MANDIRI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Anggota Kelompok :
1. Intan Oktovia (22230173P)
2. Gebi Monika Y.P (22230195P)
3. Satria(22230135P)
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan yang berjudul “Konsep dan Prinsip Etika Keperawatan” tepat waktu. Makalah ini
tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan
keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan
keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model
asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan
dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah
dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada pasien/keluarga/kelompok/komunitas.
Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein (1990)
mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang
dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah menggambarkan
secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh
tindakan yang diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus
menggambarkan tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap
pertanggung jawaban anggota tim kesehatan lain dalam pemberian perawatan.
Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan perkembangan
kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat (Fischbach, 1991).
Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktek profesi perawat
yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di suatu institusi dan Surat Ijin Praktek Perawat
(SIPP) bila bekerja secara perseorangan atau berkelompok. Kewenangan itu, hanya di
berikan kepada orang yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak
berarti memiliki kewenangan.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang di atur
oleh Departement Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan
kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan
kedokteran atau kesehatan tertentu di serahkan kepada profesi masing-masing. Hal ini juga
menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.
Tanggal 12 Mei adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, momentum tersebut
akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-
Undang Praktik keperawatan. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap
bahwa keberadaan Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi
masyarakat terhadap pelayanan keperawatan dan profesi perawat.
Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki
Undang-Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat
dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia,
terutama lemahnya regulasi praktik keperawatan, yang berdampak pada sulitnya
menembus globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan mendapat pengakuan dari negara
lain, sementara mereka akan mudah masuk ke negara kita.
Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia,
sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak
puluhan tahun yang lalu.Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi
siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan perawatnya
bekerja di negara lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan aspek legal keperawatan.
2. Mengetahui apa yang di maksud legislasi keperawatan.
3. Bagaimana undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
4. Bagaimana perlindungan hukum untuk keperawatan.
5. Bagaimana mencegah masalah hukum.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang aspek legal keperawatan.
2. Untuk mengetahui tentang legislasi keperawatan.
3. Untuk mengetahui undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
4. Untuk mengetahui tentang perlindungan hukum untuk keperawatan.
5. Untuk mengetahui cara mencegah masalah hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI ASPEK LEGAL KEPERAWATAN
Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah masalah kesehatan
tentu harus juga bisa di andalkan.
Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus di penuhi.
Setiap perawat harus mempunyai “body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan kepada
masyarakat melalui praktek keprofesian yang di dasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan
kode etik profesi. Para praktisi di persiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.
INTERNATIONAL COUNCIL of NURSES (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat yang
mencakup tiga bidang, yaitu bidang professional, Ethical and legal practice, bidang care provision and
management dan bidang Management Development. “setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama
yaitu kompetensi yang di peroleh melalui pelatihan yang ekstensif , komponen intelektual yang bermakna
dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayan penting kepada masyarakat”.
Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktek
profesi. Kewenangan memiliki 2 aspek yaitu kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan
seseorang di peroleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregristasi (registered nurse) yang
di sebut SURAT IJIN PERAWAT (SIP).
Aspek legal keperawatan meliputi:
a) Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum.
b) Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
c) Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
d) Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki
akuntabilitas di bawah hukum.
e) Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan untuk penyelamatan jiwa.
f) Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang prakteknya.
g) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah.
h) Persyaratan praktek perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:
1. Tempat praktek memenuhi syarat,
2. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir atau buku
kunjungan, catatan tindakan, dan formulir rujukan.
Larangan perawat dalam melakukan praktek :
· Praktek di larang menjalankan praktek selain yang tercantum dalam izin dan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
· Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan
tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, di kecualikan dari
larangan ini.
· Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis
kepada perawat yang melakukan pelanggaran.
· Peringatan tertulis paling banyak dilakukan 3 kali, apabila tidak di indahkan SIK dan
SIPP dapat di cabut.
· Sebelum SIK dan SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari MDTK dan MP2EM.
Sanksi seorang perawat, yaitu:
· Pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.
· Pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan.
· Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.
· Penetapan pelanggaran di dasarkan pada motif pelanggaran serta situasi setempat.
Hak dan kewajiban seorang perawat.
A. HAK perawat:
1. Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
profesinya.
2. Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi sesuai
dengan latar belakang pendidikannya.
3. Perawat berhak untuk menolak keinginan pasien atau klien yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, serta standart dan kode etik profesi.
4. Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau klien atau
keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasannya terhadap pelayanan
yang di berikan.
5. Perawat berhak untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan
IPTEK dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus.
6. Perawat berhak untuk di perlakukan secara adil dan adil oleh institusi pelayanan
maupun pasien / klien.
7. Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat
menimbulkan bahaya fisik maupun stress emosional.
8. Perawat berhak di ikut sertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan
pelayanan kesehatan.
B. KEWAJIBAN PERAWAT , yaitu:
a. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.
b.Wajib memberikan pelayanan kesehatan / asuhan keperawatan sesuai standart profesi.
c. Wajib menghormati hak-hak pasien / klien.
d.Wajib membuat dokumentasi askep secara akurat, berkesinambungan.
e. Wajib berkolaborasi dengan tenaga medis/ tenaga kesehatan terkait lainnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien atau klien.
f. Menaati semua peraturan perundang-undangan.
3. Aspek Etik Keperawatan
prinsip etika keperawatan dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu,
kelompok atau keluarga dan masyarakat, yaitu :
1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Penulis menggunakan prinsip ini
untuk memberikan hak kepada klien dalam meberikan keputusan sendiri untuk ikut serta
sebagai sasaran asuhan penulis.
2. Beneficience (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut penulis untuk melakukan hal yang baik
dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Penulis menggunakan prinsip
ini sebagai perawat untuk memberikan tindakan dalam asuhan keperawatan kepada klien
dengan baik.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Penulis akan menuliskan hasil didalam
dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan hukum dan standar praktik keperawatan.
4. Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien. Penulis akan sangat memperhatikan kondisi klien agar
tidak menimbulkan bahaya atau cidera fisik pada saat dilakukan tindakan keperawatan.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Penulis akan menggunakan Kebenaran yang merupakan
dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka
berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu dari penulis.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.
Untuk mencapai itu penulis harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai
komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) penulis akan menjaga informasi Dokumentasi klien
tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan
peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan
seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali.
Penulis menggunakan prinsip ini untuk memberikan jawaban kepada otoritas yang lebih
tinggi atas tindakan yang telah diberikan oleh penulis kepada klien.
3. Pengertian legislasi dalam keperawatan.
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hokum yang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik
keperawatan.
Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan, yaitu:
a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
b.Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan.
c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai ketetapan.
d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
i. Fungsi legislasi keperawatan, yaitu: