Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LEGAL DAN ETIK DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Oleh :

Orlando Lorenso Solambela

Rany veronika futwembun

Siane lone tempomona

Sumirta tundu
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Manado, 05 meil 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........,............................................................. 1

DAFTAR ISI............. ........................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 3

a. Latar belakang..............................................................................4

b. Rumusan masalah....................................................................... 5

C. Tujuan........................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 7

1. Dedinisi aspek legal keperawatan........... ................................... 8

2. Aspek etik keperawatan................................................................ 9

3. Pengertian Legislasi dalam keperawatan.................................. 10

4.undang-undang tentang keperawatan........................................ 11

BAB III PENUTUP............................................................................ 12

A. KESIMPULAN.............................................................................. 13

B. SARAN......... ............................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan
suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan (askep) merupakan
aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit
berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis
terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada
pasien/keluarga/kelompok/komunitas. Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan
saat ini. Edelstein (1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak
yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah menggambarkan secara
komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh tindakan yang
diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan tidak hanya
kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung jawaban anggota tim kesehatan lain
dalam pemberian perawatan. Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan
perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat (Fischbach, 1991).

Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan
kepada penerimanya untuk melakukan praktek profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di
suatu institusi dan Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP) bila bekerja secara perseorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya di berikan kepada orang yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki
kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.

Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang di atur oleh
Departement Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan
tertentu di serahkan kepada profesi masing-masing. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap
sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.

Tanggal 12 Mei adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, momentum tersebut akan digunakan
untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-Undang akan
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan keperawatan dan profesi
perawat.

Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki Undang-Undang
Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam jumlah besar. Hal ini
mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama lemahnya regulasi praktik
keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan
mendapat pengakuan dari negara lain, sementara mereka akan mudah masuk ke negara kita.
Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki
Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu.Mereka siap
untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing
masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Mengetahui apa yang di maksud dengan aspek legal keperawatan.

2. Mengetahui apa yang di maksud legislasi keperawatan.

3. Bagaimana undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.

4. Bagaimana perlindungan hukum untuk keperawatan.

5. Bagaimana mencegah masalah hukum.

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui tentang aspek legal keperawatan.

2. Untuk mengetahui tentang legislasi keperawatan.

3. Untuk mengetahui undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.

4. Untuk mengetahui tentang perlindungan hukum untuk keperawatan.

5. Untuk mengetahui cara mencegah masalah hukum.

BAB II PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI ASPEK LEGAL KEPERAWATAN

Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan
kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah masalah kesehatan tentu harus juga bisa di
andalkan.

Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus di
penuhi. Setiap perawat harus mempunyai “body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan
kepada masyarakat melalui praktek keprofesian yang di dasari motivasi altruistik, mempunyai standar
kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi di persiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang
pendidikan tinggi.

INTERNATIONAL COUNCIL of NURSES (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat yang
mencakup tiga bidang, yaitu bidang professional, Ethical and legal practice, bidang care provision and
management dan bidang Management Development. “setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat
utama yaitu kompetensi yang di peroleh melalui pelatihan yang ekstensif , komponen intelektual yang
bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayan penting kepada masyarakat”.

Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan
praktek profesi. Kewenangan memiliki 2 aspek yaitu kewenangan material dan kewenangan formal.
Kewenangan seseorang di peroleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregristasi
(registered nurse) yang di sebut SURAT IJIN PERAWAT (SIP).

Aspek legal keperawatan meliputi:

a) Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan
hukum.

b) Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.

c) Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.

d) Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi perawat


memiliki akuntabilitas di bawah hukum.

e) Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang untuk melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan untuk penyelamatan jiwa.
f) Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang prakteknya.

g) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah.

h) Persyaratan praktek perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:

1. Tempat praktek memenuhi syarat,

2. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir atau buku kunjungan, catatan
tindakan, dan formulir rujukan.

Larangan perawat dalam melakukan praktek :

· Praktek di larang menjalankan praktek selain yang tercantum dalam izin dan melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan standar profesi.

· Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan tugas di
daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, di kecualikan dari larangan ini.

· Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis kepada
perawat yang melakukan pelanggaran.

· Peringatan tertulis paling banyak dilakukan 3 kali, apabila tidak di indahkan SIK dan SIPP dapat di
cabut.

· Sebelum SIK dan SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar pertimbangan
dari MDTK dan MP2EM.

Sanksi seorang perawat, yaitu:

· Pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.

· Pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan.

· Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.

· Penetapan pelanggaran di dasarkan pada motif pelanggaran serta situasi setempat.

Hak dan kewajiban seorang perawat.

A. HAK perawat:

1. Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya.

2. Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi sesuai dengan latar
belakang pendidikannya.
3. Perawat berhak untuk menolak keinginan pasien atau klien yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, serta standart dan kode etik profesi.

4. Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau klien atau keluarganya
tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang di berikan.

5. Perawat berhak untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan IPTEK


dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus.

6. Perawat berhak untuk di perlakukan secara adil dan adil oleh institusi pelayanan maupun pasien /
klien.

7. Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat
menimbulkan bahaya fisik maupun stress emosional.

8. Perawat berhak di ikut sertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan
kesehatan.

B. KEWAJIBAN PERAWAT , yaitu:

a. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.

b. Wajib memberikan pelayanan kesehatan / asuhan keperawatan sesuai standart profesi.

c. Wajib menghormati hak-hak pasien / klien.

d. Wajib membuat dokumentasi askep secara akurat, berkesinambungan.

e. Wajib berkolaborasi dengan tenaga medis/ tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memberikan
pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien atau klien.

f. Menaati semua peraturan perundang-undangan.

2.Aspek Etik Keperawatan

prinsip etika keperawatan dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok atau
keluarga dan masyarakat, yaitu :

1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Penulis menggunakan prinsip ini untuk memberikan hak
kepada klien dalam meberikan keputusan sendiri untuk ikut serta sebagai sasaran asuhan penulis.
2. Beneficience (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut penulis untuk melakukan hal yang baik dengan
begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Penulis menggunakan prinsip ini sebagai perawat
untuk memberikan tindakan dalam asuhan keperawatan kepada klien dengan baik.

3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan. Penulis akan menuliskan hasil didalam dokumentasi asuhan keperawatan sesuai
dengan hukum dan standar praktik keperawatan.

4. Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien. Penulis akan sangat memperhatikan kondisi klien agar tidak menimbulkan bahaya
atau cidera fisik pada saat dilakukan tindakan keperawatan.

5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien untuk meyakinkan agar
klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Penulis akan
menggunakan Kebenaran yang merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki
otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu dari penulis.

6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu
penulis harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

7. Confidentiality (Kerahasiaan) penulis akan menjaga informasi Dokumentasi klien tentang keadaan
kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Penulis menggunakan
prinsip ini untuk memberikan jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan yang telah
diberikan oleh penulis kepada klien.

3. Pengertian legislasi dalam keperawatan.

Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat


hokum yang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan.

Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan, yaitu:

a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.

b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan.

c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai ketetapan.

d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.


--- Fungsi legislasi keperawatan, yaitu:

e. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.

f. Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan.

g. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.

h. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.

i. Memotivasi pengembangan profesi.

j. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.

4. UNDANG UNDANG tentang keperawatan.

Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat. PPNI pada
kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan
perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya Undang-
Undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat bertanggung
jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.

Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki. UU dan peraturan lainnya yang ada di
Indonesia yang berkaitan dengan praktek keperawatan :

a) UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan.

Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan
hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.

b) UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan.

UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana
dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, doter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk
dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan
asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan
apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan terbats
untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.

c) UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis.

Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah wqajib
menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam pasal 3 dihelaskan bahwa selama
bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada pasal 2 memiliki kedudukan sebagain
pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga diberlakukan terhadapnya. UU ini
untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri.

Yang perlu diperhatikan dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu
bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat
rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

d) SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979.

Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic keperawatan (termasuk bidan) dan
paramedic non keperawata. Dari aspek hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan
tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga keperawatan.

e) UU kesehatan No. 23 tahun 1992

Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik keperawatan
professional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,
maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.

Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU praaktik
keperawatan adalah :

1) Pasal 32 ayat 4

Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan,
hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

2) Pasal 53 ayat I

Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesui dengan
profesinya.

3) Pasal 53 ayat 2

Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan
praktek profesi.

Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat


hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan
B. SARAN

Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam memberikan asuhan keperawatan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan kompleks,
memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam rangka
penyelesaian masalah keperawatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya
memandirikan sistem klien, memberikan pelayanan keperawatan disarana kesehatan dan tatanan
lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan
persalinan normal dan menulis permintaan obat, melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari
dokter. Untuk menunjang kegiatan tersebut seorang perawat diharapkan terdaftar pada badan resmi
baik milik pemerintah maupun non pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

1.Dikutip dari ” Hand Out Aspek Legal & Manajemen Resiko dalam pendokumentasian Keperawatan”
Sulastri.

2.www.jaringankomputer.org/aspek-legal-asuhan-keperawatan-pada-asuhan-profesikeperawatan/

3. makalah-aspek-legal-keperawatan.html

4. Budi sampurna, pakar hukum kesehatan UI 2006

5. Menurut Sand,Robbles1981

Anda mungkin juga menyukai