Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ETIKOLEGAL

ISUE ETIK YANG TERJADI ANTARA BIDAN DENGAN KLIEN


KELUARGA,MASYARAKAT
Mata Kuliah: Etika dan Hukum Kesehatan
Dosen Pembimbing: Ernik Rustiana, S.ST,M.Keb

Kelompok : 7

Hani’atul Mahmudah (190106005)


Lintang Kurnia Dewi (190106007)

TINGKAT I A
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN UNIVERSITAS
TULUNGAGUNG
Jl. Raya Tulungagung – Blitar Km 4 Sumbergempol Tulungagung

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami senantiasa ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena curahan
rahmat serta karuniaNYA kami akhirnya sampai pada tahap menyelesaikan makalah
dengan judul ”Isue Etik yang terjadi antara Bidan dengan klien,keluarga,masyarakat dan
teman sejawat dan organisasi profesi”. Kami sekaligus pula menyampaikan rasa
terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Ibu Ernik Rustiana, S.ST,M.Keb selaku
dosen mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan yang telah menyerahkan kepercayaan
kepada kami guna menyelesaikan makalah ini.

Kami sungguh berharap makalah ini bisa berguna untuk meningkatkan


pengetahuan sekaligus wawasan. Kami juga sadar bahwa pada makalah ini tetap
ditemukan banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan.Kami menanti adanya
kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini . Kami berharap makalah ini bisa
dimengerti oleh setiap pihak terutama untuk para pembaca. Kami mohon maaf jika ada
perkataan yang tidak berkenan di hati para pembaca.

Penyusun

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................................... 1
Kata Pengantar........................................................................................................................ 2
Daftar Isi.................................................................................................................................. 3
BAB I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang........................................................................................................... 4
1.2.Rumusan masalah...................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan
2.1.Pengertian isu etik.................................................................................................... 5
2.2.Isu etik bidan dengan keluarga dan masyarakat................................................... 5
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan............................................................................................................... 11
3.2. Saran.......................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebidanan merupakan salah satu profesi terutua didunia sejak adanya
peradaban umat manusia. Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu-ibu yang melahirkan. Profesi ini telah
mendudukan peran dan posisi seorang bidan menjadi terhormat dimasyarakat
karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam upaya memberikan semangat
dan membesarkan hati ibu-ibu. Disamping itu dengan setia mendampingi dan
menolong ibu-ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat bayibya
dengan baik. Pelayanan kebidanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan.
Selama ini pelayanan kebidanan tergantung pada sikap sosial masyarakat dan
keadaan lingkungan dimana bidan bekerja kemajuan sosial ekonomi merupakan
parameter yang amat penting dalam pelayanan kebidanan.
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etika
sebagai akibat kemajuan teknologi /ilmu pengatahuan yang menimbulkan konflik
terhadap nilai. Arus kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan
mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri
menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar
sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik. Etika
merupakan bagian dari filosofi yang berhubunagn erat denagn nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiaannya baik atau buruk (Jones,1994). Moral merupakan pengatahuan
atau keyakinan tentang adanya hal yang baik dan buruk serta mempengaruhi sikap
seseorang seiring dengan pengaruh lingkunagn, pendidikan,sosial budaya, agama
dsb, hal inilah yang disebut kesadaran moral atau kesadaran etik. Moral juga
merupakan keyakinan individu bahwa sesuatu adalah ,utlak bauk atau buruk
walaupun situasi berbeda.
1.2. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan issu etik?


2. Apa sajakah issue etik antara bidan dengan klien, keluarga, masyarakat?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
A. Etik adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai
benar dan salahyangdianutsuatuorganisasiataumasyarakat.
B. Konflik moral adalah suatu proses ketika 2 pihak atau lebih berusaha
memaksakan tujuannya dengan cara mengusahakan untuk menggagalkan
tujuan yang ingin dicapai pihak lain. (setiawan. 1994)
C. Dilema moral adalah situasi yang menghadapkan individu pada dua pilihan,
dan tidak satupun dari pilihan itu dianggap sebagai jalan keluar yang tepat.
D. Issue etik adalah topik yang cukup penting untuk dibicarakan sehingga
mayoritas individu akan mengeluarkan opini terhadap masalah tersebut sesuai
dengan asas ataupun nilai yang berkenaan dengan akhlak, niali benar salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
2.2 Issue Etik yang Terjadi Antara Bidan dengan Klien, Keluarga, Masyarakat
Seorang bidan dikatakan profesional bila ia mempunyai kekhususan sesuai
dengan peran dan fungsinya yang bertanggung jawab menolong persalinan.
Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi dalam praktek
kebidanan misalnya dalam praktek mandiri,bidan yang bekerja di RS, Rumah
bersalin atau institusi kesehatan lainnya. Dalam hal ini bidan yang praktek
mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan
besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
a. Contoh Kasus
R, seorang perempuan tuna wicara, datang untuk memeriksakan kehamilan
di Puskesmas rawat jalan Kecamatan Sungai Kunyit, Mempawah Hilir. R
didampingi keluarganya, karena suami bekerja di Malaysia sejak hampir setahun
yang lalu. Kehamilan ketiga ini sangat diharapkan, karena kedua anak dari
kehamilan sebelumnya, meninggal. Puskesmas tersebut tidak melayani rawat inap
dan persalinan. Pelayanan kebidanan dan kandungan hanya sebatas pemeriksaan
kehamilan. Dokter puskesmas melakukan pemeriksaan USG terhadap R. Hasil
pemeriksaan menunjukkan indikasi rujukan kasus ke RSUD dr Rubini untuk

5
perawatan lebih lanjut. Dokter curiga terdapat kondisi abnormal pada kehamilan
R. Usia kehamilan R saat itu adalah 38 minggu. Keluarga R, memutuskan untuk
mengikuti anjuran dokter. Nu-orang tua R, menyatakan akan mengurus BPJS
terlebih dahulu,karena tidak memiliki biaya untuk berobat ke rumah sakit.
Rencana Nu untuk mengurus BPJS dan membawa R ke rumah sakit di kota,
diketahui oleh bidan TD-kepala Puskesmas Sungai Kunyit. Bidan tersebut
menawarkan agar R dibawa ke klinik bersalin miliknya.
Pertimbangannya adalah kedekatan dengan keluarga dan kemudahan urusan
administrasi. N tidak perlu mengurus BPJS dan mengeluarkan biaya transportasi
untuk membawa R ke rumah sakit di kota. Keluarga juga tidak perlu memikirkan
biaya hidup selama menunggui R di kota. Biaya persalinan di klinik milik bidan
TD hanya Rp 900.000,- sudah termasuk penjemputan Rina dari rumah ke klinik
dan administrasi untuk pembuatan akta kelahiran. N menerima tawaran bidan TD.
R dijemput untuk dirawat di klinik bidan TD pada pukul 01.00 WITA tanggal 21
Juli 2016. Proses persalinan R ternyata mengalami kesulitan. Bidan TD
memutuskan melakukan ekstraksi vakum, agar bayi dapat segera dilahirkan. N
menceritakan bahwa proses ekstraksi vakum tidak mudah. Alat tersebut lepas
sebanyak empat kali, dan bayi tetap tidak lahir. R akhirnya dirujuk ke Rumah
Sakit dr Rubini. Dokter di rumah sakit tersebut tidak dapat melakukan tindakan
medis, sehingga memutuskan untuk merujuk R ke RSUD dr Abdul Aziz
Singkawang. R-dalam keadaan kesakitan, menempuh perjalanan jauh menuju
Singkawang. Tim medis di RSUD dr Abdul Aziz Singkawang akhirnya berhasil
melahirkan bayi tersebut, dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Bayi meninggal
dalam kandungan, diduga akibat trauma persalinan. R harus merelakan kehilangan
anak untuk ketiga kalinya.
Berdasarkan informasi dari pihak dinas kesehatan, diduga terjadi
pelanggaran prosedur pelayanan bidan dan izin praktik. Wakil ketua Ikatan Bidan
Indonesia setempat telah melaporkan kasus dugaan malpraktik yang dilakukan
bidan TD ke dinas kesehatan. Data dari Ikatan Bidan Indonesia menunjukkan
bidan TD telah melakukan malpraktik lebih dari satu kali. Keluarga R percaya
terhadap kemampuan klinis dan pertimbangan rasional yang disarankan bidan.
Kondisi sosial menyebabkan pertimbangan ekonomi diutamakan dibandingkan

6
keselamatan ibu.Seperti diberitakan sebelumnya, R (32) adalah ibu muda tuna
wicara. Dia sudah dua kali mengandung, namun anaknya meninggal saat masih
kecil dan dalam kandungan. R diduga menjadi korban malpraktik saat melahirkan
anaknya yang ketiga. Sementara suaminya saat ini bekerja di Malaysia sudah
hampir setahun. Alasan Nu ingin mengurus BPJS karena tidak memiliki biaya
persalinan di rumah sakit. Dan pilihan mendaftar ke BPJS, biaya bisa gratis…
Namun dalam obrolan itu, bidan TD malah mengajak Nu ke kliniknya dengan
iming-iming dan gak usah pakai BPJS. “Katanya kalau gunakan BPJS terburu
terlambat,” kata Nu, menirukan percakapan TD. Pengabaian keselamatan R
dilakukan oleh bidan dan keluarga sendiri. Bidan memanfaatkan kepercayaan dan
ketidaktahuan pasien untuk keuntungan pribadi. Keluarga memutuskan mengikuti
saran bidan, karena ada solusi lain yang lebih ekonomis dan praktis.“Jadi, bagusan
di klinik saya saja, kata bu TD. Karena saya mempunyai dua klinik. Satu di
Mempawah dan di Sui Pinyuh. Dan nantinya saat penjempuatan dan bikin akta
dan kelahiran hanya sekitar Rp.900 ribu,” Nu kembali menirukan percakapan TD.
Mempawah Hilir Diduga Malapraktek) Kepercayaan ibu dan keluarga
terhadap bidan menyebabkan saran untuk dirujuk ke pelayanan spesialis,
diabaikan. Kasus ini menunjukkan peran bidan yang dominan atas pengambilan
keputusan dalam pelayanan kesehatan maternal. “Jadi, kata pihak Puskesmas
harus dibawa ke rumah sakit Dr Rubini. Namun Kepala Puskesmas justru
menawari agar anaknya dibawa ke kliniknya di Mempawah. Pelanggaran aturan
dan etika profesi oleh bidan TD dilakukan lebih dari 1 kali. Bidan TD diketahui
memiliki 2 buah klinik bersalin. Kedua klinik tersebut masih beroperasi dan isu
legalitas dipersoalkan setelah kasus R terungkap ke publik.klinik persalinan
kebidanan juga dikatakannya tak memperbolehkan memiliki dua klinik.
Dikatakannya, kasus dugaan malpraktik yang dilakukan oleh oknum bidan
tersebut, bukan baru pertama kali terjadi di Mempawah. Berdasarkan data yang
dimiliki IBI Mempawah setidaknya ada sejumlah dugaan malpraktik yang
dilakukan sang bidan. Terkait Oknum Bidan Diduga Malpraktik, IBI Mempawah
Layangkan Surat ke Dinkes). “Menurut data-data yang ada, dugaan malpraktik
yang dilakukan bidan TD sudah lebih dari sekali,”

7
Issue : Pengabaian keselamatan ibu. Dengan melakukan persalinan di
PBM bidan TD.
Konflik : Bidan TD merasa mampu membantu kelahiran Ny. R. padahal
menurut Dokter kondisi kehamilan R tidak normal dan perlu dirujuk ke RS.
Dilema : Dalam menolong persalinan, bidan harus mempertimbangkan
keselamatan ibu dan bayi. Dalam hal ini bidan TD harusnya mendukung dokter
dalam mencari surat keterangan BPJS dan merujuk Ny. R ke Rumah Sakit.
b. Analisa Kasus 1
Pengabaian keselamatan R dilakukan oleh bidan dan keluarga sendiri. Bidan
memanfaatkan kepercayaan dan ketidaktahuan pasien untuk keuntungan pribadi.
Keluarga memutuskan mengikuti saran bidan, karena ada solusi lain yang lebih
ekonomis dan praktis. Kepercayaan ibu dan keluarga terhadap bidan
menyebabkan saran untuk dirujuk ke pelayanan spesialis, diabaikan. Kasus ini
menunjukkan peran bidan yang dominan atas pengambilan keputusan dalam
pelayanan kesehatan maternal.
Pelanggaran aturan dan etika profesi oleh bidan TD dilakukan lebih dari 1
kali. Bidan TD diketahui memiliki 2 buah klinik bersalin. Kedua klinik tersebut
masih beroperasi dan isu legalitas dipersoalkan setelah kasus R terungkap ke
publik.
Kasus diatas menunjukkan pengabaian keselamatan ibu dalam pengambilan
keputusan. Pengabaian keselamatan dalam kasus tersebut, dilakukan oleh bidan
terhadap klien. Isu ini memiliki efek kemanusiaan yang paling berat dibandingkan
tindakan diluar kewenangan dan keuntungan pribadi. Kasus diatas menunjukkan
bahwa bidan berani mengambil risiko melakukan suatu tindakan yang
membahayakan klien.
Klien pada kasus tersebut berasal dari keluarga miskin. Isu kerentanan sosial
sangat menonjol pada kasus tersebut. Klien adalah seorang perempuan tuna
wicara, berasal dari keluarga tidak mampu, dan memiliki riwayat kehamilan yang
buruk. Terdapat risiko sosial dan kesehatan pada klien tersebut. Keterbatasan fisik
menyebabkan klien perlu didampingi oleh keluarga dalam kasus ini orang tua,
untuk membuat pengambilan keputusan atas dirinya, tidak didasarkan pada

8
riwayat kehamilan yang buruk, pertimbangan ekonomi menjadi alasan utama
untuk memilih pelayanan yang ditawarkan bidan.
Hubungan bidan dengan ibu tidak hanya sebatas isu klinis. Bidan adalah
perempuan yang bekerja dalam lingkup sosial perempuan. Kedekatan bidan
dengan klien telah dibentuk dalam kurun waktu hampir 30 tahun sejak dicetuskan
program bidan desa, memunculkan hubungan pertemanan (friendship) sesama
perempuan. Situasi ini sebenarnya menjadi modal utama bagi bidan, untuk
melakukan pendekatan pelayanan kesehatan maternal berbasis hak asasi dan
kemanusiaan melibatkan masyarakat. Isu-isu kemanusiaan dalam pelayanan
kesehatan maternal yang mudah dipahami perlu diinformasikan terus menerus
secara berulang, untuk menimbulkan reaksi spontan dari masyarakat untuk
melindungi hak perempuan.
Praktik-praktik yang mengabaikan keselamatan teman (klien) atas
pertimbangan keuntungan pribadi, pelanggaran etika profesi, tindakan diluar
kewenangan, perlu menjadi bahan diskusi dalam pertemuan rutin bidan. Jajaran
pimpinan organisasi profesi bidan harus dapat mengabaikan kekhawatiran
hilangnya keharmonisan hubungan diantara mereka akibat pembahasan tentang
pelanggaran hak asasi dan kemanusiaan yang dilakukan oleh salah satu anggota.
Pembahasan tentang pelayanan yang lebih manusiawi perlu diutamakan
dibandingkan isu klinis dan prosedural. Audit maternal seharusnya menyertakan
pembahasan isu kemanusiaan dan hak asasi dalam kejadian kesakitan dan
kematian ibu. Sisi kemanusiaan yang terabaikan akibat perilaku bidan pada suatu
kasus morbiditas dan mortalitas perlu diungkap untuk mendapatkan gambaran
utuh suatu kejadian, tidak hanya berdasar aspek prosedural. Organisasi profesi
perlu secara bersama-sama dan terus-menerus membuat kesepakatan bersama
tentang pelayanan kesehatan ibu yang manusiawi.
Isu-isu sosial dan dukungan masyarakat terhadap perempuan hamil perlu
menjadi bahan diskusi dalam kegiatan pendidikan bidan berkelanjutan. Fokus
utama kegiatan pendidikan bidan berkelanjutan tidak hanya tentang standar
pelayanan, kompetensi, dan prosedur, melainkan tentang menerapkan konsep
kemanusiaan dan hak asasi dalam praktik sehari-hari. Diskusi kelompok kecil
bidan tentang pelayanan kebidanan berbasis kemanusiaan, dapat memanfaatkan

9
kasus-kasus malpraktik bidan yang dimuat di media online. Bidan perlu belajar
dari kasus-kasus tersebut, agar dapat memilih informasi yang tepat untuk
membangkitkan rasa kemanusiaan masyarakat terhadap perempuan. Dukungan
masyarakat dan keluarga terhadap perempuan adalah modal positif untuk
membentuk pelayanan kesehatan maternal yang lebih manusiawi.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Materi ini sangat penting bagi mahasiswa bidan untuk mengetahui tentang apa itu
etika, apa itu moral dan bagaimana menerapkannya dalam praktik kebidanan serta
contoh issue etik yang terjadi pada klien, keluarga, masyarakat dan teman sejawat
serta organisasi profesi sehingga seorang bidan akan terlidung dari kegiatan
pelanggaran etik ataupun pelanggaran moral yang sedang berkembang dihadapan
publik dan erat kaitannya dengan pelayanan kebidanan sehingga seorang bidan
sebagai provider kesehatan harus kempeten dalam menyikapi dan mengambil
keputusan yang tepat untuk bahan tindakan selanjutnya sesuai standar asuhan dan
kewenangan bidan

3.2 Saran
Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang “isu etik yang terjadi pada klien,
keluarga, masyarakat,teman sejawat dan organisasi” berharap agar mahasiswi
dapat mengetahuinya. Diharapkan bidan selalu berhati-hati dalam mengambil
keputusan.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Marimbi, Hanum. 2009. Etika Dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Jogjakarta :
Mitra Cendikia
2. Purwoastuti Endang, dkk. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Yogaykarta :
2015.
3. Ristica, dkk. 2014. Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta : Deepublish.
4. Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta :
Katalog Dalam Terbitan.
5. MV.Virahayu,D.Dasuki,O.Emilia,M.Hasanbasri,M.Hakimi.(2018).Maternal
Cases in Online News with Human Rights Concerns that Deserve to be
Learned in Midwife Education in Indonesia. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol.2 (3),143-145.

12

Anda mungkin juga menyukai