Oleh:
Kornelia Riskah
Yohanes Ransan
Fakultas Kedokteran
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Hal yang akan kami diskusikan dalam makalah ini mengenai Isu Etik
Keperawatan: ABORSI. Seperti yang kita tahu, aborsi adalah tindakan yang
kriminal atau biasa dibilang pengguguran janin. Di makalah ini, kami
membahas isu etik keperawatan, macam-macam aborsi yang belum kita
ketahui, serta pandangan dari berbagai sisi mengenai aborsi.
Daftar isi:
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. BAB I :
Pendahuluan……………………………………………………….
2. Latar
Belakang…………………………………………………………….4
3. Tujuan
Penulisan………………………………………………………….4
4. BAB II :
Pembahasan………………………………………………………..
5. Pengertian
Aborsi……………………………………………………………6
6. Macam-macam
Aborsi………………………………………………………6
7. Aborsi menurut Isu Etik Keperawatan
8. Aborsi menurut Ilmu Pengetahuan
9. Aborsi menurut Hukum di Indonesia
10. Aborsi menurut Hak Asasi Manusia
11. Aborsi menurut Pandangan Masyarakat
12. Aborsi menurut Pandangan Agama
13. Contoh Kasus-kasus Aborsi
14. BAB III :
Penutup……………………………………………………………
15. Kesimpulan……………………………………………………………
….14
16. Saran……………………………………………………………………
…15
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk pasien/klien
baik secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan
memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang komprehensi.
Sebagai tenaga yang professional melaksanakan tugasnya diperlukan suatu
sikap yang menjamin terlaksanya tugas tersebut dengan baik dan tanggung
jawab secara moral.
Abortus merupakan suatu masalah kontroversi yang sudah ada sejak sejarah
di tulis orang. Kontroversi karena di satu pihak abortus ada di masyarakat.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya jamu dan obat-obat peluntur serta
dukun pijat untuk mereka yang terlambat bulan. Di pihak lain abortus tidak
dibenarkan oleh agama. Bahkan dicaci, dimaki dan dikutuk sebagai
perbuatan tidak bermoral. Pembicaraan tentang abortus dianggap tabu. Sulit
ditemukan seorang wanita yang secara sukarela mengaku bahwa ia pernah di
abortus, karena malu.
1. TUJUAN
2. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini supaya tenaga kesehatan
umumnya dan Mahasiswa keperawatan khususnya dapat memahami
tentang Abortus dan kaitannya dengan Hukum kesehatan.
2. Tujuan Khusus
3. Mengetahui dan menjelaskan definisi dari Abortus
4. Mengetahui dan menjelaskan macam-macam Abortus
5. Mengetahui aborsi menurut pandangan dari berbagai sisi
BAB II
PEMBAHASAN
ABORSI
1. Pengertian
1. Macam-Macam Aborsi
Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara
alami, tanpa intervensi tindakan medis (aborsi spontanea), dan aborsi yang
direncanakan melalui tindakan medis dengan obat-obatan, tindakan bedah,
atau tindakan lain yang menyebabkan pendarahan lewat vagina (aborsi
provokatus). (Fauzi, et.al., 2002)
Jika merujuk dari segi kedokteran atau medis, keguguran adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
artinya keluar sebagian tetapi tidak seluruh hasil konsepsi sebelum umur
kehamilan lengkap 20 minggu.
4. Aborsi diinduksi
Yaitu penghentian kehamilan sengaja dengan cara apa saja sebelum umur
kehamilan lengkap 20 minggu dapat bersifat
Yaitu keadaan perdarahan dari interauteri yang terjadi dengan dilatasi serviks
kontinu dan progresif tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi sebelum umur
kehamilan 20 minggu.
6. Aborsi terinfeksi
Yaitu aborsi yang embrio atas janinnya meninggal. Dalam uterus sebelum
umur kehamilan lengkap 20 minggu tetapi hasil konsepsi tertahan dalam
uterus selama 8 minggu atau lebih.
8. Aborsi septik
1. Aborsi Provokatus
Yaitu aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia. Dapat terjadi baik
karena di dorong oleh alasan medis, misalnya karena wanita yang hamil
menderita suatu penyakit. Aborsi provokatus dapat juga dilakukan pada saat
kritis untuk menolong jiwa si ibu, kehamilan perlu diakhiri, umpamanya pada
kehamilan di luar kandungan, sakit jantung yang parah, penyakit TBC yang
parah, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker leher rahim. Indikasi
untuk melakukan aborsi provokatus therapeuticum sedikit-dikitnya harus
ditentukan oleh dua orang dokter spesialis, seorang dari ahli kebidanan dan
seorang lagi dari ahli penyakit dalam atau seorang ahli penyakit jantung.
2. Aborsi provokatus criminalis
Inilah aborsi yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh si ibu maupun oleh
orang lain dengan persetujuan si ibu hamil. Hal ini dilakukan dengan alasan-
alasan tertentu, misalnya malu mengandung karena hamil di luar nikah.
Aborsi ini biasanya dilakukan demi kepentingan pelaku, baik itu dari wanita
yang mengaborsikan kandungannya ataupun orang yang melakukan aborsi
seperti dokter secara medis ataupun dilakukan oleh dukun beranak yang
hanya akan mencari keuntungan materi saja.
Faktor-faktor ABORSI
Abortus spontan yang terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran. Prosentase abortus ini 20% dari semua jenis abortus. Sebab-sebab
abortus spontan yaitu :
1. Faktor Janin
Dari kelainan janin dapat dibedakan dua jenis aborsi yaitu aborsi aneuploid
dan aborsi euploid. Aborsi Aneuploid terjadi karena adanya kelainan
kromosom, baik kelainan struktur kromosom atau pun komposisi kromosom.
Sedangkan pada abortuseuploid, pada umumnyanya tidak diketahuai
penyebabnya. Namun faktor pendukung aborsi mungkin di sebabkan oleh:
kelainan genetik, faktor ibu dan beberapa faktor ayah serta kondisis
lingkungan (Williams,2006).
1. Faktor Ibu
Infeksi Kronis
Penyakit Kronik
2. Alkohol
3. Kafein
Konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak
sedikit meningkatkan abortus spontan.
4. Radiasi
5. Kontrasepsi
6. Toksin lingkungan
Pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang menunjukan bahan
tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun terdapat bukti bahwa arsen,
timbal. Benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus (barlow,
1982).
1. Faktor Imunitas
2. Autoimun
Adalah respon kekebalan salah sasaran yang terjadi ketika sistem kekebalan
tubuh kacau dan menyerang tubuh sendiri.
2. Alloimun
RESIKO ABORTUS
Pasal341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang
lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan
dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima
tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 75
dikecualikan berdasarkan:
1. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia
perkosaan.
Pemerintah.
Pasal 76
dilakukan:
1. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari
medis;
1. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
menteri;
1. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
2. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
3. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
UU HAM, pasal 53 ayat 1(1): Setiap anak sejak dalam kandungan berhak
untuk hidup, mempertahankan hidup & meningkatkan taraf kehidupannya.
Aborsi dipandang sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan etika
budaya ketimuran, karena budaya timur masih memegang kuat agamanya.
Istilah aborsi di masyarakat mempunyai arti “negative meaning”. Yang
mana, menurut kaum masyarakat yang namanya aborsi adalah pengguguran
kandungan yang disengaja dalam upaya orang tua janin untuk menutupi
aibnya. Hal ini merupakan suatu hal yang tabu bagi masyarakat. Berbeda jika
judulnya diganti dengan keguguran, masyarakat menganggap hal ini
merupakan suatu musibah bagi orang tuanya karena telah kehilangan calon
bayinya
1. Aborsi menurut pandangan Agama
2. Islam
Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum
aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa
hak, sebagaimana firman Allah swt :
” Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah
murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang
besar.”( Qs An Nisa’ : 93 )
Ijhadh (aborsi) menurut bahasa berarti menggugurkan kandungan yang
kurang masanya atau kurang kejadiannya, tidak ada perbedaan antara
kehamilan anak perempuan atau laki – laki, baik aborsi ini dilakukan dengan
sengaja atau tidak. lafazh ijhadh memiliki beberapa sinonim seperti isqath
(menjatuhkan), ilqa’ (membuang), tharah (melempar), dan imlash
(menyingkirkan).
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang
menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu
alasan syar’I hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa
yang diharamkan Allah swt.
Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus
Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan
jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya. Melakukan
aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun setelah peniupan ruh
padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin
dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus.
Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan
penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu
yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT:
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya
pengobatan. Sedangkan Rasulullah Saw telah memerintahkan umatnya untuk
berobat. Rasulullah Saw bersabda:
“Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih
yang lebih ringan madharatnya.” (Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi`
Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan
kandungannya jika keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya,
meskipun ini berarti membunuh janinnya. Hal ini harus dapat dipastikan
secara medis. Karena syariat memandang sang ibu sebagai akar pohon dan
sang janin sebagai cabangnya. Dalam Islam dikenal prinsip al ahamm wa al
muhimmn (yang lebih penting dan yang penting), dalam kasus ini dapat
diartikan “mengambilan yang lebih kecil buruknya dari dua keburukan”. Di
Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medis adalah demi menyelamatkan
nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan
dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis
lain, agama, hukum, psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
7. Kristen
Dalam Alkitab dikatakan dengan jelas betapa Tuhan sangat tidak berkenan
atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.
1. Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum
memiliki nyawa.
Yer 1:5 ~ “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi
bangsa-bangsa.”
1. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.
Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka
tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga
keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa
maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami
perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan
hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa
maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata,
gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka
ganti luka, bengkak ganti bengkak.
Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak
lahirnya. Murid-muridNya bertanya kepadaNya: “Rabi, siapakah yang
berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan
buta?”” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena
pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia…”
Kej 30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi
Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub:
“Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati.” Maka bangkitlah
amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata:” Akukah pengganti Allah,
yang telah menghalangi engkau mengandung?”
Mzm 127:3-5 ~ Sesungguhnya, anak laki-laki adalah milik pusaka dari pada
Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di
tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah
orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia
tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di
pintu gerbang.
1. Katolik
Gereja mengajak kita untuk menghormati hidup manusia sejak dari awal,
oleh karena itu dapat dikatakan dengan tegas, kita menolak adanya
pengguguran. Hal ini ditulis dengan jelas dalam sebuah dokumen yang
dikeluarkan oleh Tahta Suci Roma pada tanggal 10 Maret 1987, yaitu
Dokumen Donum Vitae. Dan dokumen ini bersumberkan pada Kitab Suci
sendiri yaitu larangan membunuh orang yang tidak bersalah (bdk. Kel 20:13
dan Ul 5:17).
Jadi iman katolik menolak dengan tegas abortus atau pengguguran dengan
cara dan alasan apa pun. Sekalipun aborsi itu dilakukan dengan alasan
kesehatan dari si ibu. Atau karena rasa belas kasihan karena melihat anak
yang akan dilahirkan itu nanti cacat (cacat fisik atau cacat mental) sehingga
dianggap tidak memiliki masa depan yang baik kecuali penderitaan. Bahkan
katolik juga menolak aborsi terhadap bayi yang dikandung akibat kecelakaan
(ibu diperkosa atau hasil pergaulan bebas dan sebagainya). Tidak ada satu
orang pun yang berhak mengambil jiwa seseorang, sekalipun ia masih
manusia kecil dalam kandungan.
Sanksi aborsi termuat dalam Kitab Hukum Kanonik Gereja no. 1398, yaitu
berupa ekskomunikasi otomatis, atau pengucilan dari kehidupan Gereja.
Seandainya walaupun Gereja dan lingkungan tidak mengetahui bahwa
seseorang telah jatuh ke dalam dosa ini, namun Tuhan tetap mengetahuinya
dan kita tidak bisa melarikan diri dari hukuman Tuhan. Sehingga apabila dia
dalam keadaan dosa ini tetap menerima sakramen, berarti dia menambah
dosanya sendiri.
1. Mereka yang terkena sanksi ekskomunikasi otomatis ini tidak
diperkenankan untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai acara doa
bersama, misalnya: Perayaan Ekaristi, sakramen lainnya dan sebagainya
(Kan. 1331).
2. Sanksi ekskomunikasi otomatis ini hanya bisa dihilangkan melalui
penerimaan Sakramen Tobat atau Sakramen Pengampunan Dosa. Bahkan
untuk menunjukkan ketegasannya, Gereja pada awalnya menetapkan
bahwa hanya Uskup yang berwenang memberikan Sakramen Tobat
kepada mereka yang terlibat dalam pengguguran ini. dalam
perkembangan selanjutnya, demi pelayanan pastoral yang memadai,
kekuasaan itu didelegasikan kepada semua imam.
3. Kasih Tuhan tercurah kepada setiap orang, termasuk juga manusia kecil
yang baru diciptakan-Nya. Marilah kita juga mencintai si manusia kecil
ini seperti kita mencintai diri kita sendiri. Kalau di dalam diri kita, kita
meyakini bahwa Allah hadir dan berkarya, niscaya kita akan sadar pula
karya Tuhan dalam diri si manusia kecil. Oleh karena itu, lihatlah Dia
yang hadir dalam diri manusia kecil ini (bdk. Mrk 12:28-34).
4. Hindu
Oleh karena hubungan sex terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan
semata-mata untuk memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam
Agama Hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan.
1. Buddha
Dalam agama budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma
harus diselesaikan dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma
yang lebih buruk lagi.
Dalam Majjhima Nikaya 135 Buddha bersabda “Seorang pria dan wanita
yang membunuh makhluk hidup, kejam dan gemar memukul serta
membunuh tanpa belas kasihan kepada makhluk hidup, akibat perbuatan
yang telah dilakukannya itu ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia di
mana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan panjang”.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Saran
Setelah mengetahui bahwa Aborsi itu merupakan salah satu tindakan ilegal
maka diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan tidak akan pernah
melakukannya kecuali dengan indikasi yang jelas. Suatu prinsip etika yang
sangat mendasar ialah kita harus menghormati kehidupan manusia. Jangan
pernah mencoba untuk mengorbankan manusia kepada suatu tujuan yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
http.//lew_island.wordpress.com/aborsi.htm
http://metalisromantic.blogspot.com/2010/10/isu-etik-dalam-
keperawatan.html
http://aborsianak.blogspot.com/
John Ankerberg – John Weldon, 1995; The Facts On Abortion: Answers from
Science and the Bible about When Life Begins; Harvest House Publishers,
Eugene, Oregon
http://www.asiamaya.com/konsultasi_hukum/pidana/aborsi.htm