Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASPEK LEGAL DAN SISTEM KREDENSIAL PERAWAT INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika


Etik a yang dibimbing oleh

Bapak Nandang Ahmad Waluya, SKp.,M.Kep., Sp. KMB

Oleh:

Kelompok VII

Tingkat: IB

1. Aurellita Maulidya (P17320119053)


(P17320119053)
2. Ilma Fitriani (P17320119060)
(P17320119060)
3. Melani Intan (P17320119066)
(P17320119066)
4. Prissta Dwinanda (P17320119070)
(P17320119070)
5. Tresna Puspita Ningrum(P17320119087)
Ningrum(P17320119087)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Aspek
“ Aspek Legal Dan Sistem Kredensial Perawat Indonesia”
Indonesia ”
ini dapat tersusun hingga selesai. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas
 bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya, serta bimbingan dari pihak dosen sendiri.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


 pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih


 banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu, kami sangat
sangat mengharapkan
mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengikuti perkembangankeperawatan dunia, perawat yang menginginkan
 perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu membantu pelaksanaan
tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini
merekamenginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai
tujuan asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah
sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi t empat
kerja. Jika praktik keperawatan dilihatsebagai praktik profesi, maka harus ada
otoritas atau kewenangan, ada kejelasan batasan, siapamelakukan apa. Karena
diberi kewenangan maka perawat bisa digugat, perawat harus bertanggung
 jawab terhadap tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.Tuntutan
 perubahan paradigma tersebut tidak mencerminkan kondisi dilapangan
yangsebenarnya, hal ini dibuktikan banyak perawat di berbagai daerah
mengeluhkan mengenaisemaraknya razia terhadap praktik perawat sejak
 pemberlakuan UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Pelayanan keperawatan diberbagai rumah sakit belummencerminkan praktik
 pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan
klien, melainkanlebih berorientasi pada pelaksanaan tugas rutin seorang
 perawat.
 Nursing  di Indonesia yang tergolong masih muda dibandingkan dengan di
negara Baratmemang tertinggal jauh. Bahkan di antara negara-negara Asia
sekalipun. Meskipun demikian, geliat perubahan yang dimulai sejak tujuh tah un
terakhir di tanah air merupakan upaya positif yang sudah pasti memerlukan
dukungan semua pihak. Tetapi yang lebih penting adalahdukungan pemikiran-
 pemikiran kritis terutama dari nurses itu sendiri. Pola pikir kritis ini merupakan
tindakan yang mendasari evidence-based   practice dunia nursingyang
memerlukan proses pembuktian sebagaimana proses riset ilmiah. Pola pikir
tersebut bukan berarti mengharuskan setiap individu menjadi
 peneliti/researcher. Sebaliknya, sebagai landasan dalam praktek nursing sehari-
hari. Dengan demikian kemampuan merefleksikan kenyataan praktis lapangan
dengan dasar ilmunursing ataupun disiplin ilmu lainnya, baik dalam nursing
 proses kepada pasien ataupun dalammelaksanakan program pendidikan
nursing, sudah seharusnya menyatu dalam intelektualitasnurses.
Kredensial merujuk pada proses verifikasi pendidikan, lisensi, dan
sertifikasi praktek sebagai advanced practice registered nurse (APRN ).
Menurut County of Los Angeles Public Health (2010 : 1) kredensial dalam suatu
organisasi kesehatan sangat penting untuk memastikan kompetensi dan
akuntabilitas. Proses kredensial sendiri efektif melindungi klien dan organisasi,
membangun staf profesional yang bermutu, juga untuk melindungi kepentingan
umum.
Sistem kredensial dengan pembatasan kewenangan klinis berbasis
 profesionalisme dilakukan untuk memastikan agar setiap pelayanan bagi pasien
dilakukan oleh tenaga profesional keperawatan yang kompeten. Evaluasi
kredential harus menyeluruh, dapat diandalkan, dan bermutu tinggi untuk
menjamin perawat tersebut aman dan berkompeten dalam praktek. Mutu
 pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi
salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat.
Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan
 jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan,
serta kesengsaraan yang dialami pasien dan keluarganya. Salah satu indikator
dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan
yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Kinerja perawat sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk
dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Untuk menjamin mutu pelayanan serta melindungi masyarakat,
 perlu dikembangkan sistem kredensial guna memastikan bahwa setiap perawat,
5. Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik

Aspek Legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang


memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi
 perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat
Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.

Aspek legal keperawatan meliputi :

 Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang


sesuai dengan hukum
 Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
 Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri
 Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
 Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat
 berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
 Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP
di ruang praktiknya
 Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk
kunjungan rumah
 Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :
1. Tempat praktik memenuhi syarat
2. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir
/buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan

Larangan

1. Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi
2. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan ini
3. Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau
tertulis kepada perawat yang melakukan pelanggaran
4. Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 kali, apabila tidak diindahkan
SIK dan SIPP dapat dicabut.
5. Sebelum SIK atau SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu
mendengar pertimbangan dari MDTK atau MP2EM

2.4 Sanksi pada Aspek Legal Keperawatan

 Pelanggaran ringan , pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan


 Pelanggaran sedang , pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan
 Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun
 Penetapan pelanggaran didasarkan pada motif pelanggaran serta situasi
setempat.

2.5 Hak dan Kewajiban Perawat pada Aspek Legal Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan juga meliputu Kewajiban dan hak Perawat :

 Kewajiban: pada Aspek Legal Keperawatan


 Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP
 Menghormati hak pasien
 Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
 Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
 Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan
kewenangan
 Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai
dgn kondisi pasien baik secara tertulis maupun lisan
 Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan
dan SOP yang berlaku
 Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam
melaksanakan praktik
 Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
 Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dengan
kewenangan
 Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
 Mentaati semua peraturan perundang-undangan
 Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun
dgn anggota tim kesehatan lainnya.

2.6 Hak-Hak Perawat pada Aspek Legal Keperawatan

 Hak perlindungan wanita.


 Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh
hukum.
 Hak mendapat upah yang layak.
 Hak bekerja di lingkungan yang baik
 Hak terhadap pengembangan profesional.
 Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

2.7 Undang-Undang Legislasi Praktik Keperawatan


Aspek legal atau hukum, legal=sah, aspek legal dalam keperawatan
mempunyai hak & tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar yang berlaku
 perlu ada ketetapan hukum yang mengatur hak & kewajiban seseorang yang
3. Sertifikasi
Di Indonesia proses pengesahan ini dilakukan oleh Badan Nasional Profesi
(BNSP) / Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk menetapkan bahwa seseorang
memenuhi persyaratan kompetensi yang ditetapkan, mencakup permohonan,
evaluasi, keputusan sertifikasi, survailen dan sertifikasi ulang dan penggunaan
sertifikat. Kumpulan tersebut dan sumber daya untuk melakukan proses sertifikasi
sesuai dengan skema sertifikasinya, untuk menerbitkan sertifikat kompetensi
termasuk pemeliharaannya.
Pengesahan dilakukan apabila seorang perawat telah memenuhi persyaratan
kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah.

4. Akreditasi
Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan
 penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III keperawatan dan sekolah perawat
kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S1 oleh
Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu sistem akrteditasi rumah
sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.

Di Indonesia pengakuan formal dan pemberian Lisensi lembaga-lembaga


sertifikasi profesi melalui proses Akreditasi oleh BNSP yang menyatakan bahwa
LSP telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan Sertifikasi profesi at au
kegiatan uji kompetensi profesi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Mimin, Suhaemin. 2003. Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan

Perspektif Edisi 4.Jakarta : EGC

http://ifalsfalser.blogspot.com/2012/02/aspek-legal-keperawatan.html?m=1

diakses pada 27 September 2019

https://www.academia.edu/10822616/Kredensial diakses pada 27 September 2019

Anda mungkin juga menyukai