan sekitar empat kali lipat jumlah cairan yang ia biasanya ia
butuhkan. Masing-masing bentuk kehilangan cairan juga akan mengubah
konsentrasi elektrolit tubuh (Rosdahl dkk, 2014).

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan


pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernafasan, keringat dan
diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat
menyebabkan kehilangan cairan berlebihan adalah muntah secara terus menerus (Alimul
Hidayat, 2006).

 Keseimbangan Asupan dan Haluaran Air Normal (Rosdahl dkk, 2014)

ASUPAN HALUARAN
Sumber Jumlah Sumber Jumlah
cairan 1200 ml Urine 1500 ml
Makanan 1000 ml Kulit 500 ml
Metabolisme 300 ml Paru 300 ml
Feces 200 ml
Total 2500 ml Total 2500 ml

E. Gangguan Keseimbangan Cairan:

Dehidrasi

Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang merupakan akibat
kehilangan air yang abnormal. Menurut Guyton, dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua
pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dehidrasi merupakan
keadaan kehilangan cairan tubuh. Pada dehidrasi, haluaran air lebih besar dibanding asupan air.
Dehidrasi dapat disebabkan oleh kehilangan natrium atau larutan elektrolit lainnya seperti
kalium. Penyebab eksternal dehidrasi meliputi pajanan sinar matahari berlebihan, anoreksia atau
bulimia menyebabkan dehidrasi. Penurunan asupan cairan, demam, pengisapan gastrointestinal,
obat tertentu dan hemoragi juga dapat menyebabkan dehidrasi.

Gangguan tertentu seperti disfungsi elektrolit dan penyakit Addison juga dapat menyebabkan
dehidrasi. Pada tahap awal dehidrasi, individu merasa haus dan minum lebih banyak cairan. Jika
asupan cairan tidak dapat mengimbangi kehilangan cairan, dehidrasi semakin parah. Tubuh
mengompensasi dengan mengurangi haluaran urin dan keringat air bergerak dari kompartemen
CIS ke dalam cairan intravaskular.

Jika dehidrasi tidak segera dikoreksi, jaringan tubuh akan mongering dan mengalami malfungsi.
Sel otak paling rentan terhadap dehidrasi; salah satu tanda dehidrasi berat adalah konfusi mental.
Jika tidak ditangani segera, maka kondisi tersebut akan berkembang menjadi koma (Guyton,
1995).

 Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala (Mansjoer dkk, 2003)

Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesuh, lunglai, tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak Haus, ingin minum Malas minum atau
haus banyak tidak bisa minum
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi dehidrasiberat
ringan/sedang

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian
Untuk mengidentifikasi masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
mengumpulkan data guna menyusun suatu rencana keperawatan, perawat perlu melakukan
pengkajian keperawatan. Berdasarkan Manajemen Terapi Balita Sakit (2010), anak yang
menderita diare dinilai dalam hal:

1. Berapa lama anak menderita diare


2. Adakah darah dalam tinja untuk menentukan apakah anak menderita disentri
3. Adakah tanda-tanda dehidrasi

Klasifikasi Dehidrasi Dengan Konsep MTBS, 2010

A. Klasifikasi diare untuk dehidrasi :

1. Balita diklasifikasikan mengalami diare dehidrasi berat apabila terdapat dua atau lebih tanda-
tanda berikut ini :
a. Letargi atau tidak sadar
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
d. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat

2. Balita diklasifikasikan mengalami diare dehidrasi ringan/sedang apabila terdapat dua atau
lebih tanda-tanda berikut ini :
a. Gelisah, rewel (mudah marah)
b. Mata cekung
c. Haus, minum dengan lahap
d. Cubitan kulit perut kembali lambat

3. Balita diklasifikasikan mengenai diare tanpa dehidrasi terdapat cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau ringan/sedang

4. Klasifikasi diare jika 14 hari atau lebih :


a. Balita diklasifikasikan mengalami diare persisten berat apabila
terdapat gejala dehidrasi
b. Balita diklasifikasikan mengalami diare persisten apabila tanpa
gejala dehidrasi
5. Klasifikasi diare, jika ada darah dalam tinja

1. Klasifikasi diare, jika ada darah dalam tinja :

Gejala/derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi


Dehidrasi dehidrasi ringan/sedang berat
Bila terdapat Dua Bila terdapat dua Bila terdapat dua
tanda atau tanda atau lebih tanda atau lebih
lebih
Keadaan umum Baik, sedang Gelisah, rewel Lesu, lunglai/tidak
sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan Normal, tidak Ada Ingin minum Malas minum
untuk minum rasa haus terus, ada rasa
haus
Turgor Kembali segar Kembali lambat Kembali Sangat
lambat
1. Aspek biologis, seperti:
a. Usia
Usia memengaruhi distribusi cairan dan elektrolit dalam tubuh. Oleh karena itu, pada saat
mengkaji klien, perawat perlu menghitung adanya perubahan cairan yang berhubungan dengan
proses penuaan dan perkembangan

b. Berat badan
Perlu dikaji berat badan sebelum sakit dengan berat badan saat sakit. Pengkajian ini diperlukan
untuk mengukur persentase penurunan berat badan dalam menentukan derajat dehidrasi.

c. Riwayat kesehatan
Hal yang perlu dikaji antaraa lain riwayat penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan
gangguan dalam homeostasis cairan dan elektrolit.

d. Tanda vital meliputi suhu, respirasi, nadi, dan tekanan darah.


Peningkatan suhu dapat menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit karena peningkatan
insensible water loss (IWL). Sebaliknya, penurunan suhu tubuh akan mengakibatkan penurunan
IWL.

2. Aspek psikologis

Pada aspek psikologis ini, perlu dikaji adanya masalah-masalah perilaku atau emosional yang
dapat meningkatkan risiko gangguan cairan dan elektrolit (Tarwoto & Wartonah, 2010).

3. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan pasien, kemampuan
pasien mengelolah kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi
kesehatan lainya.

Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon pasien terhadap kesehatan
dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien (Kozier, 2010).

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis
untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainya.
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang
terkumpul didapat data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selajutnya data
dasar itu digunakan untuk menetukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan
keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien (Kozier,2010).
Pengumpulan data dimulai sejak dilakukan pengkajian. Tujuan pengumpulan data adalah untuk
memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam
menentukan langkah-langkah berikutnya.

 Tipe data terbagi dua, yaitu data subjektif dan data objektif.

1) Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatan lainya.

2) data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/ raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan dan tingkat kesadaran.

Dalam menganalisa data yang sistematik diperlukan 3 komponen yaitu masalah (problem),
penyebab (etiology), dan tanda dan gejala (symptom).

Data yang sudah dikumpulkan dikelompokkan menurut tipe data, yaitu data subjektif dan data
objektif. Setelah data terbagi, data perlu disertakan dengan tanda dan gejala untuk lebih
memperkuat data. Selama dan setelah pengumpulan data, data tersebut akan diperiksa kembali
untuk menentukan relevansinya dengan masalah klien dan hubungannya dengan potongan
informasi lain.

Melalui analisis data yang sistematif, maka akan didapatkan mengenai masalah kesehatan klien.
Dari masalah kesehatan tersebut maka akan didapatkan diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan masalah kesehatan klien. Setelah diagnosa keperawatan ditegakkan maka langkah
selanjutnya adalah merencanakan asuhan keperawatan klien berdasarkan masalah atau diagnosis
yang telah di identifikasi.

B. Diagnosis Keperawatan

Kekurangan Volume Cairan (Nanda International, 2012-2014)

A. Defenisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraselular. Ini mengarah ke
dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium.

B. Kemungkinan berhubungan dengan :


1. Kehilangan cairan secara berlebihan
2. Berkeringat secara berlebihan
3. Menurunnya intake oral
4. Penggunaan diueretik
5. Pendarahan
6. Kemungkinan data yang ditemukan :
7. Hipotensi
8. Takikardia
9. Pucat
10. Kelemahan
11. Konsentrasi urin pekat

C. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :


1. Penyakit Addison
2. Koma
3. Ketoasidosis para diabetik
4. Anoreksia nervosaUniversitas Sumatera Utara
5. Pendarahan gastrointestinal
6. Muntah, diare
7. Intake cairan tidak adekuat
8. AIDS
9. Ulcer kolon

D. Tujuan yang diharapkan :


1. Mempertahankan keseimbangan cairan
2. Menunjukan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat,
tekanan darah stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik
3. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat
teratasi

C.. Rencana Tindakan Keperawatan

Terapi Dehidrasi Dengan Konsep MTBS (2010)


A. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah :
a. Pengertian dan hal-hal berkaitan dengan rencana terapi A :
Terapi A, yaitu terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi, dimana anak yang
tanpa tanda gejala dehidrasi membutuhkan ekstra cairan air dan elektrolit yang hilang selama
diare.

b. Cairan yang biasa diberikan dalam pengobatan ini :


1) Cairan yang bisa diberikan, yaitu cairan dehidrasi oral dari gula dan garam, sayuran dan sop
ayam yang mengandung garam
2) Cairan yang diberikan kapada anak sebanyak anak mau sampai diare berhenti, atau :
a) Anak < 2 tahun, sebanyak 50 – 100 ml
b) Anak 2 – 10 tahun, sebanyak 100 – 200 ml
c) Anak > 10 tahun, diberikan cairan sebanyak anak mauUniversitas Sumatera Utara

c. Dalam hal ini, yang paling utama ditekankan pada rencana terapi A ini adalah menjelaskan
kepada ibu mengenai empat aturan perawatan di rumah sakit, berikut ini :

a. Pemberian cairan tambahan


Dalam rencana terapi pemberian cairan tambahan sebanyak anak mau ini, perlu dilakukan hal-
hal berikut ini :
1) Berikan penjelasan kepada ibu, hal-hal berikut ini :
a) Untuk menberikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
b) Untuk memberikan oralit atau matang sebagai tambahan, apabila anak memperoleh ASI
tambahan
c) Untuk memperoleh susu cairan atau lebih, apabila anak tidak memperoleh ASI eksklusif.
(cairan-cairan tersebut, misalnya oralit, cairan makanan, atau air matang)

d) Jelaskan juga kepada ibu bahwa anak harus diberikan larutan oralit di rumah, apabila :

a) Anak telah diberikan pengobatan dengan rencana terapi B atau C dalam kunjungan ini
b) Anak tidak dapat kembali ke klinik apabila diare pada anak bertambah parah

e) Ajarkan kepada ibu tentang cara mencampur dan memberikan oralit serta berikan ibu 6
bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah

f) Tunjukan kepada ibu tentang berapa banyak oralit/cairan lain yang harus diberikan setiap kali
anak buang air besarUniversitas Sumatera Utara

g) Untuk anak umur sampai 1 tahun, banyaknya oralit/cairan lain yang harus diberikan adalah 60
sampai 100 ml setiap kali anak buang air besar (berak)

h) Untuk anak umur 1 sampai 5 tahun, banyaknya oralit/cairan lain yang harus diberikan adalah
100 sampai 200 ml setiap kali anak buang air besar

2) Jelaskan kembali atau katakan kepada ibu mengenai hal-hal berikut ini :

a. Apabila anak yang diberikan minuman muntah, tunggu sebentar yaitu sekitar 10 menit.
Kemudian, lanjutkan lagi pemberian minum lebih lambat
b. Untuk melanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
1) Pemberian tablet zinc selama 10 hari
2) Melanjutkan pemberian makan
3) Penjelasan kapan harus kembali

B. Terapi B : penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit

1. Rencana terapi B, yaitu terapi dehidrasi oral untuk anak dehidrasi sedang adalah dengan
pemberian CRO (cairan oralit)

2. Hal yang paling utama ditekankan pada rencana terapi B ini, antara lain:

a. Pemberian oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama 3 hari, antara lain :
a) Anak umur ≤ 4 bulan dan berat badan < 6 kg, cairan oralit yang diberikan sebanyak 200-400
ml
b) Anak umur 4-12 bulan dan berat badan 6-10 kg, cairan oralitUniversitas Sumatera Utara
yang diberikan sebanyak 400-700 ml
c) Anak umur 1-2 tahun dan berat badan 10-12 kg, cairan oralit yang diberikan sebanyak 700-
900 ml
d) Anak umur 2-5 tahun dan berat badan 12-19 kg, cairan oralit yang diberikan sebanyak 900-
1400 ml

b. Penentuan jumlah oralit untuk 3 jam pertama :


Ketentuan :
1) Jumlah oralit yang diperlukan dihitung dengan rumus: berat badan (dalam kg) x 75 ml
2) Penggunaan umur digunakan hanya apabila berat badan anak tidak diketahui

c. Jumlah oralit dapat diberikan lebih banyak dari pedoman yang ditentukan di atas, apabila anak
masih menginginkannya : Selama periode ini, dapat diberikan juga 100-200 ml air matang pada
anak yang berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu ASI

d. Penjelasan kepada ibu cara pemberian larutan oralit : Berikut ini adalah hal-hal yang perlu
ditunjukan pada ibu Dalam memberikan larutan oralit :

1) Larutan oralit dapat diminumkan sedikit demi sedikit tetapi sering dengan menggunakan
cangkir atau gelas
2) Apabila anak muntah, pemberian larutan oralit dapat ditunggu sebentar, yaitu selama 19
menit, untuk selanjutnya dapat diberikan kembali dengan lebih lambat
3) ASI dapat diberikan selama anak mau

e. Pemberian tablet zinc


f. Penanganan selama 3 jam :
1. Lakukan penilaian ulang dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi pada anak
2. Setelah itu, pilih rencana terapi yang sesuai dengan penilaian dan klasifikasi tadi untuk
melanjutkan pengobatan
3. Selanjutnya, anak bisa mulai diberikan makan

g. Penanganan apabila ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :

1. Peragakan atau tunjukan kepada ibu cara menyiapkan cairan oralit di rumah
2. Peragakan atau tunjukan kepada ibu banyaknya oralit yang harus diberikan kepada anak di
rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan
3. Untuk mencukupi kebutuhan rehidrasi, maka berikan oralit yang cukup dengan menambahkan
6 bungkus lagi sesuai anjuran pada rencana terapi A
4. Empat aturan perawatan di rumah berikut ini seperti yang
terdapat pada rencana terapi A, perlu dijelaskan kembali :
a) Pemberian cairan tambahan
b) Melanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari
c) Memberikan pemberian makanan
d) Memberitahukan kapan harus kembali

C. Rencana terapi C: penanganan dehidrasi berat dan cepat :

a. Terapi C adalah pengobatan untuk pasien dengan dehidrasi berat, dengan pemberian cairan
rehidrasi intravena secara cepat
b. Hal yang paling utama ditekankan pada rencana terapi C ini, antara lain:
a. Lakukan pemberian cairan intravena secepatnya
b. Pada anak yang bisa minum, sementara mempersiapkan infus berikan oralit melalui minum
c. Cairan infus yang diberikan yaitu cairan ringer laktat (apabila tidak tersedia, bisa diberikan
cairan NaCl) dengan pemberian 100 ml/kg, dengan pembagian sebagai berikut :
1) Untuk bayi dibawah 12 bulan, diberikan cairan cairan sebanyak:
a) 30 ml/kg selama 1 jam (ulangi sekali lagi apabila denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba)
b) 70 ml/kg selama 5 jam

2) Untuk anak usia 12 bulan sampai 5 tahun, diberikan cairan sebanyak:


a) 30 ml/kg selama 30 menit (ulangi sekali lagi apabila denyut nadi sangat lemah atau tidak
teraba)
b) 70 ml/kg selama 2 1/2 jam

3) Lakukan pemeriksaan kembali pada anak setiap 15-30 menit :


a) Segera setelah anak minum, berikan oralit (dengan dosis/takaran kira-kira 5 ml/kg/jam
b) Oralit ini bisa diberikan pada bayi sesudah 3-4 jam dan pada anak sesudah 1-2 jam
c) Disamping oralit, juga perlu diberikan tablet zinc

4) Lakukan pemeriksaan kembali, yaitu sesudah 6 jam pada bayi dan sesudah 3 jam pada anak

5) Dalam hal ini dilakukan klasifikasi dehidrasi

6) Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai untuk meneruskan pengobatan

D.Implementasi keperawatan dan evaluasi

Hari/ No. Implementasi Keperawatan Evaluasi

Tanggal Dx (SOAP)
Senin, 22 1 1. Mengkaji tanda-tanda vital S:
Mei (suhu, nadi dan pernafasan),
turgor kulit dan membran Ny. M mengatakan bahwa
2017 mukosa sehari yang lalu anak sudah
2. Melakukan pengkajian BAB lebih dari 4x/hari
abdomen dengan inspeksi, dengan konsistensi feses
palpasi, perkusi dan encer, Ny. M menduga hal
auskultasi) tersebut terjadi karena An.
3. Mengobservasi penyebab G diberi makan dengan lauk
diare pada An. G ikan arsik oleh bapaknya
4. Menginstruksikan ibu untuk O:
mencatat warna, volume,
frekuensi dan konsistensi An. G tampak lemas Suhu :
feses An. G 37,1°C
5. Mengajarkan ibu untuk
membuat larutan rehidrasi Nadi : 108x/menit
oral Pernafasan : 23x/menit
6. Menganjurkan ibu untuk Turgor kulit kembali > 2
mempertahankan pemberian detik
cairan, sedikit tapi sering
(Intake : 1300 ml) Mata cekung Mukosa bibir
kering
air putih : 500 ml
Peristaltik usus 20x/menit
Perut kembung
A:

Ny. M sudah paham dan


mampu membuat larutan
rehidrasi oral secara mandiri
P: Intervensi dilanjutkan

1. Meningkatkan
pemberian cairan
Intake : 1300 ml air
larutan rehidrasi : 500 ml susu putih : 500 ml
formula : 300 ml larutan rehidrasi :
500 ml

susu formula : 300 ml

2. Mencatat intake dan


output

2 1. Mengkaji ada tidaknya alergi S:


makanan, mual dan
Ny. M mengatakan An. G
muntah, serta respon lainnya saat tidak ada alergi makanan
pemberian Ny. M mengatakan An. G
makanan pada An. G tidak selera makan

2. Memantau asupan nutrisi Ny. M mengatakan bahwa


pada An. G (jumlah, jenis semalam An. G ada muntah
dan pola makan) sebanyak 2 kali
3. Menimbang berat badan An. O :
G
4. Menjelaskan pada keluarga Suhu : 37,1°C
tentang pemberian diet pada
anak yang mengalami diare Nadi : 108x/menit
Pernafasan : 23x/menit
Berat badan : 9,8 kg
Konjungtiva anemis Badan
An. G tampak kurus

Perut kembung Pola makan


3x/hari

Asupan nutrisi An. G dalam


satu kali porsi makan:

1. Bubur halus
2. Telur mata sapi
3. Kuah sop

A:

Ny. M sudah mengetahui


diet pada anak yang
mengalami diare

Sudah ada daftar makanan


yang akan diberikan pada
An. G
P : Intervensi dilanjutkan :

1. Mengkaji respon
saat pemberian
makanan
2. Menimbang berat
badan An. G
3. Memantau asupan
nutrisi An. G

Selasa, 23 1 1. Mengkaji tanda-tanda vital S :


Mei (suhu, nadi, dan pernafasan),
turgor kulit dan membran Ny. M mengatakan bahwa
2017 mukosa semalam anak sudah BAB 4
2. Melakukan auskultasi kali dengan konsistensi
abdomen untuk mengetahui feses encer dan 1 kali BAB
peristaltik usus di pagi ini
3. Mencatat intake (jumlah dan O :
jenis) dan output
Suhu : 37,6°C

Nadi : 113x/menit
(warna, volume, frekuensi dan Pernafasan : 25x/menit
konsistensi) Turgor kulit kembali < 2
detik
4. Menganjurkan ibu untuk
mempertahankan pemberian Mukosa bibir lembab
cairan, sedikit tapi sering Peristaltik usus 18x/menit
5. Menjelaskan pada keluarga Perut kembung
tentang diare dan perilaku
hidup bersih dan sehat Intake : 1300 ml air putih :
500 ml

larutan rehidrasi : 500 ml


susu formula : 300 ml
Output : 500 ml (urin) dan

±550 ml (feses)
A:

Ny. M sudah paham


penjelasan tentang diare dan
perilaku hidup bersih dan
sehat

Ny. M mampu menjawab


pertanyaan materi tentang
diare dan perilaku hidup
bersih dan sehat
P: Intervensi dilanjutkan

1. Mempertahankan
pemberian cairan
2. Mencatat intake dan
output
2 1. Mengkaji ada tidaknya S:
mual, muntah dan respon
lainnya saat pemberian Ny. M mengatakan An. G
makanan pada An. G tidak ada mual muntah lagi
2. Mencatat dan memantau
asupan nutrisi pada An. G Ny. M mengatakan An. G
(jumlah, jenis dan pola sudah ada selera makan
makan) sedikit
3. Menjelaskan kepada ibu O:
untuk memberi makan anak
sedikit tapi sering Suhu : 37,6°C
4. Menimbang berat badan An.
G Nadi : 113x/menit
5. Menjelaskan pada keluarga Pernafasan : 25x/menit
tentang gizi seimbang pada Berat badan : 10 kg Badan
anak An. G tampak kurus

Perut kembung Pola makan


6x/hari

Asupan nutrisi An. G dalam


satu kali porsi makan:
1. Bubur setengah
padat dengan
cacahan wortel dan
kentang
2. Ikan kuah kuning

A:

Ny. M sudah memahami


materi tentang gizi pada
anak dan mampu menjawab
pertanyaan mengenai materi
tersebut Ny. M sudah
menerapkan arahan
memberi makanan sedikit
tapi sering

P : Intervensi dilanjutkan :

1. Mengkaji respon
saat pemberian
makanan
2. Menimbang berat
badan An. G
3. Memantau asupan
nutrisi An. G

Rabu, 24 1 1. Mengkaji tanda-tanda vital S :


Mei (suhu, nadi, dan pernafasan),
turgor kulit dan membran Ny. M mengatakan bahwa
2017 mukosa semalam anak sudah BAB 3
2. Melakukan auskultasi kali dengan konsistensi
abdomen untuk mengetahui feses lunak dan 1 kali BAB
peristaltik usus
3. Mencatat intake (jumlah dan
jenis) dan output (warna, di pagi ini
volume, frekuensi dan
konsistensi) Ny. M mengatakan anak
4. Menganjurkan ibu untuk sudah aktif kembali dan
mempertahankan pemberian sudah mau bermain
cairan, sedikit tapi sering

O:

Suhu : 37,5°C

Nadi : 123x/menit
Pernafasan : 27x/menit
Turgor kulit kembali < 1
detik

Mukosa bibir lembab


Peristaltik usus 15x/menit
Perkusi abdomen : timpani
Intake : 1300 ml

air putih : 500 ml

larutan rehidrasi : 500 ml


susu formula : 300 ml
Output : ±500 ml (urin
dan feses)
A : masalah sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 1. Mengkaji ada tidaknya S:
mual, muntah dan respon
lainnya saat pemberian Ny. M mengatakan An. G
makanan pada An. G tidak ada mual muntah lagi
2. Mencatat dan memantau
asupan nutrisi pada An. G Ny. M mengatakan An. G
(jumlah, jenis dan pola sudah makan bias makan
makan) seperti biasa
3. Menjelaskan kepada ibu
untuk memberi makan anak
sedikit tapi sering
4. Menimbang berat badan An.
G

selera makan An.


G
2. Menaikkan berat
badan agar BB An.
G menjadi ideal
O:

Suhu : 37,5°C

Nadi : 123x/menit
Pernafasan : 27x/menit
Berat badan : 10,2 kg Badan
An. G tampak kurus

Pola makan 5x/hari Asupan


nutrisi An. G dalam satu
kali porsi makan:

1. Bubur setengah
padat dengan sayur
sawi rebus
2. Ikan goreng

A:

Masalah sebagian teratasi


karena berat badan An. G
belum mencapai berat
badan ideal yaitu 11,8 kg
P : Intervensi dilanjutkan :

1. Mempertahankan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Diare pada anak merupakan penyakit yang umumnya diakibatkan oleh infeksi atau dapat
disebabkan oleh faktor makanan maupun psikologis pada anak yang dapat menyebabkan
dehidrasi, syok, dan kematian. Berdasarkan pada hasil pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut :

a. Pengkajian yang dilakukan kepada Anak G didapatkan data subjektif yaitu: ibu klien
mengatakan bahwa anaknya BAB 4x/hari, rewel, tidak nafsu makan. Sedangkan data objektif
didapatkan hasil dari tanda-tanda vital dan pengamatan langsung
b. Diagnosa keperawatan yang muncul setelah dilakukan pengkajian yaitu: Kekurangan
volume cairan dan Nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Intervensi keperawatan yaitu dapat memenuhi asupan cairan dan nutrisi oral secara adekuat
sehingga pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi dapat terpenuhi
d. Implementasi yang dilakukan yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, memantau intake dan
output, memantau masukan nutrisi, melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga
e. Evaluasi setelah dilaksanakan intervensi selama tiga hari, masalah keperawatan
kekurangan cairan tubuh sudah teratasi karena klien sudah mencukupi asupan kebutuhan
cairan secara adekuat , namun masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi
sebagian karena berat badan An. G belum memenuhi berat badan ideal.

B.. Saran
Pada kasus diare pada anak, sebaiknya diperhatikan dengan benar intake maupun output serta
tanda-tanda vital pada anak dan pelaksanaan yang utama yaitu redehidrasi yang benar.
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien anak dengan gangguan cairan dan elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Behrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Ed.15, Vol. 2.
Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan. 2010. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snyder, S. 2010. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A., Suprohalita, W. I. Wardhani, dan W. Setiowulan. 2003. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi Ke-3 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Maslow, A. 2004. Psikologi Sains. Terjemahan dari Psychology Science. Jakarta:
Taraju.
Nanda International. 2012. Diagnosa Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi
2012-2014 Edisi 10. Jakarta: EGC
Perry. A. G., Peterson, V. R., & Potter, P. A. 2005. Buku Saku Keterampilan dan
Prosedur Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter, P. A. dan A. G. Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Rosdahl, Bunker C., dan Kowalski, T., Marry. 2014. Buku Ajar Keperawatan
Dasar Edisi 10 Volume 1. Jakarta: EGC.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilizer. Jakarta: Salemba Medika.
Sodikin. 2011. Keperawatan Anak: Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC.
Tarwonto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai