Anda di halaman 1dari 27

ILMU KEPERAWATAN DASAR 1

ISU ETIK KEPERAWATAN: ABORSI

Oleh:

Dina Nurlailati Karamina

Kornelia Riskah

Yohanes Ransan

Fakultas Kedokteran

Jurusan Keperawatan Regular B

Universitas Tanjung Pura

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Sebagaimana telah diketahui bahwa mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar


merupakan pendidikan yang sangat penting bagi seorang calon perawat yang
profesional.

Hal yang akan kami diskusikan dalam makalah ini mengenai Isu Etik
Keperawatan: ABORSI. Seperti yang kita tahu, aborsi adalah tindakan yang
kriminal atau biasa dibilang pengguguran janin. Di makalah ini, kami
membahas isu etik keperawatan, macam-macam aborsi yang belum kita
ketahui, serta pandangan dari berbagai sisi mengenai aborsi.

Daftar isi:

Kata Pengantar

Daftar Isi
1. BAB I :
Pendahuluan……………………………………………………….
2. Latar
Belakang…………………………………………………………….4
3. Tujuan
Penulisan………………………………………………………….4
4. BAB II :
Pembahasan………………………………………………………..
5. Pengertian
Aborsi……………………………………………………………6
6. Macam-macam
Aborsi………………………………………………………6
7. Aborsi menurut Isu Etik Keperawatan
8. Aborsi menurut Ilmu Pengetahuan
9. Aborsi menurut Hukum di Indonesia
10. Aborsi menurut Hak Asasi Manusia
11. Aborsi menurut Pandangan Masyarakat
12. Aborsi menurut Pandangan Agama
13. Contoh Kasus-kasus Aborsi
14. BAB III :
Penutup……………………………………………………………
15. Kesimpulan……………………………………………………………
….14
16. Saran……………………………………………………………………
…15

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk pasien/klien
baik secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan
memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang komprehensi.
Sebagai tenaga yang professional melaksanakan tugasnya diperlukan suatu
sikap yang menjamin terlaksanya tugas tersebut dengan baik dan tanggung
jawab secara moral.

Perkembangan pendidikan harus juga didasarkan dengan isu etik dalam


praktek keperawatan. Dimana etika merupakan peraturan atau norma yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan
dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseotang dan
merupakan kewajiban dan tanggung jawab moral.

Abortus merupakan suatu masalah kontroversi yang sudah ada sejak sejarah
di tulis orang. Kontroversi karena di satu pihak abortus ada di masyarakat.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya jamu dan obat-obat peluntur serta
dukun pijat untuk mereka yang terlambat bulan. Di pihak lain abortus tidak
dibenarkan oleh agama. Bahkan dicaci, dimaki dan dikutuk sebagai
perbuatan tidak bermoral. Pembicaraan tentang abortus dianggap tabu. Sulit
ditemukan seorang wanita yang secara sukarela mengaku bahwa ia pernah di
abortus, karena malu.

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan


sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
abortus dianggap sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Abortus dapat
berlangsung spontan secara alamiah atau buatan. Abortus buatan ialah
pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu dengan obat-obatan atau dengan
tindakan medik.

Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak


dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-
kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik
tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid.
Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat
mencapai angka 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini,
terlambat haid beberapa hari, sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui
bahwa ia sudah hamil. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-
tahun. Dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000 abortus spontan.

1. TUJUAN
2. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini supaya tenaga kesehatan
umumnya dan Mahasiswa keperawatan khususnya dapat memahami
tentang Abortus dan kaitannya dengan Hukum kesehatan.

2. Tujuan Khusus
3. Mengetahui dan menjelaskan definisi dari Abortus
4. Mengetahui dan menjelaskan macam-macam Abortus
5. Mengetahui aborsi menurut pandangan dari berbagai sisi

BAB II

PEMBAHASAN

ABORSI
1. Pengertian

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan


istilah ”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan
sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Aborsi
provocatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan
kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Menurut Fact Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute For
Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan” aborsi
didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur
(ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai 20
minggu.

Di Indonesia belum ada batasan resmi mengenai pengguguran kandungan


(aborsi). Aborsi didefenisikan terjadinya keguguran janin, melakukan aborsi
sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tidak mengiginkan
bakal bayi yang dikandung itu). (Js. Badudu, dan Sultan Mohamad
Zair,1996).

1. Macam-Macam Aborsi

Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara
alami, tanpa intervensi tindakan medis (aborsi spontanea), dan aborsi yang
direncanakan melalui tindakan medis dengan obat-obatan, tindakan bedah,
atau tindakan lain yang menyebabkan pendarahan lewat vagina (aborsi
provokatus). (Fauzi, et.al., 2002)

Jika merujuk dari segi kedokteran atau medis, keguguran adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.

Pembagian yang berdasarkan waktu:


1. ME (Menstrual Extraction)

Dilakukan 6 minggu dari menstruasi terakhir dengan penyedotan. Tindakan


aborsi ini sangat sederhana dan secara psikologis juga tidak terlalu “berat”
karena masih dalam bentuk gumpalan darah, belum berbentuk janin.
1. Diatas 12 minggu, masih dianggap normal dan termasuk tindakan aborsi
yang sederhana.
2. Aborsi diatas 18 minggu. Tidak dilakukan di klinik tetapi di rumah sakit
besar. Tetapi bagi kalangan pecandu atau pekerja seks aborsi seringkali
terjadi saat usia kehamilan sudah diatas 18 minggu. Biasanya mereka
akan mendatangi klinik-klinik yang mereka ketahui dan mereka
seringkali tidak memikirkan efek samping bagi tubuh mereka sendiri.
Mereka melakukan aborsi ini karena mereka tidak menginginkan
kehamilan tersebut dan terkadang mereka melakukan ini karena tidak
ingin menularkan virus pada bayi mereka.
Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran
spontan (spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi
provocatus), meskipun secara terminologi banyak macam aborsi yang bisa
dijelaskan (C. B. Kusmaryanto, 2002), menguraikan berbagai macam aborsi,
yang terdiri dari:
1. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi Prvocatus/
Induced Abortion, yaitu penghentian hasil kehamilan dari rahim sebelum
janin bisa hidup diluar kandungan.
2. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi
hidup di luar kandungan (viabilty).
3. Aborsi Therapeutic/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan dengan
indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau tubuhnya yang
tidak bisa dikembalikan.
4. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa
hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain therapeutik,
dan dilarang oleh hukum.
5. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari
kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit ginetis.
Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan
keturunan hanya yang unggul saja.
6. Aborsi langsung – tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis) yang
tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada dalam rahim
sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung ialah suatu tindakan (intervensi
medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsinya sendiri tidak
dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam tindakan itu.
7. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang
dikandung tidak memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi ini banyak
dilakukan wanita yang mengadakan ”Pre natal diagnosis” yakni
diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.
8. Embryo reduction (pengurangan embrio), pengguguran janin dengan
menyisahkan satu atau dua janin saja, karena dikhawatirkan mengalami
hambatan perkembangan, atau bahkan tidak sehat perkembanganya.
9. Partia Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam
istilah medis dikenal dengan nama dilation and extaction. Cara ini
pertama-tama adalah dengan cara memberikan obat-obatan kepada
wanita hamil, tujuan agar leher rahim terbuka secara prematur.
Dalam ilmu kedokteran aborsi dibagi atas dua golongan (Taber Ben-zion,
1994) :
1. Aborsi Spontanus atau ilmiah Aborsi terjadi dengan sendirinya tanpa
adanya pengaruh dari luar baik factor mekanis ataupun medisinalis.
Misalnya karena sel sperma atau sel telur tidak bagus kualitasnya, atau
karena ada kelalaian bentuk rahim. Dapat juga disebabkan oleh karena
penyakit, misalnya penyakit syphilis, infeksiakut dengan disertai demam
yang tinggi pada penyakit malaria. Aborsi spontanus dapat juga terjadi
karena sang ibu hamil muda, sementara ia melakukan pekerjaan yang
berat-berat ataupun keadaan kandungan yang tidak kuat dalam rahim
karena usia wanita yang terlalu muda hamil utaupun terlalu tua.

Aborsi spontan dibagi atas:


1. Aborsi komplitus

artinya keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20


minggu.
2. Aborsi habitualis

Artinya aborsi terjadi 3 atau lebih aborsi spontan berturut-turut. Aborsi


habitualis ini dapat terjadi juga jika kadangkala seorang wanita mudah sekali
mengalami keguguran yang disebabkan oleh ganguan dari luar yang amat
ringan sekali, misalnya terpeleset, bermain skipping (meloncat dengan tali),
naik kuda, naik sepeda dan lain-lain. Bila keguguran hampir tiap kali terjadi
pada tiap-tiap kehamilan, maka keadaan ini disebut “aborsi habitualis” yang
biasanya terjadi pada kandungan minggu kelima sampai kelimabelas.
3. Aborsi inkomplitus

artinya keluar sebagian tetapi tidak seluruh hasil konsepsi sebelum umur
kehamilan lengkap 20 minggu.
4. Aborsi diinduksi

Yaitu penghentian kehamilan sengaja dengan cara apa saja sebelum umur
kehamilan lengkap 20 minggu dapat bersifat

terapi atau non terapi.


5. Aborsi insipiens

Yaitu keadaan perdarahan dari interauteri yang terjadi dengan dilatasi serviks
kontinu dan progresif tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi sebelum umur
kehamilan 20 minggu.
6. Aborsi terinfeksi

Yaitu aborsi yang disertai infeksi organ genital.


7. Missed Abortion

Yaitu aborsi yang embrio atas janinnya meninggal. Dalam uterus sebelum
umur kehamilan lengkap 20 minggu tetapi hasil konsepsi tertahan dalam
uterus selama 8 minggu atau lebih.
8. Aborsi septik

Yaitu aborsi yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dari


produknya ke dalam sirkulasi sistematik ibu.

1. Aborsi Provokatus

Yaitu aborsi yang disengaja, yang dilakukan dengan maksud dan


pertimbangan tertentu baik dengan memakai obat-obatan atau alat karena
kandungan tidak dikehendaki. Aborsi provocatus terdiri dari (Ediwarman,
1996) :
1. Provocatus therapeutics/ aborsi medicalis

Yaitu aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia. Dapat terjadi baik
karena di dorong oleh alasan medis, misalnya karena wanita yang hamil
menderita suatu penyakit. Aborsi provokatus dapat juga dilakukan pada saat
kritis untuk menolong jiwa si ibu, kehamilan perlu diakhiri, umpamanya pada
kehamilan di luar kandungan, sakit jantung yang parah, penyakit TBC yang
parah, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker leher rahim. Indikasi
untuk melakukan aborsi provokatus therapeuticum sedikit-dikitnya harus
ditentukan oleh dua orang dokter spesialis, seorang dari ahli kebidanan dan
seorang lagi dari ahli penyakit dalam atau seorang ahli penyakit jantung.
2. Aborsi provokatus criminalis
Inilah aborsi yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh si ibu maupun oleh
orang lain dengan persetujuan si ibu hamil. Hal ini dilakukan dengan alasan-
alasan tertentu, misalnya malu mengandung karena hamil di luar nikah.
Aborsi ini biasanya dilakukan demi kepentingan pelaku, baik itu dari wanita
yang mengaborsikan kandungannya ataupun orang yang melakukan aborsi
seperti dokter secara medis ataupun dilakukan oleh dukun beranak yang
hanya akan mencari keuntungan materi saja.

Faktor-faktor ABORSI

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya abortus diantaranya adalah


sebagai berikut:
1. Etiologi dari keadaan patologis

Abortus spontan yang terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran. Prosentase abortus ini 20% dari semua jenis abortus. Sebab-sebab
abortus spontan yaitu :

1. Faktor Janin

Perkembangan Zigot yang abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan


pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin ini tidak mungkin hidup
terus. Abortus spontan yang disebabkan karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinannya saat janin berusia lebih dari satu bulan. Jadi
semakin muda kehamilan yang mengalami Abortus aka semakin besar
kemungkinan karenakelainan ovum. kelainan ovum. Beberapa sebab abortus
adalah:
 Kelainan Kromosom

Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi


terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi autosom terjadi
pada abortus trisemester pertama yang disebabkan oleh nondisjungtion atau
inversi kromosom. Sedangkan pada monosomi X (45,X) merupakan kelainan
kromosom tersering dan memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup
(sindrom Turner).
 Mutasi atau Faktor Poligenik

Dari kelainan janin dapat dibedakan dua jenis aborsi yaitu aborsi aneuploid
dan aborsi euploid. Aborsi Aneuploid terjadi karena adanya kelainan
kromosom, baik kelainan struktur kromosom atau pun komposisi kromosom.
Sedangkan pada abortuseuploid, pada umumnyanya tidak diketahuai
penyebabnya. Namun faktor pendukung aborsi mungkin di sebabkan oleh:
kelainan genetik, faktor ibu dan beberapa faktor ayah serta kondisis
lingkungan (Williams,2006).

1. Faktor Ibu

Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya Infeksi yang


terdiri dari :
 Infeksi Akut

1. Virus, misalnya cacar, rubella dan hepatitis


2. Bakteri, misalnya steptokokus
3. Parasit, misalnya malaria

 Infeksi Kronis

1. Sifilis biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.


2. Tuberkulosis Paru aktif
3. Keracunan misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

 Penyakit Kronik

1. Hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu


2. Nephritis
3. Diabetes: angka abortus dan malformasi congenital meningkat pada
wanita dengan diabetes. Resiko ini berkaitan denganderajat control
metabolic pada trisemester pertama.
4. Aritmia berat
5. Penyakit jantung
6. Toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
pada plasenta

 Trauma misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan


abortus
 Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, servix yang pendek,
retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat
menimbulkan abortus.
 Hubungan seksual yang berlebihan saat hamil sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus. Uterus terlalu cepat meregang (Kehamilan ganda,
mola hidatidosa)

1. Pemakainan obat dan faktor lingkungan


2. Tembakau

Merokok dapat meningkatkan resiko aborsi euploid. Wanita yang merokok


lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko dua kali lebih besar di
bandingkan wanita yang tidak merokok.

2. Alkohol

Abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol selama 8


minggu pertama kehamilan.

3. Kafein

Konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak
sedikit meningkatkan abortus spontan.
4. Radiasi
5. Kontrasepsi

Alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan eningkstsn insiden abortus


septik setelah kegagalan kontrasepsi.

6. Toksin lingkungan

Pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang menunjukan bahan
tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun terdapat bukti bahwa arsen,
timbal. Benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus (barlow,
1982).

1. Faktor Imunitas
2. Autoimun

Adalah respon kekebalan salah sasaran yang terjadi ketika sistem kekebalan
tubuh kacau dan menyerang tubuh sendiri.
2. Alloimun

Adalah sistem kekebalan terhadap antigen allogenik


1. Faktor Ayah

Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus (William,


2006).

RESIKO ABORTUS

Menurut Linda (2008; Hlm: 447-450) abortus dapat menimbulkan beberapa


komplikasi yaitu:
1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Ginjal akut
5. Syok yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak)
dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis).

1. Aborsi menurut Isu Etik Medis

Wewenang dokter dalam menjalankan praktek aborsi adalah sebagai berikut:

1. Dalam menjalankan profesinya seorang dokter terkait dengan kode etik


profesi, dalam hal ini Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki). Dalam
Kodeki tersebut tercakup hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban seorang
dokter ketika menjalankan profesi kedokteran: yakni kewajiban umum,
kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap teman sejawat, dan
kewajiban terhadap diri sendiri. Jadi, Kodeki merupakan pedoman tingkah
laku bagi para dokter Indonesia ketika melaksanakan profesinya atau
tegasnya pedoman dalam melaksanakan kewajiban sebagai dokter Indonesia.
2. Bahwa dalam penjelasan pasal 10 Kodeki antara lain Dokter Indonesia
harus berusaha mempertahankaan hidup makhluk insani. Berarti bahwa
baik menurut agama dan undang-undang negara maupun menurut Etik
kedokteran seorang dokter tidak dibolehkan:
3. Menggugurkan kandungan (abortus provocatus);
4. Mengakhiri hidup seorang penderita, yang menurut ilmu pengetahuan
tidak mungkin akan sembuh (eutanasia).
5. Bahwa pada bagian lain penjelasan pasal 10 Kodeki ditegaskan antara
lain bahwa abortus provocatus dapat dibenarkan sebagai tindakan
pengobatan, apabila merupakan satu-satunya jalan untuk menolong jiwa
ibu dari bahaya maut (abortus provocatus therapeuticus).
6. Dikatakan bahwa Kodeki membenarkan aborsi dengan beberapa syarat
dan menyelamatkan jiwa ibu adalah indikasi yang diperkenankan
menurut Kodeki.
7. Bahwa, dalam penjelasan pasal 15 ayat (1) UU Kesehatan disebutkan
bahwa “Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan
alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan norma hukum,
norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam
keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin
yang dikandungnya, dapat diambil tindakan medis tertentu.” Jadi satu-
satunya indikasi yang diperkenankan menurut UU Kesehatan ialah
menyelamatkan jiwa si ibu hamil.
8. Bahwa, pihak-pihak yang diperbolehkan melakukan aborsi adalah dokter
ahli kebidanan dan penyakit kandungan, sesudah meminta pertimbangan
dari tim ahli yang terdiri dari pelbagai bidang keilmuan. Dengan
demikian menurut UU Kesehatan, tidak semua dokter boleh melakukan
tindakan aborsi.

Sarana yang dipakai dalam praktek aborsi (tindakan pengguguran


kandungan) hanya dapat dilakukan di sarana kesehatan tertentu, yakni sarana
kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan
tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah.

1. Aborsi menurut Ilmu pengetahuan

Aborsi tidak hanya menimbulkan penderitaan dan kematian janin


dalam rahim. Aborsi juga mengancam keselamatan hidup wanita yang
menggugurkan kandungannya. Sejarah menunjukkan bahwa para
wanita yang pernah melakukan aborsi kini mengalami gangguan
psikologis, mental rohani dan risiko jasmani. Depresi, gangguan
kejiwaan dan kematian sang ibu tak jarang menjadi akhir sebuah upaya
aborsi. Aborsi juga menimbulkan sejumlah cacat tubuh seperti
pendarahan, sobeknya leher rahim, perforasi pada kandungan, usus
maupun kandung kemih. Aborsi adakalanya mendatangkan penyakit-
penyakit yang tak terduga sebelumnya, seperti anemia, radang selaput
perut, radang urat darah ataupun radang panggul yang berkaitan
dengan terjadinya kemandulan.
1. Aborsi menurut hukum Indonesia

Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran


janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus
Criminalis”
Yang menerima hukuman adalah:
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Beberapa pasal yang terkait adalah:


Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa
karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani
pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang
lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan
dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara
paling lama lima belas tahun.

Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima
tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana
penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Sedangkan menurut hukum yang berlaku di Indonesia yaitu menurut


Undang-Undang abortus 1967 mengatakan bahwa seorang wanita tidak boleh
dijatuhi hukuman bila ia mengakhiri kehamilan dengan bantuan tenaga medis
yang sudah mempunyai izin bila tenaga medi tersebut memang melakukan
abortus atas dasar yang baik dengan syarat sebagai berikut:
1. Bahwa melanjutkan kehamilan dapat membahayakan kehidupan wanita
hamil tersebut, atau dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.
2. Ada resiko yang cukup hebat bahwa bila bayi diahirkan , bayi mungkin
mengalami cacat fisik atau mental yang cukup parah

Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula


hilangnya nyawa sang ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga
suatu mafsadat. Namun menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan
madharatnya daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau membiarkan
kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut (Dr.
Abdurrahman Al Baghdadi, 1998).

Hukum yang mengatur aborsi :

UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 → dalam keadaan darurat sebagai upaya


untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinya dapat dilakukan tindakan
medis tertentu .

Didalam undang-undang kesehatan juga diatur tentang Aborsi :

Pasal 75

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dikecualikan berdasarkan:
1. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia

dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu

dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik

berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak

dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut

hidup di luar kandungan; atau


1. kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban

perkosaan.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya

dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau

penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling

pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang

kompeten dan berwenang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan

medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat

dilakukan:
1. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari

hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan

medis;
1. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan

kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh

menteri;
1. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
2. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
3. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang

ditetapkan oleh Menteri.


1. Aborsi menurut Hak Asasi Manusia

UU HAM, pasal 53 ayat 1(1): Setiap anak sejak dalam kandungan berhak
untuk hidup, mempertahankan hidup & meningkatkan taraf kehidupannya.

UU Kesehatan, pasal 15 ayat 1 dan 2:


 Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu
hamil atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
 Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat dilakukan :

1. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan


tersebut.
2. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian & kewenangan untuk
itu & dilakukan sesuai dengan tanggungjawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli.
3. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya.
4. Pada sarana kesehatan tertentu.

Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:


1. Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan
apapun dilarang, karena bertentangan dengan norma hukum, norma
agama, norma kesusilaan & norma kesopanan. Namun dalam keadaan
darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
2. Butir a: Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar
mengharuskan diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan
medis tertentu itu ibu hamil & janinnya terancam bahaya maut.
Butir b: Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu
adalah tenaga yang memiliki keahlian & kewenangan untuk
melakukannya, yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan.
Butir c: Hak utama untuk memberikan persetujuan (informed consent)
ada pada ibu hamil yang bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak
sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya, dapat diminta dari
suami atau keluarganya.
Butir d: Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki
tenaga & peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut & telah
ditunjuk pemerintah.
Namun sayangnya didalam UU Kesehatan ini belum disinggung soal
masalah kehamilan akibat perkosaan, akibat hubungan seks komersial
yang menimpa pekerja seks komersial ataupun kehamilan yang diketahui
bahwa janin yang dikandung tersebut mempunyai cacat bawaan yang
berat.
3. Dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini
dijabarkan antara lain mengenai keadaan darurat dalam menyelamatkan
jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian & kewenangan bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang
ditunjuk.

1. Aborsi menurut pandangan masyarakat

Aborsi dipandang sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan etika
budaya ketimuran, karena budaya timur masih memegang kuat agamanya.
Istilah aborsi di masyarakat mempunyai arti “negative meaning”. Yang
mana, menurut kaum masyarakat yang namanya aborsi adalah pengguguran
kandungan yang disengaja dalam upaya orang tua janin untuk menutupi
aibnya. Hal ini merupakan suatu hal yang tabu bagi masyarakat. Berbeda jika
judulnya diganti dengan keguguran, masyarakat menganggap hal ini
merupakan suatu musibah bagi orang tuanya karena telah kehilangan calon
bayinya
1. Aborsi menurut pandangan Agama
2. Islam

Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum
aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa
hak, sebagaimana firman Allah swt :

” Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah
murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang
besar.”( Qs An Nisa’ : 93 )
Ijhadh (aborsi) menurut bahasa berarti menggugurkan kandungan yang
kurang masanya atau kurang kejadiannya, tidak ada perbedaan antara
kehamilan anak perempuan atau laki – laki, baik aborsi ini dilakukan dengan
sengaja atau tidak. lafazh ijhadh memiliki beberapa sinonim seperti isqath
(menjatuhkan), ilqa’ (membuang), tharah (melempar), dan imlash
(menyingkirkan).

Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang
menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu
alasan syar’I hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa
yang diharamkan Allah swt.

Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus
Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan
jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya. Melakukan
aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun setelah peniupan ruh
padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin
dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus.
Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan
penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu
yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT:

“Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-


olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Qs. al-Maa’idah
[5]: 32).

Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya
pengobatan. Sedangkan Rasulullah Saw telah memerintahkan umatnya untuk
berobat. Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia


ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian!” [HR. Ahmad].

Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan:

“Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih
yang lebih ringan madharatnya.” (Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi`
Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan
kandungannya jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya,
meskipun ini berarti membunuh janinnya. Hal ini harus dapat dipastikan
secara medis. Karena syariat memandang sang ibu sebagai akar pohon dan
sang janin sebagai cabangnya. Dalam Islam dikenal prinsip al ahamm wa al
muhimmn (yang lebih penting dan yang penting), dalam kasus ini dapat
diartikan “mengambilan yang lebih kecil buruknya dari dua keburukan”. Di
Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medis adalah demi menyelamatkan
nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan
dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis
lain, agama, hukum, psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
7. Kristen

Dalam Alkitab dikatakan dengan jelas betapa Tuhan sangat tidak berkenan
atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.
1. Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum
memiliki nyawa.

Yer 1:5 ~ “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi
bangsa-bangsa.”
1. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.

Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka
tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga
keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa
maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami
perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan
hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa
maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata,
gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka
ganti luka, bengkak ganti bengkak.

1. Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.

Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak
lahirnya. Murid-muridNya bertanya kepadaNya: “Rabi, siapakah yang
berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan
buta?”” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena
pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia…”

1. Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan.


Kej 19:36-38 ~ Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah
mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan
menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang. Yang lebih
mudapun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben-Ami;
dialah bapa bani Amon yang sekarang.
2. Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan.
Apapun alasannya.

Kel 1:15-17 ~ Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang


menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama
Pua, katanya: “Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu
bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki,
kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia
hidup.” Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti
yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu
hidup.

1. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.

Kej 30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi
Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub:
“Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati.” Maka bangkitlah
amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata:” Akukah pengganti Allah,
yang telah menghalangi engkau mengandung?”

Mzm 127:3-5 ~ Sesungguhnya, anak laki-laki adalah milik pusaka dari pada
Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di
tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah
orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia
tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di
pintu gerbang.
1. Katolik

Gereja mengajak kita untuk menghormati hidup manusia sejak dari awal,
oleh karena itu dapat dikatakan dengan tegas, kita menolak adanya
pengguguran. Hal ini ditulis dengan jelas dalam sebuah dokumen yang
dikeluarkan oleh Tahta Suci Roma pada tanggal 10 Maret 1987, yaitu
Dokumen Donum Vitae. Dan dokumen ini bersumberkan pada Kitab Suci
sendiri yaitu larangan membunuh orang yang tidak bersalah (bdk. Kel 20:13
dan Ul 5:17).

Jadi iman katolik menolak dengan tegas abortus atau pengguguran dengan
cara dan alasan apa pun. Sekalipun aborsi itu dilakukan dengan alasan
kesehatan dari si ibu. Atau karena rasa belas kasihan karena melihat anak
yang akan dilahirkan itu nanti cacat (cacat fisik atau cacat mental) sehingga
dianggap tidak memiliki masa depan yang baik kecuali penderitaan. Bahkan
katolik juga menolak aborsi terhadap bayi yang dikandung akibat kecelakaan
(ibu diperkosa atau hasil pergaulan bebas dan sebagainya). Tidak ada satu
orang pun yang berhak mengambil jiwa seseorang, sekalipun ia masih
manusia kecil dalam kandungan.

Sanksi aborsi termuat dalam Kitab Hukum Kanonik Gereja no. 1398, yaitu
berupa ekskomunikasi otomatis, atau pengucilan dari kehidupan Gereja.
Seandainya walaupun Gereja dan lingkungan tidak mengetahui bahwa
seseorang telah jatuh ke dalam dosa ini, namun Tuhan tetap mengetahuinya
dan kita tidak bisa melarikan diri dari hukuman Tuhan. Sehingga apabila dia
dalam keadaan dosa ini tetap menerima sakramen, berarti dia menambah
dosanya sendiri.
1. Mereka yang terkena sanksi ekskomunikasi otomatis ini tidak
diperkenankan untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai acara doa
bersama, misalnya: Perayaan Ekaristi, sakramen lainnya dan sebagainya
(Kan. 1331).
2. Sanksi ekskomunikasi otomatis ini hanya bisa dihilangkan melalui
penerimaan Sakramen Tobat atau Sakramen Pengampunan Dosa. Bahkan
untuk menunjukkan ketegasannya, Gereja pada awalnya menetapkan
bahwa hanya Uskup yang berwenang memberikan Sakramen Tobat
kepada mereka yang terlibat dalam pengguguran ini. dalam
perkembangan selanjutnya, demi pelayanan pastoral yang memadai,
kekuasaan itu didelegasikan kepada semua imam.
3. Kasih Tuhan tercurah kepada setiap orang, termasuk juga manusia kecil
yang baru diciptakan-Nya. Marilah kita juga mencintai si manusia kecil
ini seperti kita mencintai diri kita sendiri. Kalau di dalam diri kita, kita
meyakini bahwa Allah hadir dan berkarya, niscaya kita akan sadar pula
karya Tuhan dalam diri si manusia kecil. Oleh karena itu, lihatlah Dia
yang hadir dalam diri manusia kecil ini (bdk. Mrk 12:28-34).
4. Hindu

Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut


“Himsa karma” yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan
membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang
lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa” mendasari falsafah “atma” atau
roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih
berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Oleh
karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa.
Kitab-kitab suci Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan: “Ma no
mahantam uta ma no arbhakam” artinya: ”Janganlah mengganggu dan
mencelakakan bayi.”. Atharvaveda X.1.29: “Anagohatya vai bhima” artinya:
Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan Atharvaveda X.1.29: “Ma
no gam asvam purusam vadhih” artinya: Jangan membunuh manusia dan
binatang. Dalam ephos Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama
hidup 3000 tahun dalam penderitaan, karena Asvatama telah membunuh
semua bayi yang ada dalam kandungan istri-istri keturunan Pandawa, serta
membuat istri-istri itu mandul selamanya.

Oleh karena hubungan sex terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan
semata-mata untuk memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam
Agama Hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan.
1. Buddha

Dalam pandangan agama Buddha aborsi adalah suatu tindakan pengguguran


kandungan atau membunuh makhluk hidup yang sudah ada dalam rahim
seorang ibu. Dari sudut pandang Buddhis aborsi bisa di toleransi dan
dipertimbangkan untuk dilakukan. Agama Buddha, umat Buddha terdiri dari
dua golongan yaitu pabbajita dan umat awam. Seorang pabbajita mutlak
tidak boleh melakukan aborsi karena melanggar vinaya yaitu parajjika.
Tetapi sebagai umat awam aborsi boleh dilakukan dengan alasan yang kuat.
Misal janin dalam kandungan dalam kondisi abnormal yang dapat
membahayakan kesehatan ibu bahkan dapat mengancam keselamatan ibu.
Aborsi dalam agama Buddha merupakan suatu pembunuhan yang tidak
diperbolehkan yang dapat menimbulkan karma buruk. Tetapi agama Buddha
tidak melarang secara multak orang yang melakukan aborsi. Dengan alasan
yang sangat kuat aborsi dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Hal
terbaik untuk tidak melakukan aborsi adalah menghindari terjadinya aborsi
misal tidak melakukan hubungan seks bebas yang bisa memungkinkan
terjadinya aborsi. Dalam kasus lain yang tidak dapat dihindari untuk
terjadinya aborsi boleh dilakukan dengan alasan tidak ada cara lain yang
terbaik dan dengan alasan yang sangant kuat. Aborsi boleh dilakukan dengan
kondisi yang sangat sulit akan tetapi seminimal mungkin untuk menghindari
terjadinya aborsi karena dalam agama buddha aborsi merupakan suatu
pembunuhan yang tidak diperbolehkan karena menghilangkan nyawa suatu
mahluk yang mengakibatkan karma buruk.

Dalam agama budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma
harus diselesaikan dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma
yang lebih buruk lagi.

Syarat yang harus dipenuhi terjadinya makhluk hidup :


1. Mata utuni hoti: masa subur seorang wanita
2. Mata pitaro hoti: terjadinya pertemuan sel telur dan sperma
3. Gandhabo paccuppatthito: adanya gandarwa, kesadaran penerusan dalam
siklus kehidupan baru (pantisandhi-citta) kelanjutan dari kesadaran ajal
(cuti citta), yang memiliki energi karma

Dari penjelasan di atas agama Buddha menentang dan tidak menyetujui


adanya tindakan aborsi karena telah melanggar pancasila Buddhis,
menyangkut sila pertama yaitu panatipata. Suatu pembunuhan telah terjadi
bila terdapat lima faktor sebagai berikut:
1. a) Ada makhluk hidup (pano)
2. b) Mengetahui atau menyadari ada makhluk hidup (pannasanita)
3. c) Ada kehendak (cetana) untuk membunuh (vadhabacittam)
4. d) Melakukan pembunuhan (upakkamo)
5. e) Makhluk itu mati karena tindakan pembunuhan ( tena maranam)

Apabila terdapat kelima faktor dalam suatu tindakan pembunuhan, maka


telah terjadi pelanggaran sila pertama. Oleh karena itu sila berhubungan erat
dengan karma maka pembunuhan ini akan berakibat buruk yang berat atau
ringannya tergantung pada kekuatan yang mendorongnya dan sasaran
pembunuhan itu. Bukan hanya pelaku saja yang melakukan tindak
pembunuhan, ibu sang bayi juga melakukan hal yang sama. Bagaimanapun
mereka telah melakukan tindak kejahatan dan akan mendapatkan akibat di
kemudian hari.

Dalam Majjhima Nikaya 135 Buddha bersabda “Seorang pria dan wanita
yang membunuh makhluk hidup, kejam dan gemar memukul serta
membunuh tanpa belas kasihan kepada makhluk hidup, akibat perbuatan
yang telah dilakukannya itu ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia di
mana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan panjang”.

1. Contoh kasus Aborsi

Seorang pecandu yang sudah clean memiliki pengalaman pernah melakukan


aborsi karena ia dulu memakai narkoba. Karena untuk mendapatkan drugs ia
memerlukan uang banyak untuk memenuhi kebutuhannya itu dan ia pun rela
sampai menjual dirinya agar mendapatkan drugs. Karena pekerjaan yang
menurutnya sangat menyiksa dirinya itu ia pun tidak menggunakan kondom
dan ia sampai ke tahap hamil, tanpa mengetahui siapa ayah dari bayinya
tersebut. Ia terus berusaha mencari uang lebih untuk kebutuhan drugsnya dan
juga untuk membiayai pengguguran kandungan yang tidak ia kehendaki
tersebut. Sampai pada usia kandungannya mencapai 3 bulan ia harus
penggugurkan kandungannya dan itu memerlukan uang yang sangat banyak,
karena usia kandungannya sudah cukup besar. Dan ini pun bukan pertama
kalinya ia melakukan aborsi tersebut.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Aborsi berfungsi menghilangkan nyawa seseorang baik itu disengaja maupun


tidak disengaja, baik itu terpaksa maupun tidak terpaksa, dan baik dilakukan
secara halus mauapun secara kasar.

Dalam hukum Indonesia, dan sudut pandang agama. Tidak membenarkan


adanya aborsi apapun alasannya. Karena hidup dan mati seseorang ada di
tangan Tuhan YME. Dan apabila hal tersebut terjadi akan mendapatkan
hukuman yang berlaku baik itu si pelaku ataupun yang membantunya.
Kecuali dalam kondisi mempertahankan nyawa salah satu dari ibu atau
anaknya.

1. Saran

Setelah mengetahui bahwa Aborsi itu merupakan salah satu tindakan ilegal
maka diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan tidak akan pernah
melakukannya kecuali dengan indikasi yang jelas. Suatu prinsip etika yang
sangat mendasar ialah kita harus menghormati kehidupan manusia. Jangan
pernah mencoba untuk mengorbankan manusia kepada suatu tujuan yang
lain.

DAFTAR PUSTAKA

http.//lew_island.wordpress.com/aborsi.htm

http://metalisromantic.blogspot.com/2010/10/isu-etik-dalam-
keperawatan.html

http://aborsianak.blogspot.com/

John Ankerberg – John Weldon, 1995; The Facts On Abortion: Answers from
Science and the Bible about When Life Begins; Harvest House Publishers,
Eugene, Oregon

Sheila Kitzinger, 1994; Being Born; Dorling Kindersley, London

http://www.asiamaya.com/konsultasi_hukum/pidana/aborsi.htm

Anda mungkin juga menyukai