Anda di halaman 1dari 12

KASUS MALPRAKTEK DIBIDANG KESEHATAN

Nama : Kharir Ratnawati

NIM : ...

BADAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN MALANG
Jl. Sodanco Supriadi No. 22 Malang 65147 Jawa Timur
Telepon : 0341-351275 Faximile: 0341-351310
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Etika Profesi dengan judul ”Makalah
Malpraktik Di Bidang Kesehatan”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen mata kuliah Etika Profesi kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Gresik, 08 November 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 1
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Malpraktik ............................................................................................................... 5
2.2 Bentuk-Bentuk Malapraktik...................................................................................................... 6
2.3 Contoh kasus malpraktek .......................................................................................................... 7
2.4 Pencegahan Kasus Malapraktik ............................................................................................... 8
2.5 Upaya menghadapi tuntutan hukum ........................................................................................ 8
BAB III....................................................................................................................................................... 10
PENUTUP.................................................................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 10
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 10

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sorotan masyarakat yang cukup tajam atas jasa pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan, khususnya dengan terjadinya berbagai kasus yang menyebabkan
ketidakpuasan masyarakat memunculkan isu adanya dugaan malpraktek medis yang
secara tidak langsung dikaji dari aspek hukum dalam pelayanan kesehatan, karena
penyebab dugaan malpraktek belum tentu disebabkan oleh adanya kesalahan/kelalaian
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Dewasa ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan
yang sangat pesat menuju kepada perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses
ini merupakan suatu proses berubah yang sangat mendasar dan konsepsional, yang
mencakup seluruh aspek keperawatan baik aspek pelayanan/asuhan keperawatan, aspek
pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tehnologi, serta
kehidupan keprofesian dalam keperawatan. Perkembangan keperawatan menuju
perkembangan keperawatan sebagai profesi dipengaruhi oleh berbagai perubahan yang
cepat sebagai akibat tekanan globalisasi yang juga menyentuh perkembangan
keperawatan profesional termasuk tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi keperawatan yang pada hakekatnya harus diimplementasikan pada
perkembangan keperawatan profesional di Indonesia (Ma’rifin Husin, 2002).

Perkembangan keperawatan dapat mengacu terjadinya malapraktik, sehingga


terdapat berbagai hukum yang mengatur dan cara penanganan malapraktik. Oleh karena
itu dalam makalah ini akan di bahas mengenai kasus malapraktik.

1.2 Rumusan Masalah

3
1. Apa itu malpraktik?
2. Apa saja bentuk-bentuk malpraktik?
3. Apa contoh kasus malpraktek di Indonesia?
4. Bagaimana pencegahan malpraktik?
5. Bagaimana cara menghadapi tuntunan hukum ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian malpraktek
2. Menjelaskan bentuk-bentuk malpraktik di bidang pelayanan kesehatan
3. Memberikan contoh kasus malpraktik di Indonesia.
4. Memahami upaya pencegahan malpraktek
5. Mengetahui cara menghadapi tuntutan hokum

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Malpraktik

Malpraktek (malapraktek) atau malpraktik terdiri dari suku kata mal dan
praktik atau praktek. Mal berasal dari kata Yunani, yang berarti buruk. Praktik
(Kamus Umum Bahasa Indonesia, Purwadarminta, 1976) atau praktik (Kamus
Dewan Bahasa dan Pustaka kementrian Pendidikan Malaysia, 1971) berarti
menjalankan perbuatan yang tersebut dalam teori atau menjalankan pekerjaan
(profesi). Pengertian Malapraktik
Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “praktik”
mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktik berarti
“pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Definisi malpraktik profesi kesehatan
adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat
kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang
lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los
Angelos, California, 1956). Pengertian malpraktik medik menurut WMA (World
Medical Associations) adalah Involves the physician’s failure to conform to the
standard of care for treatment of the patient’s condition, or a lack of skill, or
negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury
to the patient (adanya kegagalan dokter untuk menerapkan standar pelayanan terapi
terhadap pasien, atau kurangnya keahlian, atau mengabaikan perawatan pasien,
yang menjadi penyebab langsung terhadap terjadinya cedera pada pasien).
Jadi, malpraktik berarti menjalankan pekerjaan yang buruk kualitasnya,
tidak lege artis, tidak tepat. Malpraktik tidak hanya terdapat dalam bidang
kedokteran, tetapi juga dalam profesi lain seperti perbankan, pengacara, akuntan
publik, dan wartawan. Dengan demikian, malpraktik medik dapat diartikan sebagai

5
kelalaian atau kegagalan seorang dokter atau tenaga medis untuk mempergunakan
tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam
mengobati pasien atau orang cedera menurut ukuran di lingkungan yang sama.1
Kelalaian tersebut tidak hanya berfokus kepada profesi dokter saja, akan
tetapi berlaku juga untuk tenaga medis lainnya, dalam skripsi ini yang dibahas
adalah bidan yang sebagai salah satu tenaga medis yang berprofesi.

2.2 Bentuk-Bentuk Malapraktik

Adapun bentuk-bentuk malpraktek ditinjau dari segi etika profesi dan segi
hukum dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu malpraktek etik (ethical
malpractice) dan malpraktek yuridis (yuridical malpractice).
a. Malpraktek Etik, yaitu tenaga kesehatan melakukan tindakan yang
bertentangan dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan. Misalnya
seorang bidan yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika
kebidanan. Etika kebidanan yang dituangkan dalam Kode Etik Bidan
merupakan seperangkat standar etis, prinsip, aturan atau norma yang
berlaku untuk seluruh bidan.
b. Malpraktek Yuridis
Soedjatmiko membedakan malpraktek yuridis ini menjadi tiga bentuk, yaitu
malpraktek perdata (civil malpractice), malpraktek pidana (criminal
malpractice) dan malpraktek administratif (administrative malpractice).
1. Malpraktek Perdata (Civil Malpractice)
Malpraktek perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang
menyebabkan tidak terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam
transaksi terapeutik oleh tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan
melanggar hukum (onrechtmatige daad), sehingga menimbulkan
kerugian kepada pasien. Dalam malpraktek perdata yang dijadikan

6
ukuran dalam melpraktek yang disebabkan oleh kelalaian adalah
kelalaian yang bersifat ringan (culpa levis). Karena apabila yang terjadi
adalah kelalaian berat (culpa lata) maka seharusnya perbuatan tersebut
termasuk dalam malpraktek pidana. Contoh dari malpraktek perdata,
misalnya seorang dokter yang melakukan operasi ternyata
meninggalkan sisa perban didalam tubuh si pasien. Setelah diketahui
bahwa ada perban yang tertinggal kemudian dilakukan operasi kedua
untuk mengambil perban yang tertinggal tersebut. Dalam hal ini
kesalahan yang dilakukan oleh dokter dapat diperbaiki dan tidak
menimbulkan akibat negatif yang berkepanjangan terhadap pasien.
2. Malpraktek Pidana
Malpraktek pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau
mengalami cacat akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati. Atau kurang
cermat dalam melakukan upaya perawatan terhadap pasien yang
meninggal dunia atau cacat tersebut.
3. Malpraktek Administratif
Malpraktek administrastif terjadi apabila tenaga kesehatan
melakukan pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang
berlaku, misalnya menjalankan praktek bidan tanpa lisensi atau izin
praktek, melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan lisensi atau
izinnya, menjalankan praktek dengan izin yang sudah kadaluarsa, dan
menjalankan praktek tanpa membuat catatan medik.

2.3 Contoh kasus malpraktek

Peristiwa nahas menimpa seorang bocah laki-laki berinisial MI (9). Ujung


alat vitalnya tak sengaja terpotong dan tidak bisa disambung lagi saat sedang
menjalani proses khitan. Kejadian ini berlangsung di Kabupaten Pekalongan, Jawa
Tengah. Menurut laporan penyidik, kala itu pelaku menggunakan ala khitan laser
dan mengaku idak memiliki izin resmi sebagai perawat medis, termasuk sebagai juru
khitan.

7
Tak terima dengan nasib malang yang menimpa sang anak, pihak keluarga
langsung melaporkan seorang tersangka berinisial B atas dugaan malpraktik. Pihak
kepolisian menjelaskan, selama ini tersangka tidak pernah memasan papan praktik
khitan di kediamannya. Kendati demikian, nama B cukup populer di kalangan warga
sebagai juru khitan. Ia juga kerap terlibat dalam acara sunatan massal.

2.4 Pencegahan Kasus Malapraktik

1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan


Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis
karena adanya malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya
selalu bertindak hati-hati, yakni:
a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya,
karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan
perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).
b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala
kebutuhannya.
f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan
masyarakat sekitarnya.

2.5 Upaya menghadapi tuntutan hukum

Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan


sehingga perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan
seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan
kelalaian tenaga kesehatan.
Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice, maka
tenaga kesehatan dapatmelakukan:

8
a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/
menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak
menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat
mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi
merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan
bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimana
disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.
b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan
mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni
dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur
pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk
membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan
bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa.

Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan


jasa penasehat hukum, sehinggayang sifatnya teknis pembelaan diserahkan
kepadanya.
Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat
digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah
mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam lain pasien atau
pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa
tergugat (perawat) bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami
penggugat. Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah,
utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa
loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan
kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara
menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage),
sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang
kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga perawatan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah menjabarkan pembahasan dari masalah makalah ini, maka dapat
disimpulkan bahwa malapraktik adalah kelalaian seseorang dalam merawat atau
mengobati. Dalam malapraktik ada dua istilah yaitu kelalaian dan malapraktik
sendiri, tetapi keduannya tidak sama karena malapraktik sifatnya lebih spesifik.
Dalam menangani kasus mala praktik, hukum di Indonesia menggunakan hukum
substantive yaitu hokum pidana, hokum perdata dan hokum administrasi dalam
kasus maulana dalah salah satu koban malapraktik.Dia seorang bayi sehat yang
mendapat imunisasi tiga sekaligus.Setelah imunisasi maulana mengalami
penurunan kesehatan yang akhirnya membuat maulana lumpuh.Orang tua
maulana mengguagat tetapi gagal.Dari kasus ini belum ada penyelesaian ataupun
ganti rugi dari pihak kesehatan.
3.2 Saran
Adapun saran penulis adalah sebagai berikut :
1. Sebagai jasa layanan kesehatan lebih bertanggung jawab dengan
apa yang dilakukan.
2. Sebaiknya lakukanlah layanan kesehatan secara hati-hati dan
professional.
3. Sebagai pengguan jasa layanan kesehatan (masyarakat)
sebaiknya lebih teliti dalam mengurusi masalah kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, Crisdiono M. 2007. Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan
Zaman.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

10
Chazawi, Adami. 2007. Malpraktik Kedokteran: Tinjauan Norma dan Doktrin Hukum.
Malang:Bayumedia.
Guwandi, J. 2008. Hukum dan Dokter. Jakarta: Sagung Seto.
Hanafiah, M Jusuf & Amri Amir. 2007. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kesehatan.
Hiariej, Eddy OS. 2016. Prinsip-prinsip Hukum Pidana, Edisi Revisi. Yogyakarta: Cahaya
Atma Pustaka.
Marzuki, Peter Mahmud. 2016. Penelitian Hukum (edisi revisi cetakan ke 12).
Jakarta:Kencana.

11

Anda mungkin juga menyukai