Anda di halaman 1dari 18

ASPEK LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

OLEH : KELOMPOK 7

1. NI MADE AYU AGUSTINI P07120015087


2. I PUTU ADITYA WARDANA P07120015088
3. NI LUH PUTU AYUMI PARAMITHA P07120015101
4. NI KADEK SINTHA YULIANA SARI P07120015102
5. NI PUTU YUNI KUMALA DEWI P07120015115
6. I GUSTI AGUNG ADITYA DEWI P07120015116

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

PROGRAM STUDI DIII JURUSANKEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Aspek
Legal dalam Praktik Keperawatan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterimakasih kepada dosen mata kuliah yang
mengampu mata kuliah Patofisiologi yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai aspek legal dalam praktik keperawatan.
Kami juga menyadari bahwa sepenuhnya didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik,saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat untuk masa
yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terjadi
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Denpasar, 15 Februari 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Tulisan ............................................................................................. 2
1.4 Manfaat Tulisan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aspek Legal Keperawatan ............................................................ 3

2.2 Dasar Hukum Keperawatan ............................................................................ 4

2.3 Satndar Praktik Keperawatan .......................................................................... 9

2.4 Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Perawat ............................................. 10

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ......................................................................................................... 14

3.2 Saran ............................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat menginginkan
perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu membantu pelaksanaan
tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini
mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai
tujuan asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah
sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi tempat
kerja. Jika praktik keperawatan dilihatsebagai praktik profesi, maka harus ada
otoritas atau kewenangan, ada kejelasan batasan, siapamelakukan apa. Karena
diberi kewenangan maka perawat bisa digugat, perawat harus bertanggung jawab
terhadap tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.Tuntutan perubahan
paradigma tersebut tidak mencerminkan kondisi dilapangan yangsebenarnya, hal
ini dibuktikan banyak perawat di berbagai daerah mengeluhkan
mengenaisemaraknya razia terhadap praktik perawat sejak pemberlakuan UU
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Pelayanan keperawatan
diberbagai rumah sakit belummencerminkan praktik pelayanan profesional.
Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya
berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkanlebih berorientasi
pada pelaksanaan tugas rutin seorang perawat.
Perawat di Indonesia yang tergolong masih muda dibandingkan dengan di
negara Baratmemang tertinggal jauh. Bahkan di antara negara-negara Asia
sekalipun. Meskipun demikian, geliat perubahan yang dimulai sejak tujuh tahun
terakhir di tanah air merupakan upaya positif yang sudah pasti memerlukan
dukungan semua pihak. Tetapi yang lebih penting adalahdukungan pemikiran-
pemikiran kritis terutama dari perawat itu sendiri. Pola pikir kritis ini merupakan
tindakan yang mendasari evidence-based practice dunia nursingyang memerlukan
proses pembuktian sebagaimana proses riset ilmiah. Pola pikir tersebut
bukan berarti mengharuskan setiap individu menjadi peneliti/researcher.

4
Sebaliknya, sebagai landasan dalam praktek keperawatan sehari-hari. Dengan
demikian kemampuan merefleksikan kenyataan praktis lapangan dengan dasar
ilmunursing ataupun disiplin ilmu lainnya, baik dalam keperawatan proses kepada
pasien ataupun dalammelaksanakan program pendidikan perawat, sudah
seharusnya menyatu dalam intelektualitas perawat. Dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai aspek legal dalam praktik keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian aspek legal keperawatan ?
1.2.2 Apa sajakah dasar hukum keperawatan ?
1.2.3 Apakah standar praktik keperawatan ?
1.2.4 Apakah tanggung jawab dan tanggung gugat perawat ?

1.3 Tujuan Tulisan


Untuk mengetahui penjelasan mengenai aspek legal keperawatan, dasar
hukum keperawatan, standar praktik keperawatan serta tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat.

1.4 Manfaat Tulisan


1.4.1 Manfat Praktis
Makalah ini akan bermanfaat untuk menambah kajian pustaka
mengenai aspek legal dalam praktik keperawatan.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Wawasan yang diperoleh dari makalah ini dapat dijadikan
pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
memperhatikan aspek legal dalam praktik keperawatan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aspek Legal Keperawatan


Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya.Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak
saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-
masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.Untuk mewujudkan
keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Setiap perawat harus mempunyai body of knowledge yang spesifik,
memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang
didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik
profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang
pendidikan tinggi.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1)bidang
Professional, Ethical and Legal Practice, (2)bidang Care Provision and
Management (3)dan bidang Professional Development.Profesi pada dasarnya
memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan
yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya,
dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang
bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada
masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri
profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi
dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis

6
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi
kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban). Kemampuan atau
kompetensi, diperoleh seorang profesional dari pendidikan atau pelatihannya,
sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang
tersebut melalui pemberian izin.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh
sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered nurse)
yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP.Aspek legal Keperawatan pada
kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja
(SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP)
bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang
diberikan juga berjenjang.Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan
khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus
dilampaui.Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja
yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di
bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat
khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada
profesi masing-masing.Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-
Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan.

2.2 Dasar Hukum Keperawatan


Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO. 1239 TAHUN
2001Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :
Pasal 32 (ayat 4) : Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokterandan atau ilmu keperawatan, hanya dapat

7
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyaikeahlian dan
kewenangan untuk itu.
Pasal 153 (ayat 1 dan 2) : (ayat 1) : Tenaga kesehatan berhak
memperoleh perlindunganhukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya. Sedangkan (ayat 2) : tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
danmenghormati hak pasien.
Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan
kewenangannya perawat berkewajiban untuk :
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik
Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa perawat
yang sengaja :
1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin
2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan / adaptasi
3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal 16
4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17
Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992
tentang kesehatan, barang siapa dengan sengaja:
1. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan dalam
pasal 4 ayat 1
2. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5ayat 1
3. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga
kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dmaksud dalam pasal 21 ayat 1
4. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
ayat 1

8
5. Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)

Pada BAB I : Ketentuan Umum pasal 1 memuat tentang pengertian Keperawatan,


Perawat, Pelayanan Keperawatan, Praktik Keperawatan, Asuhan Keperawatan,
Uji Kompetensi, Sertifikat Kompetensi, Sertifikat Profesi, Registrasi, Surat Tanda
Registrasi, Surat Ijin Praktek Perawat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Perawat
Warga Negara Asing, Klien, Organisasi Profesi Perawat, Kolegium Keperawatan,
Konsil Keperawatan, Institusi Pendidikan, Wahana Pendidikan Keperawatan,
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Menteri. Pasal 2 memuat asas praktik
keperawatan yaitu perikemanusiaan, nilai ilmiah, etika dan profesionalitas,
manfaat, keadilan, pelindungan dan kesehatan dan keselamatan klien. Pasal 3
memuat pengaturan keperawatan yang bertujuan meningkatkan mutu perawat,
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan
kepastian hukum kepada perawat dan klien dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Pada BAB II : Jenis Perawat memuat pasal 4 bahwa jenis perawat terdiri atas
perawat profesi dan perawat vokasi. Perawat profesi adalah ners, ners spesialis
dan untuk ketentuan lebih lanjut mengenai jenis perawat, Undang-Undang ini
mengamanatkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri.
Pada BAB III : Pendidikan Tinggi Keperawatan pada pasal 5 membagi pendidikan
tinggi keperawatan terdiri atas pendidikan vokasi, pendidikan akademik, dan
pendidikan profesi. Pendidikan vokasi dalam pasal 6 disebutkan merupakan
program diploma keperawatan dan paling rendah diploma tiga keperawatan. Pasal
7 mengenai pendidikan akademik yang terdiri dari pendidikan sarjana
keperawatan, program magister keperawatan dan program doktor keperawatan.
Sedangkan program profesi dimuat pada pasal 8 yang terdiri program profesi
keperawatan dan program spesialis keperawatan. Pasal 9 sampai pasal 16
mengatur tentang pendidikan tinggi keperawatan.
Pada BAB IV : Registrasi, Izin Praktik, dan Registrasi Ulang memuat pada bagian
pertama pasal 17 umum, bagian kedua registrasi pasal 18 tentang kewajiaban
memiliki STR, persyaratan, masa berlaku dan ketentuan tentang hal tersebut
diamanatkan untuk diatur dalam peraturan konsil keperawatan. Bagian ketiga izin

9
praktik dimuat pada pasal 19 tentang kewajiban perawat yang menkjalankan
praktik keperawatan wajib memiliki izin dalam bentuk SIPP, tata cara
mendapatkan dan masa berlaku. pasal 20 memuat tempat berlakunya SIPP hanya
1 tempat dan diberikan paling untuk 2 tempat. Pasal 21 memuat kewajiban
memasang papan nama praktik keperawatan dan ketentuan tentang hal tersebut
akan diatur dalam peraturan menteri ( pasal 23 ). pasal 24 - 27 memuat tentang
ketentuan perawat warga negara asing yang akan menjalankan praktik
keperawatan di Indonesia.
Pada BAB V : Praktik keperawatan memuat bagian kesatu umum pada pasal 28
ayat 1 menyebutkan praktik keperawatan dilaksanakan di fasilitas pelayanan
kesehatan dan tempat lainnya yang terdiri atas praktik keperawatan mandiri dan
praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan ( ayat 2 ) yang harus
didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi dan standar
prosedur operasional ( ayat 3) serta prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dann
atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah ( ayat 4 ) yang ketentuan lebih
lanjutnya akan diatur dengan peraturan menteri (ayat 5). Bagian kedua memuat
tugas dan wewenang pada pasal 29 bahwa perawat bertugas sebagai pemberi
asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor bagi klien, pengelola pelayanan
keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan
wewenang dan atau pelaksana tugas dalam keterbatasan tertentu.
Pada BAB VI : Hak dan Kewajiban. Bagian Kesatu memuat Hak dan Kewajiban
perawat yang dimuat pada pasal 36 tentang hak perawat dan pasal 37 tentang
kewajiban perawat. Bagian kedua memuat hak dan kewajiban klien pada pasal 38
tentang hak klien, pasal 39 tentang dasar pengungkapan rahasia klien dan pasal 40
tentang kewajiban klien.
Pada BAB VII : Organisasi Profesi Perawat. Pasal 41 memuat tentang tujuan
organisasi profesi perawat sedangkan fungsinya dimuat pada pasal 42. Lokasi
organisasi perawat di Ibukota RI dan perwakilannya di daerah disajikan pada
pasal 43.
Pada BAB VIII: Kolegium Keperawatan. Kolegium keperawatan merupakan
badan otonom di dalam organisasi profesi perawat dan bertanggung jawab kepada
organisasi profesi perawat tercantum pada pasal 44, sedangkan fungsi kolegium

10
yaitu mengembangkan cabang disiplin ilmu keperawatan dan standar pendidikan
tinggi bagi perawat profesi disajikan pada pasal 45 dan ketentuan lebih lanjut
tentang kolegium keperawatan menurut pasal 46 diatur oleh oragnisasi profesi
perawat.
Pada BAB IX : Konsil Keperawatan. Pasal 47 merupakan dasar pembentukan
konsil keperawatan yang berkedudukan di ibukota RI (pasal 48) dan mempunyai
fungsi pengaturan, penetapan, dan pembinaan perawat serta memiliki berbagai
macam tugas ( pasal 49 ). Untuk wewenang konsil keperawatan tercantum pada
pasal 50 dan pendanaan konsil keperawatan yang dibebankan kepada APBN dan
sumber lain yang tidak mengikat tercantum pada pasal 51. Pasal 52
mencantumkan tentang keanggotaan konsil keperawatan yang terdiri atas unsur
pemerintah, organisasi profesi keperawatan, kolegium keperawatan, asosiasi
institusi pendidikan keperawatan, asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan dan tokoh
masyarakat. Jumlah anggotanya 9 (sembilan) orang dan ketentuan lebih lanjut
tentang susunan organisasi, pengangkatan, pemberhentian dan keanggotaan diatur
Peraturan Presiden.
Pada BAB X : Pengembangan, Pembinaan, dan Pengawasan. Pasal 53 mengatur
tentang pengembangan praktik keperawatan yang dilakukan melalui pendidikan
formal dan pendidikan non formal atau pendidikan berkelanjutan yang bertujuan
untuk mempertahankan atau meningkatkan keprofesionalan perawat. Pasal 54
mencantumkan tentang pembinaan pendidikan keperawatan oleh kementerian
urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan koordinasi dengan menteri
kesehatan. Pasal 55 menyebutkan Pemerintah, Pemda, Konsil keperawatan dan
organisasi profesi membina dan mengawasi praktik keperawatan sesuai fungsi dan
tugas masing-masing. Pasal 56 memuat maksud pembinaan dan pengawasan serta
pasal 57 mengatur tentang ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
pengawasan diatur dalam Peraturan Menteri.
Pada BAB XI: Sanksi Adminitrasi. Pasal 58 mengatur tentang ketentuan bagi
pelanggar pasal 18 ayat(1), pasal 21 ayat(1), dan pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi
administratif yang dapat berupa teguran lisan, peringatan tertulis, denda
adminitrasi dan/atau pencabutan izin dan ketentuan lebih lanjytnya akan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

11
Pada BAB XII : Ketentuan Peralihan. Pasal 59 menyebutkan STR dan SIPP yang
telah dimiliki oleh perawat sebelum UU Keperawatan diundangkan dinyatakan
tetap berlaku sampai jangka waktu STR dan SIPP berakhir, dan untuk
permohonan memperoleh STR yang masih dalam proses diselesaikan dengan
prosedur yang berlaku sebelum UU Keperawatan diundangkan ( pasal 60). Pasal
61 mengatur untuk lulusan SPK yang telah melakukan praktik keperawatan
sebelum UU Keperawatan diundangkan masih diberi kewenangan selama jangka
waktu 6(enam) tahun setelah diundangkannya UU Keperawatan.
Pada BAB XIII : Ketentuan Penutup. Pasal 62 mencantumkan Institusi
Pendidikan Keperawatan yang telah ada sebelum UU Keperawatan diundangkan
harus menyesuaikan persyaratan dalam pasal 9 paling lama 3 (tiga) sejak
diundangkan. Konsil keperawatan dibentuk paling lama 2 (dua) tahun (pasal 63).
Pasal 64 mengatur tentang semua Peraturan Perundang-undangan yang mengatur
mengenai Keperawatan dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan
atau belum diganti berdasarkan UU ini. Pasal 65 menyebutkan peraturan
pelaksanaan dari UU ini harus ditetapkan paling lama 2(dua) tahun terhitung sejak
diundangkannya dan pasal 66 menyatakan bahwa Undang-Undang ini mulai
berlaku pada tanggal diundangkan.

2.3 Standar Praktik Keperawatan


Standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap staf
atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat
diterima sampai pada wewenangtertentu (Schroeder, 1991). Sebuah standar secara
komprehensif menguraikan semua aspek profesionalisme, termasuk sistem,
praktisi dan pasien. Secara umum standar ini mencerminkan nilai profesi
keperawatandan memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari para
anggotanya. Standar diperlukan untuk :
1. Meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan publik
2. Mengajarkan teori dan praktek keperawatan
3. Melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan kesehatan
4. Mengkoordianasi pelayanan kesehatan
5. Terbitan dalam administrasi, edukasi, konsultasi, pengajaran atau penelitian.

12
Dalam pembuatan standar praktek keperawatan dilandasi oleh sifat suatu profesi
yaitu :
1. Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada publik
terhadap kerja mereka.
2. Praktek profesional didasarkan atas body of knowledge yang spesifik
3. Profesional dan kompeten menerapkan pengetahuannya
4. Profesional terikat oleh etik
5. Sebuah profesi menyediakan pelayanan kepada publik
6. Sebuah profesi mengatur diriya sendiri.
Tipe standar keperawatan :
1. Standar Praktek, Standar praktek meliputi kebijakan, uraian tugas dan standar
kerja. Fungsi standar praktek :
a. Tuntunan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
b. Menetapkan level kinerja perawat
c. Gambaran definisi institusi tentang apa yang dilakukan perawat
d. Kebijakan menentukan sumber sumber untuk memfasilitasi pemberian
asuhan
2. Standar Asuhan, Standar asuhan ini meliputi prosedur, standar asuhan generik
dan rencana asuhan. Fungsi standar asuhan :
a. Kepastian keamanan dalam perawatan pasien
b. Memastikan hasil yang berasal dari pasien

2.4 Tanggung Jawab Dan Tanggung Gugat Perawat


Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang
berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab perawat
secara umum :
1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya
2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, proseur atau obat
obatan tertentu danmelaporkan penolakan tersebut kepada dokterdan orang
orang yang tepat ditempat tersebut.
3. Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi

13
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan pertanyaan
pasien dan memberikaninformasi biasanya diberikan oleh dokter
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal hal penting
kepada orang yangtepat.
Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan perilaku
dan hasil hasilnyatermasuk dlam lingkup peran profesional seseorang
sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis tentang perilaku
tersebut dan hasil hasilnya. Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama
karyawan dan masyarakat. Akuntabilitas bertujuan :
1. Mengevaluasi praktisi praktisi profesional baru dan mengkaji ulang
praktisi praktisi yangsudah ada
2. Mempertahankan standar perawatan kesehatan
3. Memberikan fasilitas refleksi profesional, memikirkan etis dan
pertumbuhan pribadi sebagai bagian yang profesional perawatan kesehatan
4. Memberikan dasar untuk keputusan etis
Tanggung gugat dalam transaksi terapeutik :
1. Contractual Liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban
dari hubungankontraktual yang sudah disepakati
2. Vicarious Liability
Tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga
kesehatan yang ada dalamtanggung jawabnya
3. Liability in Tort
Tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum
Tanggung gugat pada setiap proses keperawatan:
a. Tahap pengkajian
Perawat bertanggung gugat mengumpulkan data atau informasi,
mendorong partisipasi pasiendan penentuan keabsahan data yang
dikumpulkan.
b. Tahap diagnosa keperawatan
Perawat bertanggung gugat terhadap keputusan yang dibuat tentang
masalah masalahkesehatan pasien seperti pertanyaan diagnostik.

14
c. Tahap perencanaan
Perawat bertanggung guga untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga
dipertimbangkan dalammenetapkan prioritas asuhan.
d. Tahap implementasi
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya
dalam memberikan asuhankeperawatan.
e. Tahap evaluasi
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan
keperawatan.
Penerapan Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
1. Kontrak
Ada 2 jenis kontrak yang paling banyak dilakukan dalam keperawatan :
a. Kontrak antara perawat dengan pihak / insitusi
b. Kontrak antara perawat dengan pasien
Kontrak dinyatakan sah apabila memenuhi syarat :
a. Ada persetujuan antara pihak pihak yang membuat perjanjian
b. Ada kecakapan pihak pihak untuk membuat perjanjian
c. Ada suatu hal tertentu dan ataua suatu sebab yang halal
2. Tanggung jawab hukum perawat dalam praktek
Menjalankan pesanan dokter dalam hal medis
Empat hal yang harus ditanyakan perawat untuk melindungi mereka secara
hukum
1) Tanyakan setiap pesanan yang diberikan dokter
2) Tanyakan setiap pesanan bila kondisi pasien telah berubah
3) Tanyakan dan catat pesanan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi
4) Tanyakan pesanan terutama bila perawat tidak pengalaman
Melaksanakan intervensi keperawatan mandiri
1) Ketahui pembagian tugas mereka
2) Ikuti kebijaksanaan dan prosedur yang ditetapkan ditempat kerja
3) Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan intervensi utama
4) Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, waktu dan pasien
yang benar

15
5) Lakukan setiap prosedur secara tepat
6) Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan tepat dan
akurat
7) Catat semua kecelakaan mengenai pasien
8) Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik dengan pasien
9) Pertahankan kompetensi praktek keperawatan
10) Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat
11) Sewaktu mendelegasikan tanggung jawab keperawatan pastikan orang yang
diberikan delegasi tugas mengetahui apa yang harus dikerjakan dan memiliki
pengetahuan danketerampilan yang dibutuhkan
12) Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aspek legal keperawatan adalah suatu aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya.Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan
berkaitan dengan izin melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak terlepas
dari Undang-Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan. Fungsi
hukum dari aspek legal dalam praktik keperawatan merupakan suatu pedoman
atau kerangka dalam menjalankan praktik keperawatan. Dengan hukum
tersebut, perawat dapat menentukan batas batas kewenangan serta hak dan
tanggung jawab sebagai perawat.
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas
yang berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung gugat
(akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil hasilnya
termasuk dlam lingkup peran profesional seseorang sebagaimana tercermin
dalam laporan pendidik secara tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil
hasilnya. Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan
masyarakat. Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat kepada
pasien, sehingga aspek legal keperawatan sebagai pedoman perawat perlu
dijalankan dengan sebaik-baiknya.
3.2 Saran
Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca mengenai makalah ini,
agar kami dapat menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah-makalah kami
selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hafsah, Rossyellinur. 2015 Aspek Legal


Keperawatan.https://www.scribd.com/doc/129598584/ASPEK-LEGAL-
KEPERAWATAN-docx, diakses 16 Februari 2016

Kathleen, Koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan


Perspektif Edisi 4.Jakarta : EGC

Mimin, Suhaemin. 2003. Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Puji, Hastuti. 2015. Undang-Undang Keperawatan.


http://www.kompasiana.com/pujih/mengenal-undang-undang-
keperawatan_54f92a6da33311ed068b4882 , diakses16 Februari 2016

18

Anda mungkin juga menyukai