Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N DENGAN KASUS KEHILANGAN


DAN BERDUKA
( Dosen Pengampu : H. Syaiful, SPd. S.Kep.Ns.M.Pd)

Disusun Oleh
Kelompok 1
Nama Anggota :

1. I Putu Surantika 5. Nur Alkaida


2. Julkiflin 6. Nurbaya
3. Andriani 7. Nurul Mi’raj
4. Anita Hajratul Ningsih 8. Muliati

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BIMA
TAHUN AJARAN 2021

Disusun & diseminarkan dalam rangka memenuhi tugas


MK. Etika Keperawatan
Kota Bima, 2 September

i
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Makalah : Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Kasus


Kehilangan dan Berduka

2. Anggota Kelompok Makalah : a) I Putu Surantika


b) Julkiflin
c) Andriani
d) Anita Hajratul Ningsih
e) Nur Alkaida
f) Nurbaya
g) Nurul Mi’raj
h) Muliati

3. Dosen Pengampu MK : 1. H. Syaiful, SPd. S.Kep.Ns.M.Pd

Kota Bima, Agustus 2021

Ketua Prodi D3 Kep, Bima Dosen Pengampu MK,

Abdul Haris, SST., M.Pd.M.Kes H. Syaiful, SPd. S.Kep.Ns.M.Pd


Nip. 196612081987031002 Nip.196805231989031003

ii
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah mata kuliah
Keperawatan yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Kasus
Kehilangan Dan Berduka“ Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih
kepada :
1. H. Syaiful, SPd. S.Kep.Ns.M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang telah meluangkan waktu dalam pelaksanaan
bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan
makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Harapan kami semoga
makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Bima, 02 Agustus 2021

iii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.……….…………………………………........................... ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... iii
DAFTAR ISI …………...……….…………………………….............................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …….…….…………………..................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah……………….....…………………….................................. 2
1.3 Tujuan..................................…………………..………….................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Teori........................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Kehilangan dan Berduka...................…………….…….................... 3
2.2 Manifestasi Klinis Kehilangan…...………………….…….…........................... 4
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan...................................... 4
2.5 Jenis-jenis Kehilangan......................................................................................... 5
2.6 Fase-fase Kehilangan dan Berduka..................................................................... 6
B. Konsep Askep pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka............................... 8
C. Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Kasus Kehilangan Dan Berduka...... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………........…........................................... 19
3.2 Saran………………………………….......……………………….................. 20
DAFTAR PUSTAKA………...…………………...…………………................... 21
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................... 22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan
umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan.
Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan
emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan
masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi-sedikit
mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk
mencari bantuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat
menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang
demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan
perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi
perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga
kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita
setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi
masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah
realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian
besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita.
Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika
hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi
1
mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya
selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005)

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa pengertian kehilangan dan berduka?
b. Apa tanda dan gejala kehilangan?
c. Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan?
d. Apa saja tipe kehilangan?
e. Apa saja jenis-jenis kehilangan?
f. Bagaimana konsep ASKEP dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan
dan berduka?

1.3 TUJUAN
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang :
1. Apa pengertian kehilangan dan berduka.
2. Apa tanda dan gejala kehilangan.
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.
4. Apa saja tipe kehilangan.
5. Apa saja jenis-jenis kehilangan.
6. Bagaimana konsep ASKEP dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan
dan berduka.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI

2.1 Pengertian Kehilangan dan berduka


Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin
terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik,
diantisipasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali
atau tidak dapat kembali. Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan ( Lambert, 1985 ).
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda. Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang
mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah
ada atau pernah dimiliki. Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan
terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah,
cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal
pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari
berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Berduka disfungsional
adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya
dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipeini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

3
2.2 Manifestasi Klinis Kehilangan
a. Ungkapan kehilangan
b. Menangis
c. Gangguan tidur
d. Kehilangan nafsu makan
e. Sulit berkonsentrasi
f. Karakteristik berduka yang berkepanjangan, yaitu:
 Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
 Sedih berkepanjangan
 Adanya gejala fisik yang berat
 Keinginan untuk bunuh diri

2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan


a. Arti dari kehilangan
b. Sosial dan budaya
c. Kepercayaan spritual
d. Peran seks
e. Status sosial ekonomi
f. Kondisi fisik dan psikologi individu

2.4 Tipe Kehilangan Kehilangan


Kehilangan dan berduka dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya amputasi
kematian orang yang sangat berarti/di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.

4
2.5 Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang
yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari
tipe-tipe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Kematian juga
membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman,
intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan
suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan
tidak dapat ditutupi.

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)


Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan
tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan
diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang
misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

3. Kehilangan objek eksternal


Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau
bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan benda tersebut.

4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal


Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat
dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode
atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan
memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

5
5. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan
respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang
sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

2.6 Fase-fase Kehilangan dan Berduka


1. Fase Berduka Menurut Kubler Rose
a. Fase penyangkalan ( Denial)
Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan
atau individu tidak percaya, menolak atau tidak menerima kehilangan
yang terjadi. Pernyataan yang sering diucapkan adalah “Itu tidak
mungkin” atau “Saya tidak percaya”. Seseorang yang mengalami
kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya. Tetap merasa
bahwa orang tersebut masih hidup, dia mungkin mengalami halusinasi
melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang biasa
digunakan atau mendengar suaranya. Perubahan fisik seperti letih, pucat,
mual, diare, gangguan pernafasan, lemah, detak jantung cepat, menangis,
gelisah.

b. Fase marah ( Anger )


Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan individu menunjukkan perasaan marah pada diri
sendiri atau kepada orang yang berada dilingkungan nya. Reaksi fisik
yang terjadi pada fase ini antara lain muka merah,nadi cepat, susah tidur,
tangan mengepal, mau memukul, agresif.

c. Fase tawar menawar ( Bergaining )


Pada fase ini Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa
marah akan kehilangan, maka orang tersebut akan maju ketahap tawar
menawar dengan memohon kemurahan Tuhan, individu ingin menunda
kehilangan dengan berkata ”Seandainya saya hati-hati” atau “Kalau saja
kejadian ini bisa ditunda. Maka saya akan sering berdoa”.

6
d. Fase depresi
Pada fase depresi Individu berada dalam suasana berkabung,
karena kehilangan merupakan keadaan yang nyata, individu sering
menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara atau putus asa dan
mungkin sering menangis.

e. Fase penerimaan ( Acceptance )


Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan,
misalnya : “Ya, akhirnya saya harus di operasi, apa yang harus saya
lakukan agar saya cepat sembuh” tanggung jawab mulai timbul dan usaha
untuk pemulihan dapat lebih optimal. Secara bertahap perhatiannya
beralih pada objek yang baru, dan pikiran yang selalu terpusat pada objek
atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Jadi, individu
yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat mengakhiri
proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan nya secara tuntas.

2. Fase kehilangan menurut Engel


a) Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin
menarik diri, duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan.
Reaksi fisik dapat berupa pingsan, diare, keringat berlebih.
b) Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara
tiba-tiba dan mungkin mengalami keputusasaan secara mendadak
terjadi marah, bersalah, frustasi dan depresi.
c) Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup,
marah dan depresi, sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai
bergerak ke berkembangnya keasadaran.

3. Fase berduka menurut Rando


a) Penghindaran
Pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan.
Konfrontasi Pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika
klien secara berulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan
mereka paling dalam.
b) Akomodasi
7
Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang
akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan social sehari-
hari dimana klien belajar hidup dengan kehidupan mereka.

4. Teori Martocchio Martocchio (1985)


Menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang
tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri.
Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan
dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka

1. Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka
cita klien seperti apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan
melalui perilaku. Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar
mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah :
 Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
 Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
 Perilaku koping yang adekuat selama proses

a. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon


kehilangan adalah :
- Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis
dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan
kehilangan.
- Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang
teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
- Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya

8
pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasi kehilangan.
- Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan
orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam
mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991)
- Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah
diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif
terhadap stress yang dihadapi.

b. Faktor Presipitasi Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan


kehilangan.
Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti:
kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi :
- Kehilangan kesehatan
- Kehilangan fungsi seksualitas
- Kehilangan peran dalam keluarga
- Kehilangan posisi di masyarakat
- Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
- Kehilangan kewarganegaraan

c. Mekanisme Koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain
yaitu Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi
yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat
menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang
dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara
berlebihan dan tidak tepat.

d. Respon Spiritual
- Kecewa dan marah terhadap Tuhan
- Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
- Tidak memilki harapan; kehilangan makna

9
e. Respon Fisiologis
- Sakit kepala, insomnia
- Gangguan nafsu makan
- Berat badan turun
- Tidak bertenaga
- Palpitasi, gangguan pencernaan
- Perubahan sistem imun dan endokrin

f. Respon Emosional
- Merasa sedih, cemas
- Kebencian
- Merasa bersalah
- Perasaan mati rasa
- Emosi yang berubah-ubah
- Penderitaan dan kesepian yang berat
- Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau
benda yang hilang
- Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
- Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

g. Respon Kognitif
- Gangguan asumsi dan keyakinan
- Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
- Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
- Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah
pembimbing.

h. Perilaku Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :


- Menangis tidak terkontrol
- Sangat gelisah; perilaku mencari
- Iritabilitas dan sikap bermusuhan

10
- Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang
yang telah meninggal.
- Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin
membuangnya
- Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
- Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
- Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

2. Analisa Data Data Subjektif


a. Merasa putus asa dan kesepian
b. Kesulitan mengekspresikan perasaan
c. Konsentrasi menurun Data objektif
 Menangis
 Mengingkari kehilangan
 Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
 Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
 Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

3. Diagnosa Keperawatan Lynda


Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinics Pratice,
menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang berdasarkan
pada pada tipe kehilangan.
NANDA 2011 diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a. Duka cita
b. Duka cita terganggu
c. Risiko duka cita terganggu

4. Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka :
a. Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.
b. Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.

11
c. Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat
ini.
d. Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
e. Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
f. Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
g. Gunakan komunikasi yang efektif.
1. Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
2. Dorong penjelasan
3. Ungkapkan hasil observasi
4. Gunakan refleksi
5. Cari validasi persepsi
6. Berikan informasi
7. Nyatakan keraguan
8. Gunakan teknik menfokuskan
9. Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang
tersirat h. Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :
 Kehadiran yang penuh perhatian
 Menghormati proses berduka klien yang unik
 Menghormati keyakinan personal klien
 Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten
 Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang
berhubungan dengan kehilangan i. Prinsip Intervensi Keperawatan
pada Pasien dengan Respon Kehilangan
 Bina dan jalin hubungan saling percaya
 Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang
menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil
hikmahnya
 Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
 Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
 Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
 Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
 Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
 Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :

12
a) Fase Pengingkaran
 Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaanny
 Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap
menerima, ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur
terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan
kematian.
b) Fase marah
Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya
secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.

c) Fase tawar menawar


Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan
takutnya.
d) Fase depresi
⁃ Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
⁃ Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e) Fase penerimaan
Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.

Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan


 Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga
anak selama masa berduka.
 Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.
 Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang
diperhatikan oleh orang lain.
 Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka. k.
Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan
(Kematian Anak)
 Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
 Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
 Menyiapkan perangkat kenangan.
 Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.

13
 Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta
tempat mereka minta bantuan bila diperlukan.

5. Evaluasi
a. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
b. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
c. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
d. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat
kehilangan
e. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN KASUS


KEHILANGAN DAN BERDUKA

1. PENGKAJIAN
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan
menikah, sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu
sama lain sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit,
begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil.
Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha semaksimal mungkin
melindungi dan menjaga calon anak mereka itu. Pada suatu hari arza mengalami
kecelakaan yang mengakibatkan arza meninggal. Ibu ningrum mengatakan, hal ini
membuat ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan
dan keluar kamar dia mengurung diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza.
Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain itu dia
sering terbangun dan menangis keras memanggil arza. Saat pengkajian ningrum
tampak lemas, wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah
berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda vital N :
75x/mnt , S : 370C , TD : 120/80 mmHg RR : 24x/mnt

Data Fokus Data subyektif


-
14
Data obyektif
- Ibu klien mengatakan klien merasa sangat
- Klien tampak lemas terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar
kamar
- wajah tampak kusut
- Klien tampak putus asa dan sedih
- Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan memandang foto arza
- Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering
teriak memanggil nama arza.
- Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi.
- Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza
- Klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.
- Tampak kantung mata
- Tanda-Tanda Vital N: 75x/mnt S: 370C TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt

2. ANALISA DATA
Data Fokus Data subyektif
- Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak
mau makan dan keluar kamar
- Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan memandang foto arza.
- Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering
teriak memanggil nama arza.
- Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi.
- Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza
Data obyektif
- Wajah tampak kusut
- Klien tampak putus asa dan sedih
- Klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya
- Tanda-Tanda Vital N: 75x/mnt S: 370C TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt

15
Masalah keperawatan Duka cita terganggu
Data Fokus Data subyektif
- Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak
mau makan dan keluar kamar.
- Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan memandang foto arza
- Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering
teriak memanggil nama arza.
- Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi.
- Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza

Data obyektif
- Klien tampak lemas
- Wajah tampak kusut
- Klien tampak putus asa dan sedih
- Klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya
- Tampak kantung mata
- Tanda-tanda vital N: 75x/mnt S: 370C TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt

Masalah keperawatan Ketidakefektifan koping


Data Fokus Data Subyektif
- Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak
mau makan dan keluar kamar
- Ibu klien mengatakan klien sering

Data Obyektif
- Wajah tampak kusut
- Klien tampak putus asa dan sedih,
- Klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.
- Tanda-tanda vital N: 75x/mnt S: 370C TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt

Masalah keperawatan Isolasi sosial


-

16
3. INTERVENSI
 Tujuan umum : Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.
 Tujuan khusus:
1. Mampu mengungkapkan perasaan berduka
2.Menjelaskan makna kehilangan
3. Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
4. Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif
5. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
6. Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
7. Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya
8. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
9. Klien dapat menerima kehilangan
10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain

4. IMPLEMENTASI
1. Mengingkari
- Jelaskan proses berduka
- Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
- Mendengarkan dengan penuh perhatian
- Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang
dilakukan
- Jangan bantah pengingkaran pasien, tetapi sampaikan fakta
- Teknik komunikasi diam dan sentuhan
- Perhatikan kebutuhan dasar pasien

2. Marah
- Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan
secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
- Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang
normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan.
- Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga.
- Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada
perawat.
- Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahannya.
17
3. Tawar-menawar
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang
tidak rasional
- Berikan dukungan spiritual

4. Depresi
- Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
- Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
- Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan
memegang tangan pasien
- Hargai perasaan pasien
- Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
- Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

5. Penerimaan
- Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
- Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada
ditahap yang sama pada saat yang bersamaan.
- Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan
dilakukan setelah masa berkabung telah dilalui.
- Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan
adalah ziarah (menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

E. EVALUASI
S = Pasien mengatakan sudah bisa menerima keadaan yang sebenarnya
O = 1. Pasien bersedia mendengarkan penjelasan dari petugas
2. Sudah bisa meredam marah
3. Mau berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain
4. Pasien tampak tenang
A = Masalah teratasi
P = Pertahankan intervensi
18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Berduka
merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi
dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun
yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual
maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini
kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan. Peran
perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk
empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi.
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu : Kehilangan seseorang seseorang yang
dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal,
kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan,
membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-
menawar, depresi dan penerimaan.

19
B. SARAN
Saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut :
1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien
pada saat itu.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan, harus diprioritaskan sesuai
dengan kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah.
3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis
maupun yang tidak.

20
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC

Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,


Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri,


Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG

21
LAMPIRAN-LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai