Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PROSEDUR PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dosen Pengampu;
Asri Kusyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh;
Melly Putri Efendi (2022032017)
Aisyah Nabila (2022032041)
Nia Adi Cahya Vinarti (2022032012)
Maghfirotul Maola (2022032038)
Fidyawati Dunggio (2022032012)
Lasmi Sasmita (2022032047)
Florida Olimpia Yamlen (2022032013)
Moh. Ali Riski (2022032028)
Zaky Ardiansyah (2022032027)
Andri Kurniawan (2022032032)
Moh. Muchsin R. (2022032002)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini.

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dalam mata kuliah blok keperawatan dasar professional yang
berjudul “Makalah Prosedur Pemeriksaan Penunjang” tanpa ada hambatan apapun dan selesai
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan
makalah iniadalah sebagai bahan pembelajaran dan dapat menjadi pengetahuan baru bagi
pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami sadari bahwa
makalah ini belum baik, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk makalah berikutnya.

Jombang, 11 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting bagi para tenaga kesehatan, karena ada
beberapa pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat dalam
pemeriksaan penunjang. Perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan perlu
mempertimbangkan hasil analisis pemeriksaan penunjang atau prosedur diagnostik. Ada dua
kompetensi perawat dalam hal pemeriksaan diagnostik ini yaitu bertanggung jawab dalam
pengelolaan persiapan pasien sampai pasca pemeriksaan dan mempertimbangkan hasil
pemeriksaan dalam menyusun diagnosis keperawatan serta merencanakan intervensi
keperawatan. Pemeriksaan penunjang adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan
laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta
menentukan prognosa.
Pemeriksaan penunjang juga sebagai ilmu terapan yang bertujuan membantu petugas
kesehatan dalam mendiagnosis dan mengobati pasien. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengoptimalkan Tindakan keperawatan dan proses penyembuhan pasicn, dilakukan oleh
tenaga medis dengan menggunakan alat bantu tertentu untuk memperoleh hasil selanjutnya.
Tujuan tersebut memang sesuai dengan fungsinya sebagai penunjang medik oleh karena itu
hasil pemeriksaan laboratorium harus benar dan baik serta dapat dipercaya. Kesalahan dari
hasil pemeriksaan laboratorium akan berakibat fatal, bukan saja merugikan pasien tetapi juga
menyesatkan diagnosis. (Effendi dan niluh, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pemeriksaan penunjang?
2. Apa fungsi pemeriksaan penunjang ?
3. Apa tujuan pemeriksaan penunjang ?
4. Apa jenis-jenis pemeriksaan penunjang ?
5. Apa saja yang dilakukan dalam mempersiapkan pemeriksaan penunjang ?
6. Apa saja alat-alat untuk pemeriksaan penunjang ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pemeriksaan penunjang
2. Untuk mengetahui fungsi pemeriksaan penunjang.
3. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan penunjang.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pemeriksaan penunjang.
5. Untuk mengetahui persiapan untuk pemeriksaan penunjang.
6. Untuk mengetahui alat-alat pemeriksaan penunjang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi
tertentu guna memperoleh keterangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan yaitu therapeutic, diagnostik, laboratorium, dll. Pemeriksaan penunjang juga
sebagai ilmu terapan yang berguna untuk membantu petugas kesehatan dalam mediagnosis
dan mengobati pasien (Basariyadi, 2016).

B. Fungsi Pemeriksaan Penunjang


1. Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan resiko
terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu beresiko
tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan).
2. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita seseorang,
berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta berkaitan erat dengan
komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.
3. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis.
4. Membantu pemantauan pengobatan.
5. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk memprediksi
perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi dan pengelolaan pasien selanjutnya.
6. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan penyakit
dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat meminimalkan komplikasi
yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara berkala.
7. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan.
8. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit.

C. Tujuan Pemeriksaan Penunjang


1. Terapeutik
Yaitu untuk penanganan atau pengobatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi
penyakit tertentu
2. Diagnostik
Yaitu untuk membantu menegakkan diagnosis tertentu

D. Jenis Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis
pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan melihat
bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini
sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang
menderita suatu penyakit infeksi. Darah yang diperiksa antara lain jumlah sel darah
merah, sel darah putih, leukosit, trombosit dan lain-lain. Jumlah sel dihitung untuk
mengetahui apakah pasien juga menderita anemia (sejenis penyakit kekurangan zat
besi dalam darah), sedangkan leukosit untuk melihat sistem imun pasien bila kada
leukosit diatas normal berarti ada penyakit infeksi yang sedang menyerang pasien.
Pemeriksaan darah lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke
suatu rumah sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil
yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik
terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosis dan terapi yang tepat bisa segera
dilakukan.

 Pemeriksaan Cairan Otak


Pemeriksaan Cairan Otak (Liguor Cerebro Spinalis - LCS) adalah cairan yang
menyelimuti susunan syaraf pusat. Fungsinya adalah sebagai pelindung terhadap otak
maupun tulang belakang. Selain itu juga berfungsi sebagai pengatur eksitabilitas
dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (karena otak
tidak mempunyai pembuluh limpe) dan memberikan perlindungan terhadap tekanan.
Cairan ini memiliki komposisi yang hampir sama dengan plasma darah, yaitu
Natrium, Kalium, Urea, Asam laktat dan Sulfonamid, serta 12 zat lain yang
komposisinya berbeda dengan plasma darah. Pemeriksaan LCS ditujukan untuk
mengetahui adanya kelainan pada otak maupun sumsum tulang, meningitis, tumor,
abses echefilitis maupun infeksi virus pada daerah tersebut. Pemeriksaan terhadap
protein dalam cairan otak merupakan yang paling penting. Dalam keadaan normal,
protein yang terdapat pada cairan otak sangat sedikit. jadi, tujuan dari pemeriksaan ini
yaitu untuk mengetahui jumlahnya dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

 Pemeriksaan Urine
Tes urine (urinalisis) adalah metode pemeriksaan yang menggunakan urine sebagai
pendeteksi adanya gangguan dalam tubuh.Uji sampel urine biasanya dilakukan untuk
mendiagnosis penyakit yang berkaitan dengan saluran kemih. Contohnya, infeksi
saluran kemih, penyakit ginjal, dan diabetes.Urinalisis umumnya memeriksa warna,
konsentrasi, komposisi, hingga bau urine. Hasil urinalisis yang menunjukkan adanya
ketidaknormalan sering memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengungkap
penyebabnya.

E. Persiapan Pemeriksaan Penunjang


1. Pastikan Identitas Pasie
2. Pemilihan Lokasi pengambilan specimen
3. Waktu Pengambilan specimen
4. Teknik atau cara pengambilan specimen
5. Cara menampung spesimen dalam wadah penampung
6. Pemberian Identitas
7. Pengiriman spesimen ke laboratorium
8. Penanganan specimen
9. Penyimpanan specimen
F . Tahap-Tahap Pemeriksaan Penunjang
Tahap-tahap pemeriksaan penunjang meliputi:
1. Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu harus memperhatikan
instruksi dokter, sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam
bekerja.

2. Persiapan pasien
Persiapan pasien yang perlu diperhatikan yaitu melepaskan seluruh alat elektronik dan
benda-benda berbahan logam yang menempel di tubuh yang dapat mempengaruhi
tindakan pemeriksaan, puasa, obat yang diminum pasien saat menjalani pengobatan,
waktu pengambilan dan posisi pengambilan sampel.

G. Alat-Alat yang digunakan untuk Pemeriksaan Penunjang


1. EMG (Elektro Myo Grafi)
Pemeriksaan EMG biasanya dilakukan untuk menentukan potensi elektrik otot, EMG
membantu untuk mendiagnosa adanya kerusakan neuromuskuler, LMN (Lowe Motorik
Neuron) dan syaraf-syaraf tepi. Klien perlu diberikan informasi bahwa pemeriksaan ini
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman karena jarum elektroda yang masuk ke otot.
Setelah pemeriksaan perawat membantu mengatasi rasa tidak nyaman dan mengobservasi
apakah terdapat hematom pada bekas tusukan jarum, untuk itu dapat diberikan kompres
dingin.

2. EKG (Elektro Kardio Grafi)


EKG adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur atau mendeteksi kondisi
jantung dengan cara memantau irama dan frekuensi detak jantung. Untuk mengukur
detak jantung, elektrode - elektrode dari elektrokardiograf ditempatkan ke dada pasien.
Elektrode mendeteksi turun-naiknya arus listrik jantung dan mengirimnya ke
elektrokardiograf, yang merekam perubahannya sebagai bentuk gelombang pada
gulungan kertas yang bergerak, rekamanhasil pengukuran ini disebut elektrokardiogram.

3. EEG (Elektro Encephalo Grafi)


Elektro Ensefalo Grafi (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar dari
rekaman aktivitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya.
Neuron-neuron di korteks otak mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan
voltase yang sangat kecil (mV), yang kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk
diamplifikasi sehingga terekamlah elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk dapat
ditangkap oleh mata pembaca EEG sebagai gelombang delta, alpha, beta, theta, gamma
dsb. Tujuan pemeriksaan EEG untuk mendiagnosa penyakit yang berhubungan dengan
kelainan otak dan kejiwaan. Indikasi dan Kegunaan EEG yaitu pada pasien yang
mengalami kejang atau yang diduga mengalami kejang mengevaluasi efek serebral dari
berbagai penyakit, sistemik (misalnya keadaan ensefalopati metabolik karena diabetes,
gagal ginjal), melakukan studi untuk mengetahui gangguan tidur ( sleep disorder ) atau
narkolepsi, membantu menegakkan diagnosa koma, melokalisir perubahan potensial
listrik otak yang disebabkan trauma, tumor, gangguan pembuluh darah (vaskular) dan
penyakit degenerative, membantu mencari berbagai gangguan serebral yang dapat
menyebabkan nyeri kepala, gangguan perilaku dan kemunduran intelektual.

4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Digunakan untuk mendiagnosa bagian struktur tubuh manusia dengan gelombang
electromagnetic, yang tidak memberi efek radiasi seperti sinar X. Alat ini sangat berguna
untuk pemeriksaan saraf, jaringan otot, jantung dan pembuluh darah dan tumor. Semakin
besar teslanya atau kekuatan magnetiknya semakin baik kualitas gambarnya. MRI dapat
dilakukan pemeriksaan pada otak dan saraf tulang belakang, ligament sobek, tumor.

5. Audiometri
Audiometri adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran
sesseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat
ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi
seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengaran atau seseorang yang akan
bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran.

6. USG (Ultrasonografi)
Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan sebutan USG adalah suatu
pemeriksaan non-invasif yang memanfaatkan gelombang suara yang disalurkan melalui
alat-alat ke dalam tubuh kemudian dipantulkan dan hasilnya dapat dilihat melalui layar
monitor (Baradero, Dayrit and Siswandi, 2005). USG (ultrasonografi) sangat populer
digunakan untuk memantau kondisi janin, perkembangan kehamilan, persiapan
persalinan, dan masalah-masalah lain. Teknik ini juga digunakan untuk menentukan
lokasi tumor, gangguan kardiovaskular, dan defek mata.
7. Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada berbagai organ
diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokan dan rangka.

8. Mammografi
Mammografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian mammae (payudara)
dengan menggunakan sinar-x untuk menciptakan gambarnya yang dapat membedakan sel
sehat dan sel ganas.dan bantuan media kontras positif atau tidak untuk menegakkan
diagnosis. Indikasi: Screening Test, Karsinoma (Ca), Fibroma, Benjolan pada payudara,
Sumbatan.

9. Angioraph
Angioraph adalah alat yang menggunakan sinar X untuk melihat bagian dalam
pembuluh darah yang tersumbat dan dengan bantuan alat lainnya untuk tindakan
balonisasi atau pemasangan penyangga pembulu darah/stent. Alat Angiografi digunakan
sebagai alat diagnosa dan pengobatan, seperti mendeteksi aterosklerosis, penyumbatan,
atau kelainan bentuk pada pembuluh darah arteri, baik itu di otak, paru-paru, tangan atau
kaki, perut, ataupun rongga panggul. Mengevaluasi aliran darah pada arteri koroner
jantung, terutama pada kondisi serangan jantung, nyeri dada yang tidak spesifik, atau
angina pektoris.

10. CT scan
Computerized tomography scan atau CT scan yang lebih sering disebuh adalah teknik
xray khusus yang menghasilkan gambar dari organ-organ dalam yang lebih rinci daripada
dengan konvensional x-ray. Konvensional x-ray menghasilkan gambar dua dimensi dari
bagian tubuh. CT scan di sisi lain menggunakan perangkat yang berputar di sekitar tubuh
menyebarkan sinar-x dan tabung x-ray berputar. Gambar-gambar ini kemudian diproses
oleh komputer, sehingga menghasilkan gambar crossectional bagian dalam tubuh.
Contoh: organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen.

11. Endoskopi
Endoskopi adalah sebuah cara pemeriksaan bagian dalam tubuh menggunakan alat
bernama endoskop yang dimasukkan ke dalam tubuh. Endoskop adalah alat berbentuk
tabung panjang, tipis, dan lentur yang dipasangkan senter dan kamera di ujungnya.
Keadaan bagian dalam tubuh. dipasangkan senter dan kamera di ujungnya. Keadaan
bagian dalam tubuh akan diperlihatkan di layar televisi. Alat endoskop dapat dimasukkan
ke bagian lubang pada tubuh, seperti mulut atau anus. Alat endoskop juga dapat
dimasukkan melalui sayatan kecil yang dibuat di kulit, misalnya di lutut atau perut.
Setelah pemeriksaan endoskopi, pasien biasanya dianjurkan untuk beristirahat setidaknya
1 jam sampai efek samping dari obat bius menghilang. Contoh pemeriksaan endoskopi
dapat dilihat pada pasien dengan gangguan saluran cerna, meliputi tukak lambung, sulit
menelan, penyakit asam lambung (GERD), penyakit radang usus, radang pankreas, batu
empedu, sembelit kronis, dan perdarahan saluran cerna.Gangguan pada saluran napas,
meliputi batuk berdarah, batuk kronis, hambatan jalan napas, sesak napas, tumor paru,
dan benda asing di saluran napas. Gangguan pada saluran kemih, meliputi batu saluran
kemih atau kandung kemih, tumor kandung kemih, kencing berdarah, inkontinensia
urine, dan cedera atau luka pada saluran kemih. Gangguan pada organ reproduksi,
meliputi pendarahan vagina, radang panggul, sering keguguran, infertilitas, miom dan
kista rahim, kanker rahim, dan kelainan bentuk Rahim Caolonscopy.

12. Bronkoskopi
Bronkoskopi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengecek bagian dalam
paru-paru dan saluran napas. Prosedur ini melibatkan alat bronkoskop, yakni tabung tipis
dengan kamera dan lampu di ujungnya. Pemeriksaan Bronkoskopi ini dimasukkan
melalui hidung atau mulut ke dalam tenggorokan hingga mencapai paru-paru pasien.
Bronkoskopi.
9. BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai