Anda di halaman 1dari 18

ASPEK LEGAS DAN ETIK DALAM KEPERAWATAN KELUARGA

OLEH KELOMPOK 3:

1. Ni Kadek Ayu Januar Cahyani (193213024)


2. Ni Komang Ristikayanti (193213029)
3. Ni Komang Sindy Octaviana Dewi (193213030)
4. Ni Luh Komang Eka Jayanti (193213032)
5. Ni Made Fedila Anindyta Putri (193213036)
6. Putu Ardia Piranika Putri (193213048)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa) yang telah melimpahkan rahmatnya serta memberikan
perlindungan dan kesehatan, sehingga kami dapat menyusun makalah dengan
judul “Aspek Legas Dan Etik Dalam Keperawatan Keluarga”. Dimana makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan keluarga. Kami sebagai
penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini kami
banyak menemui kesulitan di karenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan
kami sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang kami miliki, maka
kami berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Sebagai
manusia kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang. Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.

Denpasar, 21 Februari 2022

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................
1.4 Manfaat ................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspek Legal dalam Keperawatan.........................................................
2.2 Aspek Etik dalam Keperawatan ..........................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................
3.2 Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Profesi keperawatan telah terus berkembang, ruang lingkup hukum
yang dapat diaplikasikan telah meningkat,tentunya hukum yang berlaku
dalam suatu negara pasti akan mempengaruhi suatu kebijakan, termasuk
mempengaruhi praktek keperawatan dan tanggung jawab legal perawat
terhadap pasien .Hukum yang mengatur tentang keperawatan sendiri yaitu
undang undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan, baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui oleh
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang undangan .pelayanan
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat baik sehat maupun sakit.
Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang
mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang
berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan (askep) merupakan aspek legal
bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di
berbagai rumah sakit berbeda-beda.
Aspek legal adalah Ilmu pengetahuan mengenai hak dan tanggung
jawab legal yang terkait dengan praktik keperawatan merupakan hal yang
penting bagi perawat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana aspek legal dalam keperawatan?
2. Bagaimana aspek etik dalam keperawatan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana aspek legal dalam keperawatan
2. Untuk mengetahui bagaimana aspek etik dalam keperawatan

1.4 Manfaat
Tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak di
antaranya penting juga bagi seorang perawat agar mengerti tentang aspek
legal dan etik dalam keperawatan keluarga

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aspek Legal dalam Keperawatan


Pengertian aspek adalah suatu pandangan jauh ke depan atau
pandangan bagaimana jangkauan yang akan terjadi pada masa depan. Legal
merupakan sesuatu yang dianggap sah oleh hukum dan undang-undang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek
aturan Keperawatan  dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan
tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi
masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan. Untuk
mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus mempunyai ”body of knowledge”
yang spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik
keprofesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi
dan kode etik profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus
pada jenjang pendidikan tinggi.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1) bidang
Professional, Ethical and Legal Practice, (2) bidang Care Provision and
Management (3) dan bidang Professional Development. Profesi pada
dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh
melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam
melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada
masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang
bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada
masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri
profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti
kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu,
sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan
khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela
berkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh seorang profesional dari
pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari
penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin.
Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan
izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material
diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi
(registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal
Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat
yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin
Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki
kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang,
kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan
berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki
tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya
kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen
Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan
kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti
tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi
masing-masing.Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang
dan Peraturan tentang praktek Keperawatan.
1. Tugas pokok perawat
Menurut Pasal 29 UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan :
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas
sebagai:
a. pemberi Asuhan Keperawatan;
b. penyuluh dan konselor bagi Klien;
c. pengelola Pelayanan Keperawatan;
d. peneliti Keperawatan;
e. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
f. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara
bersama ataupun sendiri-sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.
2. Wewenang perawat
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan
dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai
dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
(2) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di
tingkat keluarga dan kelompok masyarakat;
b. menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
c. membantu penemuan kasus penyakit;
d. merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
e. melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
f. melakukan rujukan kasus;
g. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
h. melakukan pemberdayaan masyarakat;
i. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
j. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
k. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
l. mengelola kasus; dan
m. melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan
alternatif.
Pasal 31
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi Klien,
Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat
individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat;
b. melakukan pemberdayaan masyarakat;
c. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
d. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan
e. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
(2) Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola Pelayanan
Keperawatan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;
b. merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Pelayanan
Keperawatan; dan
c. mengelola kasus.
(3) Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti Keperawatan, Perawat
berwenang:
a. melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;
b. menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
atas izin pimpinan; dan
c. menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika
profesi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Hak perawat dalam melaksanakan tugas
Dalam Pasal 36, Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan
berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau
keluarganya.
c. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah
diberikan;
d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan
kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
e. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
4. Kewajiban perawat
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:
a. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai
dengan standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
b. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
c. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya;
d. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
e. memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
f. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan
lain yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan
g. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
5. Larangan bagi perawat
a. Perawat dilarang menjalankan praktik selain dalam izin dan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
b. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat
atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga
kesehatan lain, dikecualikan dari larangan ini
c. Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan
lisan atau tertulis kepada perawat yang melakukan pelanggaran
d. Peringatan tertulis diberikan paling banayak 3 kali apabila tidak
diindahkan SIK dan SIPP dapat dicabut
e. Sebelum SIK atau SIPP dicabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu
mendengar pertimbangan dari MDTK atau MP2EM
6. Sanksi bagi perawat yang melanggar
Sanksi Administratif
Pasal 58
Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1), Pasal 21, Pasal
24 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
2.2 Aspek Etik dalam Keperawatan
Etik merupakan sekumpulan nilai dan aksi moral. Nilai didasarkan
pada prinsip yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok. Aspek etik
berhubungan dengan prinsip dan konsep moral yang mengatur mana yang
baik dan mana yang buruk (Rhosma, 2014).
Prinsip etika adalah cara pandang yang mengarahkan atau
mengatur tindakan. Prinsip ini diterima secara luas dan secara umum
berdasarkan pada aspek kemanusiaan masyarakat. Keputusan etis adalah
kebenaran dan merefleksikan apa yang terbaik bagi klien dan masyarakat.
Dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip etika, perawat menjadi lebih
sistematik dalam penyelesaian konflik etika. Prinsip etika dapat digunakan
sebagai suatu panduan dalam menganalisa dilema, dapat juga memberikan
rasional untuk menyelesaikan masalah etika. Prinsip etika bukan suatu yang
mutlak, terdapat beberapa pengecualian pada setiap prinsip pada beberapa
situasi.
1. Autonomi
Prinsip autonomi adalah hak individu untuk memilih dan
kemampuan untukbertindak sesuai pilihannya. Individualitas setiap
individu dihargai jika autonomidipertahankan. Penghargaan pada
kebebasan personal adalah dominan. perawat harus menghargai hak klien
untuk menentukan dan melindungi klien yang tidak dapatmenentukan
untuk dirinya sendiri. Prinsip etika autonomi mereleksikan
keyakinanbahwa setiap individu yang kompeten memiliki hak untuk
menentukan keinginannya untuk suatu tindakan. Informed consent
berdasarkan pada hak klien untuk memilih.Mempertahankan autonomi
berarti perawat menerima pilihan klien walaupun pilihan tersebut
bukanlah yang terbaik bagi klien.
2. Nonmaleficence
Nonmaleficence adalah kewajiban yang tidak menyebabkan bahaya
untuk oranglain. Bahaya dapat dibagi menjadi bahaya fisiologis,
psikologis, social, dan spiritual.Nonmaleficence meliputi bahaya actual
dan resiko bahaya. Prinsip nonmaleficence membantu mengarahkan
keputusan untuk pendekatan pengobatan, dan pertanyaanrelevan seperti:
‘apakah pengobatan ini menyebabkan bahaya atau kebaikan
untukklien?’. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah
pengobatan memberikan kemungkinan manfaat yang rasional dan tidak
mengeluarkan banyak uang, tidak menimbulkan nyeri atau
ketidaknyamanan. Nonmaleficence memerlukan perawat bertindak penuh
pertimbangan dan berhati-hati, mengukur potensial bahaya dan manfaat
penelitian atau pengobatan. Kadang-kadang, mengukur bahaya
lebihgampang daripada manfaatnya. Untuk mempertahankan
nonmaleficence, perawat bertindak sesuai dengan standar perawatan
professional dan legal.
3. Beneficence
Beneficence merupakan prinsip etika yang berarti kewajiban untuk
mempromosikan kebaikan dan untuk mencegah bahaya. Elemen utama
beneficence adalah memberikan manfaat dan mempertahankan manfaat
dan bahaya. Hal yang tidak diinginkan dari beneficence adalah
paternalism. Paternalism merupakan suatu keadaan dimana petugas
kesehatan menentukan apa yang terbaik bagi klien dan berusaha untuk
memberikan penguatan untuk melawan keinginan klien sendiri. Petugas
kesehatan yang bertindak paternalistic memperlakukan klien dewasa
yangkompeten seperti anak kecil yang membutuhkan perlindungan.
Paternalism bukanmerupakan pendekatan yang etis, akan tetapi pada
beberapa keadaan paternalitik disarankan.
4. Justice
Prinsip justice berdasarkan konsep keadilan. Masalah kesehatan
utama terkait justice meliputi pengobatan yang adil bagi individu dan
distribusi alokasi sumber. Keadilan mempertimbangkan tindakan dari
sudut pandang kelompok masyarakatyang paling tidak beruntung. Hasil
dari pengobatan yang sama dan seimbang, manfaatdan beban
didistribusikan secara seimbang. Prinsip etika keadilan membutuhkan
semuaorang diperlakukan dengan sama kecuali untuk keadilan pada
pengobatan yang tidaksama. Konsep secara spesifik menyatakan sumber
sebaiknya dialokasikan dengan:
a. seimbang
b. sesuai kebutuhan individu
c. sesuai kemampuan idividu
d. sesuai kontribusi individu pada masyarakat
5. Veracity
Veracity merupakan kebenaran yaitu tidak berbohong atau menipu
orang lain. Penipuan bisa dalam bentuk kebohongan yang tidak
disengaja, tidak membukainformasi, informasi yang setengah terbuka.
Kebenaran seringnya sulit untuk dicapai.itu mungkin tidak sulit untuk
menyatakan kebenaran tetapi akan menjadi bagaimana kebenaran
mempengaruhi klien.
6. Fidelity
Fidelity merupakan fondasi etika hubungan perawat-klien yang
berarti keyakinandan menenuhi janji. Klien memiliki hak etis untuk
mengharapkan perawat untuk bertindak yang terbaik. Prinsip etika ini
dapat diaplikasikan pada peran perawatsebagai advokat klien. Fidelity
didemonstrasikan ketika perawat:
a. merepresentasikan pandangan klien kepada tim kesehatan lain
b. menghindari nilai personal mempengaruhi advokasi pada klien
c. mendukung keputusan klien walau itu tidak sesuai dengan pilihan
perawat
Sehingga dalam menjalankan praktik keperawatan keluarga, kita juga
harus memperhatikan peran kita sebagai perawat. Menurut Herni (2011),
peran perawat komunitas terdiri dari care provider, nurse educator and
counselor, role model, client advocate, case manager, collaborator,
discharge planner, case finder, change agent and leader (dalam Helvie,
1998). Berikut penjelasan peran perawat:
1. Care provider
Sebagai pemberi pelayanan dalam penanggulangan penyakit
melalui penemuan kasus dini dan memberikan asuhan keperawatan
diawali dengan penemuan kasus dini di masyarakat, memberikan asuhan
perawatan baik dalam level individu, keluarga dan komunitas serta
melakukan tindakan pencegahan.
2. Nurse educator and conselor
Peran perawat sebagai pendidik pada klien dan keluarga adalah
dengan memberikan penyuluhan secara berkala pada masyarakat luas
melalui tatap muka, ceramah dan media yang tersedia diwilayahnya.
Materi pendidikan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga
dan masyarakat meliputi penularan dan pencegahan suatu penyakit. Dan
bagi yang sudah terkena suatu penyakit untuk berobat secara teratur
sampai sembuh
Peran perawat sebagai konselor dengan membantu klien memilih
solusi terbaik dari masalah yang dialami. Konseling yang diberikan
kepada klien dan keluarga dalam pengobatan untuk menghindari
terjadinya ketidakpatuhan klien dalam berobat. Memotivasi keluarga
untuk memberi dukungan kepada klien dalam menjalani pengobatan.
Konseling tidak berarti memberitahu klien apa yang harus dilakukan
tetapi mendampingi klien menggunakan kemampuannya untuk
memecahkan masalah yang dimiliki sehingga dapat memutuskan
tindakan yang terbaik. Perawat membantu klien untuk memilih solusi
yang terbaik dari masalah yang dialami oleh klien.
3. Client Advocate
Perawat memfasilitasi kebutuhan klien dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan yang maksimal dengan memberikan informasi yang
luas melalui kemitraan yang dibangun bersama masyarakat dan LSM.
4. Case manager
Perawat sebagai manager membantu dengan mengumpulkan
masalah yang ada di masyarakat terutama masalah yang berkaitan dengan
penyakit klien, berusaha menyelesaikan masalah, memilih jenis bantuan
yang diberikan dalam menyelesaikan masalah, menjelaskan kepada klien
tentang sumber biaya yang bisa diakses melalui jaminan kesehatan.
5. Collaborator
Peran perawat sebagai kolaborator bagi klien adalah melakukan
kerjasama dengan tim kesehatan lain, LSM dan masyarakat dalam
penemuan kasus dini dan penanggulangan penyakit yang dialami
masyarakat.
6. Discharge planner
Peran perawat dalam discharge planner pada klien adalah
mengidentifikasi kebutuhan klien dan membuat perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan klien supaya tetap menjalani mengobatan sampai
tuntas dan menhindari penularan kepada orang lain.
7. Case finder
Sebagai penemu kasus di masyarakat bekerjasama dengan kader
kesehatan dan masyarakat untuk berusaha secara aktif menemukan
kasus-kasus penyakit dengan membentuk kelompok-kelompok peduli.
Menganjurkan kepada masyarakat untuk segera melaporkan kepada
petugas kesehatan bila menemukan kasus atau penyakit-penyakit yang
berbahaya.
8. Change agent and leader
Merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dan
mempunyai inisiatifuntuk melakukan perubahan secara terencana.
Misalnya untuk merubah perilaku-perilaku kesehatan yang kurang baik.
9. Community care provider and researher
Penelitian adalah bagian penting dari peran perawat komunitas,
mengingat banyak masalah yang bisa untuk diteliti di masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan merupakan
bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan
keperawatan pada pasien, keluarga, kelompok, dan komunitas. Aspek legal
dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan
keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia.
Etik merupakan sekumpulan nilai dan aksi moral. Prinsip etika
adalah cara pandang yang mengarahkan atau mengatur tindakan. Prinsip ini
diterima secara luas dan secara umum berdasarkan pada aspek kemanusiaan
masyarakat. Prinsip-prinsip etik keperawatan yaitu autonomi,
nonmaleficence, beneficence, justice, veracity, dan fidelity
Dalam menjalankan praktik keperawatan keluarga, kita juga harus
memperhatikan peran kita sebagai perawat. Menurut Herni (2011), peran
perawat komunitas terdiri dari care provider, nurse educator and counselor,
role model, client advocate, case manager, collaborator, discharge planner,
case finder, change agent and leader

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, para perawat mampu mengetahui Aspek
legal dan etik dalam keperawatan keluarga sehingga bisa diterapkan dalam
pemberian asuhan Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Efy. Etika Keperawatan. http://staff.ui.ac.id. Diakses pada 1 Desember


2018
Dian Roslan Hidayat S.Kep M.Kes Direktur Utama Intan Nursing Center
Garut.Tren Dan Isu Mutakhir Praktek Perawat.
Guwandi, J. 2005. Rahasia Medis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.
http://www.hukumonline.com. Diakses pada 1 Desember 2018
https://www.scribd.com/document/370311502/Aspek-Legal-Etik-Keperawatan-
Keluarga Diakses pada 1 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai