DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PEMBAGIAN TUGAS
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Syukur yang setulus-tulusnya kami panjatkan kepada Allah SWT sebab
rampungnya makalah ini tidak terlepas dari segala Rahmat dan Karunia-Nya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Konsep Dasar
dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi “, yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai
sumber informasi dan referensi. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan, baik
itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Sriwijaya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengajar kami meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Teori hierarki kebutuhan
dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap
manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum),
keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Hidayat, 2009).
Kebutuhan fisiologis (physiologic Needs) memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki
Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum
terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan yang
lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta
biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi
kebutuhan akan cinta. Kebutuhan tersebut terdiri dari kebutuhan cairan, kebutuhan
eliminasi, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, keseimbangan suhu
tubuh, kebutuhan seksual dan kebutuhan Nutrisi (Ernawati, 2012).
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang
sangat penting. Dilihat dari kegunaannya, nutrisi merupakan sumber energi untuk
segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam
tubuh sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan
lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari
– hari dimakan oleh manusia (Hidayat, 2011). Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan
dasar fisiologis bagi manusia yang tidak bisa terlepas dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, serta implikasinya terhadap kebutuhan dasar lain apabila kebutuhan
ini tidak terpenuhi. Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak
(Tarwoto, 2011).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum, faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor
patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosioekonomi seperti adanya kemampuan
individu. Status gizi seseorang muncul dari gabungan beberapa faktor yakni faktor
lingkungan, genetik dan juga perilaku individu. Perilaku merupakan faktor terbesar
kedua yang mempengaruhi status kesehatan seseorang. Untuk mengatasi gizi kurang
diperlukan perubahan sosial baik gaya hidup, aktivitas fisik, perilaku makan dan
disertai penyiapan lingkungan yang kondusif (Notoatmodjo, 2003).
B. Tujuan
1. Menjelaskan definisi nutrisi
2. Menjelaskan tanda dan gejala gangguan kebutuhan nutrisi
3. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
4. Menjelaskan bagian tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
5. Menjelaskan komponen nutrisi
6. Menjelaskan masalah kebutuhan nutrisi
7. Menjelaskan pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan nutrisi
C. Manfaat
1. Teoritis
Makalah diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam keperawatan
dasar yaitu kebutuhan pemenuhan nutrisi pada pasien
2. Praktis
- Bagi tenaga kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai salah satu
upaya peningkatan nutrisi pada pasien
- Bagi pendidikan keperawatan
Makalah ini diharapkan lebih memperbanyak literature mengenai nutrisi pada
pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DOKUMEN TANGGAL
STANDAR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DIKELUARKAN
BAGIAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN Memasang selang / pipa khusus melalui saluran
pencernaan atas secara langsung yang berakhir di
lambung.
INDIKASI 1. Diagnostik
Membantu diagnosis dengan analisa cairan isi
lambung.
2. Memasukkan Cairan/Makanan
Pasien tidak dapat menelan oleh karena
berbagai sebab
3. Dekompresi isi lambung
Mengeluarkan cairan lambung pada pasien
ileus obstruktif/ileus paralitik peritonitis dan
pankreatitis akut. Bilas lambung pada kasus
intoksikasi. Perdarahan saluran cerna
bagian atas untuk bilas lambung
(mengeluarkan cairan lambung)
KONTRA 1. Kontraindikasi absolut : sumbatan jalan nafas,
INDIKASI fraktur wajah, luka penetrasi dileher, atresia
koana, striktur esophagus.
2. Kontraindikasi relative : koagulopati berat,
operasi hidung maupun operasi lambung, setelah
operasi orofaringeal.
TUJUAN 1. Memasukkan makanan, obat pasien yang tidak
bisa makan melalui mulut
2. Mencegah distensi gaster
3. Melakukan bilas lambung
4. Mengambil spesimen asam lambung untuk
diperiksa di laboratorium
PERSIAPAN 1. Selang NGT (no. 14-20 untuk dewasa, 8-16 untuk
ALAT DAN anak-anak, 5-7 untuk bayi)
TEMPAT 2. Klem
3. Spuit 10 cc
4. Stetoskop atau gelas berisi air matang
5. Plester & gunting
6. Kain kassa
7. Pelumas (jelly)
8. Perlak atau pengalas
9. Bengkok atau baskom muntah.
10. Sarung tangan
DOKUMEN TANGGAL
STANDAR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DIKELUARKAN
BAGIAN KEPERAWATAN
2. Persiapan Pasien :
a. Identifikasi pasien (sesuai SPO).
b. Jelaskan kepada pasien tentang prosedur yang
dilakukan.
c. Atur posisi pasien telentang.
3. Cara Kerja :
a. Cuci tangan (sesuai SPO).
b. Bawa alat-alat kedekat pasien.
c. Pasang tabir / korden.
d. Pakai sarung tangan on steril.
e. Lepas plester slang dengan kapas alkohol.
f. Tarik slang lambung dengan perlahan sambil
anjurkan pasien untuk nafas dalam dan kemudian
buang slang lambung ke bengkok.
g. Bersihkan hidung dengan tissue.
h. Bersihkan bekas plester dengan aceton.
i. Lepas sarung tangan.
j. Beritahu bahwa prosedur sudah selesai.
k. Rapikan Alat.
l. Cuci tangan
m. Dokumentasikan pada status pasien.
DOKUMEN TANGGAL
STANDAR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DIKELUARKAN
BAGIAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN Tindakan memasukkan cairan, makanan cair/ formula
enteral, dan obat-obatan melalui selang NGT.
TUJUAN 1. Memperbaiki/mempertahankan status nutrisi klien
2. Pemberian obat
INDIKASI Pasien yang tidak dapat makan melalui mulut
DOKUMEN TANGGAL
STANDAR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DIKELUARKAN
BAGIAN KEPERAWATAN
Suatu tindakan keperawatan dalam memelihara NGT
Definisi
agar tetap bersih dari rongga mulut hingga lambung.
1. Untuk menghindari tumbuhnya mikroorganisme
atau bakteri di dalam selang NGT.
Tujuan
2. Mencegah infeksi
3. Menjaga kebersihan rongga mulut
Indikasi Bagi pasien yang terpasang NGT
Prosedur Persiapan Alat
1. Air
2. Hepafix
3. Sabun
4. Waslap
5. Sikat gigi
6. Pasta gigi
7. Bengkok
8. Kassa
9. spatel
Fase Prainteraksi
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat
Fase Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama
pasien.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
Fase Kerja
1. Nilai kembali pempatan selang sebelum
meberikan makanan,cairan, atau obat-obatan
dan pada setiap pergantian untuk pemberian
makan secara kontinue.
2. Bilas selang dengan 30 mL air setelah setiap
makan dan pemberian obat-obatan.
3. Nilai adanya iritasi atau pecahnya kulit.
Rekatkan ulang setiap hari dan pada lokasi
yang berlainan untuk menghindari penekanan
konstan pada satu area hidung. Cuci dengan
lembut area sekitar hidung dengan air dan
sabun. Bersihkan perawatan nasal setiap hari
dan jika diperlukan
4. Berikan perawatan mulut setiap 2 jam dan jika
dibutuhkan (cuci mulut, air, sikat gigi,
bersihkan lidah,gigi, gusi, pipi, dan membrane
mukosa). Jika pasien sedang membersihkan
mulut, ingatkan untuk tidak menelan air.Jika
pasien tidak sadar bias dibersihkan
menggunakan spatel dan kassa.
Fase Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan di lembar catatan
keperawatan.
DOKUMEN TANGGAL
STANDAR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DIKELUARKAN
BAGIAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN Pengukuran antropometri adalah pengukuran ukuran
tubuh yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi
badan, lingkar pergelangan tangan, lingkar lengan
bagian tengah atas, lipatan kulit tricep, dan lingkar
otot lengan bagian tengah atas.
TUJUAN 1. Mengetahui batas normal atau tidak normal
ukuran tubuh
2. Menentukan status gizi
INDIKASI Pasien dengan gangguan kebutuhan nutrisi
KONTRA
-
INDIKASI
1. Timbangan berat badan
2. Pengukur tinggi badan
PERSIAPAN
3. Pengukur lingkar lengan atas
ALAT DAN
4. Pita pengukur/metlin
TEMPAT
5. Jangka skinfold
6. Kertas dan ballpoint
PROSEDUR A). Tahap Pra Interaksi
1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan bahan
B). Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan, prosedur pelaksanaan
serta waktu yang dibutuhkan
3. Memberikan kesempatan pasien untuk
bertanya
C). Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Memastikan alat
3. Timbang berat badan
a). Letakkan timbangan di tempat yang datar
atau tidak mudah bergoyang
b). Setel timbangan pada angka nol
c). Timbang pasien (pakaian tipis atau
minimal). Pasien berdiri di atas
timbangan injak
d). Lihat jarum timbangan sampai berhenti /
di tengah-tengah antara gerakan jarum ke
kanan dan ke kiri, baca angka yang
ditunjukkan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan.
e). Catat hasilnya
4. Ukur tinggi badan
a). Pasien tidak memakai sandal / sepatu
b). Pasien berdiri tegak menghadap ke
depan, punggung, pantat dan tumit
menempel pada tiang pengukur
c). Turunkan batas atas pengukur sampai
menempel di ubun-ubun
d). Baca angka pada batas tersebut
e). Catat hasilnya
5. Ukur lingkar pergelangan tangan
a). Lingkarkan alat pengukur (metlin) pada
pergelangan tangan, tidak longgar dan
tidak ketat.
b). Baca angka pada pertemuan dengan
angka nol.
c). Untuk mengetahui perkiraan ukuran
kerangka, bagi tinggi badan dengan
lingkar pergelangan tangan.
d). Catat hasilnya
6. Ukur lingkar lengan bagian tengah atas (MAC)
a). Relaksasikan lengan non dominan pasien
b). Ukur lingkarnya pada titik tengah, antara
ujung dari prosesus acromial skapula dan
prosesus olekranon ulna, dengan
menggunakan metlin, tidak longgar tidak
ketat.
c). Baca angka pada pertemuan dengan
angka nol.
d). Catat hasilnya.
7. Ukur lipatan kulit tricep (TSF)
a). Pegang lipatan panjang dari kulit dan
lemak kira-kira 1 cm dari titik tangah
MAC dengan ibu jari dan jari tengah.
Jepitan dari jangka lengkungan lipatan
kulit standar ditempatkan pada sisi lain
dari lipatan lemak.
b). Ukur area anatomi lain : bisep, skapula,
dan otot abdominal.
c). Catat hasilnya.
8. Ukur lingkar otot lengan bagian tengah atas
a). Hitung dari pengukuran antropometrik
MAC dan TSF.
b). MAMC = MAC – (TSF x 3,14).
c). Catat hasilnya.
D). Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang baru
dilakukan
2. Dokumentasi hasil pelaksanaan,catat
kegiatan dalam lembar catatan perawatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
4. Mengucapkan terima kasih dengan pasien
5. Cuci tangan
BAB IV
ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN
1. Definisi
Etika keperawatan dikaitkan dengan hubungan antar masyarakat dengan
karakter serta sikap perawat terhadap orang lain (Copper, 1991; Potter & Perry,
1997: Utami, Agustine & Happy, 2016). Secara garis besar, tujuan etika
keperawatan adalah sebuah upaya agar seluruh perawat yang ada di Indonesia
dapat menghargai dan menghormati martabat manusia (klien/pasien) pada saat
menjalankan setiap tugas dan fungsinya sebagai perawat. Kode Etik Perawat
merupakan suatu pernyataan atau keyakinan yang mengungkapkan kepedulian
moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan
standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku perawat dan
menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan (PPNI, 2003 dalam Utami,
Agustine & Happy, 2016).
PENUTUP
A. Simpulan
1) Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang
sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber energi
untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal
dari dalam tubuh sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati
ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari
luar tubuh seperti yang sehari – hari dimakan oleh manusia ( Hidayat, 2006).
2) Pengkajian Kebutuhan Nutrisi meliputi Identitas pasien Keluhan utama,
Riwayat kesehatan , Pola Nutrisi, dan Status Nutrisi.
B. Saran
1) Bagi Pelayanan Kesehatan
Rumah sakit, melalui perawat yang ada di ruanagan lebih aktif dalam
meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien untuk kebutuhan aktivitas
dan latihan
2) Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas
dan professional agar terciptanya perawat yang professional, terampil, inivatif,
aktif dan bermutu yang dapat memberikan asuhan keperawatn secara
menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
3) Bagi keluarga
Diharapkan keluarga dapat mendukung pasien dan mengetahui kebutuhan
aktivitas dan latihan yang diperlukan oleh pasien.
4) Bagi perawat
Diharapkan dapat berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal,khusunya pada pasien
dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan. Perawat diharapkan dapat
memberikan pelayanan kesehatan professional terutama dalam memfasilitasi
pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
5) Bagi penulis
Perlu untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan
asuhan keperawatan pasien dengan masalah pemenuhan kebutuhan aktivitas
dan latihan serta perlu memperbaiki agar karya tulis ini lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Herdman, T. H & Kamitsuru, S. (2015) Diagnosis Keperawatan Defini & Klasifikasi
2015-2017. Edisi 10. Jakarta. EGC
Herlina, Shinta. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Ruang Irna Non-Bedah Wanita Rsup Dr. M.
Djamil Padang. Karya Tulis Ilmiah. Diakses tanggal 7 September 2021.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kasiati, & Rosmalawati. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.Khumaidi M. (1989). Gizi Masyarakat. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Kemenkes RI. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Kebutuhan Dasar
Manusia II. Kementrian Kesehatan RI
Lusianah, Indaryani, & Suratun. (2012). Prosedur Keperawatan. Jakarta: CV. Trans
Info Media
Potter, P. A., dan Perry, A.G (2010) Fundamentals Of Nursing: Concept, Process, and
Practice. 7th ed. St. Louis: Mosby. Terjemahan oleh Yasmin Asih, dkk. 2010.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
Ketujuh. Jakarta: EGC.
Syahrizal, Rofi (2018). Laporan Pendahuluan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Di Ruang Wijaya Kusuma Rs. Abdoer Rahem Situbondo. PROFESI NERS.
UNIVERSITAS JEMBER Diakses tanggal 8 September 2021.
Tarwoto dan Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Echa Putri Anjani, Rasmi Zakiah Oktarlina & Chicy Widya Morfi | Zat Antosianin pada Ubi Jalar Ungu terhadap Diabetes Melitus
Abstrak
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Diabetes melitus memiliki gejala khas
yaitu terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak khas
DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva
pada wanita. Badan kesehatan dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM yang menjadi salah
satu ancaman kesehatan global. Terapi pada diabetes melitus dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan non-
farmakologi. Terapi farmakologi dengan terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin atau kombinasi keduanya. Terapi non-
farmakologi terdiri dari perubahan gaya hidup yang mencakup latihan fisik, edukasi berbagai masalah terkait tentang
penyakit DM dan yang terpenting yaitu pengaturan pola makan yang disebut dengan terapi nutrisi medis. Ubi jalar ungu
mengandung tinggi serat, karbohidrat dengan glikemik rendah serta zat antosianin yang cukup tinggi sebagai antioksidan
yang dapat mengurangi resiko diabetes melitus. Diketahui bahwa diet antioksidan, termasuk antosianin, melindungi sel β-
pankreas dari stres oksidatif glucose induced. Pemberian ekstrak ubi jalar ungu dapat melindungi sel dari pengaruh buruk
radikal bebas. Zat antosianin yang terkandung dalam ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) dapat dijadikan pilihan terapi
diet non-farmakologi karena kandungannya dapat mengontrol kadar glukosa darah sehingga dapat mencegah terjadinya
resisten insulin pada pendertita DM.
Abstract
Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease metabolic disorders due pancreas doesn’t produce insulin or the body enough
can’t be produced using insulin the effective operations. Diabetes mellitus have typical symptoms consist of polyuria,
polydipsia, polyphagia and weight loss. whereas DM non-specific symptoms such as weakness, tingling, Heal Difficult
wounds, rashes, eye Blurred, erectile dysfunction in men and pruritus vulva in women. The World Health Organization
(WHO) predicts an increase in Term DM who Along The global health threat. Treatment of diabetes mellitus can be done by
pharmacological and non-pharmacological. Pharmacological therapy consists of oral hypoglycemic drug therapy, insulin
therapy or a combination of both. Non-pharmacological therapy consisting Of Life style changes include physical exercise,
education about diabetes disease problems and most importantly Diet That called medical nutrition therapy. Purple sweet
potatoes contain antioksidan, owning high fibre, and carbohudrate with low glikemik able to lessen diabetes mellitus risk. It
is known that dietary antioxidants, including anthocyanins, which protect cells from the pancreatic β-glucose-induced
oxidative stress. Purple sweet potato extract may protect cells from the harmful effects of free radicals. Anthocyanin
substances contained in purple sweet potato (Ipomoea batatas poiret) can be selected non-pharmacological therapeutic
diet because of its content can control blood glucose levels so as to prevent the occurrence of insulin resistance in patients
with DM.
Korespondensi: Echa Putri Anjani, Alamat Jln Ahmad Yani KM 21 Gedong Tataan Pesawaran Lampung, HP 085789832835,
e-mail echaputrianjani307@gmail.com
10
Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM (Mg/Dl)
Waktu Asal Bukan Belum DM
Pemeriksaan Darah DM Pasti DM
Kadar glukosa Plasma <100 100-199 ≥200
darah vena
sewaktu Darah <90 90-199 ≥200
(mg/dL) kapiler
Penatalaksanaan DM selain terapi glukosa di otot rangka dan lemak dan tidak
farmakologis, terapi non-farmakologis melalui cukup menekan produksi glukosa hepatik.
pengaturan pola makan efektif mengendalikan Mekanisme yang mencegah sel β pankreas
kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2. mensekresi insulin dalam jumlah yang cukup
Strategi dalam mengendalikan kadar glukosa untuk mengatasi resistensi insulin perifer belum
darah yaitu salah satunya melalui pemilihan sepenuhnya dipahami. Agen hipoglikemik oral
makanan dengan indeks glikemik (IG) rendah. yang secara langsung merangsang pelepasan
Menurut pendapat Franz (2012) dalam insulin dari sel β (misalnya, obat berbasis
penelitiannya menunjukan makanan IG rendah sulfonilurea), bagaimanapun, dapat
tidak menimbulkan peningkatan glukosa darah meningkatkan sekresi insulin pada diabetes
secara cepat sehingga mampu memperbaiki cukup untuk mengatasi resistensi insulin perifer
sensitivitas insulin serta bermanfaat dalam dan menormalkan kadar glukosa darah. Salah
mengendalikan glukosa darah penderita DM tipe satu kelemahan menggunakan obat berbasis
2. Indeks Glikemik (IG) tertinggi terdapat pada sulfonylurea adalah bahwa mereka gagal untuk
ubi jalar merah dan terendah pada ubi jalar mengontrol kadar glukosa darah normal. Obat
ungu. Sehingga ubi jalar ungu optimal ini juga mempengaruhi kemampuan sel β-
mengendalikan glukosa darah pada DM tipe 2. pankreas untuk mengeluarkan tingkat insulin
Kandungan ubi jalar ungu tersusun atas vitamin yang konsisten dan menyebabkan penambahan
(A,B1,B2,C dan E), mineral (kalsium, kalium, berat badan. Oleh karena itu, akan bermanfaat
magnesium, tembaga dan senga), serat dan jika diet bisa mengatur kadar glukosa darah atau
karbohidrat.11.12 menginduksi produksi insulin oleh sel β-
Berdasarkan hasil penelitian dari Fakultas pankreas dalam kondisi diabetes tipe-2.5,13
Pertanian Unud di Bali ditemukan kandungan Hal ini juga diketahui bahwa diet
antosianin yang cukup tinggi sebagai antioksidan antioksidan, termasuk antosianin, melindungi
pada ubi jalar ungu yaitu berkisar antara 110 sel β-pankreas dari stres oksidatif glucose
mg-210 mg/100 gram. Konsumsi diet rendah induced. Pemberian ekstrak ubi jalar ungu dapat
lemak dan kaya antioksidan dapat mengurangi melindungi sel dari pengaruh buruk radikal
risiko obesitas dan resistensi insulin. Sejumlah bebas. Radikal bebas adalah senyawa atau atom
laporan terbaru menunjukkan bahwa konsumsi yang memiliki elektron tidak berpasangan pada
ubi jalar ungu yang kaya akan polifenol, orbital luarnya sehingga bersifat sangat reaktif
menurunkan kejadian diabetes tipe-2, sebuah terhadap sel atau komponen sel seperti lipid,
kondisi yang berhubungan dengan resistensi protein dan DNA, serta dapat menyebabkan
insulin. Resistensi insulin adalah gangguan di mutasi dan bersifat karsinogenik. Dalam
mana insulin tidak cukup merangsang transpor keadaan normal radikal bebas yang di produksi
11. Avianty S, Ayustaningwarno F. Indeks 13. Jawi IM, Suprapta DN, Dwi SU, Wiwiek I.
glikemik snack bar ubi jalar kedelai hitam Ubi jalar ungu menurunkan kadar mda
sebagai alternatif makanan selingan dalam darah dan hati mencit setelah
penderita diabetes melitus tipe 2. Jurnal aktivitas fisik maksimal. Jurnal Veteriner.
Aplikasi Teknologi Pangan. 2014;2(2):98- 2008;9(2):65-72.
102. 14. Linawati N, Sumardika I, Jawi I.
12. Rahayu P, Fathonah S, Fajri M. Daya Pencegahan gangguan fungsi ginjal karena
terima dan kandungan gizi makanan stres oksidatif pada tikus diabetes dengan
tambahan berbahan dasar ubi jalar ungu. ubi jalar ungu. Jurnal Veteriner.
Food Science and Culinary Education 2014;15(2):274-80.
Journal. 2012;1(1):31-7.