Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASPEK LEGAL DAN ETIK PRAKTIK KEPERAWATAN

MANDIRI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5
Anggota Kelompok :
1. Intan Oktovia (22230173P)
2. Gebi Monika Y.P (22230195P)
3. Satria(22230135P)

Dosen Pembimbing Mata Kuliah

Ns. Meri Epriana Susanti S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 202
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan yang berjudul “Konsep dan Prinsip Etika Keperawatan” tepat waktu. Makalah ini
tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Bengkulu, 12 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................

1.3 Tujuan...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Keperawatan..........................................................................................

2.2 Tujuan Etika Keperawatan...........................................................................................

2.3 Pendekatan dalam Etika Keperawatan..........................................................................

2.4 Tipe-tipe Etika Keperawatan........................................................................................

2.5 Teori-teori dalam Etika Keperawatan...........................................................................

2.6 Prinsip-prinsip Etika Keperawatan...............................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................

3.2 Saran..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
            Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan
keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan
keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model
asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan
dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah
dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada pasien/keluarga/kelompok/komunitas.
Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein (1990)
mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang
dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah menggambarkan
secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh
tindakan yang diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus
menggambarkan tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap
pertanggung jawaban anggota tim kesehatan lain dalam pemberian perawatan.
Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan perkembangan
kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat (Fischbach, 1991).
            Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktek profesi  perawat
yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di suatu institusi dan Surat Ijin Praktek Perawat
(SIPP) bila bekerja secara perseorangan atau berkelompok. Kewenangan itu, hanya di
berikan kepada orang yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak
berarti memiliki kewenangan.
            Dalam profesi  kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang di atur
oleh Departement Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan
kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan
kedokteran atau kesehatan tertentu di serahkan kepada profesi masing-masing. Hal ini juga
menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.
Tanggal 12 Mei adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, momentum tersebut
akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-
Undang Praktik keperawatan. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap
bahwa keberadaan Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi
masyarakat terhadap pelayanan keperawatan dan profesi perawat.
            Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki
Undang-Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat
dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia,
terutama lemahnya regulasi praktik keperawatan, yang berdampak pada sulitnya
menembus globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan mendapat pengakuan dari negara
lain, sementara mereka akan mudah masuk ke negara kita.
Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia,
sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak
puluhan tahun yang lalu.Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi
siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan perawatnya
bekerja di negara lain.
B.      RUMUSAN MASALAH
1.      Mengetahui  apa yang di maksud dengan aspek legal keperawatan.
2.      Mengetahui apa yang di maksud legislasi keperawatan.
3.      Bagaimana undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
4.      Bagaimana perlindungan hukum untuk keperawatan.
5.      Bagaimana mencegah masalah hukum.          
C.      TUJUAN
1.      Untuk mengetahui tentang aspek legal keperawatan.
2.      Untuk mengetahui tentang legislasi keperawatan.
3.      Untuk mengetahui undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
4.      Untuk mengetahui tentang perlindungan hukum untuk keperawatan.
5.      Untuk mengetahui cara mencegah masalah hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI ASPEK LEGAL KEPERAWATAN
            Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional  yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi  dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah masalah kesehatan
tentu harus juga bisa di andalkan.
            Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus di penuhi.
Setiap perawat harus mempunyai “body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan kepada
masyarakat melalui praktek keprofesian yang di dasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi  dan
kode etik profesi. Para praktisi di persiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.
INTERNATIONAL COUNCIL of NURSES (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat yang
mencakup tiga bidang, yaitu bidang professional,  Ethical and legal practice, bidang care provision and
management dan bidang Management Development. “setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama
yaitu kompetensi yang di peroleh melalui pelatihan yang ekstensif , komponen intelektual yang bermakna
dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayan penting kepada masyarakat”.
            Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktek
profesi. Kewenangan memiliki 2 aspek yaitu kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan
seseorang di peroleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregristasi (registered nurse) yang
di sebut SURAT IJIN PERAWAT (SIP).
Aspek legal keperawatan meliputi:
a) Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum.
b)      Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
c)      Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
d)     Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki
akuntabilitas di bawah hukum.
e)      Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan untuk penyelamatan jiwa.
f)       Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang prakteknya.
g)      Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah.
h)      Persyaratan praktek perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:
1.      Tempat praktek memenuhi syarat,
2.     Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir atau buku
kunjungan, catatan tindakan, dan formulir rujukan.
 Larangan perawat dalam melakukan praktek :
·  Praktek di larang menjalankan praktek selain yang tercantum dalam izin dan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
·  Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan
tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, di kecualikan dari
larangan ini.
·  Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis
kepada perawat yang melakukan pelanggaran.
·   Peringatan tertulis paling banyak dilakukan 3 kali, apabila tidak di indahkan SIK dan
SIPP dapat di cabut.
·  Sebelum SIK dan SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari MDTK dan MP2EM.
Sanksi seorang perawat, yaitu:
·  Pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.
·  Pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan.
·  Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.
·  Penetapan pelanggaran di dasarkan pada motif pelanggaran serta situasi setempat.
Hak dan kewajiban seorang perawat.
A.  HAK perawat:
1. Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
profesinya.
2. Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi sesuai
dengan latar belakang pendidikannya.
3. Perawat berhak untuk menolak keinginan pasien atau klien yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, serta standart dan kode etik profesi.
4. Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau klien atau
keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasannya terhadap pelayanan
yang di berikan.
5. Perawat berhak untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan
IPTEK dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus.
6.  Perawat berhak untuk di perlakukan secara adil dan adil oleh institusi pelayanan
maupun pasien / klien.
7. Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat
menimbulkan bahaya fisik maupun stress emosional.
8. Perawat berhak di ikut sertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan
pelayanan kesehatan.
B. KEWAJIBAN PERAWAT , yaitu:
a. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.
b.Wajib memberikan pelayanan kesehatan / asuhan keperawatan sesuai standart profesi.
c. Wajib menghormati hak-hak pasien / klien.
d.Wajib membuat dokumentasi askep secara akurat, berkesinambungan.
e. Wajib berkolaborasi dengan tenaga medis/ tenaga kesehatan terkait lainnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien atau klien.
f. Menaati semua peraturan perundang-undangan.
3.      Aspek Etik Keperawatan
     prinsip etika keperawatan dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu,
kelompok atau keluarga dan masyarakat, yaitu :
1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Penulis menggunakan prinsip ini
untuk memberikan hak kepada klien dalam meberikan keputusan sendiri untuk ikut serta
sebagai sasaran asuhan penulis.
2.  Beneficience (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut penulis untuk melakukan hal yang baik
dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Penulis menggunakan prinsip
ini sebagai perawat untuk memberikan tindakan dalam asuhan keperawatan kepada klien
dengan baik.
3.  Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Penulis akan menuliskan hasil didalam
dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan hukum dan standar praktik keperawatan.
4.  Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien. Penulis akan sangat memperhatikan kondisi klien agar
tidak menimbulkan bahaya atau cidera fisik pada saat dilakukan tindakan keperawatan.
5.  Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Penulis akan menggunakan Kebenaran yang merupakan
dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka
berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu dari penulis.
6.  Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.
Untuk mencapai itu penulis harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai
komitmennya kepada orang lain.
7.  Confidentiality (Kerahasiaan) penulis akan menjaga informasi Dokumentasi klien
tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan
peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
8.  Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan
seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali.
Penulis menggunakan prinsip ini untuk memberikan jawaban kepada otoritas yang lebih
tinggi atas tindakan yang telah diberikan oleh penulis kepada klien.
3.  Pengertian legislasi dalam keperawatan.
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hokum yang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik
keperawatan.
Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan, yaitu:
a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
b.Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan.
c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai ketetapan.
d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
    i.  Fungsi legislasi keperawatan, yaitu:

e.  Memberi perlindungan  kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang


diberikan.
f. Memelihara  kualitas layanan keperawatan yang diberikan.
g.Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.
h. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
i.  Memotivasi pengembangan profesi.
j.  Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.

4. UNDANG UNDANG tentang keperawatan.


Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat.
PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan
perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga
keperawatan. Tidak adanya Undang-Undang perlindungan bagi perawat menyebabkan
perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka
lakukan.
Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan
ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki. UU dan
peraturan lainnya yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktek keperawatan :
a)  UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan.
Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur
kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
b) UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan.
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga
kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, doter gigi dan
apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan
dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan
tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada
tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan terbats untuk menjalankan
pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.
c)  UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis.
Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan
rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam pasal 3
dihelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada
pasal 2 memiliki kedudukan sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan
pegawai negeri juga diberlakukan terhadapnya. UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai
dengan kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri.
Yang perlu diperhatikan dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga
kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek
profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap
pelayanannya sendiri.
d) SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979.
Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic keperawatan
(termasuk bidan) dan paramedic non keperawata. Dari aspek hukum, sartu hal yang perlu
dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga
keperawatan.
e) UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik
keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak
pasien, kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk
keperawatan.
Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan
pembuatan UU praaktik keperawatan adalah :
1) Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu.
2) Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesui dengan profesinya.
3) Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
            Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
            Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional  yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
            Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktek profesi.
            Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik
keperawatan
B.  SARAN
Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam memberikan asuhan
keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan
masalah kesehatan dan kompleks, memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan,
nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah keperawatan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem klien, memberikan pelayanan
keperawatan disarana kesehatan dan tatanan lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan
medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis
permintaan obat, melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter. Untuk
menunjang kegiatan tersebut seorang perawat diharapkan terdaftar pada badan resmi baik
milik pemerintah maupun non pemerintah. 
DAFTAR PUSTAKA
1  Dikutip dari ” Hand Out Aspek Legal & Manajemen Resiko dalam pendokumentasian
Keperawatan” Sulastri.
2. www.jaringankomputer.org/aspek-legal-asuhan-keperawatan-pada-asuhan-
profesikeperawatan/
3. makalah-aspek-legal-keperawatan.html
4. Budi sampurna, pakar hukum kesehatan UI 2006
5.  Menurut  Sand,Robbles1981

Anda mungkin juga menyukai