Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR PROFESIONAL

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN DALAM NUTRISI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

REGA DWI ANUGERAH (04064882124026)


SUCI RAHMADANI (04064882124027)
SERLI NANDA SIWI DIDIK (04064882124028)
INDAH LESTARI SITANGGANG (04064882124029)
PUTRI NOVITA SARI (04064882124030)
GISELLA PRATIWI (04064882124031)
SUCI INDAH SARI (04064882124032)
MELIYA APRIYANI (04064882124033)
HERU (04064882124034)
RIZKI (04064882124035)

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN (NERS)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PEMBAGIAN TUGAS

No. Nama Tugas


1 Serli Nanda Siwi Didik CP-KBP 8, 7
2 Indah Lestari Sitanggang CP-KBP 9,7
3 Gisella Pratiwi CP-KBP 10,7
4 Rega Dwi Anugerah CP-KBP 11, 14
5 Meliya Apriyani CP-KBP 12, 14
6 Heru CP-KBP 13, 14
7 Putri Novita Sari CP-KBP 15, 19
8 Suci Indah Sari CP-KBP 16, 19
9 Rizki CP-KBP 17, 19
10 Suci Rahmadani CP-KBP 18, 19
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,
Syukur yang setulus-tulusnya kami panjatkan kepada Allah SWT sebab
rampungnya makalah ini tidak terlepas dari segala Rahmat dan Karunia-Nya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Konsep Dasar
dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi “, yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai
sumber informasi dan referensi. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan, baik
itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Sriwijaya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengajar kami meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

Indralaya, September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 4
BAB I ...................................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 5
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 5
B. Tujuan ......................................................................................................................................... 6
C. Manfaat ....................................................................................................................................... 6
BAB II..................................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 7
A. Konsep Dasar Kebetuhan Pemenuhan Nutrisi ............................................................................ 7
1. Pengertian Nutrisi ........................................................................................................................... 7
2. Tanda dan Gejala Gangguan Kebutuhan Nutrisi ............................................................................ 7
3. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi ............................................................................. 8
4. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi .......................................... 10
5. Komponen Nutrisi ......................................................................................................................... 13
6. Masalah Kebutuhan Nutrisi .......................................................................................................... 23
7. Pengkajian Pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi .................................................... 26
BAB III ................................................................................................................................................. 30
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) .............................................................................. 30
BAB IV.................................................................................................................................................. 41
ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN ............................................................................................. 41
1. Definisi...................................................................................................................................... 41
2. Fungsi Etika Keperawatan ........................................................................................................ 41
3. Dasar Hukum Hak dan Kewajiban Perawat dan Pasien............................................................ 42
4. Prinsip Moral Dalam Etika Keperawatan ................................................................................. 42
5. Prinsip Etik Dalam Asuhan Keperawatan ................................................................................. 42
BAB IV ................................................................................................................................................. 46
PENUTUP ............................................................................................................................................ 46
A. Simpulan ................................................................................................................................... 46
B. Saran ......................................................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 48
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Teori hierarki kebutuhan
dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap
manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum),
keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Hidayat, 2009).
Kebutuhan fisiologis (physiologic Needs) memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki
Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum
terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan kebutuhan yang
lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta
biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi
kebutuhan akan cinta. Kebutuhan tersebut terdiri dari kebutuhan cairan, kebutuhan
eliminasi, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, keseimbangan suhu
tubuh, kebutuhan seksual dan kebutuhan Nutrisi (Ernawati, 2012).
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang
sangat penting. Dilihat dari kegunaannya, nutrisi merupakan sumber energi untuk
segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam
tubuh sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan
lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari
– hari dimakan oleh manusia (Hidayat, 2011). Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan
dasar fisiologis bagi manusia yang tidak bisa terlepas dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, serta implikasinya terhadap kebutuhan dasar lain apabila kebutuhan
ini tidak terpenuhi. Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak
(Tarwoto, 2011).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum, faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor
patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosioekonomi seperti adanya kemampuan
individu. Status gizi seseorang muncul dari gabungan beberapa faktor yakni faktor
lingkungan, genetik dan juga perilaku individu. Perilaku merupakan faktor terbesar
kedua yang mempengaruhi status kesehatan seseorang. Untuk mengatasi gizi kurang
diperlukan perubahan sosial baik gaya hidup, aktivitas fisik, perilaku makan dan
disertai penyiapan lingkungan yang kondusif (Notoatmodjo, 2003).

B. Tujuan
1. Menjelaskan definisi nutrisi
2. Menjelaskan tanda dan gejala gangguan kebutuhan nutrisi
3. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
4. Menjelaskan bagian tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
5. Menjelaskan komponen nutrisi
6. Menjelaskan masalah kebutuhan nutrisi
7. Menjelaskan pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan nutrisi

C. Manfaat
1. Teoritis
Makalah diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam keperawatan
dasar yaitu kebutuhan pemenuhan nutrisi pada pasien
2. Praktis
- Bagi tenaga kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai salah satu
upaya peningkatan nutrisi pada pasien
- Bagi pendidikan keperawatan
Makalah ini diharapkan lebih memperbanyak literature mengenai nutrisi pada
pasien
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kebetuhan Pemenuhan Nutrisi


1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto &
Wartonah, 2011). Pemenuhan nutrisi merupakan hasil kerja sistem pencernaan
yang tak terlepas dari sistem lainya sebagai suatu proses yang saling berkaitan,
sistem yang yang dimaksud diantaranya Kardiovaskuler, pernafasan,
persyarafan, endokrin dll (Atoilah & Kusnadi, 2013).

2. Tanda dan Gejala Gangguan Kebutuhan Nutrisi


Seseorang yang mengalami gangguan nutrisi mengalami beberapa
tanda dan gejala antara lain (Herdman dan Kamitsuru, 2015):
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
1) 20% atau lebih berat badan berada di bawah rentang ideal
2) Bising usus hiperaktif
3) Cepat kenyang setelah makan
4) Diare
5) Gangguan sensasi rasa
6) Kehilangan rambut secara berlebihan
7) Kelemahan otot pengunyah dan untuk menelan
8) Ketidakmampuan memakan makanan
9) Kurang infomasi
10) Kurang minat pada makanan
11) Nyeri abdomen
12) Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
13) Sariawan rongga mulut
b. Gangguan Menelan
1) Muntah sebelum menelan
2) Ngiler
3) Tersedak sebelum makan
4) Waktu menelan lama dengan konsumsi yang tidak adekuat
5) Menolak makan
c. Berat bada berlebih
1) BMI > 25 kg/m2
d. Kekurangan Volume cairan
1) haus
2) Kulit kering
3) Membran mukosa kering
4) Peningkatan frekuensi nadi
5) Peningkatan suhu tubuh
6) Penurunan berat badan tiba-tiba
7) Penurunan tekanan darah.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi


Menurut Atoilah dan Kusnadi (2013), faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi pada manusia adalah umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan,
iklim, tinggi dan berat badan.
a. Umur

Kebutuhan nutrisi anak-anak lebih tinggi bila dibandingkan dengan


ukuran tubuhnya dari pada orang dewasa. Hal ini dapat dimengerti karena
pada usia tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Kebutuhan nutrisi pada seseorang akan semakin naik
sesuai umur sampai saat kematangan, lalu akan menurun lagi. Umur 1-3
tahun : 1.200 kal
Umur 4-6 tahun : 1.600 kal
Umur 7-9 tahun : 1.900 kal
Umur 10-12 tahun : 2.300 kal
Dewasa : 2.800 kal
b. Jenis Kelamin
Pada laki-laki membutuhkan kalori lebih banyak dari pada perempuan. Hal
ini disebabkan laki-laki mempunyai lebih banyak otot-otot dan aktivitas
sehingga BMR nyapun lebih tinggi.
Laki-laki remaja 13-15 tahun : 2.800 kal
16-19 tahun : 3.000 kal
Wanita remaja 13-16 tahun : 2.400 kal
16-19 ahun : 2.500 kal
c. Jenis Pekerjaan
Kebutuhan nutrisi dipengaruhi juga oleh tingkat aktivitas, terutama
penggunaan otot untuk memproduksi energi. Wanita hamil dan menyusui
membutuhkan tambahan nutrisi untuk pertumbuhan janin dan produksi
ASI. Kebutuhan kalori Juru tulis (L) 1.700 kal, perawat (L) 2.000 kal,
pembantu rumah tangga 2.400 kal, wanita hamil 2.300 kal, menyusui
2.600 kal, petani 3.000 kal.
d. Iklim
Pada lingkungan (negara) yang beriklim panas kebutuhan kalorinya lebih
rendah dibandingkan dengan negara dengan iklim dingin, ini disebabkan
pada ligkungan dingin lebih banyak kebutuhan produksi panas untuk
keseimbangan tubuh. Sedangkan pada iklim panas dibantu dengan suhu
lingkungan.
e. Tinggi dan Berat Badan
Seseorang dengan BB dan TB yang besar lebih dari yang lainnya akan
membutuhkan energi yang lebih pula untuk menjalankan aktivitasnya.
f. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang nafsu
makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat.

Sedangkan menurut Hidayat (2009), faktor yang mempengaruhi


kebutuhan nutrisi pada manusia adalah pengetahuan, prasangka, kebiasaan,
kesukaan, dan ekonomi.
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan.Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami
kebutuhan gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi
dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah,
tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan
bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap
bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu juga dapat memengaruhi status gizi.Misalnya, di beberapa daerah,
terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja.
Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik.
Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat
menyebabkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein yang
sangat baik bagi anak-anak.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan dapat terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat
mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Saat ini, para remaja di kota- kota besar di negara
kita memiliki kecenderungan menyenangi makanan tertentu secara
berlebihan, seperti makanan cepat saji (junkfood), bakso, dll. Makanan-
makan ini tentu saja berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika
dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi
yang baik.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit.Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang
tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.

4. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Sistem yang berperan dalam pemenuhan kubutuhan nutrisi adalah sistem
pencernaan yang terdiri dari sistem pencernaan dan organ asesoris (Lusianah,
Indaryani, & Suratun, 2012).
a) Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua
bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang di antara gusi, bibir, pipi,
dan bagian dalam yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan
mengalami proses mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat
makanan dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amilase yang ak
an memecah amilum yang terkandung dalam makanan menjadi maltose.
Di dalam mulut juga terdapat kelenjer saliva yang menghasilkan saliva
untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya
amilase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan, serta
mengencerkan bolus.
b) Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang
hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian
terlebar di bagian ats hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung
berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan
panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di belakang trakea, di depan
tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma
yang behubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan
lambung. Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan
makanan dari faring menuju lambung.
c) Lambung
Fungsi lambung yaitu sebagai reservoir untuk menampung makanan
sampai dicerna sedikit demi sedikit dan memecah makanan menjadi
partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam lambung.
Fungsi lambung juga untuk mensekresi pepsin dan HCL yang akan
memecah protein menjadi pepton, amilase memecah amilum menjadi
maltose, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol
membentuk sekresi gastrin. Makanan berada pada lambung selama 2-6
jam, kemudian bercampur dengan getah lambung yang mengandung 0,4%
HCL untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik
dan desinfektan.
d) Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih
2,5 meter dalam keadaan hidup, kemudian akan bertambah panjang
menjadi kurang lebih 6 meter pada orang yang telah meninggal. Fungsi
usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorpsi chime dari
lambung. Zat-zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus
halus, yaitu absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A,
D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.
e) Usus Besar
Usus besar atau juga disebut kolon merupakan sambungan dari dari usus
halus yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki
panjang 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden,
sigmoid, dan berakhir di rectum yang panjangnya kira-kira 10 cm dari
usus besar.Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang lebih
90%) elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Flora yang terdapat dalam
usus besar berfungsi untuk mrnyintesis vitamin K dan B serta
memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.
f) Anus
Anus atau dubur adalah penghubung antara rektum dengan lingkungan
luar tubuh.Di anus terdapat otot sphinkter yang berfungsi untuk membuka
dan menutup anus. Fungsi utama anus adalah sebagai alat pembuangan
feses melalui proses defekasi (buang air besar).
g) Hati
Fungsi hati dalam sistem pencernaan adalah menghasilkan cairan empedu,
fagositosis bakteri, dan benda asing lainnya, mempreduksi sel darah
merah, dan menyimpan glikogen.
h) Kantong Empedu
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu,
memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH
optimum enzin-enzim pada usus halus, mengemulai garam-garam empedu,
mengamulisi lemak, mengekskresi berperan zat yang tak digunakan oleh
tubuh dan member warna pada feses.
i) Pankreas
Pankreas merupakan kelenjer yang struturnya sama seperti kelenjer ludah
dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm. pankreas memiliki dua fungsi
yaitu fungsi endokrin eksokrin yang dilaksanakan oleh sel sekretori yang
membentuk getah pancreas berisi enzim serta elektrolit dan fungsi
endokrin yang terbesar di antara alveoli pankreas.
5. Komponen Nutrisi
Makanan yang kita makan pada dasarnya harus mengandung protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air (Asmadi, 2008).
A. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan
terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh dan
kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan jaringan otot dalam bentuk
glokogen.
1) Jenis karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya, karbohidrat digolongkan menjadi tiga
jenis yaitu monosakrida, disakrida dan polisakrida.
a) Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana
dan merupakan molekul yang paling kecil.Dalam bentuk ini
karbohidrat dapat diserap oleh pembuluh darah dan usus.Jenis
monosakrida adalah glokosa, dektrosa yang terdapat pada buah –
buahan dan sayur, fruktosa yang banyak terdapat pada buah –
buahan, sayur dan madu, serta galaktosa yang merupakan
pemecahan dari disakarida.
b) Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa. Sukrosa dan
maltosa banyak terdapat pada makanan nabati, sedangkan laktosa
merupakan jenis gula dalam air susu baik pada susu ibu maupun
susu hewan.
c) Polisakarida
Merupakangabungan dari beberapa molekul monosakarida.Jenis
polisakarida adalah zat pati, glikogen, dan selulosa.
2) Fungsi karbohidrat
a) Sumber energi yang murah.
b) Sumber energi utama pada otak dan saraf.
c) Cadangan untuk tenaga tubuh.
d) Pengaturan metabolisme lemak.
e) Efisiensi penggunaan protein.
f) Memberikan rasa kenyang
3) Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat berasal dari makan pokok, umumnya berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong dan
lain – lain. Sedangkan karbohidrat pada hewani berbentuk glikogen.
4) Pencernaan karbohidrat
Pencernaan karbohidrat dilakukan secara mekanik dan kimia.
Pencernaan secara mekanik melibatkan pergerakan otot untuk
mengunyah, merobek, mendorong dan menelan makan sehingga
menjadi bagian yang lebih kecil atau halus.Pencernaan makanan secara
mekanik terjadi di mulut, lambung dan usus halus. Pencernaan
makanan secara kimia melalui bantuan enzim amilase saliva yang
diaktifkan oleh HCL, enzim enterokinasi yang dihasilkan oleh usus
dengan mengaktifkan maltosa, laktosa dan sukrosa untuk mengubah
menjadi gula sederhana. Enzim lain yang berperan dalam pencernaan
karbohidrat adalah pankreatik alfa amilase yang dihasilkan oleh
pankreas dan berfungsi memecah pati menjadi maltosa yang
selanjutnya akan diubah menjadi glukosa.
5) Absorpsi karbohidrat
Karbohidrat belum dapat di absorpsi oleh usus sebelum dipecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau dicerna. Pencernaan
karbohidrat menghasilkan disakarida dan trisakarida dan selanjutnya
akan di ubah menjadi monosakarida. Dalam bentuk monosakarida,
karbohidrat dapat di absorpsi melalui proses difusi pada usus dan
masuk ke kapiler vilus selanjutnya dibawa menuju hati melalui vena
porta hepatika. Dihati, galaktosa dan fruktosa diubah menjadi glukosa
dan sebagian glukosa akan di ubah menjadi glikogen dengan pengaruh
insulin
6) Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh.
Hampir 80% energi dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1 gram
karbohidrat akan dihasilkan 4 kilo kalori (kkal). Glukosa dapat berasal
dari zat tepung dan gula, asam amino, serta glisero. Didalam tubuh,
glukosa tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah, dan
kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan otot dalam bentuk
glikogen. Setelah kebutuhan energi terpenuhi, kelebihan glukosa akan
di ubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adiposa. Glukosa
darah dipertahankan secara optimal untuk kebutuhan energi seperti
otak dan fungsi organ lainnya. Untuk dapat dimanfaatkan oleh sel dan
jaringan, karbohidrat harus diubah terlebih dahulu menjadi glukosa.
Proses metabolisme glukosa akan berlangsung melalui 2 mekanisme
utama, yaitu melalui proses aerob dan anaerob. Proses metabolisme
aerob berlangsung dengan menggunakan enzim di dalam mitokandria
dan dengan bantuan oksigen, sedangkan proses metabolisme anaerob
berlangsung dalam sitoplasma. Glukosa berada dalam sel tubuh dengan
cara difusi yang di bantu oleh hormon insulin. Insulin merupakan
hormon yang berfungsi dalam mempertahankan glukosa darah. Jika
insulin tidak ada atau kadarnya berkurang, maka glukosa darah akan
meningkat. Kelainan yang ektrim glukosa darah dapat menimbulkan
penurunan kesadaran, koma dan meninggal. Metabolisme karbohidrat
terjadi melalui empat proser sebagai berikut :
a) Glikogenesis, yaitu perubahan dari katabolisme glikogen menjadi
glukosa, karbon dioksida dan air. Ketika glukosa darah turun, maka
glikogen akan dipecah dengan bantuan enzim glikogen fasfoglirase
menjadi glukosa 1-fosfat, selanjutnya menjadi glukosa 6-fosfat,
yang kemudian dengan bantuan oksigen diubah menjadi energi.
b) Glikogenesis merupakan proses anabolisme atau pembentukan
glikogen dari glukosa. Ketika glukosa masuk ke dalam sel
kemudian di fosforilasi menjadi glukosa 6- fosfat, kemudian diubah
menjadi glukosa 1-fosfat, selanjutnya melalui bantuan enzim
glikogen sintase akan di ubah menjadi glikogen. Sintesis dan
penyimpanan glikogen terjadi dihati dan sel otot skeletal.
c) Glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari protein
dan lemak misalnya dari asam amino dan gliserol. Ketika cadangan
energi dan karbohidrat menurun, maka untuk mempertahankan
glukosa darah terjadi pemecahan lemak dan protein.
d) Glikolisis merupakan proses pemecahan glukosa menjadi asam
piruvat dan molekul ATP. Pada proses glikolisis 1molekul glukosa
yang memiliki 6 atom karbon pada rantainya (C6h12O6) akan
terpecah menjadi dua molekul piruvat yang memiliki 3 atom
karbon (C3H3O3). Proses glikolisis terjadi di sitosol sel yang
dipercepat oleh enzim spesifik.
B. Protein
Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam penyusunan
senyawa - senyawa penting seperti enzim, hormon dan antibodi.
1) Jenis protein
Protein adalah senyawa yang komplek, tersusun atas asam amino atau
peptida. Pada manusia terkandung 22 jenis asam amino yang
berbeda.Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino.
Berdasarkan sumbernaya, asam amino dikelompokan menjadi dua,
yaitu asam amino esensial dan asam amino nonesensial. Asam amino
esensial hanya dapat diperoleh dari luar tubuh seperti makanan karena
tidak dapat disintesis dalam tubuh, misalnya lisin, triptopan,
fenilalanin, dan leusin. Sedangkan asam amino non-esensial
merupakan asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh dari senyawa
lain, misalnya glutamin, alanin, hidroksisilin dan piruvat.
Asam amino esensial Asam amino non esensial
Histidin Alanin
Isoleusin Argirin
Leusin Asam aspartat
Lisin Sitrulin
Metionin Sistein
Fenilalanin Sistenin
Treonin Asam glumamat
Triptofan Glisin
Valin Hidroksilisin
Hodroksiprolin
Prolin
Serin
Tirosin
Berdasarkan susunan kimianya, protein digolongkan menjadi tiga
golongan, yaitu:
a) Protein sederhana, yaitu jenis protein yang tidak berikatan dengan
senyawa lain seperti albumin dan globulin.
b) Protein bersenyawa, protein ini dapat membentuk ikatan denganzat
lain seperti dengan glikogen membentuk glikoprotein, dengan
hemoglobin membentuk kromoprotein.
c) Turunan atau derivat dari protein, termasuk dalam turunan protein
misalnya albuminosa, pepton dan gelatin.
2) Fungsi protein
a) Dalam bentuk albumin berperan dalam keseimbangan cairan yaitu
dengan meningkatkan tekanan osmotok koloid serta keseimbangan
asam basa.
b) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
c) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon.
d) Sumber energi disamping karbohidrat dan lemak.
e) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat
menyimpan dan meneruskan sifat – sifat keturunan.
3) Sumber protein
a) Protein hewani, yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur,
hati, udang, kerang, ayam dan sebainya.
b) Protein nabati, yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai,
kacang hijau, tepung terigu dan sebagainya.
4) Pencernaan protein Jika ada makanan yang mengandung protein yang
masuk kelambung, maka akan menstimulasi produksi pepsinogen oleh
sel utama (chief cell) lambung. Pepsinogen dengan bantuan HCL
diaktifkan dengan cepat menjadi pepsin pada pH dibawah 5,0 dan akan
efektif pada pH 2,0. Produksi pepsinogen dipengaruhi oleh adanya
hormon asetilkolin, gastrin, dan sekretin selama ada makanan dan
kerjanya dihambat oleh keadaan alkali seperti pada keadaan keasaman
pada usus.Pepsin mengubah protein menjadi polipeptida yaitu
albuminosa dan pepton. Di usus, albuminosa dan pepton akan diubah
menjadi asam amino dengan bantuan enzim tripsin dan pankreas.
5) Absorpsi protein
Setiap hari sekitar 200 gram asam amino di absorpsi melalui ileum dan
masuk ke kapiler-kapiler darah vilus melalui proses difusi, selanjutnya
dibawa ke vena porta hepatika. Karena protein dapat larut dalam air
sehingga umumnya penyerapan dapat terjadi secara sempurna, maka
hampir tidak tersisa protein makanan dalam feses.
6) Metabolisme protein
Protein merupakan sumber enargi selain karbohidrat dan lemak. Setiap
1 gram protein akan menghasilkan 4 kkal. Setelah asam amino diserap
di usus dan masuk ke aliran darah menuju kehati, selanjutnya akan
disebar keseluruh jaringan tubuh dan dimanfaatkan untuk mengganti
sel – sel yang rusak. Asam amino yang tidak dapat dipergunakan akan
ditransportasikan kembali kehati untuk kemudian dilakukan
katabolisme dengan dilepaskan ikatan nitrogenya sehingga terpecah
menjadi senyawa asam organik dan amoniak (NH3). Asam organik
seperti asam keton akan dimanfaatkan kembali untuk pembentukan
asam amino lain, sedangkan amoniak akan di ubah menjadi urea dan di
buang melalui ginjal. Apabila asam amino dari makanan berlebihan
atau melebihi kebutuhan tubuh, maka kelebihan atau sisanya tidak
dapat di timbun, tetapi akan diubah menjadi lemak sebagai cadangan
kalori tubuh.
7) Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein adalah sebagai
berikut :
a) Berat badan seseorang. Semakin besar beratbadannya kebutuhan
akan protein akan lebih besar, hal ini sangat terkait dengan semakin
banyak jumlah sel dan jaringan yang harus dipertahankan dan
memperbaiki jaringan yang rusak.
b) Aktivitas. Aktivitas membutuhkan tambahan energi yang
diantaranya berasal dari protein
c) Keadaan pertumbuhan. Bayi: 3 gr/kgBB, anak – anak 1,75-2,5
gr/kgBB, dan pada remaja sampai usia lanjut kebutuhan protein
1,25 – 1,75 gr/kgBB.
d) Pada wanita hamil di tambah 10gr/hari.
e) Pada ibu menyusui ditambah 20gr/hari.
f) Keadaan atau kondisi kesehatan, misal sakit atau terjadi infeksi.
C. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan jumlah
kalori lebih besar dari pada karbohidrat dan protein.
1) Jenis lemak
Berdasarkan ikatan kimianya lemak dibedakan menjadi:
a) Lemak murni, yaitu lemak yang terdiri dari asam lemak dan
gliserol. Asam lemak bebas dapat dengan mudah menembus
membran sel melalui proses difusi.
b) Lemak yang berikatan dengan unsur lain seperti fosfolipid
merupakn senyawa ikatan lemak dengan garam fosfot, glikolipid
(senyawa ikatan lemak dengan glikogen), serta lipoprotein
(senyawa antara lipid dan protein).
2) Fungsi lemak
a) Sebagai sumber energi, memberi kalori dimana dalam 1 gram
lemak pada peristiwa oksidasi akan menghasilkan kalori sebanyak
9 kkal.
b) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus.
c) Untuk aktivasi enzim seperti fosfolipid.
d) Penyusun hormon seperti biosintesis hormon steroid.
3) Sumber lemak
Sumber lemak berasal dari nabati dan hewani, lemak nabati
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti pada kacang-
kacangan kelapa dan lainnya. Sedangkan lemak hewani banyak
mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada
daging sapi, kambing dan lain sebagainya.
4) Pencernaan lemak
Pencernaan lemak dimulai dari mulut dengan bantuan enzim lipase
saliva yang dihasilkan di sublingual, kemudian dilambung dan
duodenum dengan bantuan enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas.
Enzim lipase diaktifkan oleh adanya garam empedu yang masuk ke
duodenum. Lemak dicerna menjadi asam lemak, monogliserida, dan
kolesterol dengan bantuan garam-garam empedu dan lipase lalu diserap
kedarah menuju hati.
5) Absorpsi lemak
Sekitar 80 gram per hari diabsorpsi dalam usus kususnya di duodenum
melalui mekanisme difusi pasif.Asam lemak dengan rantai pendek
(terdiri atas 10 – 12 atom karbon) masuk ke jaringan kapiler dan
selanjutnya dibawa ke vena porta hepatika sebagai asam lemak bebas.
Sedangkan asam lemak denganrantai panjang (lebih dari 12 atom
karbon) disintesis kembali menjadi trigliserida, kemudian bergabung
bersama lipoprotein, kolesterol dan fosfolipid membentuk silimikron
selanjutnya akan diabsorpsi oleh lakteal dari vili. Dari lakteal
kemudian masuk kesirkulasi simpatik dan kemudian masuk kesirkulasi
darah.
6) Metabolisme lemak
Metabolisme lemak terjadi di hati, ketika lemak diabsorpsi di usus
halus atau dilepas dari jaringan adiposa, gliserol yang merupakan
bagian dari lemak dipecah menjadi piruvat, asam lemak dan komponen
lemak lainnya. Ketika terjadi penurunan gula darah, dimana cadangan
karbohidrat dan protein menurun, maka lemak diubah menjadi glukosa.
Pada kondisi tertentu oksidasi lemak menjadi tidak sempurna dan
menghasilkan keton dan dilepaskan dalam darah. Jika terjadi
penumpukan keton didalam darah lebih cepat dari yang dibutuhkan sel
untuk sumber energi maka akan terjadi ketosi. Karena keton berupa
asam, maka dapat menyebabkan asidosis metabolik dimana pH darah
menjadi turun.Pada kondisi ini, pernafasan pasien menjadi cepat untuk
membuang lebih banyak ion hidrogen. Kondisi ketosis merupakan
keadaan kegawatan, dimana orang akan mengalami keracunan dan
menurunnya kesadaran sehingga dapat mengalami kematian. Jika
dalam makanan terdapat kelebihan lemak maka dalam tubuh lemak
akan disimpan dan akan dipergunakan sebagai:
a) Cadangan energi atau tenaga
b) Bantalan bagi alat –alat tubuh seperti ginjal dan bola mata.
c) Mempertahankan panas tubuh karena lemak sebagai
penghambat panas (konduktor yang buruk).
d) Perlindungan tubuh terhadap trauma dan zat kimia yang
berbahaya.
e) Pembentuk postur tubuh seperti orang yang terlihat gemuk
atau kurus karena adanya lemak.
D. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh.Vitamin sangat
berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator.
1) Jenis vitamin
Vitamin dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a) Vitamin yang larut dalam air seperti B kompleks, B1 (Tiamin), B2
(Riboflavin), B3 (Niasin), B5 (Asam Pantotenat), B6 (Piridoksin),
B12 (Kobalamin), asam folat, dan vitamin C. Jenis vitamin ini
dapat larut dalam air sehingga kelebihannya dapat dibuang melalui
urine.
b) Vitamin yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak seperti
vitamin A, D, E, dan K.
2) Sumber dan fungsi vitamin
a) Vitamin B1, banyak terdapat pada biji-bijian tumbuhan seperti
padi, kacang tanah, kacang hijau, gandum, roti, sereal, jaringan,
tubuh hewan, ginjal, hati, dan ikan. Fungsinya adalah mencegah
terjadinya penyakit beri-beri, neuropati perifer, gangguan konduksi
sistem saraf, dan ensefalopati wernicke.
b) Vitamin B2, banyak terdapat pada ragi, hati, ginjal, susu, keju,
kacang almond, dan yoghurt. Fungsinya adalah memperbaiki kulit,
mata serta mencegah terjadinya hiperbilirubinemia pada bayi baru
lahir yang mendapatkan fototerapi.
c) Vitamin B3, banyak terdapat pada berbagai jenis makanan dari
hewani dan nabati seperti sereal, beras, dan kacang-kacangan.
Fungsi vitamin ini adalah menetralisasi zat racun, berperan dalam
sintesis lemak, memperbaiki kulit dan saraf, serta sebagai koenzim
pada banyak enzim dehidrogenase yang terdapat dalam sitosol dan
mitokondria.
d) Vitamin B5, sumber vitamin ini melimpah di berbagai jenis
makanan, baik di tumbuhan dan hewani, sehingga jarang terjadi
kekurangan vitam B5. Ungsinya sebagai katalisator reaksi kimia
dalam pembentukan koenzim A yang berperan dalam pembentukan
energi (ATP).
e) Vitamin B6, vitamin ini banyak terdapat pada hati, ikan, daging,
telur, pisang, sayuran, fungsinya berperan dalam proses
metabolisme asam amino, proses glikogenesis, pembentukan
antibodi, serta regenerasi sel darah merah. Kekurangan vitamin ini
dapat mengakibatkan dermatitis, bibir pecah-pecah, sariawan,
anemia, dan kejang.
f) Vitamin B12, vitamin ini banyak terdapat pada daging, ikan,
kepiting, telur, susu, dan tempe. Fungsinya membantu
pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan sel saraf, dan
membantu metabolisme protein.
g) Vitamin C, sumbernya banyak pada sayuran dan buah seperti jeruk,
mangga, tomat, stroberi, asparagus, kol, susu, mentega, ikan, dan
hati. Fungsinya membantu pembentukan tulang,otot, dan kulit,
membantu penyembuhan luka, meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu penyerapan zat besi, serta melindungi tubuh dari radikal
bebas.
h) Asam Folat, sumbernya terdapat pada hati, daging, sayuran hijau,
kacang-kacangan, fungsinya dalam membantu metabolisme,
khususnya asam amino, pematangan sel darah merah, serta
mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan, kekurangan dapat
mengakibatkan anemia megaloblastik.
i) Vitamin D, sumber vitamin ini adlah ikan, telur, daging, susu, keju,
tahu, dan tempe. Fungsinya adalah meningkatkan penyerapan
kalsium, fosfor untuk kekuatan tulang dan gig, pengaturan produksi
hormon, serta pengaturan kadar kalsium darah.
j) Vitamin A, banyak terdapat pada ikan, telur, daging, hati, susu,
wortel, labu, dan bayam. Fungsinya membangun sel-sel kulit,
melindungi sel-sel retina dari kerusakan. Kekurangan vitamin ini
dapat mengakibatkan gangguan penglihatan pada senja hari (rabun
senja).
k) Vitamin E, sumbernya banyak terdapat pada minyak sayur, alpukat,
kacang-kacangan, sayuran, daging, telur, susu, ikan. Manfaat
vitamin ini adalah sebagai antioksidan dengan cara memutuskan
berbagai reaksi rantai radikal bebas.
1) Vitamin K, vitamin ini banyak terdapat pada jaringan tanaman,
sayuran, dan hewan sebagai bahan makanan, produksi oleh
bakteri usus. Fugsinya adalah membantu dalam proses
pembekuan darah dan jika terjadi kekurangan dapat
mengakibatkan penyakit perdarahan.
2) Absorbsi vitamin
Vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitamin C
mudah diabsorbsi dalam epitelium mukosa usus melalui proses
difusi, kecuali vitamin B12 yang hanya dapat diabsorbsi pada
ileum terminal. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak
seperti A, D ,E, dan K akan diabsorbsi dengan bantuan garam-
garam empedu dan lipase. Vitamin A, D, E, K, dan B12 yang
diabsorbsi dari darah disimpan dalam hati dan kemudian
dipergunakan kembali jika dibutuhkan tubuh.
E. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya
sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak
menghasilkan energi, tetapi merupakan elemen kimia yang berperan dalam
mempertahankan proses tubuh.
F. Air
Merupakan media transpor nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan sel-
sel tubuh.Setiap hati, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum,
sdangkan cairan digestif yang diproduksi oleh berbagai organ saluran
pencernaan sekitar 8-9 liter, sehingga sekitar 10-11 liter cairan beredar
dalam tubuh.Namun demikian, dari 10-11 liter cairan yang masuk, hanya
50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya direabsorbsi.
Absorbsi air terjadi pada usus halus dan usus besar (kolon) dan terjadi
melalui proses difusi. Jejunum 5-6 liter/hari, ileum 2 liter/hari, dan kolon
1,5 liter/hari.

6. Masalah Kebutuhan Nutrisi


Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung
koroner, kanker, dan anoreksia nervosa (Hidayat, 2009).
a) Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis:
1) Berat badan 10-20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5) Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab:
1) Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori
akibat penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit cronik atau intoleransi
laktosa
4) Nafsu makan menurun
b) Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis:
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
5) Aktivitas menurun atau monoton
Kemungkinan penyebab:
1) Perubahan pola makan
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
c) Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal.Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan
dalam penggunaan kalori.
d) Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat
gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat
gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.Gejala umumnya adalah
berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan
kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan
energi, pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.
e) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebabdari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
f) Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat
ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup
yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
g) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
h) Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak
dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan
badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
i) Diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan
insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.(Hidayat, 2009)

Tubuh manusia mempunyai kebutuhan esensial terhadap nutrisi, meskipun


tubuh dapat bertahan tanpa makanan lebih lama daripada cairan. Kebutuhan
nutrisi mungkin tidak terpenuhi pada manusia dalam berbagai usia. Proses
metabolik tubuh mengontrol pencernaan, megeluarkan produk sampah, dan
menyimpan zat makanan pencerna dan menyimpan zat makanan merupakan
hal yang penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh (Potter dan Perry,
2010). Nutrisi merupakan bagian dari komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan dimana
hal ini menjadi kebutuhan tumbuh kembang selama proses pertumbuhan dan
perkembangan. Kebutuhan zat gizi yang diperlukan antara lain- karbohidrat,
lemak, mineral, vitamin, dan air (Hidayat 2003 dalam Herlina 2017).
Gangguan pada nutrisi tubuh dapat menyebabkan beberapa masalah antara
lain.
a. Ketidakseimbangan nutrisi- kurang dari kebutuhan tubuh
Penyakit saluran pencernaan sehingga terjadi erosi mukosa lambung.
Setelah itu tonus dan peristaltik lambung menurun sehingga menyebabkan
refluk duo denum ke lambung terjadi mual dan muntah dan diangkat
diagnosa keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Selain itu
diagnosa tersebut dapat disebabkan oleh status kesehatan yang menurun
kemudian otot menelan menjadi lemah dan terjadilah gangguan menelan
makanan sehingga asupan nutrisi tidak terpenuhi dan pasien mengalami
penurunan berat badan (Aditya, 2014 Syahrizal, 2018).
b. Berat badan berlebih
Pertumbuhan membutuhkan metabolisme. Hal ini menyebabkan terjadinya
pengingkatan intake nutrisi sehingga kebutuhan energi meningkat.
Seseorang menjadi mudah lapar dan nafsu makan meningkat, sering
makan dan terjadi peningkatan berat badan (Aditya, 2014 dalam Syahrizal,
2018).

7. Pengkajian pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi


Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang terdiri dari:
a) Identitas pasien (Nama, No. RM, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
tanggal MRS, tanggal pengkajian)
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan dahulu
4) Riwayat kesehatan keluarga
c) Pola nutrisi
Riwayat keperawatan diet
1) Kapasitas makan perhari, misal; 2-3x/hari
2) Makanan kesukaan dan waktu makan, misal: pagi, siang, sore, malam
3) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
4) Adakah penurunan dan peningkatan berat badan secara drastis dan berapa
lama periode waktunya?
5) Adakah toleransi (alergi) makanan/minuman tertentu?
d) Status nutrisi
1) Anthropometric Measurement (A)
Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh
dan bagian khusus tubuh. Pengukuran antropometrik yang membantu dalam
mengidentifikasi masalah nutrisi termasuk :
a) Tinggi badan dan berat badan
Pengukuran tinggi badan dan berat badan klien harus diperoleh
ketika masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan.
Apabila memungkinkan, klien harus ditimbang pada waktu yang sama
setiap hari, pada skala yang sama, dan dengan pakaian atau linen yang
sama.
b) Lingkar pergelangan tangan
 Digunakan untuk memperkirakan kerangka tubuh klien.
 Ukuran kerangka adalah tinggi badan dibagi lingkar pergelangan
tangan, hasilnya dihitung nilai r
 r = {tinggi badan (cm): lingkar pergelangan tangan (cm)}.
 Wanita: nilai r > 11,0 (kecil); nilai r 10,1 sampai 11,0 (sedang),
dan nilai r < 10,1 (besar).
 Laki-laki: nilai r > 10,4 (kecil), nilai r 9,6 sampai 10,4 (sedang),
dan < 9,6 (besar).
c) Lingkar lengan bagian tengah atas (mid-upper arm circumference,
MAC)
 Memperkirakan massa otot skelet.
 Lengan non dominan klien direlaksasikan, dan lingkarnya diukur
pada titik tengah, antara ujung dari prosesus akromial skapula dan
prosesus olecranon ulna.
d) Lipatan kulit tricep (triceps skinfold, TSF)
 Digunakan untuk memperkirakan isi lemak dari jaringan subkutan.
 TSF adalah pengukuran yang paling umum
 Dengan ibu jari dan jari tengah, lipatan panjang dari kulit dan
lemak yang dipegang kira-kira 1 cm dari titik tengah MAC. Jepitan
dari jangka lengkungan lipatan kulit standar ditempatkan pada sisi
lain dari lipatan lemak. Pengukuran rata-rata diambil dari ketiga
catatan. Area anatomi lain untuk pengukuran lipatan kulit termasuk
bisep, skapula, dan otot abdominal.
e) Lingkar otot lengan bagian tengah atas (mid-upper arm muscle
circumference, MAMC)
MAMC adalah perkiraan dari masa otot skelet, dihitung dari
pengukuran antropometrik MAC dan TSF.
MAMC = MAC – (TSF x 3,14).
Nilai untuk MAC, TSF, dan MAMC dibandingkan dengan
standar dan dihitung sebagai suatu persentase standar.
2) Biochemical Data (B)
a) Tes laboratorium
Tes laboratorium biasanya digunakan untuk memelajari status
nutrisi termasuk ukuran protein plasma, seperti albumin, transferin,
retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi, dan
hemoglobin. Waktu respons untuk perubahan dalam protein ini sebagai
hasil jarak pemberian makan dari jam ke minggu. Kebanyakan protein
plasma memiliki waktu paruh >7 hari dan tidak akan merefleksikan
perubahan kurang dari seminggu.
b) Tes lain
Tes lain digunakan untuk menentukan status nutrisi termasuk
ukuran imunitas, seperti penundaan sensitivitas kutaneus, dan ukuran
metabolisme protein, seperti studi 24 jam nitrogen urea urine dan
keseimbangan nitrogen.
c) Clinical Sign (C)
Klien/pasien dengan masalah nutrisi akan memperlihatkan tanda-
tanda klinik yang jelas. Tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada
organ-organ fisiknya, tetapi juga fungsi fisiologisnya.
1) Penampilan umum : lesu, apatis, kaheksia
2) Berat badan : overweight/underweight
3) Postur tubuh : bahu kendur, dada cekung, bungkuk
4) Otot : lemah, tonus buruk, edema, imobilitas fisik
5) Kontrol sistem saraf : kehilangan reflex
6) Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare
7) Rambut : flaghair, kusam, kering, mudah rontok
8) Wajah dan leher : berminyak, bersisik, pucat, iritasi
9) Bibir ; kering, pecah-pecah, sianosis
10) Mulut : membran mukosa mulut bengkak
11) Gusi : perdarahan
12) Lidah : bengkak, scarlet dan kasar,papilla atrofi
13) Gigi : karies tidak terisi, fluorosis
14) Mata : konjungtiva anemis
15) Leher :pembesaran tiroid
16) Kaki : nyeri betis, edema, kesemutan
d) Dietary History (D)
1) Kebiasaan asupan makanan dan cairan: pilihan, alergi, masalah,
dan area yang berhubungan lainnya, seperti kemampuan klien
untuk memperoleh makanan.
2) Tingkat aktivitas: untuk menentukan kebutuhan energi dan
membandingkannya dengan asupan makanan.
3) Faktor yang memengaruhi pola diet dan status nutrisi:
 Status kesehatan: nafsu makan, anoreksia, dukungan nutrisi
 Kultur dan agama: jenis makanan dan diet, jumlah, kebiasaan
makanan etnik
 Status sosial ekonomi: kecukupan ekonomi untuk menunjang
harga makanan
 Pilihan pribadi: kesukaan terhadap diet, makanan favorit atau
yang dihindari, makanan mewah.
 Faktor psikologis: motivasi untuk makan makanan yang
seimbang, persepsi tentang diet, makanan mempunyai nilai
simbolik (susu/kelemahan, daging/kekuatan).
 Alkohol dan obat-obatan: alkohol dan obat berlebihan
berdampak pada defisiensi nutrisi, memengaruhi organ
gastrointestinal, menekan nafsu makan, menghabiskan zat gizi
yang tersimpan, dan mengurangi absorbs zat gizi di dalam
intestinal.
 Kesalahan informasi dan keyakinan terhadap makanan: mitos
terhadap makanan, minat terhadap makanan, tekanan sebaya,
keinginan untuk mengontrol pilihan diet. Keyakinan terhadap
makanan sering salah (yogurt lebih bernutrisi dari susu, kerang
meningkatkan potensi seksual, madu lebih menyehatkan
daripada gula).
BAB III

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA KODE
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
JalanRayaPalembang-Prabumulih Km.32Gedung Abdul Muthalib, KampusUnsriIndralaya,OganIlir30662,
SumateraSelatan.Telepon: 0711-581831.Fax: 0711-581831Email : keperawatan.unsri@yahoo.com

DOKUMEN TANGGAL
STANDAR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DIKELUARKAN

JUDUL PEMASANGAN NGT

AREA KEPERAWATAN DASAR

BAGIAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN Memasang selang / pipa khusus melalui saluran
pencernaan atas secara langsung yang berakhir di
lambung.
INDIKASI 1. Diagnostik
Membantu diagnosis dengan analisa cairan isi
lambung.
2. Memasukkan Cairan/Makanan
Pasien tidak dapat menelan oleh karena
berbagai sebab
3. Dekompresi isi lambung
Mengeluarkan cairan lambung pada pasien
ileus obstruktif/ileus paralitik peritonitis dan
pankreatitis akut. Bilas lambung pada kasus
intoksikasi. Perdarahan saluran cerna
bagian atas untuk bilas lambung
(mengeluarkan cairan lambung)
KONTRA 1. Kontraindikasi absolut : sumbatan jalan nafas,
INDIKASI fraktur wajah, luka penetrasi dileher, atresia
koana, striktur esophagus.
2. Kontraindikasi relative : koagulopati berat,
operasi hidung maupun operasi lambung, setelah
operasi orofaringeal.
TUJUAN 1. Memasukkan makanan, obat pasien yang tidak
bisa makan melalui mulut
2. Mencegah distensi gaster
3. Melakukan bilas lambung
4. Mengambil spesimen asam lambung untuk
diperiksa di laboratorium
PERSIAPAN 1. Selang NGT (no. 14-20 untuk dewasa, 8-16 untuk
ALAT DAN anak-anak, 5-7 untuk bayi)
TEMPAT 2. Klem
3. Spuit 10 cc
4. Stetoskop atau gelas berisi air matang
5. Plester & gunting
6. Kain kassa
7. Pelumas (jelly)
8. Perlak atau pengalas
9. Bengkok atau baskom muntah.
10. Sarung tangan

PROSEDUR A). Tahap Pra Interaksi


1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B). Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan, prosedur pelaksanaan
serta waktu yang dibutuhkan
3. Memberikan kesempatan pasien untuk
bertanya
C). Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien dalam posisi semi
fowler atau fowler (jika tidak ada kontra
indikasi)

3. Memakai sarung tangan


4. Membersihkan lubang hidung pasien
5. Memasang pengalas diatas dada
6. Meletakkan bengkok atau baskom muntah di
depan pasien.
7. Mengukur panjang selang yang akan
dimasukkan dengan cara menempatkan ujung
selang dari hidung klien ke ujung telinga atas
lalu dilanjutkan sampai processus xipodeus.

8. Mengolesi ujung NGT dengan jelly sepanjang


20-30 cm.
9. Meminta pasien untuk relaks dan tenang,
masukkan selang secara perlahan sepanjang 5-
10 cm lalu meminta pasien untuk
menundukkan kepala (fleksi) sambil menelan.
10. Masukkan selang sampai batas yang ditandai.
11. Jangan memasukkan selang secara paksa jika
ada tahanan.
a. Jika pasien batuk atau bersin, hentikan lalu
ulangi lagi. Anjurkan pasien untuk
melakukan teknik nafas dalam.
b. Jika tetap ada tahanan, tarik selang
perlahan-lahan dan masukkan selang
krmbali ke lubang hidung yang lain secara
perlahan.
c. Jika pasien terlihat akan muntah, tarik tube
dan inspeksi tenggorokan lalu melanjutkan
memasukkan selang secara perlahan.
12. Mengatur pasien pada posisi fleksi kepala, dan
masukkan perlahan ujung NGT melalui hidung
(bila pasien sadar menganjurkan pasien untuk
menelan ludah berulang-ulang)
13. Mengechek letak tube:
a. memasang spuit pada ujung NGT;
memasang stetoscope pada perut bagian
kiri atas klien (daerah gaster), kemudian
suntikan 10-20 cc udara bersamaan dengan
auskultasi abdomen.
b. aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi
lambung
c. bila tube tidak dilambung, masukan lagi
2,5-5 cm tube-nya.
14. Menutup ujung NGT dengan spuit/klem atau
disesuaikan dengan tujuan pemasangan Fiksasi
tube dengan plester
a. memotong 5-7,5 cm plester; membelah
menjadi 2 salah satu ujungnya sepanjang
3,5 cm; memasang ujung yang lainya di
batang hidung klien; lingkarkan/silangkan
plester pada tube yang keluar dari hidung
dan tempelkan pada batang hidung.
b. tempelkan ujung NGT pada baju klien
dengan memasang plester pada ujungnya
dan penitikan pada baju.

D). Tahap Terminasi


1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
perawatan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA KODE
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
JalanRayaPalembang-Prabumulih Km.32Gedung Abdul Muthalib, KampusUnsriIndralaya,OganIlir30662,
SumateraSelatan.Telepon: 0711-581831.Fax: 0711-581831Email : keperawatan.unsri@yahoo.com

DOKUMEN TANGGAL
STANDAR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DIKELUARKAN

JUDUL PELEPASAN NGT

AREA KEPERAWATAN DASAR

BAGIAN KEPERAWATAN

PENGERTIAN Melepas selang plastik lunak (NGT) yang telah


dimasukkan ke dalam lambung melalui nasofaring.

TUJUAN Melepas selang lambung karena sudah tidak diperlukan


lagi / perlu diganti slang baru.

KEBIJAKAN 1. Bila NGT sudah harus waktunya diganti


2. Bila pasien sudah tidak harus terpasang NGT lagi

PROSEDUR 1. Persiapan Alat :


a. Sarung tangan on steril.
b. Kapas alkohol /alkohol swab
c. Kapas on steril.
d. Bengkok.
e. Tissue.

2. Persiapan Pasien :
a. Identifikasi pasien (sesuai SPO).
b. Jelaskan kepada pasien tentang prosedur yang
dilakukan.
c. Atur posisi pasien telentang.

3. Cara Kerja :
a. Cuci tangan (sesuai SPO).
b. Bawa alat-alat kedekat pasien.
c. Pasang tabir / korden.
d. Pakai sarung tangan on steril.
e. Lepas plester slang dengan kapas alkohol.
f. Tarik slang lambung dengan perlahan sambil
anjurkan pasien untuk nafas dalam dan kemudian
buang slang lambung ke bengkok.
g. Bersihkan hidung dengan tissue.
h. Bersihkan bekas plester dengan aceton.
i. Lepas sarung tangan.
j. Beritahu bahwa prosedur sudah selesai.
k. Rapikan Alat.
l. Cuci tangan
m. Dokumentasikan pada status pasien.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA KODE
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
JalanRayaPalembang-Prabumulih Km.32Gedung Abdul Muthalib, KampusUnsriIndralaya,OganIlir30662,
SumateraSelatan.Telepon: 0711-581831.Fax: 0711-581831Email : keperawatan.unsri@yahoo.com

DOKUMEN TANGGAL
STANDAR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DIKELUARKAN

JUDUL PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT

AREA KEPERAWATAN DASAR

BAGIAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN Tindakan memasukkan cairan, makanan cair/ formula
enteral, dan obat-obatan melalui selang NGT.
TUJUAN 1. Memperbaiki/mempertahankan status nutrisi klien
2. Pemberian obat
INDIKASI Pasien yang tidak dapat makan melalui mulut

PRINSIP 1. Pastikan posisi selang dan adanya residu lambung


2. Hindari mendorong makanan
3. Perhatikan interaksi obat oral dengan makanan,
terutama dengan susu
PERALATAN 1. Cairan makanan dan air minum
2. Gelas ukur dan corong atau spuit 100 cc
3. Pengalas
4. Klem
5. Sarung tangan karet bersih
PROSEDUR 1. Tahap PraInteraksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy
b. Atur posisi klien semi fowler atau fowler, jika
kontra indikasi berikan posisi miring kanan
c. Pasang pengalas di dada klien
d. Siapkan makanan dan obat (jika ada) yang akan
diberikan
e. Pakai sarung tangan
f. Cek posisi dan kepatenan selang NGT serta
residu lambung. Jika residu 50 – 100 cc tunda
pemberian sampai 1 jam. Jika setelah 1 jam
jumlah residu masih tetap, lapor dokter.
g. Dengan tangan yang tidak dominan, klem selang
NGT dan tinggikan selang 45 cm dari dada klien.
h. Alirkan makanan perlahan-lahan tanpa
mendorong. Jangan membiarkan udara masuk
ke dalam selang. Bila makanan sudah selesai,
bilas selang dengan cairan
i. Tutup ujung selang.
j. Biarkan klien pada posisi semi fowler selama 30
menit setelah pemberian makanan
k. Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Berpamitan dengan klien
c. Membereskan alat-alat
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA KODE
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
JalanRayaPalembang-Prabumulih Km.32Gedung Abdul Muthalib, KampusUnsriIndralaya,OganIlir30662,
SumateraSelatan.Telepon: 0711-581831.Fax: 0711-581831Email : keperawatan.unsri@yahoo.com

DOKUMEN TANGGAL
STANDAR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DIKELUARKAN

JUDUL PERAWATAN NGT

AREA KEPERAWATAN DASAR

BAGIAN KEPERAWATAN
Suatu tindakan keperawatan dalam memelihara NGT
Definisi
agar tetap bersih dari rongga mulut hingga lambung.
1. Untuk menghindari tumbuhnya mikroorganisme
atau bakteri di dalam selang NGT.
Tujuan
2. Mencegah infeksi
3. Menjaga kebersihan rongga mulut
Indikasi Bagi pasien yang terpasang NGT
Prosedur Persiapan Alat
1. Air
2. Hepafix
3. Sabun
4. Waslap
5. Sikat gigi
6. Pasta gigi
7. Bengkok
8. Kassa
9. spatel
Fase Prainteraksi
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat
Fase Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama
pasien.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
Fase Kerja
1. Nilai kembali pempatan selang sebelum
meberikan makanan,cairan, atau obat-obatan
dan pada setiap pergantian untuk pemberian
makan secara kontinue.
2. Bilas selang dengan 30 mL air setelah setiap
makan dan pemberian obat-obatan.
3. Nilai adanya iritasi atau pecahnya kulit.
Rekatkan ulang setiap hari dan pada lokasi
yang berlainan untuk menghindari penekanan
konstan pada satu area hidung. Cuci dengan
lembut area sekitar hidung dengan air dan
sabun. Bersihkan perawatan nasal setiap hari
dan jika diperlukan
4. Berikan perawatan mulut setiap 2 jam dan jika
dibutuhkan (cuci mulut, air, sikat gigi,
bersihkan lidah,gigi, gusi, pipi, dan membrane
mukosa). Jika pasien sedang membersihkan
mulut, ingatkan untuk tidak menelan air.Jika
pasien tidak sadar bias dibersihkan
menggunakan spatel dan kassa.
Fase Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan di lembar catatan
keperawatan.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA KODE
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
JalanRayaPalembang-Prabumulih Km.32Gedung Abdul Muthalib, KampusUnsriIndralaya,OganIlir30662,
SumateraSelatan.Telepon: 0711-581831.Fax: 0711-581831Email : keperawatan.unsri@yahoo.com

DOKUMEN TANGGAL
STANDAR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DIKELUARKAN

JUDUL PENGUKURAN ANTROPOMETRI

AREA KEPERAWATAN DASAR

BAGIAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN Pengukuran antropometri adalah pengukuran ukuran
tubuh yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi
badan, lingkar pergelangan tangan, lingkar lengan
bagian tengah atas, lipatan kulit tricep, dan lingkar
otot lengan bagian tengah atas.
TUJUAN 1. Mengetahui batas normal atau tidak normal
ukuran tubuh
2. Menentukan status gizi
INDIKASI Pasien dengan gangguan kebutuhan nutrisi
KONTRA
-
INDIKASI
1. Timbangan berat badan
2. Pengukur tinggi badan
PERSIAPAN
3. Pengukur lingkar lengan atas
ALAT DAN
4. Pita pengukur/metlin
TEMPAT
5. Jangka skinfold
6. Kertas dan ballpoint
PROSEDUR A). Tahap Pra Interaksi
1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan bahan
B). Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan, prosedur pelaksanaan
serta waktu yang dibutuhkan
3. Memberikan kesempatan pasien untuk
bertanya
C). Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Memastikan alat
3. Timbang berat badan
a). Letakkan timbangan di tempat yang datar
atau tidak mudah bergoyang
b). Setel timbangan pada angka nol
c). Timbang pasien (pakaian tipis atau
minimal). Pasien berdiri di atas
timbangan injak
d). Lihat jarum timbangan sampai berhenti /
di tengah-tengah antara gerakan jarum ke
kanan dan ke kiri, baca angka yang
ditunjukkan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan.
e). Catat hasilnya
4. Ukur tinggi badan
a). Pasien tidak memakai sandal / sepatu
b). Pasien berdiri tegak menghadap ke
depan, punggung, pantat dan tumit
menempel pada tiang pengukur
c). Turunkan batas atas pengukur sampai
menempel di ubun-ubun
d). Baca angka pada batas tersebut
e). Catat hasilnya
5. Ukur lingkar pergelangan tangan
a). Lingkarkan alat pengukur (metlin) pada
pergelangan tangan, tidak longgar dan
tidak ketat.
b). Baca angka pada pertemuan dengan
angka nol.
c). Untuk mengetahui perkiraan ukuran
kerangka, bagi tinggi badan dengan
lingkar pergelangan tangan.
d). Catat hasilnya
6. Ukur lingkar lengan bagian tengah atas (MAC)
a). Relaksasikan lengan non dominan pasien
b). Ukur lingkarnya pada titik tengah, antara
ujung dari prosesus acromial skapula dan
prosesus olekranon ulna, dengan
menggunakan metlin, tidak longgar tidak
ketat.
c). Baca angka pada pertemuan dengan
angka nol.
d). Catat hasilnya.
7. Ukur lipatan kulit tricep (TSF)
a). Pegang lipatan panjang dari kulit dan
lemak kira-kira 1 cm dari titik tangah
MAC dengan ibu jari dan jari tengah.
Jepitan dari jangka lengkungan lipatan
kulit standar ditempatkan pada sisi lain
dari lipatan lemak.
b). Ukur area anatomi lain : bisep, skapula,
dan otot abdominal.
c). Catat hasilnya.
8. Ukur lingkar otot lengan bagian tengah atas
a). Hitung dari pengukuran antropometrik
MAC dan TSF.
b). MAMC = MAC – (TSF x 3,14).
c). Catat hasilnya.
D). Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang baru
dilakukan
2. Dokumentasi hasil pelaksanaan,catat
kegiatan dalam lembar catatan perawatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
4. Mengucapkan terima kasih dengan pasien
5. Cuci tangan
BAB IV
ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN

1. Definisi
Etika keperawatan dikaitkan dengan hubungan antar masyarakat dengan
karakter serta sikap perawat terhadap orang lain (Copper, 1991; Potter & Perry,
1997: Utami, Agustine & Happy, 2016). Secara garis besar, tujuan etika
keperawatan adalah sebuah upaya agar seluruh perawat yang ada di Indonesia
dapat menghargai dan menghormati martabat manusia (klien/pasien) pada saat
menjalankan setiap tugas dan fungsinya sebagai perawat. Kode Etik Perawat
merupakan suatu pernyataan atau keyakinan yang mengungkapkan kepedulian
moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan
standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku perawat dan
menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan (PPNI, 2003 dalam Utami,
Agustine & Happy, 2016).

2. Fungsi Etika Keperawatan


Etika keperawatan juga memiliki fungsi penting bagi perawat dan seluruh
individu yang menikmati pelayanan keperawatan. Fungsi-fungsi tersebut yaitu:
a. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola
asuhan keperawatan
b. Mendorong para perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta dalam
kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil
penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan
c. Mendorong para perawat agar dapat berperan serta secara aktif dalam
mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, tidak
hanya di rumah sakit tetapi di luar rumah sakit.
d. Mendorong para perawat agar bisa mengembangkan diri secara terus menerus
untuk meningkatkan kemampuan profesional, integritas dan loyalitasnya bagi
masyarakat luas
e. Mendorong para perawat agar dapat memelihara dan mengembangkan
kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam
melaksanakan profesinya
f. Mendorong para perawat menjadi anggota masyarakat yang responsif,
produktif, terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa
depan sesuai dengan perannya.

3. Dasar Hukum Hak dan Kewajiban Perawat dan Pasien


a. UU RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. UU RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. UU RI No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
d. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktek Perawat
e. PP No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
f. Permenkes No 148/2010
g. UU Keperawatan No 38 Tahun 2014

4. Prinsip Moral Dalam Etika Keperawatan


Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu sehingga
membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk menilai secara
spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diijinkan dalam suatu
keadaan. Prinsip moral yang sering digunakan dalam keperawatan yaitu (John
Stone, 1989; Baird et.al, 1991; Utami, Agustine & Happy, 2016):
a. Prinsip otonomi
b. Prinsip beneficience (kebaikan)
c. Prinsip justice (keadilan)
d. Prinsip veracity (kejujuran)
e. Prinsip avoiding killing (mencegah pembunuhan)
f. Prinsip fidelity (kesetiaan)

5. Prinsip Etik Dalam Asuhan Keperawatan


Prinsip dari tahapan proses keperawatan sesuai dengan pengertian asuhan
keperawatan yang bermakna sebagai sebuah proses atau rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang diberikan kepada klien di sarana kesehatan dan tatanan
pelayanan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan
berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.
a. Prinsip Etis dalam Melakukan Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam melakukan pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Lyer etal, 1996 dikutip oleh Utami, Agustine & Happy,
2016). Tujuan dari pengkajian adalah agar perawat dapat mengumpulkan data
objektif dan subjektif dari klien, khususnya mengenai keluhan yang
dideritanya sehingga memudahkan perawat mengambil tindakan keperawatan.
Dalam pengkajian tersebut, data-data yang terkumpul mencakup klien,
keluarga, masyarakat, lingkungan, maupun kebudayaan. Selama melakukan
pengkajian perawat harus memperhatikan beberapa hal pokok, sebagaimana
berikut:
1) Perawat berusaha untuk mengetahui dan memahami secara keseluruhan
tentang keluhan yang dialami oleh pasien. Perawat juga harus mengetahui
tentang situasi yang sedang dihadapi oleh pasien secara keseluruhan yang
berkaitan dengan keluhan yang dideritanya.
2) Perawat berusaha mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan
dengan masa lalu, saat ini, bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi
masalah bagi pasien dimasa yang akan datang.
3) Dalam pengkajian, perawat juga harus memahami bahwa pasien adalah
sumber informasi primer.
4) Seorang perawat melengkapi informasi dari sumber sekunder selain pasien
itu sendiri. Sumber informasi selain pasien meliputi anggota keluarga,
teman dekat maupun orang-orang yang berperan penting dalam kesehatan
klien.
b. Prinsip Etis dalam Menetapkan Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi
mendalam terhadap data yang diperoleh perawat dari pengkajian keperawatan
klien. Ada beberapa hal pokok yang harus diperhatikan oleh seroang perawat
ketika melakukan diagnosis keperawatan, yaitu:
1) Seorang perawat membuat diagnosis keperawatan tentu membutuhan
keterampilan klinik yang baik, mencakup proses diagnosis keperawatan
dan perumusan dalam pembuatan pelayanan keperawatan.
2) Proses dari diagnosis keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi
dan menjamin akurasi diagnosis dari proses keperawatan itu sendiri.
3) Perumusan pernyataan diagnosis keperawatan memiliki beberapa syarat
yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu
yang aktual, risiko dan potensial dalam diagnosis keperawatan.
c. Prinsip Etis dalam Menentukan Intervensi Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada
diagnosa keperawatan. Intervensi keperawatan harus spesifik dan harus
dinyatakan dengan jelas dan tegas, seperti bagaimana, kapan, dimana,
frekuensi dan besarnya, memberikan isi dari aktifitas yang direncanakan.
Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua, mandiri (dilakukan oleh
perawat sendiri tanpa bantuan adanya dari orang lain) dan kolaboratif
(dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya / kerja sama).
Untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka ada
beberapa komponen yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Menentukan prioritas masalah : melalui pengkajian
2) Menentukan kriteria hasil (outcomes). Pedoman penulisan kriteria hasil
berdasarkan:
- S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
- M : Measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya
tentang perilaku klien; dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dll.)
- A : Achievable (tujuan harus dicapai)
- R : Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah)
- T : Time
3) Menentukan rencana tindakan
4) Dokumentasi
d. Prinsip Etis dalam Melakukan Implementasi Keperawatan
Implementasi yaitu memulai dan melengkapi tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
e. Prinsip Etis dalam Melakukan Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan perawat tentang keperawatan mengacu pada
beberapa hal, penilaian, tahapan dan perbaikan. Dari evaluasi ini, perawat bisa
melakukan beberapa hal berikut:
1) Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk
mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi
keperawatan.
2) Perawat juga bisa menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai
bersama dengan klien.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
1) Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang
sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber energi
untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal
dari dalam tubuh sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati
ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari
luar tubuh seperti yang sehari – hari dimakan oleh manusia ( Hidayat, 2006).
2) Pengkajian Kebutuhan Nutrisi meliputi Identitas pasien Keluhan utama,
Riwayat kesehatan , Pola Nutrisi, dan Status Nutrisi.

B. Saran
1) Bagi Pelayanan Kesehatan
Rumah sakit, melalui perawat yang ada di ruanagan lebih aktif dalam
meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien untuk kebutuhan aktivitas
dan latihan
2) Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas
dan professional agar terciptanya perawat yang professional, terampil, inivatif,
aktif dan bermutu yang dapat memberikan asuhan keperawatn secara
menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
3) Bagi keluarga
Diharapkan keluarga dapat mendukung pasien dan mengetahui kebutuhan
aktivitas dan latihan yang diperlukan oleh pasien.
4) Bagi perawat
Diharapkan dapat berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal,khusunya pada pasien
dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan. Perawat diharapkan dapat
memberikan pelayanan kesehatan professional terutama dalam memfasilitasi
pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
5) Bagi penulis
Perlu untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan
asuhan keperawatan pasien dengan masalah pemenuhan kebutuhan aktivitas
dan latihan serta perlu memperbaiki agar karya tulis ini lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Herdman, T. H & Kamitsuru, S. (2015) Diagnosis Keperawatan Defini & Klasifikasi
2015-2017. Edisi 10. Jakarta. EGC
Herlina, Shinta. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Ruang Irna Non-Bedah Wanita Rsup Dr. M.
Djamil Padang. Karya Tulis Ilmiah. Diakses tanggal 7 September 2021.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kasiati, & Rosmalawati. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.Khumaidi M. (1989). Gizi Masyarakat. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Kemenkes RI. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Kebutuhan Dasar
Manusia II. Kementrian Kesehatan RI
Lusianah, Indaryani, & Suratun. (2012). Prosedur Keperawatan. Jakarta: CV. Trans
Info Media
Potter, P. A., dan Perry, A.G (2010) Fundamentals Of Nursing: Concept, Process, and
Practice. 7th ed. St. Louis: Mosby. Terjemahan oleh Yasmin Asih, dkk. 2010.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
Ketujuh. Jakarta: EGC.
Syahrizal, Rofi (2018). Laporan Pendahuluan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Di Ruang Wijaya Kusuma Rs. Abdoer Rahem Situbondo. PROFESI NERS.
UNIVERSITAS JEMBER Diakses tanggal 8 September 2021.
Tarwoto dan Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Echa Putri Anjani, Rasmi Zakiah Oktarlina & Chicy Widya Morfi | Zat Antosianin pada Ubi Jalar Ungu terhadap Diabetes Melitus

Zat Antosianin pada Ubi Jalar Ungu terhadap Diabetes Melitus

Echa Putri Anjani1, Rasmi Zakiah Oktarlina2, Chicy Widya Morfi2


1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Farmakologi Dan Ilmu Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Diabetes melitus memiliki gejala khas
yaitu terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak khas
DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva
pada wanita. Badan kesehatan dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM yang menjadi salah
satu ancaman kesehatan global. Terapi pada diabetes melitus dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan non-
farmakologi. Terapi farmakologi dengan terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin atau kombinasi keduanya. Terapi non-
farmakologi terdiri dari perubahan gaya hidup yang mencakup latihan fisik, edukasi berbagai masalah terkait tentang
penyakit DM dan yang terpenting yaitu pengaturan pola makan yang disebut dengan terapi nutrisi medis. Ubi jalar ungu
mengandung tinggi serat, karbohidrat dengan glikemik rendah serta zat antosianin yang cukup tinggi sebagai antioksidan
yang dapat mengurangi resiko diabetes melitus. Diketahui bahwa diet antioksidan, termasuk antosianin, melindungi sel β-
pankreas dari stres oksidatif glucose induced. Pemberian ekstrak ubi jalar ungu dapat melindungi sel dari pengaruh buruk
radikal bebas. Zat antosianin yang terkandung dalam ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) dapat dijadikan pilihan terapi
diet non-farmakologi karena kandungannya dapat mengontrol kadar glukosa darah sehingga dapat mencegah terjadinya
resisten insulin pada pendertita DM.

Kata Kunci: Antosianin, Diabetes Melitus, Ubi Jalar Ungu

The Substances Anthocyanins in Purple Sweet Potato Against Diabetes


Mellitus

Abstract
Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease metabolic disorders due pancreas doesn’t produce insulin or the body enough
can’t be produced using insulin the effective operations. Diabetes mellitus have typical symptoms consist of polyuria,
polydipsia, polyphagia and weight loss. whereas DM non-specific symptoms such as weakness, tingling, Heal Difficult
wounds, rashes, eye Blurred, erectile dysfunction in men and pruritus vulva in women. The World Health Organization
(WHO) predicts an increase in Term DM who Along The global health threat. Treatment of diabetes mellitus can be done by
pharmacological and non-pharmacological. Pharmacological therapy consists of oral hypoglycemic drug therapy, insulin
therapy or a combination of both. Non-pharmacological therapy consisting Of Life style changes include physical exercise,
education about diabetes disease problems and most importantly Diet That called medical nutrition therapy. Purple sweet
potatoes contain antioksidan, owning high fibre, and carbohudrate with low glikemik able to lessen diabetes mellitus risk. It
is known that dietary antioxidants, including anthocyanins, which protect cells from the pancreatic β-glucose-induced
oxidative stress. Purple sweet potato extract may protect cells from the harmful effects of free radicals. Anthocyanin
substances contained in purple sweet potato (Ipomoea batatas poiret) can be selected non-pharmacological therapeutic
diet because of its content can control blood glucose levels so as to prevent the occurrence of insulin resistance in patients
with DM.

Keywords: Anthocyanins, Diabetes Mellitus, Purple Sweet Potato

Korespondensi: Echa Putri Anjani, Alamat Jln Ahmad Yani KM 21 Gedong Tataan Pesawaran Lampung, HP 085789832835,
e-mail echaputrianjani307@gmail.com

Majority| Volume 7| Nomor 2| Maret 2018| 257


Echa Putri Anjani, Rasmi Zakiah Oktarlina & Chicy Widya Morfi | Zat Antosianin pada Ubi Jalar Ungu terhadap Diabetes Melitus

Pendahuluan Disamping itu juga karena adanya perubahan


Diabetes melitus (DM) merupakan pola hidup yang berisiko. Faktor resiko diabetes
penyakit gangguan metabolik menahun akibat melitus antara lain yaitu kegemukan/obesitas,
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau dislipidemia, hipertensi, diet tidak seimbang,
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang aktiitas fisik yang kurang serta radikal bebas
diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon seperti rokok yang mampu menyebabkan stres
yang mengaturkeseimbangan kadar gula darah. oksidatif dan jika terjadi dalam jangka panjang
Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi telah terbukti dapat menimbulkan berbagai
glukosa didalam darah (hiperglikemia). Diabetes penyakit degeneratif.1
melitus terdapat dua kategori utama yaitu DM Diabetes melitus memiliki gejala khas
tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 ditandai dengan yaitu terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia
kurangnya produksi insulin. DM tipe 2 dan berat badan menurun tanpa sebab yang
disebabkan penggunaan insulin yang kurang jelas, sedangkan gejala tidak khas DM
efektif oleh tubuh. Sedangkan diabetes diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit
gestasional adalah hiperglikemia yang didapat sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada
saat kehamilan.1 Dalam tiga dekade terakhir pria dan pruritus vulva pada wanita. DM dapat
prevalensi diabetes melitus khususnya DM tipe di diagnosis dengan tiga kriteria diagnosis yaitu
2 telah meningkat secara dramatis di negara- adanya gejala khas DM, Glukosa Darah Sewaktu
negara dari semua tingkat pendapatan, (GDS) ≥200 mg/dL atau Glukosa Darah Puasa
pravelensi pada wilayah Asia Selatan-Timur (GDP) ≥126 mg/dL, glukosa plasma 2 jam pada
meningkat dari 5% hingga 9%. Peningkatan yang TTGO ≥200 mg/dL dan pemeriksaan HbA1c
cukup tinggi pada tahun 1980-2014 dengan ≥16,5%. DM dapat menimbulkan berbagai
jumlah 108 juta hingga mencapai 422 juta jiwa komplikasi meningkatnya penyakit akibat
meninggal karena DM, dengan 43% kematian penyumbatan pembuluh darah baik
terjadi di bawah umur 70 tahun. Badan mikrovaskular seperti retinopati, nefropati
kesehatan dunia (WHO) memprediksi adanya maupun makrovaskular sperti penyakit
peningkatan jumlah penyandang DM yang pembuluh darah koroner dan juga pembuluh
menjadi salah satu ancaman kesehatan global.2 darah tungkai bawah.3
WHO memprediksi kenaikan jumlah Pengobatan diabetes melitus dapat
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada dilakukan dengan cara farmakologi dan non-
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. farmakologi. Pengobatan secara farmakologi
Sedangkan menurut International Diabetes baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral,
Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan terapi insulin atau kombinasi keduanya. Terapi
jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 insulin diharuskan bagi penderita DM tipe 1,
juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada dikarenakan sel-sel beta pankreas penderita
tahun 2035. Berdasarkan laporan hasil Riset rusak sehingga tidak lagi dapat memproduksi
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh insulin. Pada 30% penderita DM tipe 2 juga
Departemen Kesehatan, menunjukan bahwa memerlukan terapi insulin disamping terapi
rata-rata prevalensi DM di daerah urban untuk hipoglikemik oral. Obat-obat hipoglikemik
usia diatas 15 tahun sebesar 5,7% , dengan oralditujukan untuk pengobatan DM tipe 2,
prevalensi terkecil terdapat di Provinsi Papua dapat dilakukan dengan satu jenis obat atau
sebesar 1,7% dan terbesar di Provinsi Maluku kombinasi dari dua jenis obat tergantung tingkat
Utara dan Kalimantan Barat sebesar 11,1%. Dari keparahan diabetes serta kondisi pasien secara
data diatas menunjukan bahwa jumlah umum termasuk penyakit penyerta dan
penyandang DM di indonesia sangat besar dan komplikasi yang ada. Golongan obat
kemungkinan akan terjadi peningkatan. hipoglikemik oral antara lain Sulfonilurea,
Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Megltinida, Biguanida, Tiazolidindion dan
Lampung, penyandang DM sekitar 0,7% dengan Inhibitor α-glukosidase. Pengobatan non-
jumlah penduduk usia diatas 15 tahun di farmakologi pada dasarnya adalah perubahan
Provinsi Lampung menderita DM.1.2 gaya hidup yang mencakup latihan fisik, edukasi
Jumlah penderita DM dalam kurun waktu berbagai masalah terkait tentang penyakit DM
25-30 tahun yang akan datang akan sangat dan yang terpenting yaitu pengaturan pola
meningkat akibat peningkatan kemakmuran, makan yang disebut dengan terapi nutrisi medis
perubahan pola demografi dan urbanisasi. seperti membatasi SFA (saturated fatty acid)
Majority| Volume 7| Nomor 2| Maret 2018| 258
Echa Putri Anjani, Rasmi Zakiah Oktarlina & Chicy Widya Morfi | Zat Antosianin pada Ubi Jalar Ungu terhadap Diabetes Melitus

dan kolesterol <300 mg/hari, mengkonsumsi Isi


makanan dengan susuna kalori: 68% kal Diabetes melitus merupakan suatu
karbohidrat, 12% kal protein dan 20% kal lemak, kelompok penyakit metabolik dengan
karbohidrat komplek tidak mengandung gula, karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
protein banyak mengandung asam amino kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
esensial serta makanan kaya akan serat 25-35 keduanya. Resisten insulin pada otot dan liver
g/hari yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang serta kegagalan sel β-pankreas telah dikenal
memiliki efek antioksidan seperti zat antosianin. sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM
Terapi non-farmakologi ini dilakukan terus tipe 2. Resisten insulin banyak terjadi akibat dari
menerus mendampingi terapi farmakologi.4 obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta
Antosianin adalah glikosida yang larut penuaan. Sedangkan DM tipe 1 lebih
dalam air dari polihidroksil dan polymethoxyl diakibatkan oleh karena berkurangnya sekresi
turunan dari 2-phenylbenzopyrylium atau insulin akibat kerusakan sel β-pankreas yang
flavylium garam. Antosianin suatu jenis didasari oleh proses aitoimun atau idiopatik.
plavonoid yang memiliki efek antioksidan, anti- Pengobatan pada DM tipe 1 ini hanya dapat
inflamasi, anti-virus, anti-proliferasi, anti- dilakukan dengan pemberian insulin 0,5-1
mutagenik, anti-mikroba, anti-karsinogenik, UI/kgBB/hari.8.9
perlindungan dari kerusakan jantung dan alergi, Faktor resiko diabetes adalah penderita
perbaikan mikrosirkulasi, perifer kapiler polycystic ovary sindrome (PCOS) memiliki
pencegahan kerapuhan dan pencegahan riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
diabetes. Antosianin membentuk warna buah- glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
buahan dan sayur-sayuran, pigmen ini telah sebelumny, memiliki riwayat penyakit
diidentifikasi dalam bahan tanaman yang dapat kardiovaskuler seperti stroke, PJK atau
dimakan seperti apel, berry (blackcurrant, peripheral rterial diseases (PAD).10
boysenberry, blueberry, bilberry, strawberry, 1. Umur
blackberry, raspberry, cranberry, elderberry, Berdasarkan penelitian, usia yang banyak
lingonberry, chokeberry dll), wortel hitam, kubis, terkena Diabetes adalah >45 tahun.
ceri, anggur, lobak, bawang merah dan ubi jalar 2. Faktor Genetik
ungu. Kadar antosianin cukup tinggi terdapat DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan
pada berbagai tumbuhan seperti misalnya berbagai faktor mental. Penyakit ini sudah
bilberries (vaccinium myrtillus L), red wine, grap lama dianggap berhubungan dengan
dan ubi jalar ungu.5 agregasi familial. Resiko terkena DM tipe 2
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) akan meningkat dua sampai enam kali lipat
merupakan sumber karbohidrat yang baik dan jika terdapat orang tua atau saudara yang
juga berperan sebagai sumber serat pangan dan terkena DM.
sumber beta karoten. Mengandung karbohidrat, 3. Obesitas (kegemukan)
protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, Terdapat korelasi bermakna antara obesitas
vitamin C, vitamin B1 dan pigmen antosianin dengan kadar glukosa darah pada derajat
yang lebih tinggi dibanding varietas lain. kegemukan dengan IMT > 23 beresiko
Karbohidrat yang terkandung pada ubi jalar meningkatkan kadar glukosa darah menjadi
ungu termasuk dalam Low Glycamix Index 200 mg%.
sehingga bila dikonsumsi tidak akan menaikkan 4. Hipertensi
glukosa darah secara drastis. Ekstrak ubi jalar Peningkatan tekanan darah berhubungan
ungu mengandung prebiotik dan antioksida yang erat dengan tidak tepatnya penyimpanan
mampu menurunkan kadar gula darah dan garam dan air, atau meningkatnya tekanan
melindungi sel dari pengaruh buruk radikal dari dalam tubuhpada sirkulasi pembuluh
bebas untuk memperkecil terjadinya komplikasi darah perifer.
DM. Sementara budidaya tanaman ini tidak sulit 5. Konsumsi Alkohol dan Rokok
untuk dikembangkan dan mudah untuk Perubahan dalam gaya hidup berhubungan
didapatkan. Oleh karena itu, pada artikel ini dengan resiko terkena DM tipe 2. Alkohol
akan membahas mengenai efektivitas antosianin akan mengganggu metabolisme gula darah
pada ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) terutama pada penderita DM, sehingga
terhadap diabetes melitus.6.7 akan mempersulit regulasi gula darah dan
meningkatkan gula darah. Rokok
Majority| Volume 7| Nomor 2| Maret 2018| 259
Echa Putri Anjani, Rasmi Zakiah Oktarlina & Chicy Widya Morfi | Zat Antosianin pada Ubi Jalar Ungu terhadap Diabetes Melitus

merupakan bahan yang mampu Diagnosis DM ditegakkan atas dasar


meningkatkan radikal bebas dalam tubuh pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan
sehingga jika radikal bebas berlebih dalam glukosa darah yang dianjurkan adalah
tubuh mampu menyebabka stres oksidatif pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan
dan menimbulkan komplikasi pada DM. bahan plasma darah vena.

10
Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM (Mg/Dl)
Waktu Asal Bukan Belum DM
Pemeriksaan Darah DM Pasti DM
Kadar glukosa Plasma <100 100-199 ≥200
darah vena
sewaktu Darah <90 90-199 ≥200
(mg/dL) kapiler

Kadar glukosa Plasma <100 100-125 ≥126


darah puasa vena
(mg/dL) Darah
kapiler <90 90-99 ≥100

Penatalaksanaan DM selain terapi glukosa di otot rangka dan lemak dan tidak
farmakologis, terapi non-farmakologis melalui cukup menekan produksi glukosa hepatik.
pengaturan pola makan efektif mengendalikan Mekanisme yang mencegah sel β pankreas
kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2. mensekresi insulin dalam jumlah yang cukup
Strategi dalam mengendalikan kadar glukosa untuk mengatasi resistensi insulin perifer belum
darah yaitu salah satunya melalui pemilihan sepenuhnya dipahami. Agen hipoglikemik oral
makanan dengan indeks glikemik (IG) rendah. yang secara langsung merangsang pelepasan
Menurut pendapat Franz (2012) dalam insulin dari sel β (misalnya, obat berbasis
penelitiannya menunjukan makanan IG rendah sulfonilurea), bagaimanapun, dapat
tidak menimbulkan peningkatan glukosa darah meningkatkan sekresi insulin pada diabetes
secara cepat sehingga mampu memperbaiki cukup untuk mengatasi resistensi insulin perifer
sensitivitas insulin serta bermanfaat dalam dan menormalkan kadar glukosa darah. Salah
mengendalikan glukosa darah penderita DM tipe satu kelemahan menggunakan obat berbasis
2. Indeks Glikemik (IG) tertinggi terdapat pada sulfonylurea adalah bahwa mereka gagal untuk
ubi jalar merah dan terendah pada ubi jalar mengontrol kadar glukosa darah normal. Obat
ungu. Sehingga ubi jalar ungu optimal ini juga mempengaruhi kemampuan sel β-
mengendalikan glukosa darah pada DM tipe 2. pankreas untuk mengeluarkan tingkat insulin
Kandungan ubi jalar ungu tersusun atas vitamin yang konsisten dan menyebabkan penambahan
(A,B1,B2,C dan E), mineral (kalsium, kalium, berat badan. Oleh karena itu, akan bermanfaat
magnesium, tembaga dan senga), serat dan jika diet bisa mengatur kadar glukosa darah atau
karbohidrat.11.12 menginduksi produksi insulin oleh sel β-
Berdasarkan hasil penelitian dari Fakultas pankreas dalam kondisi diabetes tipe-2.5,13
Pertanian Unud di Bali ditemukan kandungan Hal ini juga diketahui bahwa diet
antosianin yang cukup tinggi sebagai antioksidan antioksidan, termasuk antosianin, melindungi
pada ubi jalar ungu yaitu berkisar antara 110 sel β-pankreas dari stres oksidatif glucose
mg-210 mg/100 gram. Konsumsi diet rendah induced. Pemberian ekstrak ubi jalar ungu dapat
lemak dan kaya antioksidan dapat mengurangi melindungi sel dari pengaruh buruk radikal
risiko obesitas dan resistensi insulin. Sejumlah bebas. Radikal bebas adalah senyawa atau atom
laporan terbaru menunjukkan bahwa konsumsi yang memiliki elektron tidak berpasangan pada
ubi jalar ungu yang kaya akan polifenol, orbital luarnya sehingga bersifat sangat reaktif
menurunkan kejadian diabetes tipe-2, sebuah terhadap sel atau komponen sel seperti lipid,
kondisi yang berhubungan dengan resistensi protein dan DNA, serta dapat menyebabkan
insulin. Resistensi insulin adalah gangguan di mutasi dan bersifat karsinogenik. Dalam
mana insulin tidak cukup merangsang transpor keadaan normal radikal bebas yang di produksi

Majority| Volume 7| Nomor 2| Maret 2018| 260


Echa Putri Anjani, Rasmi Zakiah Oktarlina & Chicy Widya Morfi | Zat Antosianin pada Ubi Jalar Ungu terhadap Diabetes Melitus

didalam tubuh akan di netralisir oleh Ringkasan


antioksidan endogen, jika kadar radikal bebas Diabetes melitus (DM) merupakan
terlalu tinggi terjadi keaadaan yang tidak penyakit degenaratif yang menjadi masalah
seimbang antara radikal bebas dengan kesehatan diseluruh dunia termasuk di
antioksidan disebut stres oksidatif. Salah satu Indonesia. DM terjadi karena gangguan
indikator untuk menentukan stres oksidatif pada metabolisme yang secara genetik dan klinis
manusia adalah kadar MDA (malondialdehyde) termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
yang merupakan hasil dari peroksidasi lipid hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah
didalam tubuh akibat radikal bebas.13 berkembang penuh secara klinis maka DM
Diabetes melitus merupakan masalah ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
kesehatan yang sangat penting hingga saat ini, postprandial, aterosklerosis,penyakit vaskular
karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi mikroangiopati dan stres oksidatif. Penyakit DM
pada berbagai organ. Komplikasi tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber
diakibatkan oleh keadaan hiperglikemia yang daya manusia dan berdampak pada peningkatan
kronis sehingga meningkatkan terbentuknya biaya kesehatan yang cukup besar
advanced glycation end products (AGEs) dan Penatalaksaan diabetes bukan hanya dengan
radikal bebas yang lain. Hiperglikemia kronis farmakologis namun juga non farmakologis
juga menyebabkan menurunnya fungsi dengan adanya diet yang baik pada penderita
antioksidan endogen seperti superoxide DM dengan mengkonsumsi ubi jalar ungu yang
dismutase (SOD) SOD adalah antioksidan mengandung antosianin dan karbohidrat dengan
endogen yang cukup kuat dalam menguraikan indeks glikemik rendah. Antosianin mengandung
ion superoksida sehingga mengurangi stres antioksidan tinggi seperti kandungan antosianin
oksidatif.14 pada ubi jalar ungu yang meiliki khasiat mampu
Dari hasil penelitian Jawi dkk (2008), mencegah terjadinya resistensi insulin dan
kandungan antosianin yang terdapat pada terjadinya komplikasi stres oksidatif pada
ekstrak ubi jalar ungu merupakan salah satu penderita DM.
antioksidan yang mampu mencegah stres
oksidatif in vivo. Pemberian ekstrak ubi jalar Simpulan
ungu yang mengandung antosianin dapat Zat antosianin yang terkandung dalam ubi
menurunkan kadar glukosa darah sehingga akan jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) dapat
memperkecil terbentuknya AGEs dan pada dijadikan pilihan terapi diet non-farmakologi
akhirnya akan menurunkan MDA pada darah karena kandungannya dapat mengontrol kadar
sehingga dapat sebagai antioksidan eksogen glukosa darah sehingga dapat mencegah
pada penderita DM, serta meningkatkan kadar terjadinya resisten insulin pada pendertita DM
SOD.13 khusunya DM tipe 2.

Daftar Pustaka immunoglobulin a (IgA) dan villi usus pada


1. Kementrian kesehatan RI. Pusat data dan tikus putih jantan (Rattus norvegitus).
informasi. Jakarta: Kemenkes RI. 2014. Diabetes Mellitus Scienta. 2014;4(1):22-8.
2. World Health Organization (WHO). Global 7. Satriyasa B, Jawi I. Potensi ekstrak air
report on diabetes. Geneva: WHO. 2016. umbi ubi jalar ungu meningkatkan
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku ekspresi gen superoxide dismutase dan
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi Ke- catalase serta menurunkan mda pada
6. Jakarta: Interna Publishing. 2014. berbagai organ tikus diabetes (Disertasi).
4. Depkes RI. Diabetes Mellitus. Jakarta: Denpasar: Universitas Udayana. 2015.
Departemen Kesehatan RI. 2006. 8. Perkeni. Konsensus dan pencegahan
5. Ghosh D, Konishi T. Anthocyanins and diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia.
anthocyanin-rich extracts: Role in Jakarta: Perkeni. 2015.
Diabetes and eye Function. Asia Pac J Clin 9. Homenta H. Diabetes Mellitus tipe 1.
Nutr. 2007;16(2):200-8. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas
6. Erawati N. Pengaruh pemberian ekstrak Brawijaya. 2012.
ubi jalar ungu (ipomoea batatas poiret) 10. Fatimah R. Diabetes Melitus tipe 2.
terhadap kadar glukosan darah, kadar Majority. 2015;4(5):93-101.
Majority| Volume 7| Nomor 2| Maret 2018| 261
Echa Putri Anjani, Rasmi Zakiah Oktarlina & Chicy Widya Morfi | Zat Antosianin pada Ubi Jalar Ungu terhadap Diabetes Melitus

11. Avianty S, Ayustaningwarno F. Indeks 13. Jawi IM, Suprapta DN, Dwi SU, Wiwiek I.
glikemik snack bar ubi jalar kedelai hitam Ubi jalar ungu menurunkan kadar mda
sebagai alternatif makanan selingan dalam darah dan hati mencit setelah
penderita diabetes melitus tipe 2. Jurnal aktivitas fisik maksimal. Jurnal Veteriner.
Aplikasi Teknologi Pangan. 2014;2(2):98- 2008;9(2):65-72.
102. 14. Linawati N, Sumardika I, Jawi I.
12. Rahayu P, Fathonah S, Fajri M. Daya Pencegahan gangguan fungsi ginjal karena
terima dan kandungan gizi makanan stres oksidatif pada tikus diabetes dengan
tambahan berbahan dasar ubi jalar ungu. ubi jalar ungu. Jurnal Veteriner.
Food Science and Culinary Education 2014;15(2):274-80.
Journal. 2012;1(1):31-7.

Majority| Volume 7| Nomor 2| Maret 2018| 262

Anda mungkin juga menyukai