Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas berkat rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Aspek Legal Dalam Praktik Keperawatan “ ini.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Etika
Keperawatan.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Ibu Dosen
kami,yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

------------------, 26 April 2017

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................................  i
Daftar isi .......................................................................................................................... ii
BAB I
Pendahuluan ....................................................................................................................  1
A.     Latar belakang ................................................................................................................1
B.     Rumusan masalah ...........................................................................................................1
C.     Tujuan .............................................................................................................................2
BAB II
Tinjauan pusataka ..............................................................................................................3
1.      Definisi aspek legal keperawatan ...................................................................................3
2.      Dasar hukum praktik keperawatan .................................................................................4
3.      Standar praktik keperawatan...........................................................................................9
4.      Tanggung jawab tangguang gugat .................................................................................10
5.      Upaya pencegahan masalah.................... .......................................................................14
6.      Masalah praktek legal......................................................................................................15
BAB III
Penutup .............................................................................................................................17
A.     Kesimpulan ....................................................................................................................17
B.     Saran  .............................................................................................................................17
Daftar pustaka ..................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang
Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat menginginkan perubahan mendasar
dalam kegiatan profesinya. Dulu membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya
mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri
sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu
mengubah sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi tempat kerja.
Jika praktik keperawatan dilihatsebagai praktik profesi, maka harus ada otoritas atau
kewenangan, ada kejelasan batasan, siapamelakukan apa. Karena diberi kewenangan maka
perawat bisa digugat, perawat harus bertanggung jawab terhadap tiap keputusan dan tindakan
yang dilakukan.Tuntutan perubahan paradigma tersebut tidak mencerminkan kondisi dilapangan
yangsebenarnya, hal ini dibuktikan banyak perawat di berbagai daerah mengeluhkan
mengenaisemaraknya razia terhadap praktik perawat sejak pemberlakuan UU Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran. Pelayanan keperawatan diberbagai rumah sakit
belummencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan
yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien,
melainkanlebih berorientasi pada pelaksanaan tugas rutin seorang perawat.
B. Rumusan masalah
1. apa defenisi aspek legal keperawatan ?
2. apa dasar hukum keperawatan, uu yang mengatur aspek legal keperawatan ?
3. apa standar ptaktik keperawatan ?
4. Apa tanggung jawab dan tanggung gugat perawat ?
5. apa saja upaya mencegah masalah hukum ?
6. apa saja masalah dalam praktek legal ?

        
  C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi aspek legal keperawatan
2. Untuk mengetahui dasar hukum keperawatan
3. Untuk mengetahui standart praktik keperawatan
4. Untuk mengetahui tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.
5. Untuk mengetahui upaya mencegah masalah hukum
6. Upaya mencegah masalah praktek legal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

      A.    Pengertian Aspek Legal Keperawatan


Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan  dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
            Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan
tentu harus juga bisa diandalkan. Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus mempunyai ”body of knowledge”
yang spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang
didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi
dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.
            International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi
perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1)bidang Professional, Ethical and Legal Practice,
(2)bidang Care Provision and Management (3)dan bidang Professional Development. Profesi
pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan
yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan
memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.
            Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung jawab
dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun
masyarakat luas. Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri,
seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan
ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh seorang
profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa
atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin.
            Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan
praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni kewenangan material dan kewenangan
formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian
teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal
Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja
di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau
berkelompok.
            Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun,
memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat
secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan
berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang
harus dilampaui.Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang
diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan
kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran
atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing. Aspek Legal keperawatan
tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan.

      B.     Dasar Hukum Keperawatan


Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO. 1239 TAHUN 2001Sesuai
dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :
·         Pasal 32 (ayat 4) : Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokterandan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyaikeahlian dan kewenangan untuk itu.
·         Pasal 153 (ayat 1 dan 2) : (ayat 1) : ³ Tenaga kesehatan berhak memperoleh
perlindunganhukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya´. Sedangkan (ayat 2) :
³tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
dan menghormati hak pasien.
Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan kewenangannya
perawat berkewajiban untuk :
1.      Menghormati hak pasien
2.      Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3.      Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4.       Memberikan informasi
5.      Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6.      Melakukan catatan perawatan dengan baik
Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa perawat yang sengaja :
1.      Melakukan praktik keperawatan tanpa izin
2.      Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan / adaptasi
3.      Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal 16
4.      Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17
Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992 tentang
kesehatan, barang siapa dengan sengaja:
1.      Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 1
2.      Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana dimaksud dalam pasal
5ayat 1
3.      Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan
yang bersangkutan sebagaimana dmaksud dalam pasal 21 ayat 1
4.      Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1
5.      Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
Undang-Undang Praktik Keperawatan
Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat.
PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan
perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga
keperawatan. Tidak adanya Undang-Undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat
secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan
ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki. UU dan
peraturan lainnya yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktek keperawatan :
a) UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan.
Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur
kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
b) UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan.
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga
kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, doter gigi dan apoteker.
Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan
rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah
pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidik
rendah dapat diberikaqn kewenangan terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan
langsung.
c)  UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis.
Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan
rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam pasal 3
dihelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada pasal 2
memiliki kedudukan sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga
diberlakukan terhadapnya. UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan
pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri.
Yang perlu diperhatikan dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja
pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek
profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap
pelayanannya sendiri.

d)  SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979.


Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic keperawatan (termasuk
bidan) dan paramedic non keperawatan. Dari aspek hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini
bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga keperawatan.
e) UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik
keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak
pasien, kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.

Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU
praaktik keperawatan adalah :
1)  Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
2) Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesui dengan profesinya.
3) Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien.
a) Uu yg mengatur ttg STR
Surat Tanda Registrasi yang disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
kepada tenaga kesehatan ang telah memiliki sertifikat kompetensi. dengan STR, maka perawat
dapat melakukan aktivitas pelayanan kesehatan.
untuk mendapatkan STR, perawat harus memiliki ijazah dan sertifikat kompetensi. Dan Ijazah
serta sertifikat kompetensi tersebut diberikan kepada peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian
program pendidikan dan uji kompetensi.
Ijazah dikeluarkan oleh perguruan tinggi bidang kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan Sertifikat kompetensi dikeluarkan oleh MTKI.
Sertifikat kompetensi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima)
tahun.
Sesuai dengan Permenkes 1796 tahun 2011, Sertifikat kompetensi yang telah habis masa
berlakunya dapat diperpanjang melalui partisipasi tenaga kesehatan dalam kegiatan
pendidikan dan/atau pelatihan serta kegiatan ilmiah lainnya sesuai dengan bidang tugasnya atau
profesinya.Perolehan Satuan Kredit Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus mencapai minimal 25 (dua puluh lima) Satuan Kredit Profesi selama 5 (lima) tahun.
Tetapi di awal penerbitan STR, sesuai dengan Permenkes 1796, juga di putuskan bahwa perawat
yang Lulusan sebelum tahun 2012, maka dilakukan Pemutihan STR, yaitu tidak dilakukan Uji
kompetensi untuk mendapatkan STR, tetapi cukup dengan melampirkan persyaratan sebagai
berikut :
1. Ijazah Perawat terakhir  (SPK/DIII/Ners/Ners Spesialis)yg dilegalisir    : 2 lembar
2. Pas Foto 4x6 latar belakang merah 3 Lembar
3. Pemutihan diajukan langsung ke MTKI secara kolektif oleh Organisasi Profesi / PPNI,
Institusi Pelayanan, dan Institusi Pendidikan.

b) UU yg mengatur tentang SURAT IZIN PRAKTEK


Surat Ijin Perawat atau biasa disebut dengan SIP ini bagi para tenaga kesehatan dan juga
perawat yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan adalah wajib. Karena hal ini dilindungi
dengan Undang-Undang. Tenaga kesehatan baik itu dokter, perawat, bidan dan lainnya tentunya
berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Dan dalam menjalankan
pelayanannya tentunya membutuhkan surat ijin praktek yang diakui dan dilindungi oleh
ubndang-undang juga. 

Dan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan yang bersangkutan wajib
memiliki izin dari pemerintah. Khususnya bagi kita para perawat harus memiliki surat ijin
perawat. Dan yang terbaru adalah lebih dikenal dengan istilah surat tanda registrasi perawat.

Surat ijin perawat atau Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) adalah merupakan bukti tertulis yang
diberikan kepada untuk melakukan praktik keperawatan secara perorangan dan atau
berkelompok. Tentunya kita bisa melihat para petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan di rumahnya kita bisa melihat adanya papan di depan rumahnya yang isinya
diantaranya ada nomer ijin praktek dan masa berlakunya. Dan setelah masa berlakunya habis
maka ijin prakteknya harus diperbarui.

Mengenai ijin praktek bagi perawat telah diatur oleh pemerintah Republik Indonesia ini yang
termuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Dan hal ini
diperbaharui dengan PERMENKES RI NO. 1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan. Sehingga sekarang adalah berganti nama dengan Surat Tanda Registrasi
(STR) dan khususnya adalah STR Perawat.
Selain dari surat ijin perawat hal lainnya juga kita mengenal akan surat tanda
registrasi(STR).Yang dimaksud dengan surat tanda registrasi adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Surat tanda registrasi ini harus dimiliki
perawat.

Dan untuk mendapatkan atau cara memperoleh surat ijin perawat ini maka perawat yang
bersangkutan harus mengajukan mengajukan permohonan Surat Ijin Perawat kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten / Kota.

Beberapa syarat untuk dapat memperolah SIP atau syarat membuat STR Perawat yang harus


dilampirkan adalah :

1. Fotocopy Surat Tanda Registrasi (STR) yang masih berlaku dan dilegalisir.

2. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Ijin Praktik.

3. Surat pernyataan memiliki tempat praktik.

4. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4×6 sebanyak 3 (tiga) lembar.


5. Rekomendasi dari Organisasi Profesi PPNI

     C.    Standart Praktik Keperawatan


Standar Adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap staf atau suatu
kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima sampai pada
wewenangtertentu (Schroeder, 1991). Sebuah standar secara komprehensif menguraikan semua
aspek profesionalisme, termasuk sistem, praktisi dan pasien. Secara umum standar ini
mencerminkan nilai profesi keperawatandan memperjelas apa yang diharapkan profesi
keperawatan dari para anggotanya. Standar diperlukan untuk :
1. Meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan publik 
2. Mengajarkan teori dan praktek keperawatan
3. Melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan kesehatan
4. Mengkoordianasi pelayanan kesehatan
5. Terbitan dalam administrasi, edukasi, konsultasi, pengajaran atau penelitian.
Dalam pembuatan standar praktek keperawatan dilandasi oleh sifat suatu profesi yaitu :
1.      Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada publik terhadap kerja mereka.
2.      Praktek profesional didasarkan atas body of knowledge yang spesifik
3.      Profesional dan kompeten menerapkan pengetahuannya
4.      Profesional terikat oleh etik 
5.      Sebuah profesi menyediakan pelayanan kepada publik 
6.      Sebuah profesi mengatur diriya sendiri.
Tipe standar keperawatan :
1.      Standar Praktek Standar praktek meliputi kebijakan, uraian tugas dan standar kerja. Fungsi
standar praktek :
a.       Tuntunan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
b.      Menetapkan level kinerja perawat
c.       Gambaran definisi institusi tentang apa yang dilakukan perawat
d.      Kebijakan menentukan sumber ± sumber untuk memfasilitasi pemberian asuhan
2.      Standar AsuhanStandar asuhan ini meliputi prosedur, standar asuhan generik dan rencana
asuhan. Fungsi standar asuhan :
a.       Kepastian keamanan dalam perawatan pasien
b.      Memastikan hasil yang berasal dari pasien

     D.    Tanggung Jawab Dan Tanggung Gugat Perawat


Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang
berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab perawat secara umum :
1.      Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya
2.      Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, proseur atau obat ± obatan tertentu
danmelaporkan penolakan tersebut kepada dokterdan orang ± orang yang tepat ditempat tersebut.
3.      Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi
4.      Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan ± pertanyaan pasien dan
memberikaninformasi biasanya diberikan oleh dokter
5.      Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal ± hal penting kepada orang
yangtepat.
Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil ±
hasilnyatermasuk dlam lingkup peran profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam
laporan pendidik secara tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil ± hasilnya. Terhadap dirinya
sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan masyarakat. Akuntabilitas bertujuan :
1.      Mengevaluasi praktisi ± praktisi profesional baru dan mengkaji ulang praktisi ± praktisi
yangsudah ada
2.      Mempertahankan standar perawatan kesehatan
3.      Memberikan fasilitas refleksi profesional, memikirkan etis dan pertumbuhan pribadi
sebagai bagian yang profesional perawatan kesehatan
4.      Memberikan dasar untuk keputusan etis
Tanggung gugat dalam transaksi terapeutik :
1.      Contractual Liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari hubungankontraktual
yang sudah disepakati
2.      Vicarious Liability
Tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada
dalamtanggung jawabnya
3.      Liability in Tort
Tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum
Tanggung gugat pada setiap proses keperawatan:
a.       Tahap pengkajian
Perawat bertanggung gugat mengumpulkan data atau informasi, mendorong partisipasi pasiendan
penentuan keabsahan data yang dikumpulkan.
b.      Tahap diagnosa keperawatan
Perawat bertanggung gugat terhadap keputusan yang dibuat tentang masalah ± masalahkesehatan
pasien seperti pertanyaan diagnostik.
c.       Tahap perencanaan
Perawat bertanggung guga untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertimbangkan
dalammenetapkan prioritas asuhan.
d.      Tahap implementasi
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam memberikan
asuhankeperawatan.
e.       Tahap evaluasi
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan keperawatan.
Penerapan Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
1.      Kontrak 
Ada 2 jenis kontrak yang paling banyak dilakukan dalam keperawatan :
a. Kontrak antara perawat dengan pihak / insitusi 
b. Kontrak antara perawat dengan pasien
Kontrak dinyatakan sah apabila memenuhi syarat :
a. Ada persetujuan antara pihak ± pihak yang membuat perjanjian 
b. Ada kecakapan pihak ± pihak untuk membuat perjanjian
c. Ada suatu hal tertentu dan ataua suatu sebab yang halal
2.      Tanggung jawab hukum perawat dalam praktek
·         Menjalankan pesanan dokter dalam hal medis
Empat hal yang harus ditanyakan perawat untuk melindungi mereka secara hukum
1)      Tanyakan setiap pesanan yang diberikan dokter
2)      Tanyakan setiap pesanan bila kondisi pasien telah berubah
3)      Tanyakan dan catat pesanan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi
4)      Tanyakan pesanan terutama bila perawat tidak pengalaman
·         Melaksanakan intervensi keperawatan mandiri
1)      Ketahui pembagian tugas mereka
2)      Ikuti kebijaksanaan dan prosedur yang ditetapkan ditempat kerja
3)      Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan intervensi utama
4)      Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, waktu dan pasien yang benar
5)      Lakukan setiap prosedur secara tepat
6)      Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan tepat dan akurat
7)      Catat semua kecelakaan mengenai pasien
8)      Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik dengan pasien
9)      Pertahankan kompetensi praktek keperawatan
10)  Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat
11)  Sewaktu mendelegasikan tanggung jawab keperawatan pastikan orang yang diberikan delegasi
tugas mengetahui apa yang harus dikerjakan dan memiliki pengetahuan danketerampilan yang
dibutuhkan
12)  Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan

E. Perjanjian Atau Kontrak Dalam Perwalian


Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua atau lebih
partai untuk mengerjakan atau tidak sesuatu. Dlm konteks hukum, kontrak sering di sebut
dengan perikatan atau perjanjian. Perikatan artinya mengikat orang yg satu dengan orang lain.
Hukum perikatan di atur dlm UU hukum Perdata pasal 1239 " Semua perjanjian baik yang
mempunyai nama khusus maupun yang tidak mempunyai nama tertentu, tunduk pada ketentuan2
umum yang termatub dlm bab ini dan bab yg lalu." Lebih lanjut menurut ketentuan pasal 1234
KUHPdt, setiap perikatan adalah untuk memberikan, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat
sesuatu. Perikatan dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat sbb:
 Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian (Consencius)
 Ada kecakapan thp pihak2 untuk membuat perjanjian (capacity)
 Ada sesuatu hal tertentu ( a certain subjec matter) dan ada sesuatu sebab yg halal (Legal
Cause) (Muhammad 1990)
 Kontrak perawat-pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan keperawatan.
 Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan di terima di tempat kerja
·         Kontrak P-PS di gunakan untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak yg bekerja sama
·         Kontrak juga untuk menggugat pihak yg melanggar kontrak yg di sepakat

F. Mencegah Masalah Hukum


Masalah hukum memang merupakan hal yang kompleks karena menyangkut nasib
manusia. Menanggapi hal ini kita jadi ingat slogan lama “mencegah lebih baik dari pada
mengobati”. Kiranya mencegah masalah hukum lebih baik dari pada memberikan sanksi hukum.
Untuk ini sebagai perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam mencegah hukum.
Dibawah ini akan dibahas beberapa hal yang dapat dilakukan perawat yang merupakan nurse
defender terhadap masalah hukum :
a) Ketahui hukum atau UU yang mengatur praktik anda.
b) Jangan melakukAn apapun yang anda tidak tahu bagaimana melakukannya (bila perlu, pelajarilah
caranya).
c) Pertahankan kompetisi praktik anda, penting mengikuti pendidikan keperawatan berkelanjutan.
d) Sebagai penuntut untuk meningkatkan praktik, mendapatkan kritik, dan kesenjangan
pengetahuan/keterampilan, lakukan pengkajian diri, evaluasi kelompok, audit dan evaluasi dari
supervisor.
e) Jangan ceroboh dalam melakukan praktik keperawatan.
f) Tetap perhatian pada pasien dan keluarganya. Sering berkomunikasi dengan orang lain, jangan
menutup diri.
g) Catat secara akurat, objektif dan lengkap, jangan dihapus.
h)  Delegasikan secara aman dan absah, ketahui persiapan dan kemampuan orang-orang dibawah
pengawasan anda.
i) Bantu pengembangan kebijakan dan prosedur (dalam badan hukum).
j) Ikuti asuransi malpraktik, jika saat ini tersedia.

G. Masalah-Masalah Dalam Praktek Legal

a.       Malpraktek yaitu praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar profesi atau
standar prosedur operasional. Untuk malpraktek dokter dapat dikenai hukum kriminal dan
hukum sipil. Malpraktek kedokteran terdiri dari 4 hal yaitu:
      Tanggung jawab kriminal
      Malpraktek secara etik
      Tanggung jawab sipil
      Tanggung jawab publik
Tindakan yang termasuk malpraktek yaitu :
  Kesalahan diagnosa
  Penyuapan
  Penyalahgunaan alat alat kesehatan
  Pemberian dosis obat yang salah
  Alat-alat yang tidak memenuhi standar atau tidak steril
  Salah pemberian obat pada pasien
  Kesalahan prosedur operasi

Dampak Malpraktek yaitu :


  Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen.
  Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa bersalah.
  Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
  Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
  Dari segi agama mendapat dosa.
  Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan profesional.
BAB III
PENUTUP

     A.    Kesimpulan
Aspek legal keperawatan  adalah suatu aturan keperawatan  dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya. Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan
berkaitan  dengan izin melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak terlepas dari Undang-
Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan. Fungsi hukum dari aspek legal dalam
praktik keperawatan merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam menjalankan praktik
keperawatan. Dengan hukum tersebut, perawat dapat menentukan batas – batas kewenangan
serta hak dan tanggung jawab sebagai perawat.
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang
berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah
mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil ± hasilnya termasuk dlam lingkup peran
profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis tentang
perilaku tersebut dan hasil ± hasilnya. Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama
karyawan dan masyarakat. Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat kepada pasien,
sehingga aspek legal keperawatan sebagai pedoman perawat perlu dijalankan dengan sebaik-
baiknya.

B.      Saran
Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam memberikan asuhan keperawatan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan
kompleks, memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam
rangka penyelesaian masalah keperawatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia
DAFTAR PUSTAKA

Mimin, Suhaemin. 2003. Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.


Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan  Perspektif Edisi
4.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai