Anda di halaman 1dari 8

Hak dan Kewajiban Perawat May 5th, 2008

oleh: Akhmad Budiman

A. Hak Perawat

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan salah satu dari praktik
keperawatan tentunya seorang perawat memiliki hak dan kewajiban. Dua hal dasar yang
harus dipenuhi, dimana ada keseimbangan antara tuntutan profesi dengan apa yang
semestinya didapatkan dari pengembanan tugas secara maksimal. Memperoleh
perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi
dan Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan salah satu hak perawat yang
mempertahankan kredibilitasnya dibidang hukum serta menyangkut aspek legal atas
dasar peraturan perundang-undangan dari pusat maupun daerah. Hal ini seperti
dipaparkan pada materi sebelumnya sedang dipertimbangkan oleh berbagai pihak, baik
dari PPNI, Organisasi profesi kesehatan yang lain, lembaga legislatif serta elemen
pemerintahan lain yang berkepentingan.

Selain mendapatkan perlindungan hukum secara legal, perawat berhak untuk memperoleh
informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau keluarganya agar mencapai tujuan
keperawatan yang maksimal. Jadi kepada klien dan keluarga yang berada dalam lingkup
keperawatan tidak hanya memberikan informasi kesehatan klien kepada salah satu profesi
kesehatan lainnya saja, akan tetapi perawat berhak mengakses segala informasi mengenai
kesehatan klien, karena yang berhadapan langsung dengan klien tidak lain adalah perawat
itu sendiri.

Hak perawat yang lain yaitu melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi
profesi. Ini dimaksudkan agar perawat dapat melaksanakan tugasnya hanya yang sesuai
dengan ilmu pengetahuan yang didapat berdasarkan jenjang pendidikan dimana profesi
lain tidak dapat melakukan jenis kompetensi ini. Bagaimana dengan beberapa jenis
kompetensi profesi yang keilmuannya hampir sama dengan keperawatan? hal ini tentunya
ada perimbangan sendiri mengenai kompleksitas alur kerjasama antara perawat dan
bidang profesi lainnya.

Perawat berhak untuk dapat memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi, dedikasi
yang luar biasa dan atau bertugas di daerah terpencil dan rawan. Penulis sangat berterima
kasih sekali kepada pemerintah dan masyarakat atas penghargaan yang diberikan, yaitu
berupa kerja sama yang baik dari masyarakat dan sertifikat resmi dari pusat DEPKES RI
Litbangkes sebagai perawat pelaksana saat bertugas di DACILGALTAS (Daerah
Terpencil, tertinggal, rawan konflik dan bencana alam serta tidak diminati). Hanya saja
penulis hingga saat ini masih bingung, selain sebagai pajangan dirumah kira-kira
sertifikat tersebut bisa digunakan untuk apa ya?

Layaknya pegawai pemerintahan lainnya (Pegawai Negeri Sipil) perawat juga berhak
memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya.
Di Indonesia biasanya kita kenal dengan Asuransi Kesehatan (ASKES). Bagi pegawai
negeri sipil (PNS) berhak memiliki ASKES tersebut tak terkecuali perawat yang
berstasus PNS, sebagai jaminan kesehatan selama menjalani masa tugas hingga masa
pensiun nantinya. Kalau dilihat dari hak perawat yang telah di tetapkan ini sepertinya
belum berjalan dengan optimal. Sebenarnya hak mendapatkan perlindungan terhadap
resiko kerja ini bukan hanya untuk PNS saja, tetapi untuk semua perawat yang sedang
dalam masa tugasnya, misalnya saja yang berada dirumah sakit atau klinik dan balai
perawatan swasta. Semestinya perawat tetap mendapatkan jaminan kesehatan baik itu
dalam lingkungan pemerintahan maupun swasta, namun pada kenyataannya belum
terpenuhi terutama di lingkungan swasta. Hal ini juga tergantung kebijakan dan ketentuan
yang diberlakukan oleh manajemen yang memanfaatkan tenaga perawat tersebut.

Satu hal lagi yang sering terabaikan, yaitu mengenai hak perawat untuk menerima
imbalan jasa profesi yang proporsional sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku.
Penulis berharap agar teman-teman sejawat juga dapat mendiskusikannya disini, karena
dari sekian banyak perawat yang bekerja belum tentu mendapatkan imbalan yang sesuai
dengan ilmu yang diaplikasikan terhadap masyarakat. Akan tetapi jika untuk
menyampaikan keluhan dengan maksud memprotes atau sejenisnya bukan disini
tempatnya. Disini kita hanya mendiskusikan bagaimana mengambil langkah ke depan,
sehingga tidak terjadi lagi hal yang tidak menyenangkan.

B. Kewajiban Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan perawat berkewajiban untuk memberikan


pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar praktek keperawatan, kode
etik, dan SOP serta kebutuhan klien atau pasien dimana standar profesi, standar praktek
dan kode etik tersebut ditetapkan oleh organisasi profesi dan merupakan pedoman yang
harus diikuti oleh setiap tenaga keperawatan. Perawat yang melaksanakan tugasnya
diwajibkan untuk merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan
suatu pemerikasaan atau tindakan. Hal ini juga tergantung situasi, jika lingkungan kita
juga tidak memungkinkan maka kita sebagai perawat dapat menerangkan alasan yang
tepat.

Perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan
atau pasien, kecuali untuk kepentingan hukum. Hal ini menyangkut privasi klien yang
berada dalam asuhan keperawatan karena disis lain perawat juga wajib menghormati hak-
hak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku.

Perawat wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. Jika dalam konteks ini
memang agak membingungkan, saya hanya bisa menjelaskan seperti ini, pelaksanaan
gawat darurat yang sangat membutuhkan pertolongan segera dapat dilaksanakan dengan
baik yaitu di rumah sakit yang tercipta kerja sama antara perawat serta tenaga kesehatan
lain yang berhubungan langsung, sedangkan untuk daerah yang jauh dari pelayanan
kesehatan modern tentunya perawat kebanyakan menggunakan seluruh kemampuannya
untuk melakukan tindakan pertolongan, demi keselamatan jiwa klien.

Kewajiban lain yang jarang diperhatikan dengan serius yaitu menambah ilmu
pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan dalam meningkatkan
profesionalsme. Beberapa faktor-faktor yang membuat kita malas mengembangkan ilmu
keperawata banyak sekali. Contoh kecil saja ketika sudah bekerja, mungkin akan berfikir
bahwa ilmu pengetahuan kita akan bertambah seiring dengan pengalaman yang
didapatkan dilapangan, untuk itu kita harus dapat membagi fokus kita antara belajar dan
bekerja sehingga orientasi kerja juga tidak terganggu dan ilmu kita bertambah banyak.
Bahkan ada yang hanya mengejar pangkat atau golongan sehingga yang dituju adalh
jenjang pendidikan yang kadang-kadang tidak sesuai, misalkan yang seharusnya dari DIII
keperawatan lanjut ke S1 Keperawatan tetapi beralih kejurusan lain, sekolah murah asal
naik pangkat, menurut saya hal ini hanya menyemakkan ruang kerja saja yang berisi
orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan yang seharusnya mereka miliki.
Namun disisi lain, untuk mencapai jenjang pendidikan yang tinggi di bidang keperawatan
membutuhkan biaya yang super tinggi pula, sehingga mereka yang mengejar pangkat tadi
merasa tidak seimbang dengan apa yang akan mereka dapatkan kelak.

Jadi apa yang dimaksud disini adalah bahwa untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
tentang keperawatan bukan hanya di bangku kuliah saja, akan tetapi bisa melalui internet

seperti yang anda lakukan sekarang ini, serta disisi lain kita juga perlu mengejar
jenjang pendidikan karena semua itu tidak kalah pentingnya.

Sumber Bacaan:

Perlindungan Konsumen Kesehatan Berkaitan dengan Malpraktik Medik

BAB VIII PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN Pasal 37

Implementasi Kinerja Perawat di Rumah Sakit,Pendidikan dan Komunitas

Kebijakan Registrasi Praktek Perawat


Thursday, March 5, 2009
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT

Pola pikir manusia Indonesia dari tahun ke tahun terus berkembang sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dari hari ke hari
semakin cepat sehubungan dengan derasnya era informasi.

Saat ini masyarakat seringkali merasakan ketidakpuasan terhadap pelayanan bahkan tidak
menutup kemungkinan mengajukan tuntutan dipengadilan. Apabila seorang Bidan
merugikan pasien dan dituntut oleh pasien tersebut akan merupakan berita yang tersebar
luas di masyarakat melalui media elektronik dan media massa lainnya. Hal tersebut
menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman
yang menyeluruh dan integratif tentang sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh
seorang Bidan. Pedoman ini sudah ada, yaitu "Kode Etik Bidan."

Kode Etik Bidan


Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan
eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
Kode Etik Bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam
Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedangkan petunjuk
pelaksanaannya disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991 sebagai
pedoman dalam prilaku. Kode Etik Bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan
yang semuanya tertuang dalam mukadimah tujuan dan bab.
Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab. Ketujuh bab ini dapat dibedakan atas tujuh
bagian yaitu :

1. Kewajiban Bidan terhadap tugasnya (3 butir)


2. Kewajiban Bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
3. Kewajiban Bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
4. Kewajiban Bidan terhadap profesinya (3 butir)
5. Kewajiban Bidan terhadap dia sendiri (2 butir)
6. Kewajiban Bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
7. Penutup (1 butir)

Akan tetapi yang akan dibahas dalam makalah ini hanya Bab I yaitu "Kewajiban Bidan
terhadap Klien dan Msyarakat". Sebelum dibahas lebih lanjut perlu diketahui dahulu
beberapa kekuatan yang tertuang dalam mukadimah tujuan dan bab.

Kode Etik Bidan Indonesia


Mukadimah :
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan yang luhur demi
tercapainya :

1. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945
2. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
3. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga Negara Indonesia

Maka Ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi wadah
persatuan dan kesatuan para Bidan di Indonesia menciptakan Kode Etik Bidan Indonesia
yang disusun atas dasar penekanan keselamatan klien diatas kepentingan lainnya.
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari setiap
Bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan sebagai anggota
tim kesehatan pada umumnya. KIA/KB dan kesehatan keluarga pada khususnya.

Mengupayakan segala sesuatu agar kaumnya pada detik-detik yang sangat menentukan
pada saat menyambut kelahiran insan generasi secara selamat, aman dan nyaman
merupakan tugas sentran dan para Bidan.

Menelusuri tuntutan masyarakat terhadap pelayanaan kesehatan yang terus meningkat


sesuai dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku dalam
masyarakat sudah sewajarnya Kode Etik Bidan ini berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai landasan dan ideal dan Garis-Garis Besar Haluan Negara
sebagai landasan operasional.

Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi Bidan, kode
etik ini merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan
pelayanan profesional.

Bidan senantiasa berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang komprehensif


terhadap ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita pada khususnya, sehingga mereka
tumbuh berkembang menjadi insan Indonesia yang sehat pada jasmani dan rohani dengan
tetap mempertahankan kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat dan keluarga
pada khususnya.

Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat dan Petunjuk Pelaksanaannya


1. Setiap Bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya
Petunjuk pelaksanaan Kode Etik Bidan Indonesia
a) Bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi Bidan yang telah
ditetapkan sesuai dengan prosedur ilmu dan kebijaksanaan yang berlaku dengan penuh
kesungguhan dan tanggung jawab
b) Bidan dalam melaksanakan tugasnya harus memberikan pelayanan yang optimal
kepada siapa saja, dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan, golongan, bangsa
dan agama
c) Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak akan menceritakan kepada orang lain dan
merahasiakan segala yang berhubungan dengan tugasnya
d) Bidan hanya boleh membuka rahasia pasiennya/kliennya apabila diminta untuk
keperluan kesaksian pengadilan

2. Setiap Bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra Bidan
a) Pada hakekatnya manusia termasuk klien memiliki keutuhan akan intelektual dan
pengakuan yang hakiki baik dari golongan masyarakat, intelektual, menengah, maupun
kelompok masyarakat kurang mampu. Oleh karena itu Bidan harus menentukan sikap
yang manusiawi (sabar, lemah lembut dan ikhlas) memberi pelayanan.
b) Atas dasar menghargai martabat setiap insan Bidan harus memberikan pelayanan
profesional yang memadai kepada setiap kliennya
c) Profesional artinya memberikan pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki
dan manusiawi secara penuh tanpa mementingkan diri sendiri tetapi mendahulukan
kepentingan klien serta menghargai sebagaimana Bidan mengharagai dirinya sendiri
d) Bidan dalam memberikan pelayanan harus menjaga citra Bidan artinya Bidan
sebagai profesi memiliki nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial yaitu bahwa jasa-
jasa yang diberikan kpeada kliennya adalah suatu keijakan sosial, dimana masyarakat
akan merasakan sangat dirugikan atas ketidakhadiran Bidan.

3. Setiap Bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas
dan tanggung jawab sesuai kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
Pengabdian dan pelayanan Bidan adalah dorongan hati nurani yang tidak mendahulukan
balas jasa
a) Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesuai dengan tugas dan kewajiban yang
telah digariskan dalam PER MEN KES : 572/Menkes/Per.IV/1996 antara lain :

• Memberikan penerangan dan penyuluhan


• Melaksanakan bimbingan pada teg.kes. lainnya yang lebih rendah dukun
• Melayani kasus ibu dan pengawasan keh, persalinan normal, letak sungsang,
episotomi, penjahitan perineum TK I dan II
• Perawatan nifas dan menyusui termasuk pemberian uterotonika
• Memberikan pelayanan KB

b) Melayani bayi dan anak prasekolah, pengawasan tumbang, imunisasi perawatan bayi
dan memberikan petunjuk pada ibu tentang makanan yang benar untuk bayi / balita
sesuai usia
c) Mmeberikan obat-obatan dalam bidang kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi klien
d) Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam kasusnya yang tidak
bisa diatasi sendiri yaitu :

• Kehamilan resiko tinggi dan versi luar digital


• Pertolongan persalinan sungsang pada primigravida dan cunam ekstravator vakum
pada kepala dasar panggul
• Pertolongan nifas dengan pemberian antibiotik pada infeksi baik secara oral
maupun suntik
• Memberikan pertolongan kedaruratan melalui pemberian infus guna pencegahan
syok dan mengatasi perdarahan pasca persalinan termasuk pengeluaran uri dengan
manual
• Mengatasi kedaruratan eklamsi dan mengatasi infeksi BBL

e) Bidan melaksanakan perannya ditengah kehidupan masyarakat :

• Berperan sebagai penggerak PSM dengan menggali, membangkitkan peran aktif


masyarakat
• Berperan sebagai motivator yang dapat memotivasi masyarakat untuk berubah
dan berkembang kearah peri akal, peri rasa dan perilaku yang lebih baik
• Berperan aktif sebagai pendidik yang mampu merubah masyarakat dari tidak tahu
menjadi tahu
• Berperan sebagai motivator/pembaharu yang membawa hal-hal yang baru yang
dapat merubah keadaan ke arah yang lebih baik.

4. Setiap Bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,


menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
a) Kepentingan klien adalah diatas kepentingan sendiri maupun kelompok artinya Bidan
harus mampu menilai situasi saat dimana menghadapi kliennya. Berikan dahulu
pelayanan yang dibutuhkan klien dan mereka tidak boleh ditinggalkan begitu saja
b) Bidan harus menghormati hak klien antara lain :

• Klien berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai


• Klien berhak memperoleh perawatan dan pengobatan
• Klien berhak untuk dirujuk pada institusi/bidang ilmu yang lain sesuai dengan
permasalahannya
• Klien mempunyai hak untuk menghadapi kematian dengan tenang

c) Batu menghormati nilai-nilai yang ada di masyarakat artinya :

• Bidan harus mampu menganalisa nilai-nilai yang ada di masyarakat dimana ia


bertugas
• Bidan mampu menghargai nilai-nilai masyarakat setempat
• Bidan mampu beradaptasi dengan nilai-nilai budaya masyarakat dimana ia berada

5. Setiap Bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, keluarga


dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya
a) Bidan sudah siap untuk berangkat ke suatu pertemuan mendadak ada klien yang
datang untuk berkonsultan/partus, tentu kepentingan klien yang diutamakan sekalipun
pertemuan tersebut sangat penting : dengan catatan usahakan agar mengutus seseorang
untuk memberi kabar
b) Bidan sudah siap untuk ke kantor (bekerja), mendadak ada seorang anggota keluarga
meminta bantuan untuk menolong seorang bayi yang kejang, tentu saja kita utamakan
untuk melihat anak yang kejang tersebut lebih dahulu
c) Bidan sudah merencanakan akan mengambil cuti keluar kota, tetapi sebelum
berangkat pamong meminta untuk memberikan ceramah mengenai ASI kepada
masyarakat, tentu hal ini akan didahulukan, dan seterusnya

6. Setiap Bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal
a) Bidan harus mengadakan kunjungan rumah/masyarakat memberikan penyuluhan
serta motivasi agar mau membentuk posyandu / PKMD / bagi yang mempunyai balita /
ibu hamil memeriksakan diri di posyandu
b) Bidan dimana saja berada baik di kantor, di puskesmas / di rumah, di tempat praktek,
maupun ditengah-tengah masyarakat lingkungan tempat tinggal harus selalu
memberikan motivasi agar mereka hidup berprilaku sehat.

Anda mungkin juga menyukai