Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PEMERIKSAAN PENUNJANG

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESIOAL (KDP)

Oleh :

Suci Indah Sari


04064882124032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dalam mata kuliah blok keperawatan dasar professional yang
berjudul “Makalah Pemeriksaan penunjang” tanpa ada hambatan apapun dan selesai sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai bahan pembelajaran dan dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami sadari bahwa
makalah ini belum baik, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk makalah berikutnya.

Indralaya, September 2021


Penyusun,

Kelompok 4
DAFTAR ISI

COVER

PEMBAGIAN TUGAS MAHASISWA.........................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Tujuan...................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah.................................................................................................1
D. Manfaat................................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pemeriksaan Penunjang.............................................................................


B. Fungsi Pemeriksaan Penunjang................................................................................
C. Tujuan Pemeriksaan Penunjang...............................................................................
D. Jenis Pemeriksaan Penunjang..................................................................................
E. Persiapan Pemeriksaan Penunjang............................................................................
F. Alat untuk Pemeriksaan Penunjang...........................................................................

BAB III STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

A. SOP Rontgen...............................................................................................................
B. SOP Fluoroskopi.........................................................................................................
C. SOP Ct Scan................................................................................................................

BAB IV PRINSIP LEGAL DAN ETIK...............................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

LAMPIRAN.........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting bagi para tenaga kesehatan, karena
ada beberapa pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat
dalam pemeriksaan penunjang. Perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan
perlu mempertimbangkan hasil analisis pemeriksaan penunjang atau prosedur
diagnostik. Ada dua kompetensi perawat dalam hal pemeriksaan diagnostik ini yaitu
bertanggung jawab dalam pengelolaan persiapan pasien sampai pasca pemeriksaan
dan mempertimbangkan hasil pemeriksaan dalam menyusun diagnosis keperawatan
serta merencanakan intervensi keperawatan.
Pemeriksaan penunjang adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan
laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan
penyakit serta menentukan prognosa. Pemeriksaan penunjang juga sebagai ilmu
terapan yang bertujuan membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis dan
mengobati pasien. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengoptimalkan tindakan
keperawatan dan proses penyembuhan pasien, dilakukan oleh tenaga medis dengan
menggunakan alat bantu tertentu untuk memperoleh hasil selanjutnya. Tujuan tersebut
memang sesuai dengan fungsinya sebagai penunjang medik oleh karena itu hasil
pemeriksaan laboratorium harus benar dan baik serta dapat dipercaya. Kesalahan dari
hasil pemeriksaan laboratorium akan berakibat fatal, bukan saja merugikan pasien
tetapi juga menyesatkan diagnosis. (Effendi dan niluh, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pemeriksaan penunjang?
2. Apa fungsi pemeriksaan penunjang ?
3. Apa tujuan pemeriksaan penunjang ?
4. Apa jenis-jenis pemeriksaan penunjang ?
5. Apa saja yang dilakukan dalam mempersiapkan pemeriksaan penunjang ?
6. Apa saja alat-alat untuk pemeriksaan penunjang ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pemeriksaan penunjang
2. Untuk mengetahui fungsi pemeriksaan penunjang.
3. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan penunjang.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pemeriksaan penunjang.
5. Untuk mengetahui persiapan untuk pemeriksaan penunjang.
6. Untuk mengetahui alat-alat pemeriksaan penunjang.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mahasiswa
profesi keperawatan dalam mempelajari konsep pemeriksaan penunjang pada
pasien yang akan melakukan pemeriksaan penunjang.
2. Bagi Institusi Keperawatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan
sebagai referensi yang bermanfaat bagi instansi pendidikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi
tertentu guna memperoleh keterangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan yaitu therapeutic, diagnostik, laboratorium, dll. pemeriksaan
penunjang juga sebagai ilmu terapan yang berguna untuk membantu petugas
kesehatan dalam mediagnosis dan mengobati pasien (Basariyadi, 2016).

B. Fungsi Pemeriksaan Penunjang

1. Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan


menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit
terutama bagi individu beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau
keluhan).
2. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita
seseorang, berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta
berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.
3. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis.

4. Membantu pemantauan pengobatan.

5. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk


memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi dan
pengelolaan pasien selanjutnya.
6. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan
penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat
meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya
dilakukan secara berkala.
7. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai
dan potensial membahayakan.
8. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak
didapati penyakit.
C. Tujuan Pemeriksaan Penunjang

1. Terapeutik

Yaitu untuk penanganan atau pengobatan yang sesuai untuk pasien dengan
kondisi penyakit tertentu
2. Diagnostik

Yaitu untuk membantu menegakkan diagnosis tertentu

D. Jenis Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu


suatu jenis pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu
penyakit dan melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit.
Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat
kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit
infeksi. Darah yang diperiksa antara lain jumlah sel darah merah, sel darah
putih, leukosit, trombosit dan lain-lain. Jumlah sel dihitung untuk
mengetahui apakah pasien juga menderita anemia (sejenis penyakit
kekurangan zat besi dalam darah), sedangkan leukosit untuk melihat
sistem imun pasien bila kada leukosit diatas normal berarti ada penyakit
infeksi yang sedang menyerang pasien.

Pemeriksaan darah lengkap biasanya disarankan kepada setiap


pasien yang datang ke suatu rumah sakit yang disertai dengan suatu gejala
klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya
dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan
tersebut, sehingga diagnosis dan terapi yang tepat bisa segera
dilakukan.

2) Pemeriksaan Cairan Otak


Pemeriksaan Cairan Otak (Liquor Cerebro Spinalis - LCS) adalah
cairan yang menyelimuti susunan syaraf pusat. Fungsinya adalah sebagai
pelindung terhadap otak maupun tulang belakang. Selain itu juga berfungsi
sebagai pengatur eksitabilitas dengan mengatur komposisi ion, membawa
keluar metabolit-metabolit (karena otak tidak mempunyai pembuluh
limpe) dan memberikan perlindungan terhadap tekanan. Cairan ini
memiliki komposisi yang hampir sama dengan plasma darah, yaitu
Natrium, Kalium, Urea, Asam laktat dan Sulfonamid, serta 12 zat lain
yang komposisinya berbeda dengan plasma darah.
Pemeriksaan LCS ditujukan untuk mengetahui adanya kelainan pada
otak maupun sumsum tulang, meningitis, tumor, abses echefilitis maupun
infeksi virus pada daerah tersebut. Pemeriksaan terhadap protein dalam
cairan otak merupakan yang paling penting. Dalam keadaan normal,
protein yang terdapat pada cairan otak sangat sedikit. jadi, tujuan dari
pemeriksaan ini yaitu untuk mengetahui jumlahnya dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif.

3) Pemeriksaan Urine
Tes urine (urinalisis) adalah metode pemeriksaan yang
menggunakan urine sebagai pendeteksi adanya gangguan dalam tubuh.Uji
sampel urine biasanya dilakukan untuk mendiagnosis penyakit yang
berkaitan dengan saluran kemih. Contohnya, infeksi saluran kemih,
penyakit ginjal, dan diabetes.Urinalisis umumnya memeriksa warna,
konsentrasi, komposisi, hingga bau urine. Hasil urinalisis yang
menunjukkan adanya ketidaknormalan sering memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk mengungkap penyebabnya.

E. Persiapan Pemeriksaan Penunjang

1. Pastikan Identitas Pasien


2. Pemilihan Lokasi pengambilan spesimen
3. Waktu Pengambilan spesimen
4. Teknik atau cara pengambilan spesimen
5. Cara menampung spesimen dalam wadah penampung
6. Pemberian Identitas
7. Pengiriman spesimen ke laboratorium
8. Penanganan spesimen
9. Penyimpanan spesimen
F. Tahap-Tahap Pemeriksaan Penunjang
Tahap-tahap pemeriksaan penunjang meliputi:
1. Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu harus memperhatikan
instruksi dokter, sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam
bekerja
2. Persiapan pasien
Persiapan pasien yang perlu diperhatikan yaitu melepaskan seluruh alat
elektronik dan benda-benda berbahan logam yang menempel di tubuh yang
dapat mempengaruhi tindakan pemeriksaan, puasa, obat yang diminum pasien
saat menjalani pengobatan, waktu pengambilan dan posisi pengambilan sampel.

G. Alat-Alat yang digunakan untuk Pemeriksaan Penunjang


1. EMG (Elektro Myo Grafi)
Pemeriksaan EMG biasanya dilakukan untuk menentukan potensi elektrik
otot, EMG membantu untuk mendiagnosa adanya kerusakan neuromuskuler,
LMN (Lowe Motorik Neuron) dan syaraf-syaraf tepi. Klien perlu diberikan
informasi bahwa pemeriksaan ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman
karena jarum elektroda yang masuk ke otot. Setelah pemeriksaan perawat
membantu mengatasi rasa tidak nyaman dan mengobservasi apakah terdapat
hematom pada bekas tusukan jarum, untuk itu dapat diberikan kompres
dingin.

Gambar 2.1
Alat Pemeriksaan Penunjang EMG

2. EKG (Elektro Kardio Grafi)


EKG adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur atau mendeteksi
kondisi jantung dengan cara memantau irama dan frekuensi detak jantung.
Untuk mengukur detak jantung, elektrode - elektrode dari elektrokardiograf
ditempatkan ke dada pasien. Elektrode mendeteksi turun-naiknya arus listrik
jantung dan mengirimnya ke elektrokardiograf, yang merekam perubahannya
sebagai bentuk gelombang pada gulungan kertas yang bergerak, rekaman
hasil pengukuran ini disebut elektrokardiogram.

Gambar 2.2
Alat Pemeriksaan Penunjang EKG

3. EEG (Elektro Encephalo Grafi)


Elektro Ensefalo Grafi (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar
dari rekaman aktivitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan
interpretasinya. Neuron-neuron di korteks otak mengeluarkan gelombang-
gelombang listrik dengan voltase yang sangat kecil (mV), yang kemudian
dialirkan ke mesin EEG untuk diamplifikasi sehingga terekamlah
elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk dapat ditangkap oleh mata
pembaca EEG sebagai gelombang delta, alpha, beta, theta, gamma dsb.
Tujuan pemeriksaan EEG untuk mendiagnosa penyakit yang berhubungan
dengan kelainan otak dan kejiwaan. Indikasi dan Kegunaan EEG yaitu pada
pasien yang mengalami kejang atau yang diduga mengalami kejang,
mengevaluasi efek serebral dari berbagai penyakit, sistemik (misalnya
keadaan ensefalopati metabolik karena diabetes, gagal ginjal), melakukan
studi untuk mengetahui gangguan tidur ( sleep disorder ) atau narkolepsi,
membantu menegakkan diagnosa koma, melokalisir perubahan potensial
listrik otak yang disebabkan trauma, tumor, gangguan pembuluh darah
(vaskular) dan penyakit degenerative, membantu mencari berbagai gangguan
serebral yang dapat menyebabkan nyeri kepala, gangguan perilaku dan
kemunduran intelektual.

Gambar 2.3
Alat Pemeriksaan Penunjang EEG

4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Digunakan untuk mendiagnosa bagian struktur tubuh manusia dengan
gelombang electromagnetic, yang tidak memberi efek radiasi seperti sinar X.
Alat ini sangat berguna untuk pemeriksaan saraf, jaringan otot, jantung dan
pembuluh darah dan tumor. Semakin besar teslanya atau kekuatan
magnetiknya semakin baik kualitas gambarnya. MRI dapat dilakukan
pemeriksaan pada otak dan saraf tulang belakang, ligament sobek, tumor.
Gambar 2.4
Alat Pemeriksaan Penunjang MRI

5. Audiometri

Audiometri adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level


pendengaran sesseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan
audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat
dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki
gangguan pendengaran atau seseorang yang akan bekerja pada suatu bidang
yang memerlukan ketajaman pendengaran.

Gambar 2.5
Alat Pemeriksaan Penunjang Audiometri

6. USG (Ultrasonografi)
ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan sebutan USG adalah suatu
pemeriksaan non-invasif yang memanfaatkan gelombang suara yang
disalurkan melalui alat-alat ke dalam tubuh kemudian dipantulkan dan
hasilnya dapat dilihat melalui layar monitor (Baradero, Dayrit and Siswandi,
2005). USG (ultrasonografi) sangat populer digunakan untuk memantau
kondisi janin, perkembangan kehamilan, persiapan persalinan, dan masalah-
masalah lain. Teknik ini juga digunakan untuk menentukan lokasi tumor,
gangguan kardiovaskular, dan defek mata.

Gambar 2.6
Alat Pemeriksaan Penunjang USG
7. Rontgen

Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang


memanfaatkan peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi
kelainan pada berbagai organ diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter,
kandung kemih, tenggorokan dan rangka.

Gambar 2.7
Alat Pemeriksaan Penunjang Rontgen

8. Mammografi

Mammografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian mammae


(payudara) dengan menggunakan sinar-x untuk menciptakan gambarnya
yang dapat membedakan sel sehat dan sel ganas.dan bantuan media kontras
positif atau tidak untuk menegakkan diagnosis. Indikasi: Screening Test,
Karsinoma (Ca), Fibroma, Benjolan pada payudara, Sumbatan.

Gambar 2.8
Alat Pemeriksaan Penunjang Mammograph
9. Angioraph

Angioraph adalah alat yang menggunakan sinar X untuk melihat bagian


dalam pembuluh darah yang tersumbat dan dengan bantuan alat lainnya
untuk tindakan balonisasi atau pemasangan penyangga pembuluh
darah/stent. Alat Angiografi digunakan sebagai alat diagnosa dan
pengobatan, seperti mendeteksi aterosklerosis, penyumbatan, atau kelainan
bentuk pada pembuluh darah arteri, baik itu di otak, paru-paru, tangan atau
kaki, perut, ataupun rongga panggul. Mengevaluasi aliran darah pada arteri
koroner jantung, terutama pada kondisi serangan jantung, nyeri dada yang
tidak spesifik, atau angina pektoris.
Gambar 2.9
Alat Pemeriksaan Penunjang Angioraph

10. CT scan

Computerized tomography scan atau CT scan yang lebih sering disebut


adalah teknik xray khusus yang menghasilkan gambar dari organ-organ
dalam yang lebih rinci daripada dengan konvensional x-ray. Konvensional
x-ray menghasilkan gambar dua dimensi dari bagian tubuh. CT scan di sisi
lain menggunakan perangkat yang berputar di sekitar tubuh menyebarkan
sinar-x dan tabung x-ray berputar. Gambar-gambar ini kemudian diproses
oleh komputer, sehingga menghasilkan gambar crossectional bagian dalam
tubuh. Contoh: organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen.

Gambar 2.10
Alat Pemeriksaan Penunjang CT Scan

11. Endoskopi

Endoskopi adalah sebuah cara pemeriksaan bagian dalam tubuh


menggunakan alat bernama endoskop yang dimasukkan ke dalam tubuh.
Endoskop adalah alat berbentuk tabung panjang, tipis, dan lentur yang
dipasangkan senter dan kamera di ujungnya. Keadaan bagian dalam tubuh
akan diperlihatkan di layar televisi. Alat endoskop dapat dimasukkan ke
bagian lubang pada tubuh, seperti mulut atau anus. Alat endoskop juga
dapat dimasukkan melalui sayatan kecil yang dibuat di kulit, misalnya di
lutut atau perut. Setelah pemeriksaan endoskopi, pasien biasanya dianjurkan
untuk beristirahat setidaknya 1 jam sampai efek samping dari obat bius
menghilang. Contoh pemeriksaan endoskopi dapat dilihat pada pasien
dengan gangguan saluran cerna, meliputi tukak lambung, sulit menelan,
penyakit asam lambung (GERD), penyakit radang usus, radang pankreas,
batu empedu, sembelit kronis, dan perdarahan saluran cerna.Gangguan pada
saluran napas, meliputi batuk berdarah, batuk kronis, hambatan jalan napas,
sesak napas, tumor paru, dan benda asing di saluran napas. Gangguan pada
saluran kemih, meliputi batu saluran kemih atau kandung kemih, tumor
kandung kemih, kencing berdarah, inkontinensia urine, dan cedera atau
luka pada saluran kemih. Gangguan pada organ reproduksi, meliputi
pendarahan vagina, radang panggul, sering keguguran, infertilitas, miom
dan kista rahim, kanker rahim, dan kelainan bentuk rahim.

Gambar 2.11
Alat Pemeriksaan Penunjang Endoskopi

12. Bronkoskopi

Bronkoskopi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengecek


bagian dalam paru-paru dan saluran napas. Prosedur ini melibatkan alat
bronkoskop, yakni tabung tipis dengan kamera dan lampu di ujungnya.
Pemeriksaan Bronkoskopi ini dimasukkan melalui hidung atau mulut ke
dalam tenggorokan hingga mencapai paru-paru pasien. Bronkoskopi
biasanya menggunakan bronkoskop yang lentur. Namun bronkoskop yang
lebih kaku juga dibutuhkan pada kondisi tertentu. Misalnya, perdarahan
dalam paru-paru atau adanya benda asing di dalam saluran pernapasan.
Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mendiagnosis adanya infeksi, tumor,
atau penyakit pada paru-paru. Selain itu, bronkoskopi dapat pula bertujuan
mengambil sampel lendir atau jaringan dalam paru-paru (biopsi),
mengambil benda asing atau sumbatan lain dalam saluran napas, dan
sebagai pengobatan untuk penyakit paru-paru.

Gambar 2.12

Alat Pemeriksaan Penunjang Bronkoskop


BAB III
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SOP)

KEMENTERIANRISET,TEKNOLOGIDANPENDIDIK
ANTINGGI UNIVERSITASSRIWIJAYA FAKULTAS KODE
KEDOKTERANPROGRAMSTUDIILMUKEPERAWAT
AN UNIVERSITASSRIWIJAYA
Jalan Raya Palembang - Prabumulih Km. 32 Gedung Abdul
Muthalib, Kampus Unsri Indralaya, Ogan Ilir 30662,
Sumatera Selatan. Telepon: 0711-581831. Fax: 0711-
581831Email : keperawatan.unsri@yahoo.com

DOKUMEN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TANGGAL


DIKELUARKAN

PEMERIKSAAN PENUNJANG
JUDUL CT-SCAN

AREA KEPERAWATAN DASAR PROFESIONAL

BAGIAN KEPERAWATAN

PENGERTIAN Pemeriksaan penunjang CT scan adalah suatu


prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang
tengkorak dan otak. CT scan dapat menentukan dan
memisahkan antara jaringan otak yang infark
dan daerah penumbra.
1. Untuk membantu menegakkan diagnosis
tertentu.
TUJUAN 2. Digunakan untuk kasus-kasus emergensi

seperti emboli paru, diseksi aorta, dan semua


jenis trauma
Indikasi 1. Dada (Melihat adanya infeksi, emboli paru,
kanker paru, penyebaran kanker dari organ lain
ke daerah dada, masalah jantung, esophagus dan
pembuluh darah besar)
2. Perut (Mendeteksi infeksi, kista, abses, tumor,
perdarahan, aneurisma, benda asing dan
pembesaran kelenjar getah bening, radang usus
buntu)
3. Saluran kemih ( Mendeteksi infeksi saluran
kemih, batu ginjal, batu kandung kemih)
4. Panggul (Mendeteksi adanya gangguan Rahim,
infungtelur, saluran tuba atau kelenjar prostat)
5. Tungkai atau lengan (Melihat kondisi lengan,
bahu, siku, pergelangan tangan, tangan, paha,
tungkai, lutut, pergelangan kaki atau kaki)
6. Kepala ( Melihat tumor, infeksi, perdarahan dan
keretakan tulang tengkorak)
7. Tulang belakang (Melihat struktur dan celah
tulang belakang dan saraf tulang belakang)
Kontra Indikasi 1. Ibu hamil karena paparan sinar radiasi dapat
menimbulkan bahaya terhadap jain
2. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan
alergi terhadap pemakaian kontras

PERSIAPAN ALAT Alat-alat :


DAN TEMPAT
1. Status atau Rekam Medik pasien.
2. Hasil pemeriksaan diagnostik sebelumnya
3. Formulir pesanan pemeriksaan CT-Scan
Tahap pra interaksi
PROSEDUR 1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien

2. Cuci tangan
Tahap Orientasi
Persiapan Sebelum Dilakukan Pemeriksaan Ct Scan.
1. Berikan salam, panggil pasien dengan
namanya (kesukaanya), umur
danperiksa gelang identitas pasien.
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya
tindakan pada pasien/keluarga.
3. Jelaskan pada pasien harus berpuasa antara 4 jam
dan 12 jam , untuk ct scan kepala dan thorax
hanya di perlukan puasa 4 jam dan untuk ct scen
abdomen diperlukan puasa 12 jam.
4. Jelaskan pemeriksaan ct scen abdomen, 1 hari
sebelumnya dianjurkan makan bubur kecap saja
dan pada malam harinya minum air putih.
Dilanjutkan puasa sampai pemeriksaan. Untuk
pasien yang meminum obat 1 hari sebelum dan 1
hari sesudahnya tidak diminum.
5. Pemeriksaan penunjang di bagian perut diminta
untuk tidak mengkonsumsi makanan padat pada
malam hari sebelum ct scen dilakukan. Obat
pencahar mungkin akan diberikan untuk
membersihkan usus.
6. Melepas benda logam, seperti jam tangan,
perhiasan, kacamata, dan yang berkaitan dengan
logam yang akan menganggu hasil pencitraan.
7. Pasien memakai baju khusus yang sudah
disiapkan untuk pemeriksaan
8. Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya.

Tahap Kerja

1. Setelah melakukan semua persiapan, perawat


mengatar pasien ke bagian CT-Scan
2. Saat diruangan CT-Scan pasien diterima oleh
bagian radiologi dan pasien akan direbahkan di
atas tempat tidur datar yang dilengkapi dengan
bantal, sabuk, dan penahan kepala untuk
menghindari tubuh bergerak selama prosedur
berlangsung.
3. Ruang CT-Scan hanya diperkenankan untuk
pasien dan ahli radiologi akan mengoperasikan
mesin dari ruangan lain sambil memantau dan
berkomunikasi dengan pasien melalui intercom
yang tersambung di kedua ruangan
4. Selanjutnya pasien akan dimasukkan ke dalam
mesin CT-Scan berbentuk seperti kue donat
dengan tabung rontgen yang terletak pada mesin
CT-Scan tersebut. Mesin akan berputar saat
pencitraan berlangsung.
5. Selama prosedur berlangsung perawat menemani
klien dari luar dengan menggunakan protektif
lead approan
6. Setelah selesai hasil CT-Scan dapat diterima
pasien dalam waktu 1 hingga 2 hari.
7. Pasien diperbolehkan untuk kembali keruangan
dengan perawat
8. Perawat memposisikan kembali pasien di
ruangan pasien dan merapikan peralatan

Tahap terminasi
1. Evalusi hasil/respon pasien
2. Dokumentasi hasil
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan
5. Cuci tangan

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA KODE
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jalan Raya Palembang - Prabumulih Km. 32 Gedung Abdul Muthalib, Kampus Unsri Indralaya, Ogan Ilir 30662, Sumatera
Selatan. Telepon: 0711-581831. Fax: 0711- 581831Email : keperawatan.unsri@yahoo.com

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PERSIAPAN PASIEN UNTUK TINDAKAN RONTGEN

AREA KEPERAWATAN DASAR PROFESIONAL

KEPERAWATAN
BAGIAN

Melakukan persiapan pada pasien yang akan


PENGERTIAN dilakukan pemeriksaan rontgen

TUJUAN
3. Mengoptimalkan proses pemeriksaan.
4. Menegakkan diagnosa
5. Supaya tindakan dilakukan dengan benar
dan aman bagi pasien.
PERSIAPAN ALAT 1. Formulir permintaan thorax foto.
2. Kursi roda atau brandkar (jika diperlukan)
3. Buku ekspedisi

PROSEDUR 1. Pasien
Berikan penjelasan kepada pasien/
keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan.

2. Pelaksanaan
a. Formulir permintaan pemeriksaan
radiologi diisi sesuai dengan identitas
pasien, jenis pemeriksaan, dokter
pengirim.
b. Semuanya dibuat rangkap 2 (dua) dan
ditandatangani oleh dokter yang
merawat atau dokter ruangan.
c. Formulir asli dikirim ke radiologi dan
dicatat dalam buku ekspedisi, formulir
foto copi disimpan untuk dokumentasi
pasien.
d. Setelah dipanggil oleh bagian
Radiologi, perawat yang bertanggung
jawab terhadap pasien tersebut
mempersiapkan pasien .
e. Menyediakan jas pasien untuk keluar
ruangan.
f. Kursi roda atau brandkar bila kondisi
pasien tidak memungkinkan untuk jalan
sendiri.
g. Sebelum diturunkan Ukur tanda vital
pasien, kepala regu menentukan siapa
yang akan mengantar pasien ke
Radiologi, apakah perawat atau asisten
perawat.
h. Selama pemeriksaan dilakukan
pengantar harus mendampingi pasien
sampai selesai.
i. Selesai pemeriksaan, pasien diantar
kembali kekamar pasien dan oleh
pengantar dilakukan pemeriksaan tanda
vital.
j. Mengevaluasi respon pasien
k. Melakukan dokumentasi, hasil dan
respon klien

TERMINASI 1. Menanyakan keluhan atau rasa


ketidaknyamanan pada pasien
2. Rapikan alat-alat
3. Cuci tangan

DOKUMENTASI Dokumentasikan tindakan yang dilakukan, dan


interpretasi hasilnya pada buku catatan
keperawatan.

BAB IV
ASPEK LEGAL ETIK
1. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ETHOS” menurut Araskar David (1978)
berarti “kebiasaan”, “model perilaku”atau “standar” yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk suatu tindakan. Sedangkan dalam bentuk jamak (ta etha) berarti adat
kebiasaan; dengan kata lain etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Menurut Kamus Webster, Etika adalah suatu
ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral.Penggunaan istilah
etika dewasa ini banyak diartikan sebagai“motif atau dorongan” yang mempengaruhi
suatu perilaku manusia (Suhaemi, 2003).Potter dan Perry (1997) menyatakan bahwa
etika merupakan terminologi dengan berbagai makna, etika berhubungan dengan
bagaimana seseorang harus bertindak dan bagaimana mereka melakukan hubungan
dengan orang lain. Menurut Ismani (2001)Etika adalah : Ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut
aturan – aturan dan prinsip – prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar yaitu
baik dan buruk serta kewajiban dan tanggung jawab.
Menurut Cooper (1991), dalam Potter dan Perry (1997), etika keperawatan
dikaitkan dengan hubungan antar masyarakat dengan karakter serta sikap perawat
terhadap orang lain.Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala
macam masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang
tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya (Amelia, 2013).Etika
keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat dalam
praktek sehari-hari (Fry, 1994). Misalnya seorang perawat sebelum melakukan tindakan
keperawatan pada pasien, harus terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari tindakan yang
akan dilakukannya serta perawat harus menanyakan apakah pasien bersedia untuk
dilakukan tindakan tersebut atau tidak. Dalam hal ini perawat menunjukkan sikap
menghargai otonomi pasien. Jika pasien menolak tindakan maka perawat tidak bisa
memaksakan tindakan tersebut sejauh pasien paham akan akibat dari penolakan tersebut.

2. Kegunaan Etika Keperawatan

Dibawah ini dikemukakan beberapa kegunaan mempelajari serta menerapkan etika


keperawatan bagi calon-calon perawat yaitu:

a. Perkembangan teknologi dalam bidang medis dan reproduksi, perkembangan tentang


hak-hak klien, perubahan sosial dan hukum, serta perhatian terhadap alokasi sumber-
sumber pelayanan kesehatan yang terbatas tentunya akan memerlukan
pertimbanganpertimbangan etis.

b. Profesionalitas perawat ditentukan dengan adanya standar perilaku yang berupa


“Kode Etik”. Kode Etik ini disusun dan disahkan oleh organisasi/ wadah yang
membina profesi keperawatan. Dengan pedoman Kode Etik ini perawat menerapkan
konsep-konsep etis. Perawat bertindak secara bertanggung jawab, menghargai nilai-
nilai dan hak-hak individu.

c. Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya
profesi keperawatan. Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan manusia, karena
itu tidak membeda-bedakan. Pelayanan keperawatan ini juga didasarkan atas
kepercayaanbahwa perawat akan berbuat hal yang benar/baik dan dibutuhkan, hal
yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena itu bilamana menghadapi
masalah etis, dalam membuat keputusan/tindakan perawat perlu mengetahui,
menggunakan serta mempertimbangkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan etis
tersebut.

d. Dalam membuat keputusan etis ada banyak faktor yang berpengaruh antara lain : nilai
dan keyakinan klien, nilai dan keyakinan anggota profesi lain, nilai dan keyakinan
perawat itu sendiri, serta hak dan tanggung jawab semua orang yang terlibat.

e. Perawat berperan sebagai advokasi, memiliki tanggung jawab utama yaitu untuk
melindungi hak-hak klien. Peran perawat sebagai advokasi berasal dari prinsip etis
“beneficience = kewajiban untuk berbuat baik” dan “nonmaleficence = kewajiban
untuk tidak merugikan/mencelakakan”.

3. Tujuan Etika Keperawatan


Etika keperawatan memiliki tujuan khusus bagi setiap orang yang berprofesi
sebagai perawat, tak terkecuali juga bagi seluruh orang yang menikmati layanan
keperawatan.Tujuan dari etika keperawatan pada dasarnya adalah agar para perawat
dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan menghormati martabat
manusia.Secara umum tujuan etika keperawatan yaitu menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan antara perawat dan klien, perawat dengan perawat, perawat dengan profesi
lain, juga antara perawat dengan masyarakat

4. Fungsi Etika Keperawatan


Etika keperawatan juga memiliki fungsi penting bagi perawat dan seluruh individu yang
menikmati pelayanan keperawatan. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
a. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan
keperawatan
b. Mendorong para perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta dalam
kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil penelitian serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu dan
jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan
c. Mendorong para perawat agar dapat berperan serta secara aktif dalam mendidik dan
melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, tidak hanya di rumah sakit
tetapi di luar rumah sakit.
d. Mendorong para perawat agar bisa mengembangkan diri secara terus menerus untuk
meningkatkan kemampuan profesional, integritas dan loyalitasnya bagi masyarakat
luas
e. Mendorong para perawat agar dapat memelihara dan mengembangkan kepribadian
serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya
f. Mendorong para perawat menjadi anggota masyarakat yang responsif, produktif,
terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa depan sesuai dengan
perannya.

5. Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan


1. Dapat melaksanakan tugas dan tindakan dengan aman, perawat profesional harus
memahami batasan legal dan implikasinya dalam praktik keperawatan sehari-hari.
2. Asuhan keperawatan yang legal diartikan sebagai praktik keperawatan yang bermutu
dan taat pada aturan, hukum, serta perundang-undangan yang berlaku.

6. Aspek Legal Keperawatan meliputi Kewajiban dan hak


Hak dan Kewajiban Perawat
a. Hak Perawat
Berikut merupakan beberapa hak dari perawat:
1) Perawat memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dan profesi
sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan Standar Operasional
Prosedur (SOP);
2) Perawat berhak memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau
keluarganya agar mencapai tujuan keperawatan yang maksimal;
3) Perawat berhak melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi
profesi;
4) Perawat berhak mendapatkan penghargaan sesuai dengan prestasi, dedikasi yang
luar biasa dan atau bertugas di daerah terpencil dan rawan;
5) Perawat berhak memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya; menerima imbalan jasa profesi yang proporsional
sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku.
b. Kewajiban Perawat
Dalam melaksanakan praktek keperawatan perawat berkewajiban untuk :
1) Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar
praktek keperawatan, kode etik dan SOP serta kebutuhan klien atau
pasien;menghormati hak pasien;
2) Merujuk klien atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau tindakan;
3) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien,
kecuali untuk kepentingan hukum;
4) Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya;
5) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan
dalam meningkatkan profesionalisme;
6) Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang dilakukan;
7) Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis.

7. Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah Sakit


a. Hak Pasien
Pentingnya mengetahui hak-hak pasien dalam pelaksanaan asuhan kesehatan baru
muncul pada akhir tahun 1960. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dan membuat system asuhan kesehatan yang responsive
terhadap kebutuhan klien. Berikut ini merupakan hak-hak dari seorang pasien,
diantaranya :
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit, pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur;
2) Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi;
3) Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi
keperawatan;
4) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit;
5) dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat
etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar;
6) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah
sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya
sepengetahuan dokter yang merawat; “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya;
7) mendapat informasi yang meliputi: penyakit yang diderita, tindakan medik yang
hendak dilakukan, alternatif terapi, prognosa, perkiraan biaya, pengobatan;
8) Pasien berhak menyetujui/memberikan ijin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya;
9) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya;
10) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
11) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak menggangu pasien lainnya; Pasienberhakataskeamanan dan
keselamatan dirinya selama dalam perawatan dirumah sakit;
12) Pasien berhak mengajukan usul, saran dan perbaikan atas perlakuan rumah sakit
terhadap dirinya,
13) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.

b. Kewajiban Pasien
Kewajiban adalah seperangkat tanggung jawab seseorang untuk melakukan sesuatu
yang memang harus dilakukan agar dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan
haknya. Adapun kewajiban dari seorang pasien yaitu :
1) Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata
tertib rumah sakit;
2) Pasienberkewajibanuntukmematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya;
3) Pasien berkewajiban untuk memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya
tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat;
4) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan
atas jasa pelayanan rumah sakit/dokter;
5) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi hal-hal yang telah
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

BAB V

KESIMPULAN
1. Pemeriksaan penunjang merupakan suatu pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi
tertentu yang timbul pada penyakit tertentu yang memiliki sebab dan akibat guna
membantu menegakkan diagnosis dan pengobatan pasien lebih lanjut.

2. Fungsi Pemeriksaan Penunjang sebagai skrining, konfirmasi pasti diagnosis, menemukan


kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis, membantu pemantauan
pengobatan, menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, memantau
perkembangan penyakit, mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak
dijumpai dan potensial membahayakan.

3. Tujuan Pemeriksaan Penunjang sebagai terapeutik, yaitu untuk pengobatan tertentu,


misalnya seperti pasien kanker untuk mengetahui, dan diagnostik, yaitu untuk membantu
menegakkan diagnosis tertentu

4. Pada pemeriksaan penunjang terbagi menjadi beberapa jenis yaitu pemeriksaan


laboraturium yang terdiri dari pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan cairan otak,
pemeriksaan urin/fekal.

5. Persiapan dalam pemeriksaan penunjang yaitu pastikan identitas pasien, pemilihan Lokasi
pengambilan specimen, waktu Pengambilan specimen, teknik atau cara pengambilan
specimen, cara menampung spesimen dalam wadah penampung, pemberian Identitas,
pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan specimen, penyimpanan specimen.

6. pada pemeriksaan penunjang terdapat jenis-jenis alat yaitu EMG, EKG, EEG, MRI,
Audiometri, USG, Rotgen, Mamograph, Angioraph, CT-Scan, Endoskopi, Bronskopi.
pemeriksaan penunjang dengan pasien stroke dapat dilakukan pemeriksaan darah lengkap,
CT-Scan, dan EKG.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, P., Sri, L. (2008). Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika
Anshori, D. M., Heru, N., Sari, G., dan Istiqomah, H. (2019). Pemeriksaan Ultrasonografi
Hepar menjadi Pemeriksaan Penunjang yang Tepat untuk Diagnosa Hepatitis. Jurnal
Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 6(2), 131–139. https://doi.org/10.32668/jitek.v6i2.169
Diyono, Sri Mulyanti. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Jakarta:
Kencana
Irawan, E. (2014). Deteksi Penyakit Apendicitis dari Hasil Ultrasonografi ( USG ) Dengan
Menggunakan Metode Tresholding dan Edge Detection ( CANNY ). Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas BSI, 2(1), 85–94.
Mappaware, N. A., Syahril, E., Latief, S., Irsandi, F., Urip, J., Km, S., dan Ii, K. (2018).
Ultrasonografi Obstetri Dalam Prespektif Medis , Kaidah Bioetika Dan Islam Rumah
Sakit Ibnu Sina YW-Universitas Muslim Indonesia Address : Email : Phone : Received
Tanggal Bulan Tahun Received in revised form Tanggal Bulan Tahun Accepted Tanggal
Bulan Tah. Wal’afiat Hospital Journal, 5, 1–14. Retrieved from
https://whj.umi.ac.id/index.php/whj/article/view/2
Maulida, N. S., Susanto, E., dan Murniati, E. (2015). ISSN 2356-301X PROSEDUR
Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) Brain Perfusi Dengan Metode
Arterial Spin Labeling ( ASL ) Background : Examination procedure of Magnetic
resonance imaging ( MRI ) Brain Perfusion in patient with tumor disease at Rad. (1),
48–58.
Niluh,G,Y,A., Christantie, E. (2003). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC
Utami, N. W., Agustine, U., dan P, R. E. H. (2016). Etik Keperawatan Dan Keperawatan
Profesional. 148, 148–162.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai