Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Prinsip Legal Dalam Praktik Aspek Hukum


Dalam Keperawatan”

Disusun Oleh :
Kelompok 23
1. Bayu Nur Sofyan (210101083)
2. Riza Ayu Tianda (210101093)
3. Roihani Ulfa Al-Aluf (210101090)
4. Ajeng Veronica (210101089)

Fakultas Kesehatan
Program Studi Sarjana Keperawatan

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU


Tahun Ajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Prinsip Legal dalam Praktik Aspek Hukum dalam
Keperawatan” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusid dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1...............................................................................................................Latar
Belakang...............................................................................................1
1.2...............................................................................................................Rum
usan Masalah........................................................................................2
1.3...............................................................................................................Tujua
n Masalah..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1...............................................................................................................Malp
raktek....................................................................................................3
2.2...............................................................................................................Kelal
aian........................................................................................................4
2.3...............................................................................................................Perta
nggunggugatan dan Pertanggungjawaban............................................4
2.4...............................................................................................................Situa
si yang harus dihindari oleh perawat....................................................5
2.5...............................................................................................................Perli
ndungan Hukum dalam praktek keperawatan.......................................6

BAB III PENUTUP


3.1...............................................................................................................Kesi
mpulan..................................................................................................12
3.2...............................................................................................................Saran
..............................................................................................................12

iii
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan
adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman,
efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka
masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan.
Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik
profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih
juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan
semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya bertanggung jawab terhadaptindakanyangdilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada
kewenangan yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
globalisasi sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Kesehatan no 23 tahun
1992. Praktik keperawatan merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui registrasi, seritifikasi, akreditasi pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
serta pemantauan terhadap tenaga keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi. Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian
pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada
diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang
melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan
(Cohen, 1996), maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan
ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg dan Swansburg,

1
1999) dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
baik di rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh
perawat. Hasil penelitian Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan
perawat di Puskesmas, ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan
adalah kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes, 2005) dan 60% tenaga
kesehatan adalah perawat yang bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan
kesehatan dengan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak
pertama dengan sistem klien (1).

1.2. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
makalah ini, sebagai berikut :
1. seperti apakah prinsip-prinsip dalam praktek legal dalam keperawatan ?
2. bagaimanakah perlindungan hukum dalam praktik keperawatan ?
3. mengapa dalam praktek keperawatan perlunya perlindungan hukum
keperawatan ?

1.3. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui batas standar pelauanan keperawatan.
2. Menilai mana yang boleh dan tidaknya perawat untuk menjalankan praktik
keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Malpraktek
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan
standar profesi atau standar prosedur oprasional.Untuk malpraktek kedokteran
juga dapat dikenai hukum kriminal. Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang
dokter yang menangani sebuah kasus telah melanggar undang-undang hukum
pidana. Perbuatan ini termasuk ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis,
penggunaan ilegal obat-obatan, pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan
yang lalai, dan tindakan pelecehan seksual pada pasien.
Adapun pengertian dari malprakrek lainnya adalah kelalaian dari seorang
dokter atau perawat untuk menterapkan tingkat ketrampilan dan pengetahuannya
di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang
pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau
terluka di lingkungan wilayah yang sama. Ellis dan Hartley (1998)
mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang spesifik dari
kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada seseorang yang telah terlatih atau
berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekejaannya.
Terhadap malpraktek dalam keperawatan maka malpraktik adalah suatu batasan
yang dugunakan untuk menggambarkan kelalaian perawat dalam melakukan
kewajibannya.
Tindakan yang termasuk dalam malpraktek
1.    Kesalahan diagnosa
2.    Penyuapan
3.    Penyalahan alat
4.    Pemberian dosis obat yang salah
5.    Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril.

3
Dampak yang terjadi akibat malpraktek
a) Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang
permanen.
b) Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa
bersalah.
c) Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
d) Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
e) Dari segi agama mendapat dosa.
f) Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan
professional.

2.2.  Kelalaian
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika ia
bertindak tak acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana
lazimnya. Akan tetapi, jika kelalaian itu telah mencapai suatu tingkat tertentu
sehingga tidak memperdulikan jiwa orang lain maka hal ini akan membawa akibat
hukum, apalagi jika sampai merenggut nyawa, maka hal ini dapat digolongkan
sebagai kelalaian berat. Kelalaian adalah suatu sikap seseorang dimana dalam
melakukan suatu tindakan ia tidak berhati-hati. Dari pengertian diatas dapat
diartikan bahwa kelalaian dapat bersifat ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang
hati - hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain
tetapi akibat tindakan bukanlah tujuannya. Kelalaian bukan suatu pelanggaran
hukum atau kejahatan. Jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau
cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimannya, namun jika kelalaian
itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan atau bahkan merenggut nyawa
orang lain ini diklasifikasikan sebagai kelalaian berat, serius dan criminal.

2.3.  Pertanggunggugatan Dan Pertanggungjawaban


2.3.1. Pertanggunggugatan

4
Pertanggunggugatan Yaitu suatu tindakan gugatan apabila terjadi suatu
kasus tertentu.
Contoh: Ketika dokter memberi instruksi kepada perawat untuk
memberikan obat kepada pasien tapi ternyata obat yang diberikan itu salah, dan
mengakibatkan penyakit pasien menjadi tambah parah dan dapat merenggut
nyawanya. Maka, pihak keluarga pasien berhak menggugat dokter atau perawat
tersebut.

2.3.2. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima
seseorang atas perbuatannya.
Contoh: Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan
pihak keluarga pasien tidak terima karena kondisi pasien semakin parah maka,
dokter akan bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaiannya.

2.4. Situasi Yang Harus Dihindari Oleh Perawat


2.4.1.Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan
cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak
melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan
cedera.
2.4.2.Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena
mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak
berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.
2.4.3.Fitnah.
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan
orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda
menyatakan secara verbal atau tertulis.
2.4.4.False imprisonment

5
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepatmerupakan
pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau
bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga
termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan
sesuai dengan perintah dokter.
2.4.5.Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh
orang lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti
secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu
atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan
menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.
2.4.6.Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.
Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah
tindakan yang melawan hukum.
2.4.7.Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda
terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta
perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang
dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan.
Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap
penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya
ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa
puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal
dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga
keamanan dan keselamatan pasiennya.

2.5. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan


2.5.1.Masalah Dalam Praktek Keperawatan
Masalah kesehatan di Indonesia sangat memprihatinkan mulai dari
munculnya penyakit – penyakit degenaratif, bencana alam dan kemiskinan yang

6
semuanya itu membuat masyarakat harus dikelilingi oleh kondisi kesehatan yang
kurang baik. Kondisi ini diperburuk oleh kurangnya tenaga kesehatan perawat
yang tersebar didaerah – daerah terpencil akibat tidak rasionalnya penempatan
tenaga kesehatan didaerah – daerah terpencil maupun daerah – daerah sangat
terpencil. Selain itu masalah – masalah sosial, ekonomi, politik dan keamanan
yang mempengaruhi penduduk, khususnya keluarga miskin untuk dapat
menjangkau pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.
Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005) menunjukkan, bahwa
sebagian besar perawat (56.1%) melakukan asuhan keperawatan dalam gedung
Puskesmas dengan baik, (55.29%) melakukan asuhan keperawatan keluarga dan
(52.4%) sudah menerapkan asuhan keperawatan pada kelompok dengan baik.
Disamping itu, perawat juga melakukan tugas lain, antara lain menetapkan
diagnosis penyakit (92.6%); membuat resep obat (93.1%); melakukan tindakan
pengobatan di dalam maupun di luar gedung puskesmas (97.1%); melakukan
pemeriksaan kehamilan (70.1%); melakukan pertolongan persalinan (57.7%). Hal
ini terjadi tidak saja di Puskesmas terpencil tetapi juga di Puskesmas tidak
terpencil. Selain itu (78.8%) perawat melaksanakan tugas petugas kebersihan dan
(63.6%) melakukan tugas administrasi antara lain sebagai bendahara(1).
Tumpang tindih pada tenaga keperawatan maupun dengan profesi
kesehatan lainnya merupakan hal yang sering sulit untuk dihindari dalam praktik,
terutama terjadi dalam keadaan darurat maupun karena keterbatasan tenaga di
daerah terpencil. Dalam keadaan darurat, perawat yang dalam tugasnya sehari-hari
berada disamping klien selama 24 jam, sering menghadapi kedaruratan klien,
sedangkan dokter tidak ada. Dalam keadaan seperti ini perawat terpaksa harus
melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya demi
keselamatan pasien. Tindakan ini dilakukan perawat tanpa adanya delegasi dan
protapnya dari pihak dokter dan atau pengelola Rumah Sakit. Keterbatasan tenaga
dokter terutama di Puskesmas yang hanya memiliki satu dokter yang berfungsi
sebagai pengelola Puskesmas, sering menimbulkan situasi yang mengharuskan
perawat melakukan tindakan pengobatan. Tindakan pengobatan oleh perawat yang
telah merupakan pemandangan umum di hampir semua Puskesmas terutama yang

7
bearada di daerah tersebut dilakukan tanpa adanya pelimpahan wewenang dan
prosedur tetap yang tertulis. Dengan pengalihan fungsi perawat ke fungsi dokter,
maka sudah dapat dipastikan fungsi perawat akan terbengkalai dan tentu saja hal
ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara professional.

2.5.2. Alasan Perlunya Perlidungan Hukum Dalam Praktek Keperawatan


Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan
dibutuhkan. Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar
dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan
pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan
hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada
kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan
cenderung menjadi objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan,
sikap rasional, etis dan profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin,
kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.
Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas,
kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi,
pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi
profesi, fleksibilitas, efisiensi dankeselarasan.

2.5.3. Fungsi Hukum Dalam Pelayanan Keperawatan


Adapun fungsi hukum dalam pelayanan keperawatan yaitu, sebagai
berikut:
a) Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
b) Membedakan tanggungjawab dengan profesi yang lain
c) membantu mempertahankan standar praktik keperawatan dengan
meletakan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

2.5.4. Undang – Undang Dalam Praktek Keperawatan


Berikut beberapa undang – undang tentang praktek keperawatan :
1. UU No. 6 tahun 1963 tentan Tenaga Kesehatan.

8
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. Undang- undang
ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga
sarjana meliputi dokter, apoteker, dan dokter gigi. Tenaga perawat
termasuk tenaga yang bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan
pendidikan rendah. UU ini boleh dikatan sudah usang, karena dalam UU
ini juga tercantum berbagai jenis tenaga sarjan keperawatan seperti
sekarang ini.
2. UU Kesehatan No. 18 tahun 1964 mengatur tentang Wajib Kerja
Paramedis.
Pada pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda,
menengah, dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah
selama 3 tahun. Dalam UU ini, lagi- lagi posisi perawat dinyatakan
sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk
dokter.
3. Dalam SK Menkes No. 262/Per/Vll/1979 tahun 1979 yan membedakan
paramedis menjadi dua golongan yaitu golongan medis keperawatan
(termasuk bidan) dan paramdis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu
hal yang perlu dicatat di sini bahwa tenaga bidan tidak terpisah tetapi juga
termasuk katagori keperawatan.
4. Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980, pemerintah
membuat suatu peryataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan
dan bidan.
5. Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
94/Menpan/1986, tangal 4 nopenber 1986 menjelaskan jabatan fungsional
tenaga keperawatan dan system kredit poin. Sistem ini menguntungan
perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada
pangkat/golongan atasannya.
6. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 merupakan UU yang banyak memberi
kesempatan bagi perkembangan keperawatan termasuk praktik
keperawatan profesional, kerena dalam UU ini dinyatakan tentang standar

9
praktik, hak- hak pasien, kewenagan, maupun perlindungan hukum bagi
profesi kesehatan termasuk keperawatan.
a) Beberapa peryataan UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 yang dapat
dipakai sebagai acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah:
Pasal 53 ayat 1 mengatakan ; Tenaga kesehatan berhak memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
b) Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar
profesi dan hak- hak pasien ditetepkan dengan peraturan pemerintah.
c) Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas
menyelengarakan atau melaksakan kegiatan sesuai dengan bidang
keahlian dan kewenagannya.
d) Sedangkan pada pasal 53 ayat 3 menyatakan bahwa ; Tenaga
kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan
medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan
keselamatan yang bersangkutan(3).

2.5.5. Subtansi RUU Praktik Keperwatan


Secara garis besar hal-hal substansial yang dimuat dan ditampung dalam
rancangan Undang-Undang Praktik Keperawatan ini antara lain menyangkut:
1. Pengaturan kompetensi seorang tenaga keperawatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
2. Pengaturan ijin praktik kaitannya dengan sertifikasi, registrasi dan lisensi.
3. Akreditasi tempat praktik dan orang-orang yang bertangung jawab terhadap
praktik.
4. Pengaturan tentang keterkaitan antarapraktik dengan penelitian.
5. Pengaturan penetapan kebijakan yang sekarang ini ada pada departemen
kesehatan.
6. Ketatalaksanaan hubungan antara pasien dengan perawat
7. Penerapan ilmu kaitannya dengan penapisan ilmu pengetahuan dan
tehnologi.

10
8. Pemberian sanksi disiplin(4).

2.5.6. Undang - Undang Praktik Keperawatan Di Negara Tetangga.


Negara-negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore,
Malaysia, sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing
Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu. Mereka siap untuk melindungi
masyarakatnya dan lebih siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing yang
masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain. Ketika
penandatanganan Mutual Recognition Arrangement di Philippines tahun 2006,
posisi Indonesia, bersama dengan Vietnam, Laos dan Myanmar, yang belum
memiliki Konsil Keperawatan. Semoga apa yang dilakukan oleh PPNI dapat
mengangkat derajad bangsa ini dengan negara lain, khususnya dalam pelayanan
kesehatan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan
standar profesi atau standar prosedur oprasional. Mal praktek juga dapat
diartikansebagai kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menterapkan
tingkat ketrampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan
pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam
mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang
sama. Dampak dari malpraktek diantaranya :
1. Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang
permanen.
2. Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa
bersalah.
3. Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
4. Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
5. Dari segi agama mendapat dosa.
6. Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan
professional.

Kemudian perlindungan hukum dipraktek keperawatan bertujuan


mengendalikan cakupan praktek keperawatan, ketentuaan, perizinan bagi perawat,
dan standar asuhan adalah melindungi kepentingan masyarakat .perawat yang
mengetahui dan menjalankan undang-undang praktik perawat serta standar asuhan
akan memberikan layanan keperawatan yang aman dan kompeten.

3.2. Saran
1. Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam melakukan
suatu tindakan agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian
yang fatal akibatnya.

12
2. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan
partisipatif semua pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran
Praktik Keperawatan berorientasi kepada pelayanan yang bermutu.
3. Perlu adanya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang
diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap
mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah dipahami dan
dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik keperawatan menyangkut
berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktif dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut.
4. Setelah mengatahui perkembangan UU yang mengatur tentang praktek keper
awatan, sebagai calon perawat atau mahasiswa keperawatan harus
meningkatkan mutu belajar agar memiliki kemampuan berpikir rasional
dalam menyalankan tugas sebagai perawat profesional.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://irh4mgokilz.wordpress.com/tag/makalah-malpraktek-keperawatan/

http://b11nk.wordpress.com/2010/11/21/aspek-etik-dan-legal-dalam-praktik-
keperawatan/?wref=tp

http://kelompokxii-ikd1.blogspot.com/2011/01/perlindungan-hukum-dalam-
praktik.html

http://dachi-dachistikes.blogspot.com/2011/01/makalah-perlindungan-hukum-
dalam.html

14

Anda mungkin juga menyukai