Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASPEK LEGAL HUKUM KEPERAWATAN KOMPLEMENTER


Dosen Pengampu : :Ns. Gede Budi Widiarta, S.Kep., M.Kep.

Oleh
Ni Kadek Maya Febiyanti (21089014092)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahm
atnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah Ko
nsep Keperawatan Komplementer dengan judul"ASPEK LEGAL HUKUM KEPERAWATA
N KOMPLEMENTER"
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu,Bapak selakuGede Budi Widiarta, S.Kep., M.Kep.dose
n mata kuliah Keperawatan Maternitas dan untuk menambah ilmu, serta wawasan kami meng
enai ASPEK LEGAL HUKUM KEPERWATAN KOMPLEMENTER
Dalam proses penyusunan makalah ini kami menjumpai hambatan, namun berkat duk
ungan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup bai
k, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pih
ak terkait yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Meski begitu, tentu makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, segal
a saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan p
ada makalah selanjutnya.Harapan kami, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis da
n pembaca.

Singaraja,3 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan kea
bsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan (a
skep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawat
an di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperaw
atan merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan
keperawatan pada pasien/keluarga/kelompok/komunitas]. Pendokumentasian sangat penting
dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein (1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai se
gala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rek
am medis haruslah menggambarkan secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan
klien, boleh dikatakan seluruh tindakan yang diberikan untuk perawatan klien. Pendokumenta
sian yang baik harus menggambarkan tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi juga data dar
i setiap pertanggung jawaban anggota tim kesehatan lain dalam pemberian perawatan. Doku
mentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan perkembangan kondisi kese
hatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fischba
ch, 1991).
Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan k
ewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktek profesi perawat yaitu Surat Ijin K
erja (SIK) bila bekerja di suatu institusi dan Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP) bila bekerja se
cara perseorangan atau berkelompok.Kewenangan itu, hanya di berikan kepada orang yang m
emiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang di atur oleh Depa
rtement Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehat
an tertentu di serahkan kepada profesi masing-masing.Hal ini juga menyebabkan semua pera
wat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang il
miah yang mereka miliki.
Tanggal 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, momentum ter
sebut akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-Un
dang Praktik keperawatan. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa
keberadaan Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhada
p pelayanan keperawatan dan profesi perawat.Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negar
a ASEAN yang belum memiliki Undang-Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia m
emproduksi tenaga perawat dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dari ne
gara-negara Asia, terutama lemahnya regulasi praktik keperawatan, yang berdampak pada sul
itnya menembus globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan mendapat pengakuan dari negar
a lain, sementara mereka akan mudah masuk ke negara kita.
Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia,
sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan
tahun yang lalu.Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk
menghadapi globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara
lain.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa pengertian Aspek Legal Dalam Keperwatan Komplementer
2.Bagaimana Aspek Legal dalam Keperawatan Komplementer

Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian Aspek Legal Dalam Keperawatan Komplementer
2.Untuk mengetahui Aspek Legal Dalam Keperawatan Komplemnter

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aspek Legal dalam Keperawatan Komplementer

Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuha
n keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelay
anan, termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pela
yanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu, kelua
rga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehid
upan manusia.Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saj
a membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah masalah kesehatan
tentu harus juga bisa di andalkan.
Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang
harus di penuhi. Setiap perawat harus mempunyai “body of knowledge” yang spesifik, memb
erikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktek keprofesian yang di dasari motivasi altr
uistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi di persiapkan mel
alui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.INTERNATIONAL COUNCIL of N
URSES (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bi
dang, yaitu bidang professional, Ethical and legal practice, bidang care provision and manag
ement dan bidang Management Development. “setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga sy
arat utama yaitu kompetensi yang di peroleh melalui pelatihan yang ekstensif ,komponen inte
lektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayan penting kepada
masyarakat.Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin mel
aksanakan praktek profesi. Kewenangan memiliki 2 aspek yaitu kewenangan material dan ke
wenangan formal. Kewenangan seseorang di peroleh sejak seseorang memiliki kompetensi da
n kemudian teregristasi (registered nurse) yang di sebut SURAT IJIN PERAWAT (SIP).
Aspek legal keperawatan meliputi:
 Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai de
ngan hukum.
 Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
 Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
 Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.
Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang untuk melaku
kan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan untuk penyelamatan jiw
a.
 Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang praktek
nya.
 Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah.
 Persyaratan praktek perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:
 Tempat praktek memenuhi syarat,
 Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir atau buku kunju
ngan, catatan tindakan, dan formulir rujukan.
Larangan perawat dalam melakukan praktek :
 Praktek di larang menjalankan praktek selain yang tercantum dalam izin dan melakuk
an perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
 Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan
tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, di kecualikan dari laran
gan ini.
 Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis k
epada perawat yang melakukan pelanggaran.Peringatan tertulis paling banyak dilakuk
an 3 kali, apabila tidak di indahkan SIK dan SIPP dapat di cabut.
 Sebelum SIK dan SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar pe
rtimbangan dari MDTK dan MP2EM.
Sanksi seorang perawat, yaitu:
 Pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.
 Pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan.
 Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.
 Penetapan pelanggaran di dasarkan pada motif pelanggaran serta situasi setempat.
Hak dan kewajiban seorang perawat.
 HAK perawat yaitu:
a. Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai profe
sinya.
b. Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi sesuai dengan
latar belakang pendidikannya.
c. Perawat berhak untuk menolak keinginan pasien atau klien yang bertentangan dengan perat
uran perundang-undangan, serta standart dan kode etik profesi.
d. Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau klien atau keluarga
nya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang di berikan.
 KEWAJIBAN perawat , yaitu:
a. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.
b.Wajib memberikan pelayanan kesehatan / asuhan keperawatan sesuai standart profesi.
c.Wajib menghormati hak-hak pasien / klien.
d.Wajib membuat dokumentasi askep secara akurat, berkesinambungan.
e.Wajib berkolaborasi dengan tenaga medis/ tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memberi
kan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien atau klien.
2.2 Aspek Legal Keperawatan Komplementer
Terapi komplementer atau pengobatan alternatif telah diakui secara hukum di Indonesia,
berikut ini aspek legal terapi komplementer atau pengobatan alternatif :
1.Undang-undang 1945
a. Pasal 28A tentang “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup d
an kehidupannya”.
b. Pasal 28H (ayat 1) tentang “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan linkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memp
eroleh pelayanan kesehatan”.
c. Pasal 34 tentang “Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak ”.

2. keputusan Menkes RI No. 1076/Menkes/SK/VII/2003 yang mengatur tentang tentang pen


yelenggaraan pengobat tradisional . Keputusan Menkes tersebut menjelaskan cara-carauntuk
mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional beserta syarat-syaratnya (Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

3.Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang“penyelenggaraan p


engobatan komplementer – alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanaka
n secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri pada fasilitas pelayanan kesehatan. Pemberian pen
gobatan pada dasarnya harus aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang sesu
ai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku”.

4.Undang – Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan


a.Pasal 1 butir 16, tentang “pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau pera
watan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun – temur
un secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma y
ang berlaku di masyarakat”.
b. Pasal 48 tentang “pelayanan kesehatan tradisional”.
c. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang “pelayanan kesehatan tradisonal”.

5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010


tentang “pedoman kriteria penetepan metode pengobatan komplementer – alternatif yang dap
at diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan”.
6. Undang-Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan Pasal 30 ( T
ugas dan wewenang ) ayat 2 menjelaskan Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan
Keperawatan di bidang upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang
a.Melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga dan kelompo
k masyarakat
b. Menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat.
c.Membantu penemuan kasus penyakit
d.Merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat
e. Melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat.
f Melakukan rujukan kasus;
g.Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
h.Melakukan pemberdayaan masyarakat
i.Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat
j.Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat.
k.Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
l.Mengelola kasus; dan Melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternati
f
7.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kese
hatan Tradisional pasal 10 menjelaskan :
a.Pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan ilmu biocultural dan ilmu biomedis y
ang manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah
b.Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer dapat menggunakan satu cara pengobatan/
perawatan atau kombinasi cara pengobatan/perawatan dalam satu kesatuan Pelayanan Keseha
tan Tradisional Komplementer c. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer sebagaima
na dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional.
d.Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer yang memenuhi kriteria tertentu dapat dii
ntegrasikan pada fasilitas pelayanan kesehatan .

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuha
n keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelay
anan, termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus d
i penuhi. Setiap perawat harus mempunyai “body of knowledge” yang spesifik, memberikan
pelayanan kepada masyarakat melalui praktek keprofesian yang di dasari motivasi altruistik,
mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi.Aspek legal profesi keperawatan melip
uti kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktek profesi. Kewenangan memiliki
2 aspek yaitu kewenangan material dan kewenangan formal.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini pembaca menjadi tahu Aspek Legal Hukum Kepetawan komp
lementer. Penulis berharap dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Walapun terdapat ba
nyak kekurangan dalam pembuatan makalah makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pemba
ca.

DAFTAR PUSTAKA
http://azizahfifi1.blogspot.com/2014/10/makalah-aspek-legal-keperawatan.html?m=1
https://www.academia.edu/40167528/ASPEK_LEGAL_ETIK_teraphy_komplementer20190
825_52286_tmjfk

Anda mungkin juga menyukai